BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK MURNI 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu membersihkan ketimpangan ketimpangan sosial yang ada, juga diharapkan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

Transkripsi:

BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat memprihatinkan. Dalam rentang waktu kurang dari satu tahun terakhir, kenakalan remaja yang diberitakan dalam berbagai forum media dianggap semakin membahayakan. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, penyalahgunaan narkoba,dan seks bebas pranikah kasusnya semakin berkembang (Rauf, 2008). Salah satu kenakalan remaja yang menjadi topik tersendiri adalah seks bebas. Bahkan seks bebas diluar nikah yang dilakukan oleh remaja (pelajar dan mahasiswa) bisa dikatakan bukanlah suatu kenakalan lagi, melainkan sesuatu yang wajar dan telah menjadi kebiasaan. Seks bebas dikalangan remaja di Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) diketahui sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, bahkan 21,2% diantaranya ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi (KPAI, 2013). 1

Kenakalan remaja ini dapat merusak masa depan sang remaja, hal ini dikarenakan kenakalan remaja juga akan memberikan dampak yang negatif terhadap organ tubuh dirinya termasuk juga kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Para remaja seringkali melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV seperti sifilis, gonorhoe, herpes, klamidia, dan AIDS. Kenakalan remaja, seperti perilaku seks, kehamilan tidak diinginkan, aborsi yang saat ini kerap dilakukan oleh para remaja juga akan membawa mereka berurusan dengan hukum karena telah bertentangan dengan norma yang ada, baik itu norma hukum, norma agama, norma adat maupun norma kesopanan yang ada dilingkungannya (Lumongga, 2013). Hasil survei KPAI (2011), menunjukkan bahwa 32% remajausia 14-18 tahun di Jakarta, Surabaya, dan Bandung pernah berhubungan seks. Salah satu pemicunya, muatan pornografi yang diakses di internet. Fakta lainnya, sekitar 21,2% remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Selebihnya separuh remaja wanita mengaku pernah bercumbu. Di Jakarta, menurut Riset Strategi Nasional Kesehatan Remaja yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan (2011) dan Survei yang dilakukan BKKBN (2012) menyebutkan 5,3% pelajar SMA di Jakarta pernah berhubungan seks bebas, dan 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks bebas. Remaja di dunia merupakan seperlima dari total jumlah penduduk di dunia atau sekitar 1,3 milyar populasi pada tahun 2007. Laporan situs kependudukan dunia tahun 2012 menyebutkan bahwa jumlah penduduk terus 2

tumbuh mencapai 7 milyar. Sebanyak 1,2 milyar dari penduduk dunia, diketahui hampir 1 per limanya berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang diantaranya tinggal di negara berkembang. Di Indonesia tahun 2013 jumlah seks bebas dikalangan remaja usia 10-14 tahun mencapai 4,38%, sedangkan pada usia 14-19 seks bebas mencapai 41,8% dan kurang dari 800 ribu remaja melakukan aborsi di setiap tahunnya. Di Jawa Tengah menyebutkan pengidap HIV-AIDS telah mencapai 16.965 kasus 40% nya adalah dari kalangan remaja. Dikatakan pula bahwa 60% remaja mengaku telah mempraktekkan sex pra nikah. Dengan jumlah yang tidak sedikit, remaja Indonesia, menghadapi dengan berbagai persoalan dalam kehidupan dunia remaja. (Anonim, 2010). Persoalan yang mengemuka di kalangan remaja adalah soal seks bebas. Remaja di Surakarta 650 ribu perempuan yang sudah kehilangan keperawanannya di karenakan seks bebas pada usia 15-17 tahun dan 5 juta remaja, 26 % nya atau 2,6 juta adalah pria dan wanita yang masuk golongan ABG, 50% saja dari mereka yang pernah melakukan hubungan intim, maka jumlah remaja yang melakukan seks bebas sebanyak 1,3 juta orang (BKKBN, 2013). Banyaknya kasus seks bebas yang dilakukan oleh anak-anak dan para remaja, berakibat pada kehamilan. Bila hal ini menimpa diri mereka maka salah satu solusi terbaik yang dilakukan adalah aborsi. Semua perlakuan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang kemudian tidak diiringi oleh perhatian orang tua kepada anak-anaknya. Dari 2,5 juta perempuan remaja 3

termasuk mahasiswa yang melakukan seks bebas, ada sekitar 700 ribu remaja mahasiswa yang melakukan aborsi. (Anonim, 2010). Perilaku hubungan seksual di luar nikah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kategori umur 18 tahun hingga 20 tahun sudah melakukan hubungan di luar nikah. Bahkan data terakhir menunjukkan remaja usia 15 tahun hingga 19 tahun juga pernah merasakan hubungan seksual di luar nikah. Berdasarkan data dinas pendidikan di Surakarta menyebutkan bahwa jumlah siswa SMK di Surakarta sebanyak 23.443 ribu siswa, sedangkan data seks bebas siswa dari 50 SMK disurakarta sebanyak 853 siswa. Kasturi (2005), menyatakan bahwa pada siswi kelas lll SMA di kota Surakarta, menunjukkan bahwa 43,17% siswa sering melakukan onani,41,73 % siswa laki-laki, dan 60% siswa perempuan melakukan hubungan seks pada usia <17 tahun. Beberapa hal tersebut dilakukan sebagai bukti rasa cinta dan didasari keinginan untuk mencoba. Penelitian tentang seks bebas pernah dilakukan oleh Soelistyowati (2012) yang menyimpulkan bahwa dari 52 responden, sebanyak 26 responden (50%) berumur 17 tahun, sebanyak 23 responden (44,2%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat, dan sebanyak 30 responden ( 57,7%) mempunyai perilaku seks yang baik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 3 Juni 2014 di SMK Murni 2 Surakarta, didapatkan informasi dari sekertaris kepala sekolah dan Guru BK, serta informasi yang didapatkan dari wawancara dengan pihak sekolahan diketahui bahwa sebanyak 6 siswa pada tahun 2013 dan 5 siswa 4

pada pertengahan tahun 2014 mengundurkan diri dari sekolahan dikarenakan hamil diluar nikah. Hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan tentang seks bebas yang salah. Pengaruh penyebaran rangsangan seksual (pornografi) melalui media massa seperti VCD, telpon genggam, internet dan lingkungan pergaulan yang buruk menyebabkan karakter remaja dibentuk oleh lingkungan sekitar. Penelitian ini dilakukan karena pergaulan siswa-siswi di sekolah sangat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah maupun dirumah (Mardaningrum, 2012). B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara lingkungan pergaulan dengan sikap dan perilaku seks bebas Remaja di SMK Murni 2 Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan lingkungan pergaulan dengan sikap dan perilaku seks bebas pada remaja. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis hubungan lingkungan pergaulan keluarga dengan sikap seks bebas remaja. b. Menganalisis hubungan lingkungan pergaulan sekolah dengan sikap seks bebas remaja. c. Menganalisis hubungan lingkungan pergaulan masyarakat dengan sikap seks bebas remaja. 5

d. Menganalisis hubungan lingkungan pergaulan keluarga dengan perilaku seks bebas remaja e. Menganalisis hubungan lingkungan pergaulan sekolah dengan perilaku seks bebas remaja. f. Menganalisis hubungan lingkungan pergaulan masyarakat dengan perilaku seks bebas remaja. D. Manfaat Penelitian. 1. Bagi SMK Sebagai bahan masukan bagi sekolah bahwa lingkungan pergaulan di sekolah yang berhubungan dengan sikap dan perilaku seks bebas pada remaja. Sehingga diperlukan upaya preventif dari pihak sekolah untuk mencegah terjadinya seks bebas. Hal ini dapat dilakukan dengancara memasukkan kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah. 2. Bagi Siswa Manfaat bagi remaja khususnya siswa SMK Murni 2 Surakarta adalah untuk membuka wawasan tentang pengetahuan sikap dan perilaku seks bebas. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data dasar dari referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah lingkungan pergaulan di keluarga, di masyarakat, dan di sekolah yang berhubungan dengan sikap dan perilaku seks bebas remaja. 6