BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah industri kerajinan bordir. Persaingan di dunia perusahaan bordir di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

2015 PENGARUH PERPUTARAN PERSED IAAN TERHAD AP LABA D I INDUSTRI KERAJINAN BORD IR TASIKMALAYA:

BAB I PENDAHULUAN. Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI KREATIF BORDIR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL STANDARISASI 2014 JAKARTA, 12 NOVEMBER 2014

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan UMKM di Jawa Timur Priode Uraian

BAB II ESTETIKA DAN MOTIF BUNGA DALAM KAJIAN LITERATUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkembang secara mandiri dan pendapatan ekonomi daerah. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. devisa, serta pertanian juga berfungsi dalam mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

: berbatasan dengan Kelurahan Leuwiliang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai salah satu sumber ekonomi negara termasuk meningkatkan sumber daya manusia yang kreatif. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa juga tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Inilah yang dinamakan era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas yang popular dengan sebutan Industri Kreatif atau Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang bersangkutan di bidangnya. Industri kreatif sendiri merupakan industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif memiliki peran dalam menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu, selain itu dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian suatu daerah, selain itu dapat memberikan dampak positif dalam menumbuhkan inovasi dan kreativitas dari pelaku industri dalam menciptakan produk-produk terbarukan. (Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025, 2008 Hal: 5-6). Kota Tasikmalaya merupakan kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa. Kota Tasikmalaya memiliki potensi home industry yang menghasilkan beraneka ragam produk kerajinan yang memiliki daya tarik dan seni yang sangat luar biasa dan sebagian besar telah memenuhi gugus kendali mutu. Istilah Kota Tasikmalaya sebagai Pusat Factory Outlet kerajinan di Priangan Timur telah mengangkat nama Kota Tasikmalaya ini 1

dikenal di dalam maupun luar negeri. Mayoritas masyarakat di Kota Tasikmalaya telah memanfaatkan home industry tersebut sehingga dengan bekal pengalaman, mereka telah memiliki keterampilan dan keahlian yang lebih dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Potensi di Kota Tasikmalaya ternyata cukup besar. Dari mulai bordir, batik, alas kaki (kelom geulis), kerajinan mendong, anyaman bambu, meubel, hingga payung geulis sangat memberikan kontribusi ekonomi yang tentunya menopang pertumbuhan kota Tasikmalaya (Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Tasikmalaya). Kota Tasikmalaya merupakan kota yang mempunyai potensi bisnis kerajinan yang cukup baik. Salah satu potensi bisnis unggulan Kota Tasikmalaya adalah industri kerajinan bordir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel I.1 Rekapitulasi Data Potensi Industri Kota Tasikmalaya Tahun 2015 No Komoditi Unggulan Unit Usaha 1. Bordir 1.449 2. Alas Kaki (Kelom dan Sandal) 495 3. Makanan Olahan 485 4. Kayu Olahan 253 5. Kerajinan Anyaman Mendong 176 6. Kerajinan Anyaman Bambu 76 7. Batik 42 8. Payung Geulis 5 Jumlah 2.981 Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmlaya Dari tabel di atas, bahwa perusahaan bordir menduduki peringkat pertama sebanyak 1.449 unit usaha yang tersebar di Kota Tasikmalaya. Industri perusahaan bordir di Kota Tasikmalaya berkembang cukup pesat dan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak khususnya kaum perempuan. Daerah yang dikenal sebagai sentra industri bordir terdapat di Kecamatan Kawalu sebagai daerah penghasil home industry bordir di Kota Tasikmalaya yang tersebar di 10 Kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung, Kelurahan Talagasari, Kelurahan Karsamenak, Kelurahan Cibeuti, Kelurahan Cilamajang, Kelurahan Gunung Tandala, Kelurahan Gunung Gede, Kelurahan Karang Anyar, Kelurahan Leuwiliang dan Kelurahan Urug. Kecamatan Kawalu mengalami percepatan 2

ekonomi paling pesat dibanding kecamatan lainnya yang produk bordirnya sudah merambah ke pasar nasional dan pasar internasional. Komoditi konveksi di Kota Tasikmalaya memang menjadi produk unggulan. Kota Tasikmalaya, yang memberikan kontribusi terhadap terciptanya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya sebesar 7,54% dari seluruh kontribusi industri pengolahan yang besarnya 14,67%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan kota industri bordir. (Statistik Kota Tasikmalaya 2015). Kecamatan Kawalu memiliki potensi industri bordir yang perlu dikembangkan, peran bordir dapat mempengaruhi nilai tambah bagi perekonomian di Kota Tasikmalaya. Maka dari itu perlu dilakukan identifikasi mengenai potensi bordir agar dapat mengetahui beberapa wilayah yang berpotensi di Kecamatan Kawalu untuk dapat dikembangkan sebagai pusat kreatif, ruang kreatif dan sentra kreatif industri bordir. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud untuk mengidentifikasi potensi bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Penelitian yang dimaksud berjudul Identifikasi Potensi Industri Kreatif Bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 1.2 Perumusan Masalah Kota Tasikmalaya menempatkan sektor industri dan perdagangan sebagai potensi utama yang cukup menonjol perkembangannya. Mayoritas mata pencaharian penduduk Kota Tasikmalaya bergerak pada bidang industri pengolahan 41,61%. Industri bordir telah berkembang cukup lama dan pesat di Kota Tasikmalaya dan industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak (Kota Tasikmalaya dalam Angka 2015). Sebagai salah satu pusat kerajinan Bordir yang terletak di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya telah dapat dibuktikan bahwa adanya kesadaran untuk saling menguntungkan (memajukan) atau simbiosis mutualisme seperti itulah yang harus ditumbuh kembangkan. 3

Berikut beberapa isu terkait masalah bordir di Kota Tasikmalaya, diantaranya: a. Pemasaran produk bordir yang masih lemah karena masih mengandalkan pemasaran lewat calo atau agen tertentu dan sistem pembayarannya menggunakan kredit sehingga para pengusaha mengalami kerugian, perlu dikembangkan pembangunan showroom dan outlet agar pemasaran menjadi maksimal (Dinas koperasi, UMKM, perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya); b. Promosi/event pameran untuk mempromosikan produk dan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan produk bordir masih kurang (RPJMD Kota Tasikmalaya); c. Akses jalan menuju lokasi indutri kreatif bordir sangat sempit sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan agar dapat mendukung kegiatan distribusi hasil produk dan memudahkan para wisatawan dalam menjangkau lokasi bordir di Kecamatan Kawalu (Dinas koperasi, UMKM, perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya); d. Perlunya pengembangan dan dukungan pemerintah daerah untuk menggalakan standarisasi perlu dikembangkan dengan baik agar karyakarya bordir Kota Tasikmalaya tidak diklaim oleh daerah lain (DetikForum). Berdasarkan dengan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang relevan dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Bagaimana kondisi eksisting bordir di Kecamatan Kawalu? 2. Bagaimanakah arahan pengembangan bordir di Kecamatan Kawalu? 4

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi bordir dan sebaran pusat pertumbuhan bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 1.3.2 Sasaran Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusun beberapa sasaran, diantaranya: 1. Teridentifikasinya karakteristik bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 2. Teridentifikasinya tingkat partisipasi angkatan kerja pada bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 3. Teridentifikasinya pusat pertumbuhan potensi industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 4. Teridentifikasinya potensi dan masalah bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 5. Teridentifikasinya arahan pengembangan ruang kreatif, pusat kreatif dan sentra kreatif industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya secara teoritis melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bukti empiris sehingga dapat dijadikan referensi dan pertimbangan bagi perkembangan penelitian selanjutnya di bidang yang sama. Secara praktis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menggerakan perekonomian daerah guna menciptakan kesejahteraan masyarakat Kota Tasikmalaya khususnya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada daerah yang berpotensi sebagai pengembang sehingga memiliki peran untuk meningkatkan nilai tambah perekonomian Kota Tasikmalaya. 5

1.5 Ruang Lingkup 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Wilayah kajian dalam penelitian ini berada di Kota Tasikmalaya, untuk ruang lingkup wilayahnya berada di Kecamatan Kawalu yang merupakan peruntukkan sentra industri bordir, yang terdiri dari 10 kelurahan diantaranya : Kelurahan Leuwiliang, Kelurahan Urug, Kelurahan Gunungtandala, Kelurahan Gununggede, Kelurahan Talagasari, Kelurahan Tanjung, Kelurahan Cibeuti, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Cilamajang dan Kelurahan Karsamenak. Kecamatan Kawalu adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya, dengan batas-batas wilayahnya : - Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Jatiwaras; - Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Mangkubumi dan Kecamatan Sukarame; - Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Mangkubumi; - Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Jatiwaras. 6

Peta I.1 Administrasi Kecamatan Kawalu 7

1.5.2 Ruang Lingkup Materi Materi yang dibahas dalam penelitian ini hanya sebatas identifikasi potensi bordir di Kecamatan Kawalu serta penyebaran lokasi industri kreatif tersebut. Ruang lingkup materi dalam Identifikasi Potensi Industri Kreatif Bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi mengenai karakteristik bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, yang terdiri dari karakteristik menurut jumlah bordir, ketersediaan tenaga kerja, jumlah produksi bordir, ketersediaan bahan baku, pemasaran bordir, penggunaan teknologi, kondisi transportasi dan ketersediaan fasilitas pendukung bordir; 2. Mengidentifikasi tingkat partisipasi angkatan kerja pada bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 3. Mengidentifikasi pusat pertumbuhan potensi di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 4. Mengidentifikasi potensi dan masalah pada bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 5. Mengidentifikasi arahan pengembangan yang terdiri dari ruang kreatif, pusat kreatif dan sentra kreatif industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Pendekatan Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel biasanya dilakukan dengan instrumeninstrumen penelitian yang terdiri dari data angka-angka yang dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Creswell, 2009 Hal: 4-5). 8

1.6.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder. A. Metode Pengumpulan Data Primer Dilakukan berdasarkan data yang diperoleh secara langsung dengan mengamati objek yang menjadi sasaran penelitian, data primer dapat diperoleh dari : 1. Observasi lapangan, yang dilakukan adalah peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati kondisi eksisting pada lokasi bordir di Kecamatan Kawalu; 2. Wawancara semi terstruktur (wawancara secara mendalam) dilakukan terhadap responden yang dianggap dapat mewakili, dengan mengajukan beberapa pertanyaan terhadap responden. Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini digunakan pemilihan sampel secara terpilih/bertujuan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Teknik sampling ini menitikberatkan pada kebutuhan data dimana narasumber merupakan ahli dibidangnya dan dipilih berdasarkan kebutuhan data/analisis. Untuk mendapatkan informasi terkait potensi industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu, teridentifikasi beberapa narasumber yang dianggap ahli dalam bidangnya, seperti: a. Dinas koperasi, UMKM, perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya untuk mengetahui pengembangan potensi bordir di Kota Tasikmalaya; b. Pelaku usaha bordir di Kecamatan Kawalu. 3. Dokumentasi, hasil penelitian dari observasi dan hasil wawancara akan lebih kredibel dan dapat dipercaya perlu mengumpulkan beberapa bukti dokumen-dokumen publik survey seperti foto-foto kondisi wilayah kajian. Dalam penelitian ini diperlukan dokumentasi untuk mengetahui kondisi lokasi. 9

B. Metode Pengumpulan Data Sekunder Merupakan pengambilan data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Bappeda Kota Tasikmalaya yang didapatkan data berupa rencana pengembangan terkait bordir, BPS Kota Tasikmalaya didapatkan data berupa data jumlah penduduk, data PDRB Kota Tasikmalaya dan Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya atau sumber lain seperti data jumlah industri bordir, jumlah produksi bordir, keragaman jenis industri bordir, jumlah tenaga kerja, bahan baku, pemasaran, teknologi yang digunakan pada bordir serta fasilitas pendukung dalam pengembangan bordir di Kecamatan Kawalu. 1.6.3 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan metode analisis untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel biasanya dilakukan dengan instrumen-instrumen penelitian yang terdiri dari data angka-angka yang dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Creswell, 2009 Hal: 4-5). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui karakteristik bordir mulai dari jumlah industri bordir, jumlah produksi bordir, bahan baku pembuatan bordir, pemasaran produk bordir, teknologi yang digunakan dalam produksi bordir, kondisi transportasi serta fasilitas pendukung dalam mengembangkan bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya berdasarkan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait industri bordir Kota Tasikmalaya serta didukung pula dengan data primer untuk mengetahui kondisi eksisting pada lokasi bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 10

Tabel I.2 Metodologi Penelitian No Sasaran Variabel Indikator Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Instansi Teknik Analisis Hasil 1. Teridentifikasinya karakteristik industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; - Jumlah unit bordir; - Jumlah tenaga kerja; - Bahan baku; - Pemasaran produk bordir; - Penggunaan teknologi; - Kondisi transportasi; - Fasilitas pendukung. - Persentase jumlah industri kreatif; - Persentase jumlah tenaga kerja; - Jumlah produksi yang dihasilkan; - Sumber perolehan bahan baku; - Keragaman produk yang dihasilkan; - Tujuan pemasaran produk; - Teknologi yang digunakan - Kondisi jaringan jalan; - Lembaga Keuangan; - Fasilitas showroom dan outlet. - Survey primer; - Survey sekunder - Dinas koperasi, UMKM, perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya; - BPS Kota Tasikmalaya. Analisis deskriptif kuantitatif Dapat dihasilkan karakteristik dari bordir di masingmasing kelurahan yang ada di Kecamatan Kawalu 11

No Sasaran Variabel Indikator Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Instansi Teknik Analisis Hasil 2. Teridentifikasinya tingkat partisipasi angkatan kerja pada bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; Jumlah tenaga kerja industri kreatif bordir - Tenaga kerja pada industri kreatif bordir; - Jumlah penduduk menurut usia kerja. Survey sekunder Dinas koperasi, UMKM, Dinas perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya Analisis kuantitatif TPAK Angkatan Kerja X100 Penduduk Usia Kerja (Tenaga Kerja) Dapat dihasilkan tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk yang aktif bekerja ataupun mencari pekerjaan 3. Teridentifikasinya pusat pertumbuhan potensi industri industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya - Jumlah industri kreatif bordir - Jumlah tenaga kerja; - Jumlah produksi bordir; - Kondisi transportasi; - Fasilitas pendukung. - Persentase jumlah sebaran ; - Persentase jumlah tenaga kerja; - Tingkat partsipasi angkatan kerja pada industri kreatif bordir; - Persentase jumlah produksi bordir; - Keragaman produk bordir; - Kondisi jaringan jalan; - Ketersediaan sarana pemasaran atau toko; Survey sekunder Dinas koperasi, UMKM, Dinas perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya Analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis indeks sentralitas C = t/t Keterangan: C : Bobot Fungsi t : Nilai sentralitas total, yaitu 100 T : Jumlah total fungsi Dapat dihasilkan lokasi sebagai pusat pertumbuhan pengembangan bordir di Kecamatan Kawalu 12

No Sasaran Variabel Indikator Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Instansi Teknik Analisis Hasil 4. Teridentifikasinya potensi dan masalah bordir di Kecamatan Kawalu 5. Teridentifikasinya arahan pengembangan ruang kreatif, pusat kreatif dan sentra kreatif industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Sumber : Hasil Analisis 2016 - Karakteristik bordir; - Pusat pertumbuhan potensi industri kreatif bordir; - Tingkat partisipasi tenaga kerja industri kreatif bordir. - Potensi dan masalah; - Rencana atau arahan kebijakan bordir.. - Kondisi bordir; - Kelurahan yang merupakan pausat pertumbuhan potensi industri kreatif; - Persentase tingkat partisipasi tenaga kerja pada industri kreatif bordir. - Potensi terkait bordir; - Masalah terkait bordir; - Rencana pengembangan bordir. Hasil analisis Analisis deskriptif Dapat dihasilkan potensi dan masalah terkait dengan industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu Hasil analisis Analisis deskriptif Dapat dihasilkan arahan pengembangan potensi industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu 13

1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan materi, metode penelitian yang mencakup metode pengumpulan data, metode analisis dan kerangka berfikir serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI Dalam bab ini menjelaskan beberapa teori terkait mengenai topik penelitian seperti teori mengenai. BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI KREATIF BORDIR Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai Kecamatan Kawalu sebagai lokasi potensi bordir, mencakup kondisi perekonomian serta pengembangan industri bordir. BAB IV ANALISIS POTENSI INDUSTRI KREATIF BORDIR Dalam bab ini menjelaskan mengenai hasil analisis yang didapat dari beberapa sumber data yang diperoleh yang berhubungan dengan penelitian yang hasil pengolahan data tersebut kemudian diidentifikasi untuk mengetahui permasalahannya. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan serta keterbatasan studi dan rekomendasi studi lanjutan. 14

Gambar I.1 Kerangka Berfikir Kebijakan : UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang UU No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031 RPJMD Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2017 RPJPD Kota Tasikmalaya Tahun 2005-2025 Latar Belakang : - Industri kreatif memiliki peran dalam menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan - Kecamatan Kawalu dikenal sebagai sentra bordir yang tersebar di 10 Kelurahan. Tujuan : Untuk mengidentifikasi potensi bordir dan sebaran pusat pertumbuhan potensi bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Permasalahan : Terkait pemasaran dikarenakan belum memiliki fasilitas factory outlet dan showroom sebagai sarana pemasaran produk bordir. INPUT Sasaran : 1. Teridentifikasinya karakteristik bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 2. Teridentifikasinya tingkat partisipasi angkatan kerja pada bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya 3. Teridentifikasinya pusat pertumbuhan potensi industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 4. Teridentifikasinya potensi dan masalah bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; 5. Teridentifikasinya arahan pengembangan ruang kreatif, pusat kreatif dan sentra kreatif industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Survey Primer dan Sekunder PROSES Analisis Deskriptif Gambaran Umum Industri Kreatif Bordir Analisis Analisis Kuantitatif: - Analisis tingkat partisipasi angkatan kerja. - Analisis indeks sentralitas. - Jumlah bordir; - Jumlah tenaga kerja; - Bahan baku indutri kreatif bordir; - Pemasaran produk bordir; - Penggunaan teknologi - Kondisi transportasi; - Fasilitas pendukung. Analisis Deskriptif Kuantitatif Potensi dan Masalah Industri Kreatif Bordir OUTPUT Arahan Pengembangan Ruang Industri Kreatif Bordir Kesimpulan dan Rekomendasi 15