BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil apabila ada perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemampuan. hidupnya. Tanpa dunia luar manusia akan mati.

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suardi, 2012:71). bangsa. Hal ini sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. mereka untuk terlibat dalam proses pembelajaran. untuk menemukan pengetahuan melalui pangalaman-pengalaman belajar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dan olahraga; (9) Keterampilan/kejuruan dan; (10) Muatan lokal.

BAB I PENDAHULUAN. tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa standar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara. (Depdiknas:2003:5) Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari (Winarni,

SETI YANINGSIH NIM : A

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. bangsa adalah keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia sampai sekarang

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam menyiapkan peserta didik melalui pembelajaran atau pelatihan yang secara teratur dan sistematis untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang begitu penting dan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan suatu pengetahuan yang harus dimiliki oleh manusia. Melalui pendidikan, manusia akan lebih banyak belajar beberapa hal baru yang berguna untuk meningkatkan kualitas dalam kehidupannya. Dengan demikian pendidikan dapat dikatakan sebagai bekal yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik. Untuk memberikan gambaran betapa pentingnya suatu pendidikan, berikut batasan mengenai definisi tentang pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa ahli; John Dewey (dalam Sagala, 2009:3) pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia terhadap sesamanya. Menurut Mudyaharjo (dalam Sagala, 2011:3) menyatakan bahwa pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

2 Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan manusia melalui suatu pembelajaran disekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Sekolah adalah suatu sarana atau lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan pelatihan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Sekolah merupakan faktor penentu perkembangan kepribadian yang dimiliki siswa baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun cara berprilaku terutama dalam pendidikan sekolah dasar, karena pembentukan awal terjadi ditingkat dasar, pada tingkat menengah hanya melanjutkan pembentukan kepribadian yang telah dibentuk pada sekolah dasar. Oleh karena itu, sebagai sarana yang pertama kali didahului siswa dalam sebuah pendidikan yaitu pada jenjang sekolah dasar. Dengan demikian sekolah dasar memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dalam berbagai aspek. Berdasarkan data yang ada di SDN Pamoyanan, pada umumnya siswa sekolah dasar berada pada jenjang usia enam sampai tiga belas tahun, dan siswa kelas V umumnya berada pada 10 atau 12 tahun, pada jenjang seperti ini siswa umumnya masih kurang memiliki minat terhadap pembelajaran IPS terutama yang berhubungan dengan geografi. Kurangnya minat belajar yang dimiliki siswa dapat memicu pada rendahnya prestasi yang dimiliki siswa.

3 Seperti halnya siswa kurang memperhatikan guru dalam pembelajaran IPS salah satunya pada kenampakan alam wilayah Indonesia, siswa belum mampu mengelompokan berbagai keadaan alam yang ada disekitar, sehingga dalam hal ini dapat menyebabkan rendahnya pemahaman yang dimiliki siswa pada materi yang diajarkan tersebut di atas. Pelaksanaan pembelajaran masih terpusat pada guru, metode ceramah masih umum digunakan dalam proses pembelajaran dikelas. Selain itu, pengajar di sekolah tersebut masih sangat jarang menggunakan metode pembelajaran atau media pendukung pembelajaran, sehingga minat siswa pada proses belajar mengajar di dalam kelas sangatlah kurang. Dalam hal ini upaya yang diterapkan dalam proses pembelajaran harus menggunakan metode dan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong minat belajar siswa, dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Hasil observasi awal penelitian yang di lakukan pada bulan April 2015 di SDN Pamoyanan, di dapatkan data bahwa kelas V terdiri atas 12 siswa putra dan 9 siswa putri. Berdasarkan fakta di lapangan prestasi pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Pamoyanan pada materi kenampakan alam wilayah Indonesia menunjukan hasil yang kurang memuaskan di bawah KKM dengan rata-rata 55. Sedangkan KKM yang diharapkan di kelas V SDN Pamoyanan untuk pelajaran IPS adalah 60. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang dilakukan kurang menarik bagi siswa sehingga siswa mudah lupa pada materi yang

4 disampaikan oleh guru. Pengamatan yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas V ditemukan beberapa kekurangan, diantaranya: pembelajaran yang berpusat pada guru (teaching oriented), metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional, pembelajaran yang kurang melibatakan siswa secara aktif dan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran masih kurang. Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa kelas V ditemukan kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPS adalah: Siswa mengalami kesulitan dalam memahamai pembelajaran IPS yang masih cenderung abstrak sehingga mereka kurang memiliki minat, siswa sulit mengaitkan konsep IPS dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami di sekitar lingkungan mereka, siswa merasa jenuh pada materi pembelajaran karena kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan rendahnya minat baca siswa, sehingga sumber belajar berupa buku teks tidak dimanfaatkan secara optimal. Selama ini proses pembelajaran belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. Pembelajaran masih berpusat pada guru, ceramah menjadi pilihan utama dalam menyamapaikan materi, sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan susah untuk dipahami oleh siswa. Penggunaan media kurang optimal menjadikan siswa tidak terlibat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Penggunaan buku teks sebagai sumber belajar pun kurang optimal karena siswa memiliki minat belajar yang kurang, sehingga informasi yang diperoleh tidak diolah menjadi pengetahuan yang

5 dapat meningkatkan prestasi yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran. Pada akhirnya kompetensi yang dihasilkan pun kurang memuaskan. Dalam hal ini, minat siswa sangat mempengaruhi bagaimana cara berpikir dan tentu saja dapat mempengaruhi penyerapan ilmu, semakin tinggi minat anak maka semakin tinggi pula prestasi yang akan dicapainya terhadap materi yang dipelajari. Dengan begitu sekolah terutama guru di tuntut untuk bisa memenuhi kebutuhan siswa, guru dituntut untuk bisa berinovasi dalam pembelajaran sehingga anak memiliki minat belajar yang tinggi dan dengan tingginya minat yang dimiliki siswa akan lebih berfokus dalam pembelajaran dan secara otomatis akan mendorong prestasi yang dimiliki oleh siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008 : 132) minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas, seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Slameto (2010 : 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan tingginya minat belajar yang dimiliki siswa diharapakan dapat mendorong prestasi yang diraih oleh siswa. Oleh karena itu, dengan tingginya minat yang dimiliki siswa pembelajaran di kelas dapat lebih optimal dan siswa lebih memahami makna dari matei yang diajarkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan lebih mudah tersampaikan dan dapat meningkatkan prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa, salah satunya dalam pembelajaran IPS.

6 Pembelajaran IPS tidak hanya berfokus pada perkembangan intelektual saja melainkan pengembangan keterampilan sosial yang harus dipahami siswa, keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama akan sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, jadi siswa diharapkan dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga Negara yang cinta damai. Dalam hal ini pembelajaran IPS diharapkan dapat menjadi sebuah acuan bagi siswa untuk menjalankan kehidupan sosialnya dalam bermasyarakat dan menjadikan siswa lebih mengetahui setiap aspek yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai dengan tujuan diatas, hendaknya pembelajaran IPS disekolah dasar lebih menekankan pada aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Groos (Trianto, 2010: 173), Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

7 Karena itu, pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya lebih menekankan ketertarikan dan minat peserta didik sehingga anggapan bahwa pembelajaran IPS adalah mata pelajaran yang membosankan dan bersifat hafalan bisa hilang. Menurut Mulyasa (2011: 125), mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar peserta didik memiliki kemempuan sebagai beirkut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, berkompetensi dalam masyarakat yangmajemuk, ditingkatlokal, nasional dan global. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah sebagai suatu pembelajaran yang berkaitan dengan keadaan lingkungan dan kehidupan yang ada di masyarakat. Dimana pembelajaran IPS dapat dijadikan suatu acuan yang berguna dan bermanfaat dalam menjalani sebuah kehidupan di masyarakat. Di dalam IPS banyak hal cakupan yang kita pelajari salah satunya adalah geografi, dan dalam geografi siswa akan mempelajari tentang berbagai keadaan alam disekitar misalnya seperti Kenampakan Alam Wilayah Indonesia. Karena, dewasa ini banyak sekali terlihat siswa-siswa, baik itu tingkat dasar maupun menengah yang belum mengetahui tentang berbagai jenis kenampakan alam yang ada di Indonesia.

8 Maka dari itu siswa akan lebih tertarik apabila dalam proses belajarnya di bantu oleh beberapa media pembelajaran dan didukung oleh model pembelajaran yang akan meningkatkan antusias siswa dalam mempelajari tentang kenampakan alam disekitar. Sehingga siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar dan meningkatkan minat belajar siswa. Masalah seperti ini akan lebih mudah teratasi jika pengajar dapat menggunakan model pembelajaran Example Non Example. Example Non Example adalah suatu tipe model pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran ini membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Dengan model pembelajaran Example Non Example diharapkan siswa dapat lebih tertarik pada pembelajaran IPS terutama pada materi kenampakan alam wilayah Indonesia. Dengan model pembelajaran Example Non Example siswa akan lebih mudah mengerti makna dalam pembelajaran, dikarenakan pembelajaran Example Non Example menggunakan media gambar yang akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian siswa akan lebih memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti setiap pembelajaran dikelas. Berdasarkan penjelasan di atas diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example siswa dapat lebih mengerti dan tertarik pada setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dikelas. Sehingga secara tidak langsung dapat mendorong prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa.

9 Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul yang diangkat ialah, UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM WILAYAH INDONESIA B. Identifikasi Masalah Sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah serta pengamatan-pengamatan awal, berbagai masalah yang dipilih sebagai objek perhatian untuk dikaji secara ilmiah. Dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS pada materi kenampakan alam wilayah Indonesia. 2. Hasil pembelajaran IPS dibawah KKM dengan nilai rata-rata 55, sedangkan KKM di SDN Pamoyanan pada pembelajaran IPS yaitu 60. 3. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode ceramah, mengakibatkan siswa kurang tertarik pada pembelajaran. 4. Tidak adanya model pembelajaran yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.

10 C. Rumusan Masalah dan Pemecahannya Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan dalam penelitian adalah meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi Kenampakan Alam di Indonesia dengan menggunakan model Example Non Example untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat dilaksankan dengan baik. maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example? 2. Bagaimana minat siswa kelas V SDN Pamoyanan jika menggunakan model pembelajaran Example Non Example? 3. Apakah model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan prestasi belajar IPS dengan materi Kenampakan Alam Wilayah Indonesia, pada siswa kelas V SDN Pamoyanan? D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa tentang Kenampakan Alam Wilayah Indonesia pada pembelajaran IPS di kelas V SDN Pamoyanan Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran Example Non Example.

11 Adapun secara khusus tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang Kenampakan Alam Wilayah Indonesia pada pembelajaran IPS kelas V SDN Pamoyanan Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Example non example untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang Kenampakan Alam Wilayah Indonesia pada pembelajaran IPS kelas V SDN Pamoyanan Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar siswa tentang Kenampakan Alam Wilayah Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Example non Example pada pembelajaran IPS di kelas V SDN Pamoyanan Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2015/2016. 4. Mengetahui hasil angket siswa dengan menerapkan model pembelajaran Example non Example untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang Kenampakan Alam Wilayah Indonesia pada pembelajaran IPS kelas V SDN Pamoyanan Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.

12 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi guru a. Manfaat Teoritis Example non example dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk melakukan pembelajaran IPS yang lebih inovatif dan kreatif. b. Manfaat Praktis Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih metode dalam mengajar IPS. 2. Bagi siswa a. Secara Teoritis Memberikan masukan pada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar dalam kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif dan menggali serta mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk meraih keberhasilan belajar yang optimal. b. Secara Praktis Sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan. 3. Bagi Sekolah (SDN Pamoyanan)

13 a. Diperoleh panduan inovatif example non example yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. b. Diharapkan dapat menghasilkan mutu lulusan yang berkualitas sehingga lulusannya dapat diterima di sekolah lanjutan (SMP) yang diinginkan siswa. 4. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman pembinaan terhadap kegiatan yang dilaksankan di sekolah sebagai tempatnya memimpin kegiatan pendidikan yang baik 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah wawasan tentan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran IPS di sekolah dasar, dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.