BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan derajat paling tinggi diantara makhluk hidup manapun yang ada di belahan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sikap permisif tersebut lebih ditunjukkan secara terbuka dikarenakan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun ternyata tidak mudah dan banyak terdapt rintangan untuk dapat sukses melampaui masa ini. Problem dalam kehidupan keluarga dapat menjadikan remaja mencari tempat baru yang mampu menenangkan gundah hatinya. Hubungan pertemanan menjadi salah satu alternatif remaja untuk menjalani masa sulitnya, sehingga akan mudah bagi remaja terpengaruh oleh lingkungan pertemanan. Pengaruh yang positif tentunya menjadi harapan dari orangtua dan keluarga. Sebaliknya pengaruh negatif dari pertemanan remaja, misalnya dengan pergaulan bebas (free sex) dapat berdampak pada terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan. Selain pergaulan bebas, peran media yang sangat mudah diakses oleh setiap orang tidak terkecuali anak-anak dan remaja. Mereka dapat mengakses situs-situs porno dan gambar-gambar mesum dengan mudah. Hal ini dapat berpengaruh pada rasa ingin mencoba-coba atau bahkan dengan sadar ingin mempraktikkan apa yang mereka lihat dengan alasan ingin memperoleh kenikmatan. Namun, mereka tidak menyadari perbuatan yang dilakukan dapat menyebabkan kehamilan. Apabila kehamilan terjadi maka timbul kepanikan, sehingga akhirnya mencari cara termudah untuk menggugurkan kandungan melalui aborsi. 1

2 Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satuproblem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang cepat. Jika tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atauseks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu, merekamasih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah. Data dari BKKBN 2012 yaitu dari 3.600 remaja putri di Jakarta mengalami kehamilan diluar nikah mencapai 20,9 persen. Mereka adalah para remaja yang usianya antara 17-24 tahun. Dan dari BKKBN jateng 2012, mencatat 37 % dari 100 remaja putri terdapat 51 remaja putri yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Data pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai kesehatan Reproduksi yaitu remaja yang melakukan hubungan seksual dan hamil pranikah masih tinggi. Menurut catatan PKBI, pada tahun 2010 sebanyak 379 (58%) remaja dari jumlah seluruh remaja yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang melakukan hubungan seksual pranikah mencapai 98 (26%), hamil pranikah mencapai 85 (21%). Dan pada tahun 2011 sebanyak 821 (28%) remaja dari jumlah seluruh remaja yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang melakukan hubungan seksual pranikah mencapai 193 (20%), hamil pranikah

3 mencapai 79 (9%) dan sebanyak 52% remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah berkisar usia 15-19 tahun. (PILAR PKBI Jateng, 2012). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia yaitu meningkatnya perilaku pergaulan bebas pada kalangan remaja, salah satu faktor meningkatnya yaitu angka kelahiran pada remaja. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. Mencatat setidaknya setengah dari remaja Indonesia beresiko pernah melakukan hubungan intim. Angka kehamilan di luar nikah pada remaja 3 usia 15-19 mengalami peningkatan. untuk tahun 2007 yaitu 35 per 1000 remaja putri hamil di luar nikah dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 48 per 1000 remaja putri yang hamil di luar nikah. Di Indonesia gejala-gejala yang mengkhawatirkan terkait dengan aborsi, jumlahnya meningkat secara signifikan. Jumlah secara jelasnya pada pelaku aborsi sulit untuk didata. Berdasarkan data perhimpunan obsterti dan genekologi (POGI) menyebutkan, saat ini, setidaknya terdapat dua juta aborsi setiap tahun, di mana 700.000 diantara adalah pengguguran yang disengaja. Selain aborsi spontan, banyak aborsi dilakukan dengan cara tidak aman, terutama terhadap kasus-kasus kehamilan diluar nikah dan akibat rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap resiko aborsi Beberapa data berikut menunjukkan gambaran fenomena tentang perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja. Hasil survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, BPS, 2004) menunjukkan bahwa remaja yang setuju melakukan hubungan seks jika akan menikah mencapai16,2%, saling mencintai sebanyak 12,0%, dan suka sama suka 12,3%.Meskipun jumlahnya tidak terlalu besar,

4 namun sikap permisif ini bisamenjadi faktor pendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pra-nikah(www.bkkbn.com). Beberapa penelitian, menemukan 21-30% remaja Indonesia di kotabesar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan hubungan sekspra-nikah. Ini adalah data yang terungkap. Beberapa pakar berpendapat bahwaangka yang diperoleh melalui penelitian itu hanyalah puncak dari sebuahgunung es, yang kakinya masih terbenam dalam samudera (www.bkkbn.com).saat ini jumlah remaja berusia 10-19 tahun di Indonesia sekitar22% atau sekitar 44 juta jiwa. Artinya satu dari lima penduduk Indonesiaberusia remaja. Angka aborsi di kalangan remaja mencapai 700-800 kasus pertahun. Tingkat kelahiran di kalangan remaja mencapai 11% dari seluruhkelahiran, hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan denganbenar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahuitentang PMS (Baseline Survey, 1999), dan remaja dalam hitungan tahun akanmenjadi orang tua, pendidik, contoh dan panutan bagi anak-anaknya kelak Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan tidak lagi merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1998). Remaja dianggap memiliki otonomi yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak. Mereka mampu mengambil keputusankeputusan sendiri menyangkut dirinya dibandingkan anak-anak. Demikian pula dalam menentukan perilakunya, remaja sering kali juga mengambil keputusan sendiri. Perilaku remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana,2004).

5 Sementara itu, ada banyak lingkungan yang diminati remaja yang dianggap mempunyai daya tarik. Salah satu lingkungan tersebut adalah lingkungan yang beresiko bagi masa depan remaja, yaitu relasi-relasi seksual tanpa ikatan. Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah yang semakin hari semakin mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan hubungan seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar, melainkan juga di kota-kota kecil. Menurut Subakti (2008), banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan orang tua dan remaja yang bersangkutan. Mengalami kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi remaja yang bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh anggota keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari keluarga untuk menutupi rasa malu keluarga. Meskipun tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah, namun cara ini dipandang lebih bijaksana dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan. Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa seorang remaja tidak dapat mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya. Salah satu dampak negatif dari Ancaman perilaku seks pranikah di kalangan remaja, khususnya di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Bangorejo, Kab.Banyuwangi dan sekitarnya berkembang semakin serius dengan makin longgarnya kontrol sosial yang mereka terima. Jumlah remaja yang mengalami masalah perilaku seks pranikah terus bertambah akibat pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka

6 terima jauh lebih kuat dari kontrol yang mereka terima daripada pembinaan secara keagamaan baik dari orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari pengajianpengajian agama. Sementara itu tingkat pengawasan dari pihak orang tua semakin bertambah longgar sehingga makin banyak remaja yang terjebak perilaku seks pranikah karena berbagai pengaruh yang mereka terima, baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum. Sekuat-kuatnya mental remaja untuk tak tergoda pada perilaku seks pranikah, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tak begitu kuat. Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2005). Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Perilaku menyimpang yang terjadi karena kurangnya kesadaran remaja akan kehidupan mereka kedepan. Terbatasnya perhatian orang tua, pendidikan agama, pengetahuan norma serta tidak membatasi pergaulan remaja akan meningkatkan angka kenakalan remaja. Khususnya pada remaja perempuan membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya. Saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks mahluk hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian keturunanya. Masalah seksualitas di kalangan remaja adalah

7 masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang harus dijalani, namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya dilakukan dapat menimbulkan dan berakibat yang serius, seperti kehamilan. Fenomena kehamilan remaja perempuan saat ini sudah banyak kita jumpai di sekitar kita. Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks pada masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang tuanya, rendahnya interaksi ditengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap informasi seks dan seksualiatas, menabukan masalah seks dan seksualitas, kesibukan orang tua (Surbakti, 2009). Perilaku coping merupakan upaya atau teknik individu untuk menghadapi tuntutan internal maupun eksternal, yang dirasa mengancam atau melebihi kemampuan yang dimilikinya. Perilaku coping dianggap sebagai penyeimbang yang dapat membantu individu dalam melakukan penyesuaian psikis maupun sosial (Lazarus dalam Isundariyana, 2005). Seseorang dalam menghadapi setiap permasalahan mempunyai cara yang berbeda-beda, seperti penuturan Tika Pratiwi (Program Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta2010) dalam penilitianya bahwa ketakutan serta bayang-bayang kemarahan orang tua membuat remaja putri tidak berani mengatakan hal yang sejujurnya pada orangtuanya dan mencari solusi sendiri untuk mengatasi kehamilan. menurutnya dengan melakukan aborsi dengan cara aman tanpa ketahuan orang tuanya adalah solusi terbaik, serta selalu berharap dukungan dari pasangannya untuk tetap berdiri disampingnya melewati masa-masa pasca aborsi, sependapat dengan Latifah Husaini (Program Sarjana, Universitas Gunadarma 2011) ia menuturkan, bila profesi

8 seseorang menjadi satu-satunya jalan mencari uang untuk kehidupannya yang sudah jauh dari orang tua. Mengalami hamil berkali-kali kemudian aborsi dilakukan untuk menyelamatkan pekerjaannya, pilihan aborsi inilah yang dijadikan jalan keluar bagi seseorang untuk mengatasi permasalahannya. Perbedaan perilaku coping itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi individu, karakteristik kepribadian, hubungan dengan lingkungan sosial, strategi dalam melakukan coping, dan sosialkognitif B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk-bentuk coping yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi coping pada remaja putri hamil sebelum menikah? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk coping yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi coping pada remaja putri yang hamil sebelum menikah?

9 D. Batasan Masalah Untuk memperoleh ruang lingkup yang jelas, mudah dipahami dan terhindar dari persepsi yang salah dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya batasan masalah dalam pembahasan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan penelitian. Adapun batasan masalah sebagai berikut: 1. Obyek penelitian terfokus di desa Tanjungrejo, kecamatan Bangorejo, kabupaten Banyuwangi 2. Parameter yang digunakan obyek penelitian adalah remaja putri yang menikah pada usia 18-23 3. Karakterisasi yang digunakan pada obyek penelitian adalah remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah 4. Usia pernikahan antara 0-2 Tahun E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan bagi masyarakata tentang coping remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah, dan semoga dapat memberikan sumbangan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Sosial, Psikologi Remaja dan Psikologi Perkawinan, terutama yang berkaitan dengan perkawinan yang disebabkan hamil sebelum nikah.

10 dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi para remaja mengenai faktor-faktor pendorong yang menimbulkan terjadinya kehamilan sebelum nikah. Selain itu juga di harapkan dapat memberi manfaat bagi para orang tua agar dapat lebih mewaspadai dan mengawasi pergaulan anak remajanya, serta diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat agar lebih memperhatikan para remaja saat ini, terutama mengenai bahaya seks pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan pada remaja putri.