BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perusahaan dihadapkan pada tuntutan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun yang lalu.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh. atau kegiatan membutuhkan modal untuk membayar usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha makin berkembang belakangan ini seiring dengan globalisasi

BAB I LATAR BELAKANG KULIAH KERJA PRAKTEK. 1.1 LatarBelakangPemilihanBidang dan Objek Kuliah Kerja Praktek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai akses terhadap eksistensi produk di pasaran sehingga semua kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan. kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia

Jumlah kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di pasar modal Indonesia dikenal jenis sektor perusahaan pembiayaan.

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup stabil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. material maupun secara spiritual. Dengan demikian, pembangunan. lain meliputi aspek sosial dan politik (Todaro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya era globalisasi atau era dimana tidak adanya pembatasan antar

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

I. PENDAHULUAN. Selama lima tahun terakhir, industri perbankan syariah mengalami. perkembangan yang pesat. Berdasarkan laporan Perkembangan Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BI Rate KMK KK KI. Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Dengan mencapai laba, perusahaan akan mampu memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mampu dari segi finansial dan secara otomatis telah meningkatkan daya beli

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. seiring tumbuhnya industri otomotif dan bertambahnya permintaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan peer countries, dan pada tahun 2014 tercatat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. seperti leasing, factoring kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peluang bisnis yang cepat berkembang. Keadaan ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika pertumbuhan perekonomian di Indonesia sangatlah pesat. Manajemen

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BERITA PERS. MPMX Bukukan Kenaikan Laba Bersih 41% dan Pendapatan 29% di Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memasuki dekade 10 tahun terakhir, memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan di Indonesia saat ini mengalami perubahan dan perkembangan

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik terhadap situasi internalnya baik di bidang pemasaran, produksi,

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

I. PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis semakin pesat yang didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan untuk

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Lembaga Pembiayaan. Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat rentan jika tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Bersama

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini perusahaan dihadapkan pada tuntutan masyarakat yang semakin kompleks, sehingga perusahaan harus mampu mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder) seperti kreditur, pemasok, konsumen, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas. Terlebih lagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang seakan tiada henti dilanda guncangan, memaksa perusahaan untuk segera beradaptasi dengan meningkatkan nilai tambah dan kinerja perusahaan sehingga mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini merupakan dasar bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang berpengaruh terhadap kinerja, pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang dan berkaitan dengan efisiensi perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada 2009 total nilai pembiayaan mencapai 137,2 triliun rupiah atau naik 4,3% dari tahun sebelumnya 131,6 triliun rupiah. Pembiayaan konsumen senilai 90,3 triliun rupiah memberikan kontribusi terbesar yaitu 65,78% dan disusul oleh sewa guna usaha yang memberikan kontribusi 31,67% atau senilai 43,3 triliun rupiah. Perkembangan multifinance tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih banyak ke sektor konsumsi. Dari segi aset, industri multifinance berkembang cukup pesat. Total aset secara nasional pada akhir 2009 tumbuh menjadi 174,0 triliun rupiah dari 1

tahun sebelumnya 168,4 triliun rupiah, atau terjadi kenaikan 3,3%. Dengan demikian, kedepannya dunia industri pembiayaan diharapkan terus berkembang dari tahun ke tahun, keadaan ini tentunya sangat tergantung akan kondisi internal (khususnya) dan eksternal (umumnya) masing-masing perusahaan. Namun perusahaan industri pembiayaan tetap optimis dan berusaha keras untuk mempertahankan prestasi operasional dan berusaha terus memperbaiki kondisi dan struktur keuangan masing-masing perusahaan agar dapat menghadapi persaingan dalam era globalisasi. Persaingan yang ketat pun terjadi pada industri pembiayaan sehingga masing-masing perusahaan terus meningkatkan kapasitas pembiayaannya agar perusahaan yang bersangkutan dapat terus berkembang. Pertumbuhan bisnis pembiayaan di dalam negeri cukup terbilang pesat dalam enam tahun terkahir ini, meski di tahun 2009 sedikit melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terutama akibat dari imbas krisis ekonomi global yang terjadi akhir 2008. Menurut Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pertumbuhan nilai pembiayaan industri multifinance sekitar 17,4% per tahun dalam periode enam tahun terakhir (lihat tabel 1.1). Tabel 1.1 Data Perkembangan Multifinance 2010 (dalam triliunrp) Dalam Trilyun Rp Des Des Des Des Des Des 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Total Aktiva 95,3 108,9 127,3 168,5 174,4 230,3 Kegiatan Pembiayaan 66,46 93,13 107,69 137,24 142,54 186,35 Sewa Guna Usaha 19,09 32,64 36,48 50,68 46,53 53,17 Anjak Piutang 1,41 1,30 2,20 2,22 2,03 2,30 Usaha Kartu Kredit 1,76 1,48 1,44 1,15 0,93 0,88 Pembiayaan Konsumen 44,20 57,70 67,56 83,19 93,05 130,01 Laba 3,5 3,1 4,4 6,4 7,8 8,9 Sumber: APPI (2010) 2

Gambar 1.1 Data Perkembangan Multifinance 2010 (dalam triliun Rp) Sumber: APPI (2010) Berdasarkan pada hasil pada data perkembangan multifinance pada tahun 2010, diperoleh hasil yang menujukkan bahwa peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010, pada tahun ini industri pembiayaan konsumen mencapai 130,01 triliun rupiah, sedangkan sewa guna usaha sebesar 53,17 triliun rupiah, anjak piutang sebesar 2,30 triliun rupiah, dan usaha kartu kredit sebesar 0,88 triliun rupiah atau sebesar 880 miliar rupiah. Sementara itu, pergerakan perkembangan multifinance tersebut tidak menujukkan adanya fluktuasi pada periode 2005 dan 2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan multifinance periode 2005 sampai 2010 cukup stabil. 3

Gambar 1.2 Komposisi Pembiayaan Multifinance 2010 Sumber: APPI (2010) Hasil pembiayaan multifinance tahun 2010 seperti pada gambar 1.2. memperliharkan bahwa pembiayaan konsumen memiliki komposisi terbanyak dalam pembiayaan multifinance tahun 2010 yaitu mencapai angka 69,76%, sedangkan sewa guna usaha menempati posisi kedua terbesar dalam komposisi pembiayaan multifinance yaitu sebesar 28,53%. Kemudian anjak piutang dan usaha kartu kredit menempati posisi ketiga dan keempat. Pembiayaan konsumen mendominasi komposisi pembiayaan multifinance pada tahun 2010. Hal ini bisa terjadi dikarenakan oleh kondisi ekonomi di dalam negeri yang mulai membaik serta turunnya tingkat suku bunga BI rate pada level 6,32% pada tahun 2010 lalu turut mendorong pertumbuhan pembiayaan, sebab pertumbuhan industri pembiayaan di Indonesia selama ini masih mengandalkan pembiayaan konsumen (pembiayaan mobil dan sepeda motor) dan sewa guna usaha (leasing). 4

Gambar 1.3 Jumlah Perusahaan Pembiayaan (2004-2009) Sumber: APPI (2010) Total perusahaan pembiayaan di Indonesia pada periode 2004 sampai 2009 sebanyak 198 perusahaan, dengan jumlah perusahaan yang dicabut izin usahanya sebanyak 48 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan yang mendapat izin usaha baru sebanyak 7 perusahaan pada tahun 2007 sampai 2009. Dari gambar di atas juga dapat dilihat pula, bahwa pada tahun 2009 jumlah perusahaan pembiayaan mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai 198 perusahaan dari 212 perusahaan pada tahun 2008. Salah satu industri yang memiliki market share cukup besar pada industri pembiayaan adalah industri elektronik. Berdasarkan data laporan BI, nilai ekspor non-migas menurut kelompok barang tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 (lihat tabel 1.2 hal 6), industri elektronika hampir selalu berada pada posisi ketiga dalam enam besar ekspor hasil industri, setelah tekstil dan kayu. Meskipun industri elektronika selalu berada pada posisi ke tiga dari nilai ekspor di sektor industri 5

tapi pertumbuhannya jauh melampaui pertumbuhan sektor industri lainnya (Kuncoro, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan industri elektronik cukup tinggi di Indonesia, sehingga dengan permintaan produk elektronik yang cukup tinggi tersebut membutuhkan lembaga pembiayaan sebagai salah satu faktor pendukung dalam memfasilitasi metode pembayaran konsumen. Bahkan saat ini industri elektronika konsumsi dan komponennya merupakan industri prioritas yang akan dikembangkan sesuai dengan Kebijakan Pengembangan Industri Nasional. Saat ini ada sekitar 230 perusahaan di bidang elektronik yang beroperasi di Indonesia. Pemerintah melihat industri elektronik termasuk industri unggulan dengan pertumbuhan rata-rata pada 2005-2009 mencapai 13,15 persen. Tabel 1.2 di bawah ini menunjukkan data perkembangan ekspor elektronika dari tahun 2002-2010. Tabel 1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Barang Elektronika Tahun 2002-2010 Tahun Nilai Ekspor (Ribu USD) 2002 597,262 2003 770,014 2004 831,135 2005 1,071,723 2006 977,984 2007 999,008 2008 1,024,242 2009 1,113,177 2010 1,054,529 Sumber: Bank Indonesia (2011) Tingkat pertumbuhan elektronik di atas selaras dengan pernyataan Gabungan Elektronik (Gabel), selama 2009-2010 penjualan elektronik naik signifikan. Pada 2009, total penjualan TV mencapai 3,859,785 unit, naik 5% 6

menjadi 4,034,178 unit pada 2010. Kenaikan sangat signifikan dibukukan dari penjualan AC. Pada 2009 penjualan AC mencapai 1,211,311 unit, naik 33% menjadi 1,610,384 unit pada 2010. Kenaikan penjualan yang cukup signifikan juga dibukukan produk lemari es dan mesin cuci. Untuk lemari es, pada 2009 terjual 2,486,431 unit, naik 22% menjadi 3,026,378 unit pada 2010. Begitu juga, penjualan produk mesin cuci naik 21%, dari 1,227,236 unit menjadi 1,490,594 unit. Secara keseluruhan nilai penjualan elektronik pada 2009 mencapai Rp 20,135,194 triliun, naik 17% menjadi Rp 23,491,013 pada 2010. Berdasarkan data-data di atas jelas telah terjadi persaingan yang cukup ketat antara perusahaan pembiayaan khususnya pembiayaan konsumen dibidang elektronik. Dengan jumlah perusahaan pembiayaan yang cukup banyak tersebut, dan dengan cukup tingginya tingkat permintaan terhadap produk elektronik tersebut, maka perusahaan dituntut untuk dapat memenangkan persaingan dengan menerapkan strategi bersaing yang efektif. Penelitian ini mengevaluasi strategi salah satu perusahaan pembiayaan yang cukup besar yaiu PT Finansia Multi Finance. Dipilihnya perusahaan ini sebagai objek penelitian karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan multinasional yang mengalami perkembangan cukup signifikan pada produk pembiayaan elektronik. PT Finansia Multi Finance merupakan suatu badan usaha bersama gabungan antara profesional Indonesia, Singapura, dan Amerika. Beranjak dari pembiayaan untuk motor, mobil dan alat-alat berat, PT Finansia Multi Finance membangun usaha dan menjaring konsumen setianya, yang 7

dipertahankan sejak PT Finansia Multi Finance berdiri sampai dengan tahun 1997. Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian masing-masingnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil analisis generik yang dilakukan terhadap PT Finansia Multi Finance? 2. Bagaimana hasil analisis industri berdasarkan lima kekuatan dari Michael E Porter yang dilakukan terhadap PT Finansia Multi Finance? 3. Bagaimana hasil analisis Resources Based View yang dilakukan terhadap PT Finansia Multi Finance? 4. Bagaimana hasil analisis SWOT yang dilakukan terhadap PT Finansia Multi Finance? Pertanyaan penelitian tersebut dirumuskan untuk mengetahui bagaimana strategi bersaing yang diterapkan oleh PT Finansia Multi Finance dan apakah masih sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis saat ini. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi bersaing PT Finansia Multi Finance pada persaingan industri pembiayaan 8

elektronik pada saat ini. Memformulasikan alternatif strategi bagi perusahaan sesuai prediksi perubahan yang akan terjadi pada lingkungan industri industri pembiayaan elektronik di Jakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian yang dilakukan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi PT Finansia Multi Finance PT Finansia Multi Finance mengetahui posisi perusahaan dalam persaingan industri pembiayaan elektronik, mengetahi pesaing terdekat (close competitor) serta cara mengantisipasinya. Dengan hal ini diharapkan diperoleh gambaran secara nyata mengenai strategi yang dijalankan oleh perusahaan. 2. Bagi Teoritis Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perkembangan ilmu manajemen strategi khususnya terkait dengan konsep strategi bersaing pada industri pembiayaan elektronika. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan studi ini meliputi 6 bab yang secara garis besar membahas : - Bab 1 : Pendahuluan Bab ini meliputi penjelasan mengenai latar belakang permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam upaya memenangkan persaingan bisnis pembiayaan konsumen. Sehingga perlu dilakukannya 9

penelitian ini serta batasan penelitian, tujuan, dan metode penelitian serta sistematika pembahasan yang akan digunakan. - Bab 2 : Landasan Teori Merupakan telaah kepustakaan yang membahas berbagai teori yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya mengenai konsep dasar dalam manajemen strategik dan manajemen strategik terkait dengan konsep analisis eksternal dan internal. - Bab 3 : Profil Perusahaan Memberikan gambaran singkat tentang keadaan PT Finansia Multi Finance, sebagai obyek peneltian. Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang lingkungan dan keadaan perusahaan yang dianggap perlu diketahui untuk penelitian selanjutnya. - Bab 4 : Metodologi Penelitian Bab ini meliputi penjelasan mengenai sifat penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data. - Bab 5 : Hasil dan Pembahasan Meliputi berbagai data-data deskriptif yang didapatkan baik mengenai pasar industri pembiayaan konsumen, dan hasil formulasi strategi, serta analisis yang bisa diambil berdasarkan hasil temuan tersebut. 10

- Bab 6 : Kesimpulan dan Saran Bab kesimpulan dan saran ini berisikan kesimpulan yang bisa didapatkan dari penelitian, serta berbagai saran yang diharapkan bisa bermanfaat bagi perusahaan di masa mendatang, sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. 11