DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... iii

dokumen-dokumen yang mirip
PJOK ( Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan )

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

NOMOR : 415.4/2979/ /2009 NOMOR : 19/KOK-SBY/KPTS/VI/2009

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

BAB IV GAMBARAN UMUM

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

VISI PAPUA TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

BAB VII P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2011 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH ACEH TAHUN 2011

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i iii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Landasan Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-3 1.4 Sistematika Dokumentasi RKPA... I-3 1.5 Maksud dan Tujuan... I-5 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2010 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH... II-1 2.1 Gambaran Umum Kondisi Aceh... II-1 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi... II-1 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II-11 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum... II-20 2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah... II-24 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPA dan Realisasi RPJMA... II-28 2.3 Permasalahan Pembangunan Aceh... II-103 2.3.1. Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Aceh... II-103 2.3.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Aceh... II-110 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN ACEH... III-1 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi ACEH... III-1 3.1.1. Kondisi Ekonomi Aceh Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun 2011... III-1 3.1.2. Perkiraan Tahun 2011... III-6 3.1.3. Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2012 dan Tahun 2013... III-10 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Aceh... III-12 3.2.1. Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh... III-13 3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Aceh... III-17 3.2.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Aceh... III-19 3.2.2.2. Arah Kebijakan Belanja Aceh... III-20 3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Aceh... III-23 i

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH... IV-1 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan... IV-11 4.2 Prioritas dan Pembangunan... IV-21 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH... V-1 BAB VI PENUTUP... VI-1 ii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penempatan Wilayah Pengembangan (WP)... II-3 Tabel 2.2 Penetapan Kawasan Unggulan Pada Kawasan Budidaya Lainnya Dalam Kawasan Andalan Aceh WP (KAA-WP)... II-4 Tabel 2.3 Kondisi Jalan Nasional dan Jalan Provinsi... II-5 Tabel 2.4 Daerah Berisiko Tinggi Terhadap Bencana... II-6 Tabel 2.5 Angka Melek Huruf Dewasa Provinsi Aceh Tahun 2005-2009... II-14 Tabel 2.6 Angka Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Aceh... II-15 Tabel 2.7 Angka Partisipasi Murni dan angka Partisipasi Kasar Tahun 2007-2009... II-16 Tabel 2.8 Angka Harapan Hidup Provinsi Aceh Tahun 2005-2008... II-18 Tabel 2.9 Organisasi Keolahragaan Provinsi Aceh... II-19 Tabel 2.10 Perkembangan Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN) Sampai Dengan November 2010... II-24 Tabel 2.11 Persentase Wilayah Produktif Provinsi Aceh... II-26 Tabel 2.12 Indeks Tindak Kejahatan Menonjol Di Provinsi Aceh Tahun 2006-2008... II-27 Tabel 2.13 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah Sampai Dengan Tahun 2011 Provinsi Aceh... II-30 Tabel 2.14 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah... II-111 Tabel 2.15 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Dari Kebijakan Nasional/ Provinsi dan Lingkungan Eksternal Lainnya... II-114 Tabel 3.1 Nilai PDRB Aceh Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan 2010 III-1 Tabel 3.2 Pertumbuhan PDRB Aceh Menurut Sector Pada Tahun 2009 dan 2010... III-3 Tabel 3.3 Persentase Struktur Aceh Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan 2010... III-4 Tabel 3.4 Tingkat Pengangguran dan Angkatan Kerja Aceh Periode 2009-2010 (dalam jutaan)... III-5 Tabel 3.5 Perkembangan Indicator Makro Ekonomi Aceh... III-9 Tabel 3.6 Realisasi Dan Proyeksi/Target Pendapatan Provinsi Aceh Tahun 2009 s.d. Tahun 2013... III-16 Tabel 3.7 Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Aceh Tahun 2009 s.d. Tahun 2010... III-22 Tabel 3.8 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2009 s.d. Tahun 2013... III-25 Tabel 4.1 Capaian Kinerja Pembangunan Infrastruktur dan Sumber Daya Energy... IV-6 Tabel 4.2 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan... IV-18 Tabel 4.3 Prioritas Pembangunan Daerah... IV-22 Tabel 4.4 Penjelasan Program Pembangunan Daerah... IV-27 iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPA). Rencana Kerja Pemerintah Aceh yang selanjutnya disingkat (RKPA) merupakan dokumen perencanaan Aceh untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut juga Rencana Pembangunan Tahunan daerah yang disusun berdasarkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2007-2012, Rencana Strategis SKPA serta Rancangan Awal Rencana Kerja SKPA sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang 25 Tahun 2004. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Khusus untuk Pemerintah Aceh sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh. Rencana Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 I -1

kerja tahunan pembangunan Daerah ini disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Aceh (RKPA). Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2010 tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2007-2012, pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintahan Aceh Tahun 2012 ini merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMA. 1.2 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara; 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Permerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 I -2

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012; 14. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh; 15. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus; 16. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2010 tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2007-2012; 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA)Tahun 2012 merupakan penjabaran dari Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2007-2012 yang sudah direvisi sesuai dengan Pergub Nomor 26 Tahun 2010 yang difokuskan pada Penuntasan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan merupakan Tahun transisi kepemimpinan Gubernur Aceh terpilih Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar. RKPA akan ditindak lanjuti dengan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) dan menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBA Tahun Anggaran 2012. 1.4 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPA RKPA Tahun 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Hubungan antar Dokumen 1.4 Sistematika Dokumentasi RKPA 1.5 Maksud dan Tujuan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 I -3

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2011 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Kondisi Aceh 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum 2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPA Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMA 2.3. Permasalahan Pembangunan Aceh 2.3.1. Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Aceh 2.3.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Aceh BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN ACEH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Aceh 3.1.1. Kondisi Ekonomi Aceh Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun 2011 3.1.2. Perkiraan Tahun 2011 3.1.3. Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2012 dan Tahun 2013 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Aceh 3.2.1. Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh 3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Aceh 3.2.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Aceh 3.2.2.2. Arah Kebijakan Belanja Aceh 3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Aceh BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2 Prioritas dan Pembangunan BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH BAB VI PENUTUP Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 I -4

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Penyusunan RKPA Tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. Menjadi pedoman bagi Pemerintah Aceh, DPRA, Dunia Usaha dan masyarakat dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam KUA dan PPAS Tahun 2012; 2. Pencerminan komitmen pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Sedangkan Tujuan Penyusunan RKPA Tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya sinergisitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan; 2. Tercapainya sasaran Pembangunan sebagaimana yang sudah diamanahkan dalam RPJMA serta terwujudnya efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 I -5

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2010 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI ACEH 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Provinsi Aceh terletak di ujung Barat Laut Sumatera (2 o 00 00-6 o 04 30 Lintang Utara dan 94 o 58 21-98 o 15 03 Bujur Timur) dengan Ibukota Banda Aceh, memiliki luas wilayah 56.758,85 km 2 atau 5.675.850 Ha (12,26 persen dari luas pulau Sumatera), wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.479.802 Ha dengan garis pantai 2.666,27 km 2. Secara administratif pada tahun 2010, Provinsi Aceh memiliki 23 kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 277 kecamatan, 754 mukim dan 6.423 gampong atau desa. Provinsi Aceh memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan Internasional yang menghubungkan belahan dunia timur dan barat, dengan batas wilayah di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Teluk Benggala, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Aceh memiliki topografi datar hingga bergunung. Wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat dibagian tengah Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai terdapat dibagian utara dan timur Aceh. Berdasarkan kelas topografi wilayah, Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar (0-2%) tersebar di sepanjang pantai barat selatan dan pantai utara-timur sebesar 24.83 persen dari total wilayah landai (2-15%) tersebar di antara Pegunungan Seulawah dengan Sungai Krueng Aceh, di bagian pantai barat -selatan dan pantai utara-timur sebesar 11,29 persen dari total wilayah; agak curam (15-40%) sebesar 25,82 persen dan sangat curam (> 40%) yang merupakan punggung Pegunungan Seulawah, Gunung Leuser, dan bahu dari sungai-sungai yang ada sebesar 38,06 persen dari total wilayah. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-1

Provinsi Aceh memiliki ketinggian rata-rata 125 m diatas permukaan laut. Persentase wilayah berdasarkan ketinggiannya yaitu: (1) Daerah berketinggian 0-25 meter dpl merupakan 22,62 persen luas wilayah (1,283,877.27 ha), (2) Daerah berketinggian 25-1.000 meter dpl sebesar 54,22 persen luas wilayah (3,077,445.87 ha), dan (3) Daerah berketinggian di atas 1.000 meter dpl sebesar 23,16 persen luas wilayah (1,314,526.86 ha). Provinsi Aceh memiliki persentase lamanya penyinaran matahari tercatat jumlah penyinaran matahari maksimum terjadi antara pukul 10.00-11.00 WIB yaitu sebesar 8,6 persen dan jumlah penyinaran matahari terendah terjadi antara pukul 15.00-16.00 Wib sebesar 4.5 persen, suhu tertinggi terjadi pada tanggal 04 September 2010 sebesar 28,4 ºC, dan rata-rata suhu terendah tercatat tanggal 29 September 2010 sebesar 25,4 persen sedangkan rata-rata kelembaban udara tertinggi terjadi pada tanggal 29 September 2010 sebesar 91 persen dan terendah terjadi pada tanggal 04 September 2010 sebesar 69 persen. Sedangkan rata-rata tekanan udara terendah terjadi pada tanggal 18 September 2010 yang bernilai 1011,0 mb sedangkan rata-rata tekanan udara tertinggi tercatat 06,27 mb dan 28 September sebesar 1012,9 mb. Untuk jumlah penguapan di stasiun klimitologi indrapuri, September 2010 tercatat jumlah penguapan terendah terjadi pada tanggal 29 September 2010 dengan nilai penguapan sebesar 0.3 mm, sedangkan jumlah penguapan tertinggi terjadi pada tanggal 10 September 2010 dengan jumlah penguapan 7,0 mm. Sementara persentase kecepatan angin terbanyak pada kecepatan Calm (0 Knot) sebesar 57,4 persen dan persentase kecepatan angin terendah yaitu pada kecepatan 11-17 Knot sebesar 1,3 persen. Sedangkan persentase arah angin terbanyak pada bulan Agustus 2010 didominasi arah dari Barat Laut sebanyak 8% dan arah angin terendah dari Timur Laut dengan persentase sebesar < 1.4%. a. Potensi Pengembangan Wilayah Provinsi Aceh mempunyai beragam kekayaan sumberdaya alam antara lain minyak dan gas bumi, pertanian, industri, perkebunan, perikanan darat dan laut, pertambangan umum yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-2

Secara umum, penetapan Wilayah Pengembangan (WP) di Aceh dikelompokkan berdasarkan posisi geografis, yaitu: (1) Banda Aceh dan sekitar, (2) Pesisir Timur, (3) Pegunungan Tengah, dan (4) Pesisir Barat. Wilayah Pengembangan yang dimaksud memiliki beberapa pusat kegiatan di wilayah tersebut yang dapat merupakan: Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKN dan PKW merupakan kewenangan pemerintah, dan telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Sementara PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi, sesuai dengan ketentuan pada Pasal 11 ayat (3) Peraturan Pemerintah (PP) No.26/2008 tentang RTRWN. Penetapan wilayah pengembangan berdasarkan rencana tata ruang Provinsi Aceh secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.1. NO TABEL 2.1 PENEMPATAN WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) Wilayah Pengembangan (WP) Pusat Kegiatan Kabupaten/Kota yang Tercakup Luas WP (Ha) 1 2 3 4 5 1 Banda Aceh dan sekitarnya WP Basajan PKNp Banda Aceh Kota Banda Aceh (Banda Aceh-Sabang_Jantho) PKW/PKSN Sabang Kota Sabang - PKL Jantho Kab. Aceh Besar 2 Pesisir Timur WP Timur 1 PKW Langsa Kota Langsa (Langsa-Kuala Simpang-Idi Rayeuk) PKL Ka. Simpang-Kr Baru Kab. Aceh Utara - PKL Idi Reyeuk Kab. Bireuen WP Timur 2 PKN Lhokseumawe Kota Lhokseumawe (Lhokseumawe-Bireuen-Lhok Sukon) PKL Bireuen Kab. Bireuen 146,900.00 PKL Lhok Sukon Kab. Aceh Utara WP Timur 3 Kab. Pidie Kab. Pidie (Sigli-Meureudu) Kab. Pidie jaya Kab. Pidie Jaya 157,050.00 3 Pegunungan Tengah WP Tengah 1 WP Tengah 2 PKW Takengon PKL Kutacane Kab. Aceh Tengah Kab. Aceh Tengah (Takengon-Sp. Tiga Redelong (Kutacane-Blangkejeren) PKL Sp. Tiga Redelong PKL Blangkejeren Kab. Bener Meriah Kab. Gayo Lues 140,800.00 290,701.32 4 Pesisir Barat WP Barat 1 PKW Meulaboh Kab. Aceh Barat (Meulaboh-Calang_Suka Mak-mue) PKL Calang Kab. Aceh Jaya 351,832.53 PKWp Jeuram-Suka Mamue Kab. Nagan Raya WP Barat 2 WP Barat 3 WP Barat 4 PKL Tapaktuan PKWp Subulussalam Sinabang Kab. Aceh Selatan Kota Subulussalam Kab. Simeulue (Tapaktuan-Blangpidie) (Subulussalam-Singkil) (Sinabang) PKWp Blangpidie PKL Singkil Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Singkil 291,650.00 84,862.90 11.37 Sumber : Bappeda Aceb (RTRWA,), 2010 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-3

Demikian juga dengan rencana penetapan kegiatan unggulan pada kawasan budidya lainnya sebagaimana tabel 2.2 No. TABEL 2.2 PENETAPAN KAWASAN UNGGULAN PADA KAWASAN BUDIDAYA LAINNYA DALAM KAWASAN ANDALAN ACEH WP (KAA-WP) Kawasan Andalan Aceh-WP Kabupaten/Kota Luas KAA-WP Luas Kaw. Luas Kaw. Bud. Luas Kaw. Kegiatan Unggulan Pada (KAA-WP) Yang Tercakup (Ha) Lindung (Ha) Strat.Aceh (Ha) Bud. Lain (Ha) Kaw. Budidaya Lainnya 1. Kawasan Andalan Aceh - Kota Banda Aceh 308.087,76 159.166,60 50.919,40 62.953,60 - Permukiman Perkotaan WP Basajan Kota Sabang - Permumiman Perdesaan (Banda Aceh-Sabang-Jantho) Kab. Aceh Besar - Pertanian - Pariwisata - Industri - Perikanan 2. Kawasan Andalan Aceh - Kota Langsa 775.022,60 432.431,90 31.934,04 298.155,96 - Permukiman Perkotaan WP Timur 1 Kab. Aceh Tamiang - Permumiman Perdesaan (Langsa-Kuala Simpang-Idi Kab. Aceh Timur - Perkebunan Rayeuk) - Pertanian - Industri - Perikanan - Pertambangan 3. Kawasan Andalan Aceh - Kota Lhokseumawe 464.440,37 137.762,70 52.327,13 269.612,87 - Permukiman Perkotaan WP Timur 2 Kab. Aceh Utara - Permumiman Perdesaan (Lhokseumawe-Bireuen-Lhok Kab. Bireuen - Pertanian Sukon) - Perkebunan - Industri - Perikanan - Pertambangan 4. Kawasan Andalan Aceh - Kab. Pidie 411.718,18 267.670,09 51.376,97 65.513,03 - Permukiman Perkotaan WP Timur 3 Kab. Pidie Jaya - Permumiman Perdesaan (Sigli-Meureudu) - Pertanian - Perkebunan - Industri - Perikanan - Pertambangan 5. Kawasan Andalan Aceh - Kab. Aceh Tengah 635.804,69 459.753,21 5.200,00 59.930,00 - Permukiman Perkotaan WP Tengah 1 Kab. Bener Meriah - Permumiman Perdesaan (Takengon-SpTRedelong) - Perkebunan - Pariwisata - Perikanan 6. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Tenggara 971.953,52 873.350,00 35.657,54 29.472,46 - Permukiman Perkotaan WP Tengah 2 Kab. Gayo Lues - Permumiman Perdesaan (Kutacane-Blangkejeren) - Perkebunan - Pariwisata - Pertanian 7. Kawasan Andalan Aceh - Kab. Aceh Barat 1.018.069,37 702.493,32 31.868,36 276.981,64 - Permukiman Perkotaan WP Barat 1 Kab. Aceh Jaya - Permumiman Perdesaan (Meulaboh-Calang-Suka Mak- Kab. Nagan Raya - Perkebunan mue) - Pertanian - Perikanan - Pariwisata - Pertambangan 8. Kawasan Andalan Aceh - Kab. Aceh Selatan 605.863,89 535.690,00 21.896,35 38.243,65 - Permukiman Perkotaan WP Barat 2 Kab. Aceh Barat Daya - Permumiman Perdesaan (Tapaktuan-Blangpidie) - Perkebunan - Pertanian - Perikanan - Pariwisata 9. Kawasan Andalan Aceh - Kota Subulussalam 302.158,51 390.073,00 7.867,86 107.542,14 - Permukiman Perkotaan WP Barat 3 Kab. Aceh Singkil - Permumiman Perdesaan (Subulussalam-Singkil) - Perkebunan - Perikanan - Pariwisata 10. Kawasan Andalan Aceh - Kab. Simeulue 182.721,93 121.752,10 3.085,00 50.685,00 - Permukiman Perkotaan WP Barat 4 (Sinabang) - Permumiman Perdesaan - Perkebunan - Perikanan - Pariwisata Sumber: Rencana Pola Ruang Wilayah Aceh. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-4

NO. TABEL 2.3 KONDISI JALAN NASIONAL DAN JALAN PROVINSI NAMA RUAS/ KONDISI KONDISI JALAN 2009 2010 Km % Km % 1 Jalan Nasional 1.782,78 100 1,803,35 100 Baik 1.107,80 62,14 1,120,41 62,13 Rusak Ringan 489,85 27,48 592,81 32,87 Rusak Berat 175,13 9,82 90,13 5,00 Belum Tembus 0,00 0,56 - - 2 Jalan Provinsi 1.847.91 100 1,847,91 100 Baik 818,86 44,31 839,91 45,45 Rusak Ringan 569,38 30,81 562,38 30,43 Rusak Berat 389,67 21,09 375,62 20,33 Belum Tembus 70,00 3,79 70,00 3,79 b. Wilayah Rawan Bencana Aceh secara geografis terletak di daerah khatulistiwa antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudera Hindia dan Selat Malaka. Letak Aceh yang berdekatan dengan garis khatulistiwa juga menyebabkan Aceh memiliki kondisi iklim yang khas dengan musim hujan dan kemarau yang panjang. Dari kondisi geologis, Aceh berada pada pertemuan dua lempeng utama dunia, yaitu lempeng Eurasia dan Indo-Australia membentuk tunjaman lempeng tektonik yang melintas dari barat pulau Sumatera melalui sebelah selatan pulau Jawa hingga ke Nusa Tenggara. Kondisi pertemuan lempeng tersebut menyebabkan Aceh berpotensial terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor dan tsunami. Kondisi-kondisi tersebut menjadikan Aceh sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam. Kendati pernah mengalami bencana besar tsunami, Aceh masih berpotensi terjadi bencana yang sama. Potensi ancaman di Aceh diprediksikan tidak akan berkurang secara signifikan dalam tahun-tahun kedepan. Pada dasarnya semua jenis bencana, baik yang disebabkan oleh alam dan non alam selalu berpotensi mengancam kehidupan. Selengkapnya tabel berikut menampilkan daerah-daerah berisiko tinggi terhadap bencana geologis, hidrometrologis dan bencana sosial/kesehatan. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-5

TABEL 2.4 DAERAH BERISIKO TINGGI TERHADAP BENCANA NO JENIS ANCAMAN KABUPATEN/KOTA KECAMATAN 1. Geologis a. Gempa Bumi Aceh Barat 11 Bener Meriah 7 Banda Aceh 9 Sabang 2 Subulussalam 5 Aceh Jaya 6 Simeulue 8 Aceh Singkil 5 Aceh Selatan 14 Aceh Tenggara 10 Aceh Tengah 6 Aceh Besar 23 Pidie 12 Gayo Lues 11 Abdya 6 Nagan Raya 4 b. Tanah Longsor Aceh Barat 7 Aceh Tamiang 6 Nagan Raya 3 Bener Meriah 7 Pidie Jaya 2 Langsa 1 Lhokseumawe 1 Subulussalam 3 Aceh Jaya 6 Simeulue 4 Aceh Singkil 4 Aceh Selatan 12 Aceh Tenggara 10 Aceh Timur 6 Aceh Tengah 14 Aceh Besar 12 Pidie 7 Bireuen 7 Aceh Utara 9 Abdya 6 Gayo lues 11 2. Hidrometrologis a. Banjir Aceh Barat 11 Aceh Tamiang 9 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-6

NO JENIS ANCAMAN KABUPATEN/KOTA KECAMATAN b. Abrasi, sedimentasi, erosi Nagan Raya 1 Bener Meriah 3 Pidie Jaya 3 Banda Aceh 6 Sabang 2 Lhokseumawe 1 Subulussalam 3 Aceh Jaya 3 Simeulue 3 Aceh Singkil 2 Aceh Selatan 9 Aceh Tenggara 2 Aceh Timur 5 Aceh Tengah 2 Aceh Besar 10 Pidie 4 Bireuen 3 Aceh Utara 9 Abdya 6 Gayo Lues 1 Aceh Barat 8 Aceh Tamiang 5 Nagan Raya 4 Pidie Jaya 5 Banda Aceh 4 Sabang 2 Langsa 2 Lhokseumawe 3 Subulussalam 4 Aceh Jaya 5 Simeulue 8 Singkil 6 Aceh Selatan 9 Aceh Tenggara 5 Aceh Timur 12 Aceh Tengah 5 Aceh Besar 14 Pidie 10 Bireuen 6 Aceh Utara 7 Abdya 5 Gayo Lues 2 3. Sosial dan Kesehatan a. Konflik Aceh Barat 8 Aceh Besar 14 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-7

NO JENIS ANCAMAN KABUPATEN/KOTA KECAMATAN Aceh Jaya 6 Aceh Selatan 10 Aceh Timur 19 Aceh Utara 8 Bireuen 6 Pidie 9 Aceh Barat Daya 6 Gayo Lues 2 Subulussalam 1 Aceh Singkil 6 Aceh Tenggara 6 Aceh Tengah 6 Lhokseumawe 4 Langsa 5 Pidie Jaya 8 Aceh Tamiang 5 Nagan Raya 4 Bener Meriah 8 Banda Aceh 9 Sabang 2 b. KLB/wabah Penyakit Banda Aceh 9 Aceh Jaya 6 Aceh Barat 13 Nagan Raya 7 Simeulue 8 Aceh Barat Daya 6 Singkil 9 Aceh Selatan 11 Subulussalam 5 Sabang 2 Aceh Besar 22 Pidie 13 Aceh Tengah 3 Gayo Lues 2 Aceh Tenggara 4 Lhokseumawe 5 Aceh Utara 5 Aceh Timur 6 Langsa 4 Pidie Jaya 8 Bireun 17 Aceh Tamiang 10 Bener Meriah 9 Sumber : RAD Pengurangan Resiko Bencana Aceh Tahun 2010-2012 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-8

c. Demografi Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Aceh berjumlah 4.486.570 jiwa terdiri dari 2.243.578 jiwa laki-laki dan 2.242.992 jiwa perempuan. Dilihat dari distribusinya jumlah penduduk paling banyak di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebesar 529.746 jiwa atau sebesar 11.81% dari total penduduk di Aceh. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar 30.647 jiwa atau sebesar 0.68% dari total penduduk. Jika dilihat dari perkembangannya, jumlah penduduk di Aceh terus meningkat pasca tsunami dan konflik yang berkepanjangan. Konflik yang berkepanjangan di Aceh dan tsunami yang terjadi pada tahun 2004 berpengaruh pada dinamika penduduk di Aceh. Tsunami di Aceh pada tahun 2004 mengakibatkan korban meninggal 310.000 orang. Bila dibandingkan dengan data penduduk tahun 2004, maka 4% dari penduduk Aceh menjadi korban tsunami. Korban penduduk terbanyak di Kabupaten Aceh Besar (36%), Kabupaten Aceh Jaya (21%), Aceh Barat (9%) dan Kota Banda Aceh (6%). Pada tahun 2010 kepadatan penduduk di Aceh sebesar 76 orang/km2, wilayah dengan kepadatan tertinggi adalah Kota Banda Aceh. Kepadatan penduduk Kota Banda Aceh mencapai 3.654 orang per km2. Kota Lhokseumawe (942 jiwa/km2) dan Kota Langsa (567 jiwa/km2) juga memiliki kepadatan penduduk yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah lain. Kondisi demikian disebabkan karena pada daerah-daerah tersebut terdapat akses yang mudah dicapai terhadap sarana dan prasarana wilayah. Fasilitas yang sudah cukup memadai pada daerah-daerah tersebut cukup menarik perhatian masyarakat untuk menetap disana. Kondisi yang terjadi di tiga kabupaten tersebut, berbanding terbalik dengan Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten Gayo Lues yang memiliki luas wilayah sekitar 10% dari wilayah Aceh memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu hanya sekitar 14 orang per km2. Selama periode 2005-2010 kepadatan penduduk di Aceh terus meningkat, dari 68 jiwa/km2 pada tahun 2005 naik menjadi 76 jiwa/km2 pada tahun 2010. Pada periode 2009-2010 pertumbuhan penduduk Aceh mencapai 2,13%, angka ini menggambarkan laju pertumbuhan penduduk mulai sedikit meningkat Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-9

dibanding periode tahun sebelumnya, yaitu 1,66 % pada periode 2008 2009. Jika dilihat dari persebarannya, pertumbuhan tertinggi pada periode 2009-2010 adalah di Kabupaten Aceh Besar (11,98%). Namun pertumbuhan penduduk terendah ada di Kabupaten Subulussalam (-43,84%). Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Di tahun 2010 komposisi jumlah penduduk perempuan (2.242.992 jiwa atau 49.99% dari total penduduk) tetap lebih sedikit jika dibandingkan jumlah penduduk laki-laki pada tahun yang sama (2.243.578 jiwa atau 50.01% dari total penduduk. Jika dilihat dari bentuk piramida penduduknya, penduduk Aceh tergolong ke dalam kelompok ekspansif. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok usia muda. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio), merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan sebagai jumlah laki-laki per 100 perempuan. Rasio jenis kelamin tahun 2010 adalah 99% yang berarti dari setiap 100 perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki. Rasio untuk tahun 2009 tidak jauh berbeda dari tahun 2010. Indek Pembangunan Manusia (IPM) adalah satuan untuk mengukur kesuksesan pembangunan suatu wilayah. IPM/HDI adalah angka yang diolah berdasarkan tiga dimensi: yaitu panjang usia (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (standard of living) suatu wilayah. IPM yang tinggi menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Sebaliknya, IPM yang rendah menunjukkan ketidakberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi suatu negara. Indek Pembangunan Manusia di Aceh tahun 2010 mencapai angka 71.70, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (71,31). Jika dilihat dari peringkatnya menempati peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia. Bila diperhatikan IPM Kabupaten/Kota, ternyata IPM Kabupaten/Kota di pesisir timur dan Banda Aceh dan sekitarnya lebih besar dari IPM Aceh, kecuali Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-10

IPM Kabupaten/Kota di pesisir barat relatif lebih kecil IPM Aceh. Sementara IPM Kabupaten di Wilayah tengah menunjukkan sebagian lebih besar (Aceh Tengah dan Aceh Tenggara) dan sebagian lebih kecil (Gayo Lues dan Bener Meriah) daripada IPM Aceh. Sebaran IPM menurut wilayah tersebut dapat mengidentifikasikan bahwa ada kesenjangan perkembangan wilayah antara wilayah pesisir timur dan Banda Aceh dan sekitarnya di satu pihak yang lebih maju, dan wilayah pesisir barat dan wilayah tengah di lain pihak yang tertinggal. Angka harapan hidup menggambarkan panjang umur penduduk dalam suatu wilayah dengan menjalani hidup sehat. Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir memberikan gambaran tentang perbaikan tingkat kesehatan dan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan data BPS tahun 2008, angka harapan hidup di Aceh sebesar 68.5 tahun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 2005-2007. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan tingkat layanan kesehatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Indonesia pada tahun yang sama (71 tahun), angka harapan hidup di Aceh lebih rendah. Jika dilihat dari distribusinya, angka harapan hidup tertinggi ada di Kabupaten Bireuen, yaitu 72,28 tahun. Disusul Kota Sabang 70,36 tahun dan Kota Banda Aceh 70,24 tahun. Sedangkan angka harapan hidup paling rendah ada di Kabupaten Simeulue. Jika dibandingkan angka harapan hidup laki-laki dan perempuan dari tahun 2005-2008, angka harapan hidup perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan angka harapan hidup laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan perempuan di Aceh relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat kesehatan pada laki-laki. 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh yang dihitung atas harga konstan mengalami perkembangan yang kurang menggembirakan. Pasca tsunami, ekonomi Aceh sempat terpuruk sampai ke tingkat yang sangat memprihatinkan. PDRB Aceh pada tahun 2005 hanya mencapai Rp.36,29 triliun atau turun 10,12 persen dari tahun sebelumnya. Lima dari sembilan sektor ekonomi yang membentuk struktur PDRB mengalami kontraksi yang besar yaitu Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-11

pertanian turun 3,89 persen, pertambangan dan penggalian turun tajam sampai 22,62 persen, demikian juga industri pengolahan jatuh 22,30 persen, konstruksi turun 16,14 persen, serta sektor jasa turun 9,53 persen. Perkembangan nilai PDRB Aceh dalam lima tahun terakhir secara berturut-turut adalah sebesar 36.29 triliun rupiah (2005), 36.85 triliun rupiah (2006), 35.98 triliun rupiah (2007), 34.09 triliun rupiah (2008) dan 32.18 triliun rupiah (2009). Berdasarkan persentase pertumbuhan PDRB, secara berturut-turut pertumbuhan ekonomi Aceh (dengan Migas) adalah -10,12 persen (2005), 1,56 persen (2006), -2,36 persen (2007), -5,27 persen (2008) dan -5,58 persen (2009). Sedangkan nasional secara berturut-turut adalah 6,60 persen (2005); 6,10 persen (2006); 6,90 persen (2007); 6,50 persen (2008); dan 4,20 persen (2009). Semakin menurunnya pertumbuhan ekonomi Aceh selama kurun waktu tersebut terutama akibat semakin menurunnya kontribusi sub sektor migas. Sebagaimana diketahui bahwa selama hampir 30 tahun terakhir struktur ekonomi Aceh didominasi oleh sub sektor migas sehingga perubahan sumbangan sektor ini memberi pengaruh signifikan terhadap nilai PDRB Aceh secara keseluruhan. Tanpa memperhitungkan sumbangan sub sektor migas, PDRB Aceh terus mengalami peningkatan namun besaran pertumbuhannya sangat fluktuatif. Pada tahun 2005 PDRB Non Migas Aceh tumbuh hanya sebesar 1,22 persen, selanjutnya secara berturut-turut 7,72 persen (2006), 7,02 persen (2007), 1,89 persen (2008) dan 3,92 persen (2009). Sejak tahun 2006, seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif setelah sempat terpuruk di tahun 2005 akibat bencana Tsunami. Dalam kurun waktu tersebut, sektor Pertanian yang merupakan sektor dominan (kontribusi rata-rata 33 persen) setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 3,60 persen, pertumbuhan tersebut terutama terjadi pada sub sektor perkebunan yang diikuti oleh tanaman pangan dan perikanan. Sedangkan sektor lainnya seperti Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi disamping mengalami pertumbuhan yang signifikan, kontribusinya juga mengalami peningkatan. Akan tetapi sektor-sektor tersebut kontribusinya masih relatif kecil terhadap PDRB yaitu masih dibawah 15 persen. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-12

Pertumbuhan ekonomi non migas terutama didorong oleh aktifitas rehabilitasi dan rekonstruksi dan kondisi keamanan yang semakin kondusif pasca MoU Helsinki. Selama periode tersebut tingginya anggaran pembangunan di Aceh dari berbagai sumber ikut memberi peran positif terhadap pertumbuhan ekonomi non migas. a. Laju Inflasi Laju inflasi yang terjadi di Aceh selama periode 2005-2009 menunjukkan penurunan setiap tahunnya, setelah mengalami lonjakan yang tinggi pada tahun 2005 akibat bencana tsunami. Pada tahun 2005 laju inflasi yang terjadi di Aceh yang diamati di dua kota yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe. Laju inflasi di Banda Aceh sebesar 41,11 persen sedangkan di Lhokseumawe sebesar 17,57 persen. Selanjutnya secara berturut-turut laju inflasi di Banda Aceh sebesar 9,54 persen (2006), 11,00 persen (2007), 10,27 persen (2008) dan 3,50 persen (2009). Sedangkan di Kota Lhokseumawe secara berturut-turut sebesar 11,47 persen (2006), 4,18 persen (2007), 13,78 persen (2008) dan 3,96 persen (2009). Sejak 2007 perbedaan laju inflasi antara Aceh dan nasional semakin mengecil, kondisi nasional secara berturut-turut sebesar 17,11 persen (2005), 6,60 persen (2006), 6,59 persen (2007), 11,06 persen (2008) dan 2,78 persen (2009). b. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita penduduk dihitung berdasarkan PDRB dibagi dengan jumlah total penduduk. PDRB perkapita 2005-2008 dengan Migas atas dasar harga konstan menunjukkan penurunan dimana pada tahun 2005 PDRB perkapita 9.000.897,66 rupiah per jiwa, 8.872.811,43 rupiah per jiwa (2006), 8.519.060,77 rupiah per jiwa (2007) dan 7.938.091,46 rupiah per jiwa (2008) sedangkan PDRB perkapita atas harga konstan tanpa migas (non-migas) pada tahun 2005 sebesar 5.588.811,26 rupiah per jiwa, 5.842.632,36 rupiah per jiwa (2006), 6.160.802,29 rupiah per jiwa (2007) dan 6.173.990,40 rupiah per jiwa (2008). Terjadinya penurunan PDRB dengan migas disebabkan menurunnya pendapatan dari migas Aceh sebagai akibat menurunnya cadangan deposit migas. Pendapatan perkapita non-migas cenderung meningkat disebabkan oleh besarnya kontribusi sektor-sektor non-migas terutama sektor pertanian, pada Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-13

tahun 2005 sebesar 21,37 persen, 21,36 persen (2006), 22,67 persen (2007) dan 24,13 persen (2008). 2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial a. Angka Melek Huruf Data BPS tahun 2009 menunjukkan bahwa angka melek huruf di provinsi Aceh dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, angka melek huruf di Aceh sebesar 93,98 persen dan meningkat menjadi 96,39 persen pada tahun 2009. Jika dibandingkan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan terlihat bahwa masih ada ketimpangan pendidikan yang ditunjukkan dengan perbedaan angka melek huruf yaitu sebesar 98,93 persen di daerah perkotaan dan 95,33 persen di daerah perdesaan pada tahun 2009. Secara lengkap angka melek huruf setiap kabupaten/kota di Aceh dapat dilihat pada tabel di bawah ini: TABEL 2.5 ANGKA MELEK HURUF DEWASA PROVINSI ACEH TAHUN 2005-2009 Tahun No Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 2009 1 Simeulue 95.08 98.30 97.44 98.17 99.18 2 Aceh Singkil 89.66 88.86 85.88 90.71 93.91 3 Aceh Selatan 92.10 90.84 89.82 93.67 95.02 4 Aceh Tenggara 92.68 95.32 95.89 97.27 96.63 5 Aceh Timur 93.93 97.00 95.69 97.35 97.51 6 Aceh Tengah 96.74 96.84 96.97 98.08 97.48 7 Aceh Barat 91.57 86.82 94.06 93.60 93.05 8 Aceh Besar 96.15 93.10 94.63 96.44 93.98 9 Pidie 93.46 91.93 93.55 95.51 94.29 10 Bireuen 97.54 98.34 95.87 98.09 97.59 11 Aceh Utara 93.74 96.04 94.72 95.12 97.69 12 Aceh Barat Daya 90.40 91.47 93.14 96.22 94.43 13 Gayo Lues 82.12 83.65 77.65 84.41 94.04 14 Aceh Tamiang 93.41 95.46 97.04 97.87 98.25 15 Nagan Raya 85.76 83.45 89.60 88.59 93.58 16 Aceh Jaya 89.36 91.06 91.78 93.73 93.31 17 Bener Meriah 96.24 95.56 97.19 97.06 98.61 18 Pidie Jaya 92.56 93.83 92.93 19 Banda Aceh 99.05 98.56 98.09 98.95 99.10 20 Sabang 97.45 97.82 98.26 98.78 98.26 21 Langsa 97.01 98.47 98.75 98.57 99.10 22 Lhokseumawe 96.11 98.82 98.06 98.42 99.63 23 Subulussalam 89.41 91.36 96.13 Total 93.98 94.27 94.51 95.94 96.39 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-14

Bila diihat dari jenis kelamin, angka melek huruf penduduk laki-laki lebih tinggi dari pada penduduk perempuan masing-masing sebesar 97,95 persen dan 94,99 persen. Namun di daerah perkotaan kesenjangan angka melek huruf antara penduduk laki-laki dan perempuan lebih kecil yaitu sebesar 0,79 persen, sedangkan di daerah perdesaan lebih besar yaitu sebesar 3,83 persen. b. Angka Rata-rata Lama sekolah Data BPS (2009) menunjukkan bahwa angka rata-rata lama sekolah provinsi Aceh dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, angka rata-rata lama sekolah adalah 8,4 tahun dan menjadi 8,63 tahun pada tahun 2009. Kabupaten/kota yang memiliki angka rata-rata lama sekolah terendah adalah Aceh Singkil sebesar 7,74 tahun dan yang tertinggi Kota Banda Aceh sebesar 11,91 tahun (Tabel 2.6). TABEL 2.6 ANGKA RATA-RATA LAMA SEKOLAH PROVINSI ACEH TAHUN 2005-2009 No Kabupaten/Kota Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1 Simeulue 6.10 6.20 7.60 8.00 8.30 2 Aceh Singkil 7.70 7.70 7.70 7.70 7.74 3 Aceh Selatan 8.20 8.20 8.20 8.20 8.28 4 Aceh Tenggara 9.30 9.30 9.30 9.30 9.34 5 Aceh Timur 8.30 8.40 8.40 8.40 8.49 6 Aceh Tengah 9.00 9.00 9.27 9.29 9.44 7 Aceh Barat 8.20 8.20 8.20 8.20 8.23 8 Aceh Besar 9.40 9.40 9.48 9.48 9.51 9 Pidie 8.50 8.60 8.60 8.60 8.65 10 Bireuen 9.10 9.20 9.20 9.20 9.23 11 Aceh Utara 9.00 9.10 9.10 9.10 9.12 12 Aceh Barat Daya 7.40 7.50 7.50 7.50 7.63 13 Gayo Lues 8.60 8.70 8.70 8.70 8.71 14 Aceh Tamiang 8.30 8.40 8.40 8.40 8.77 15 Nagan Raya 6.40 6.70 7.32 7.32 7.34 16 Aceh Jaya 8.70 8.70 8.70 8.70 8.71 17 Bener Meriah 8.00 8.10 8.49 8.49 8.53 18 Pidie Jaya 8.00 8.00 8.00 8.38 19 Banda Aceh 11.20 11.20 11.86 11.86 11.91 20 Sabang 9.50 9.60 10.13 10.23 10.36 21 Langsa 9.30 9.40 9.70 9.88 10.04 22 Lhokseumawe 9.70 9.70 9.70 9.70 9.91 23 Subulussalam 7.50 7.50 7.50 7.58 Total 8.40 8.50 8.50 8.50 8.63 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-15

c. Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Pembangunan pendidikan Aceh telah menghasilkan beberapa kemajuan terutama dalam hal pemerataan akses terhadap pendidikan dasar, hal ini terlihat dari beberapa indikator-indikator, seperti Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). APM dan APK secara umum mengalami peningkatan untuk periode 2007 sampai 2009. Angka Partisipasi Murni (APM) Aceh untuk tingkat SD/MI/Paket A pada tahun 2007 sebesar 94,66 persen meningkat menjadi 95,50 persen pada tahun 2009. Untuk tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B, pada tahun 2007 sebesar 86,62 persen meningkat menjadi 92,59 persen pada tahun 2009. Demikian juga untuk tingkat SMA/MA/SMK/SMALB/Paket mengalami peningkatan, pada tahun 2007 sebesar 65,92 persen menjadi 70,26 pada tahun 2009 (Tabel 2.7). Selain itu, diperkirakan terdapat 2,85 persen siswa kelompok usia sekolah dasar yang belajar pada pendidikan non formal dan Dayah tradisional. TABEL 2.7 ANGKA PARTISIPASI MURNI DAN ANGKA PARTISIPASI KASAR TAHUN 2007-2009 Indikator Akses Capaian 2007-2009 (%) 2007 2008 2009 A. Angka Partisipasi Murni (APM) : 1 SD/MI/Paket A 94,66 95,06 95,50 2 SMP/MTs/SMPLB/Paket B 86,52 89,49 92,59 3 SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C 65,92 68,50 70,26 B. Angka Partisipasi Kasar (APK) : 1 SMP/MTs/SMPLB/Paket B 96,59 97,16 101,28 2 SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C 72,06 73,60 74,75 3 Perguruan Tinggi 19,00 19,15 19,40 Sumber: Dinas Pendidikan, 2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) pada tahun 2007 untuk tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B sebesar 96,59 persen meningkat menjadi 101,28 persen pada tahun 2009. APK untuk tingkat SMA/MA/SMK/SMALB/Paket mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 72,06 persen menjadi 74,75 pada tahun Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-16

2009. Demikian juga APK untuk tingkat Perguruan Tinggi pada tahun 2007 sebesar 19,00 persen meningkat menjadi 19,40 persen pada tahun 2009. d. Angka Pendidikan yang Ditamatkan Berdasarkan data statistik kependudukan tahun 2008, komposisi penduduk Aceh berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut 24,20 persen tidak/belum tamat SD/sederajat, sebesar 26,84 persen menamatkan SD/sederajat, 21,05 persen tamat SLTP/sederajat, 21,65 persen telah menamatkan SLTA/sederajat, 2,82 persen telah menamatkan D-I/II/III, 3,27 persen menamatkan D-IV/S1 dan 0,17 persen menamatkan S2/S3. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk perdesaan yang menamatkan SD/sederajat sebesar 29,71 persen, SLTP/sederajat 22,28 persen, SLTA/sederajat 17,33 persen, D-I/II/III 2,42 persen, D-IV/S1 1,74 persen dan S2/S3 0,05 persen. Sementara itu, penduduk perkotaan yang menamatkan SD/sederajat sebesar 18,28 persen, SLTP/sederajat 20,11 persen, SLTA/sederajat 35,90 persen, D-I/II/III 4,97 persen, D-IV/S1 7,48 persen dan S2/S3 0,49 persen. e. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) Aceh mengalami penurunan dari tahun 2007 sebesar 35/1.000 Kelahiran Hidup (KH) menjadi 16/1.000 KH pada tahun 2009 (BPS, 2010). Penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia, berat badan lahir rendah, infeksi dan lainnya. Kematian bayi diduga lebih banyak terjadi di pedesaan, pada ibu yang berpendidikan rendah, dan masyarakat miskin. Tantangan utama dalam penurunan kematian bayi adalah peningkatan akses penduduk miskin terhadap pusat pelayanan kesehatan, ketersediaan sumberdaya kesehatan yang memadai dan kualitas pelayanan. f. Angka Usia Harapan Hidup Pada tahun 2008 UHH Aceh adalah 68,5 tahun. Secara nasional, UHH Aceh menempati urutan ke-19 (RPJP Kesehatan 2005-2025, 2009). Sedangkan secara internal Provinsi Aceh, masih terdapat disparitas pencapaian UHH yaitu yang tertinggi di Kabupaten Bireuen mencapai 72,32 tahun dan yang terendah di Kabupaten Simeulue mencapai 62,91 tahun (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2010). Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-17

Selama periode 2007-2009 angka harapan hidup di Provinsi Aceh mengalami peningkatan yaitu dari 68,4 menjadi 68,6 (Tabel 2.8). No Kabupaten/Kota TABEL 2.8 ANGKA HARAPAN HIDUP PROVINSI ACEH TAHUN 2005-2008 2005 2006 2007 2008 2009 1 Simeulue 62.50 62.70 62.75 62.84 62.91 2 Aceh Singkil 63.20 64.00 64.27 64.46 64.69 3 Aceh Selatan 65.70 66.50 66.61 66.71 66.82 4 Aceh Tenggara 68.90 69.10 69.11 69.16 69.19 5 Aceh Timur 69.10 69.30 69.41 69.52 69.63 6 Aceh Tengah 69.10 69.20 69.31 69.42 69.53 7 Aceh Barat 68.90 69.60 69.69 69.78 69.87 8 Aceh Besar 70.00 70.30 70.42 70.52 70.64 9 Pidie 68.40 68.70 68.94 69.11 69.32 10 Bireuen 72.20 72.20 72.22 72.28 72.32 11 Aceh Utara 69.10 69.30 69.41 69.52 69.63 12 Aceh Barat Daya 65.40 66.00 66.30 66.49 66.74 13 Gayo Lues 66.20 66.60 66.73 66.84 66.96 14 Aceh Tamiang 67.80 68.00 68.09 68.18 68.27 15 Nagan Raya 69.10 69.20 69.31 69.42 69.53 16 Aceh Jaya 67.00 67.80 67.84 67.91 67.97 17 Bener Meriah 66.40 67.20 67.31 67.41 67.52 18 Pidie Jaya 68.80 68.91 69.02 69.13 19 Banda Aceh 68.70 69.60 69.99 70.24 70.56 20 Sabang 69.60 69.70 70.10 70.36 70.69 21 Langsa 68.90 69.70 69.96 70.14 70.36 22 Lhokseumawe 68.40 69.20 69.70 70.00 70.41 23 Subulussalam 65.20 65.40 65.54 65.71 Total Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Tahun 68.00 68.30 68.40 68.50 68.60 2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Saat ini Aceh memiliki 1.133 sanggar (grup) kesenian yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Aceh memiliki khasanah budaya tinggi dengan beragam jenis kesenian seperti tarian (debus, seudati, saman, ranup lampuan, pemulia jamee, marhaban, rapai geleng, didong dan prang sabilillah), sastra (pantun, syair, hikayat) dan seni lukis (kaligrafi). Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-18

Dalam bidang olahraga, Aceh memiliki berbagai klub olah raga sesuai dengan jenis olah raga yang digemari oleh masyarakat seperti klub sepak bola, badminton, tenis meja, futsal, volley, renang, sepeda, tinju, panjat tebing, lari dan senam sehat. Klub olah raga tersebut pada umumnya bernaung di bawah organisasi keolahragaan seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.9 Untuk mendukung kegiatan berbagai jenis olah raga ini dibangun gedung olah raga terdiri dari gedung olah raga milik pemerintah sebanyak 11 unit dan milik swasta 1 unit. Lapangan olah raga terbuka menurut cabang olah raga sebanyak 48 unit, gedung kepemudaan 1 unit, stadion olah raga 2 unit, stadion mini olah raga 2 unit dan public space olah raga sebanyak 2 unit (Dispora, 2009) TABEL 2.9 ORGANISASI KEOLAHRAGAAN PROVINSI ACEH No NAMA PENGDA No NAMA PENGDA 1 Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PENGDA PGSI) 23 Persatuan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PENGDA PABBSI) 2 Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PENGDA PJSI) 24 Persatuan Bola Volly Seluruh Indonesia (PENGDA PBVSI) 3 Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (PENGDA FORKI) 25 Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PENGDA PBSI) 4 Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia (PENGDA PERKEMI) 26 Persatuan Olahraga Tenis Lapangan Seluruh Indonesia (PENGDA PELTI) 5 Ikatan Pencak Silat Indonesia (PENGDA IPSI) 27 Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PENGDA PERCASI) 6 Taekwondo Indonesia (PENGDA TI) 28 Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (PENGDA PERPANI) 7 Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PENGDA KODRAT) 29 Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PENGDA PERBASI) 8 Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PENGDA PERTINA) 30 Persatuan Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia (PENGDA ISSI) 9 Wushu Indonesia (PENGDA WI) 31 (PENGDA PERSEROSI) 10 Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PENGDA PRSI) 32 (PENGDA PDBI) 11 Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PENGDA PODSI) 33 Gabungan Brigade Seluruh Indonesia (PENGDA GABSI) 12 Persatuan Olahrag Layar Seluruh Indonesia (PENGDA PORLASI) 34 Persatuan Senam Seluruh Indonesia (PENGDA PERSANI) 13 Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (PENGDA POSSI) 35 Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PENGDA PTMSI) 14 Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia (PENGDA PSASI) 36 (PENGDA PSTI) 15 Federasi Aero Sport Indonesia (PENGDA FASI) NAMA ORGANISASI DILUAR PENGDA 16 Federasi Panjat Tebing Indonesia (PENGDA FPTI) 37 Badan Pengurus Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (BAPOPSI) 17 Ikatan Motor Indonesia (PENGDA IMI) 38 Forum Olahraga Mahasiswa Indonesia (FOMI) 18 (PENGDA PASI) 39 Persatuan Wartawan Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) 19 Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PENGDA PSSI) 40 Badan Pengurus Olahraga Cacat (BPOC) 20 Persatuan Penembak Indonesia (PENGDA PERBAKIN) 41 Badan Forum Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAFOMI) 21 (PENGDA PERBASASI) 42 SIWOPWI 22 Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PENGDA IKASI) 43 KOPNI (Komite Paralempik Nasional Indonesia) Sumber : Dinas Pemuda dan Olah Raga Aceh, 2009 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-19

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum 2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib a. Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS pada pendidikan dasar dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Selama periode 2008-2009 untuk tingkat pendidikan dasar, APS untuk kelompok umur 7-12 tahun mengalami kenaikan meskipun kecil, yaitu dari 99,06 persen menjadi 99,07 persen dan pada kelompok umur 16-15 tahun dari 94,12 persen menjadi 94,31 persen. Bila melihat dari daerah tempat tinggal, APS di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan baik menurut kelompok umur, jenis kelamin maupun tingkat perkembangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan kelompok umur, maka semakin besar kesenjangan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Tingkat kesenjangan pada kelompok 7-12 tahun sebesar 0,55 persen dan pada kelompok 13-15 tahun sebesar 3,95 persen. Sedangkan untuk pendidikan menengah, selama periode 2008-2009, APS mengalami peningkatan. APS kelompok umur 16-18 tahun pada tahun 2008 sebesar 72,32 persen meningkat menjadi 72,72 persen. Dilihat dari daerah tempat tinggal, APS di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan baik menurut kelompok umur, jenis kelamin maupun tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan kelompok umur, maka semakin besar kesenjangan APS antara daerah perkotaan dengan perdesaan. Tingkat kesenjangan APS antara daerah perkotaan dengan perdesaan pada kelompok umur 7-12 tahun sebesar 0,55 persen, pada kelompok umur 13-15 tahun sebesar 3,95 persen, dan pada kelompok umur 16-18 tahun mencapai 9,97 persen. b. Rasio Guru dan Murid Di tingkat SD/MI satu guru melayani 10,83 siswa; di tingkat di SMP/MTS satu guru per 9,82 siswa dan di tingkat di SMA/MA/SMK satu guru melayani 10,23 siswa. Ini berarti bahwa jumlah guru di Aceh telah mencukupi bahkan melebihi rata-rata angka nasional. Rasio guru dan murid khusus untuk sekolah dasar di Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-20

Indonesia adalah 1:20,1 siswa. Permasalahan guru di Aceh bukanlah apada jumlah guru, namun pada distribusinya yang belum merata karena sebagian besar guru terkonsentrasi di daerah perkotaan. Untuk tingkat SMP/MTs rasio guru terhadap murid pada tahun 2009 sebesar 1:9,82 dan pada tingkat SMA/MA/SMK sebesar 1:10,23. Angka ini sudah melebihi rata-rata Nasional sebesar 20,1. Sedangkan dari sisi kualifikasi, pada tingkat sekolah menengah pertama, persentase guru SMP berkualifikasi S1/DIV sebesar 64,58 persen dan MTs mencapai 71,31 persen. Sedangkan pada tingkat sekolah menengah atas, persentase guru SMA berkualifikasi S1/DIV adalah sebesar 87,39 persen, MA sebesar 81,08 persen dan SMK sebesar 83,45 persen. Untuk kepala sekolah menengah, persentase yang memiliki kualifikasi S1/DIV atau lebih sebesar 65,11 persen (TKPPA, 2009). c. Angka Kesakitan dan Rata-rata Lama Sakit Tahun 2009, jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu aktivitasnya mengalami penurunan dibandingkan keadaan tahun 2008 yaitu dari 36,80 persen menjadi 35,28 persen. Namun angka ini masih di atas angka rata-rata nasional yaitu sebesar 33,24 persen di tahun 2008. Sedangkan rata-rata lama sakit tahun 2009 di Aceh sebesar 3,10 hari. Angka ini mengalamai penurunan dibandngkan tahun 2008 yang mencapai 5,39 hari. d. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Pemberdayaan Perempuan masih terdapat beberapa kendala, terutama disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang keadilan dan kesetaraan gender. Namun demikian, beberapa kemajuan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak telah dicapai antara lain telah ditetapkannya Qanun Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perlindungan Anak dan Qanun Nomor 6 tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan. Saat ini juga tersedia beberapa fasilitas pendukung untuk perempuan dan anak yaitu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di 23 kabupaten/kota. Selain itu juga telah dibangun beberapa jaringan pelayanan seperti Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Provinsi Aceh bagi Perempuan dan Anak korban Kekerasan yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Aceh Nomor Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-21

260/322/2006, program tersebut juga telah dibentuk di Kabupaten Bireuen, Aceh Barat dan Nagan Raya. Selain program tersebut Pemerintah Aceh Juga telah membentuk Gugus Tugas Perhapusan Perdagangan Perempuan dan Anak melalui Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2007 yang telah dilengkapi dengan Rencana Aksi Provinsi dan Standard Operational Procedure (SOP) PPT bagi perempuan dan anak korban kekerasan. e. Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah merupakan proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan. Bidang Pemberdayaan Perempuan masih terdapat beberapa kendala, terutama disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang keadilan dan kesetaraan gender. Hal ini terlihat sangat kurangnya perempuan yang menduduki posisi di lembaga legislatif, eksekutif ataupun yudikatif. Dari 46 posisi yang tersedia untuk kepala daerah kabupaten/kota, hanya ada 1 yang dijabat oleh perempuan. Begitu pula di lembaga DPR, dari 69 kursi hanya 4 kursi yang ditempati perempuan. Walaupun demikian persentase perempuan di lembaga pemerintah seperti Kota Banda Aceh cukup tinggi yaitu sebesar 74,7 persen. f. Pariwisata Tamu nusantara yang berkunjung ke Aceh pada tahun 2009 tercatat sebanyak 712.630 orang atau mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 710.081 orang. Sedangkan tamu mancanegara yang datang tercatat sebanyak 18,589 orang atau mengalami peningkatan sebesar 7,56 persen di bandingkan tahun 2008 yang berjumlah 17,282 orang. 2.1.3.2. Fokus Layanan Umum Pilihan a. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA) Jumlah perusahaan yang mengajukan proposal permohonan izin investasi baik jenis PMA maupun PMDN terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan yang telah mengajukan permohonan izin sejumlah 289 perusahaan yang terdiri dari PMA 121 buah dan PMDN 168 buah dan pada tahun Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-22

2010 menjadi 302 perusahaan yang terdiri dari PMA 134 buah dan PMDN 168 buah. Hal ini menunjukkan bahwa minat investor untuk menanamkan modalnya di Aceh sangat tinggi. Namun realisasi investasi masih rendah akibat terkendala oleh beberapa faktor diantaranya masih minimnya infrastruktur seperti ketersediaan sumber daya energi listrik, tingginya Upah Minimum Provinsi (UMP) serta permasalahan pertanahan. b. Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA) Perkembangan investasi di Aceh yang menggunakan fasilitas impor barang modal selama tiga tahun terahir (2007-2009) belum menggembirakan. Selama periode 2007-2009 investasi yang terjadi relatif kecil. sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dari rencana investasi Penanaman Modal Asing (PMA) senilai USD 143.32 juta yang dapat terealisasi adalah hanya USD 122.3 juta. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari rencana investasi senilai Rp.6.303.047.045.730 yang terealisasi adalah Rp.6.254.047.045.730. Sedangkan pada tahun 2010, rencana investasi Penanaman Modal Asing (PMA) senilai USD13.562.166.556 sedangkan yang terealisasi hanya USD 2.304.311.771. Sementara itu, rencana investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp12.738.088.841.569 tetapi yang terealisasi hanya Rp.6.303.047.045.730. Rendahnya investasi yang terjadi di Aceh juga tercermin dari perkembangan nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cenderung masih sangat tinggi yaitu sebesar 1,02 (2005); 0,82 (2006); 5,55 (2007) dan 4,8 (2008). c. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja yang bekerja pada PMA dan PMDN berupa tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal (Indonesia). Dari sejumlah nilai investasi PMA yang direncanakan di Aceh, direncanakan akan mampu menyerap 745 orang tenaga kerja asing dan 43.280 orang tenaga kerja lokal (Indonesia), sedangkan realisasinya hanya 26 orang tenaga kerja asing dan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-23

17.307 orang tenaga kerja lokal (Indonesia). Sedangkan investasi PMDN direncanakan akan mampu menyerap tenaga kerja asing 2.082 orang dan 131.454 orang tenaga kerja lokal (Indonesia), sementara itu yang terealisasi hanya 10 orang tenaga kerja asing dan 53.942 orang tenaga kerja lokal (Indonesia). Rasio daya serap tenaga kerja yaitu perbandingan antara jumlah tenaga kerja yang bekerja pada PMA/PMDN dengan jumlah seluruh PMA/PMDN. Di Provinsi Aceh rasio daya serap tenaga kerja pada PMA yaitu 129 orang per PMA dan pada PMDN 321 orang per PMDN. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA), Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA) dan Rasio Daya Serap Tenaga Kerja lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.10. TABEL 2.10 PERKEMBANGAN INVESTASI BERSKALA NASIONAL (PMA/PMDN) SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2010 Rencana Tenaga Kerja Realisasi Tenaga Kerja No Jenis Investasi Jumlah Investasi Rencana Investasi Realisasi Investasi Asing (orang) Indonesia (Lokal) (orang) Asing (orang) Indonesia (Lokal) (orang) 1 2 Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 134 USD 13,562,166,556 USD 2,304,311,771 745 43,280 26 17,307 168 Rp 12,738,088,841,569 Rp 6,306,047,045,730 2,082 131,454 10 53,942 Sumber : Badan Investasi dan Promosi Aceh 2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah 2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Aceh a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan 2000 tahun 2005-2008 menurut BPS (2009) sebesar 11.522,46 milyar rupiah, dengan jumlah penduduk Aceh 4.293.915 jiwa maka pengeluaran konsumsi rumah tangga Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-24

perkapita sebesar 2.683.332,11 rupiah pertahun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita untuk makanan (pangan) sebesar 1.726.396,54 rupiah dan untuk bukan makanan (non pangan) sebesar 956.935,57 rupiah. b. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Aceh menurut BPS (2009) bervariasi berdasarkan kelompok komoditi yang diusahakan dengan NTP gabungan rata-rata sebesar 98,68. Kelompok perkebunan rakyat memiliki NTP yang tertinggi yakni 103.50 dibandingkan dengan kelompok komoditi lainnya. Kelompok petani hortikultura memiliki NTP rata-rata 99,65, kelompok peternakan memiliki NTP 98,13 dan kelompok perikanan memiliki NTP 99,36. 2.1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur a. Ketaatan Terhadap RTRW Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum dapat dilakukan, hal ini disebabkan karena Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) yang direncanakan berdurasi tahun 2010-2030 sampai dengan saat ini masih dalam proses penyusunan untuk disahkan. Penyusunan ini mengacu kepada peraturan perundangan-undangan yang berlaku, sehingga akan merubah secara mendasar terhadap struktur ruang dan pola ruang Aceh. Selanjutnya, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 9 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, tidak dapat dijadikan acuan di dalam ketaatan terhadap RTRW. Hal ini disebabkan perda dimaksud sudah tidak relevan, dikarenakan selain terjadi perubahan pola ruang secara signifikan juga terjadi perubahan bentang alam. b. Luas Wilayah Produktif Luas kawasan budidaya di Provinsi Aceh 1.950.284,35 Ha, luas kawasan yang produktif sebesar 1.149.278,06 Ha (58,93%) dari luas kawasan budidaya. Kawasan budidaya produktif terdiri dari kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian (pendetailan menurut pertanian tanaman pangan lahan basah, pertanian tanaman pangan lahan kering, hortikultura, perkebunan, Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-25

dan peternakan), kawasan peruntukan perikanan dan kawasan pemukiman (pendetailan menurut permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan). Kawasan peruntukan lainnya (yang tidak atau belum diidentifikasikan dalam RTRW Aceh) seluas 801.006,29 Ha (41,07%). Presentase luas wilayah produktif lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.11. TABEL 2.11 PERSENTASE WILAYAH PRODUKTIF PROVINSI ACEH NO. KABUPATEN/KOTA LUAS WILAYAH PRODUKTIF (Ha) 1 2 3 4 5 1 Sabang 4,999.00 5,831.12 85.73 2 Kota Banda Aceh 4,168.57 6,314.39 66.02 3 Aceh Besar 65,533.20 134,843.61 48.60 4 Aceh Jaya 25,658.22 101,245.68 25.34 5 Aceh Barat 45,128.69 130,462.53 34.59 6 Nagan Raya 86,705.29 100,816.60 86.00 7 Aceh Tengah 50,146.61 144,185.61 34.78 8 Benar Meriah 21,679.74 72,921.17 29.73 9 Pidie 77,358.55 130,749.00 59.17 10 Pidie Jaya 13,409.79 35,225.37 38.07 11 Bireuen 25,957.63 104,618.99 24.81 12 Kota Lhokseumawe 6,122.56 15,343.50 39.90 13 Aceh Utara 197,447.88 204,981.92 96.32 14 Kota Langsa 12,822.44 14,868.70 86.24 15 Aceh Timur 139,059.57 215,484.08 64.53 16 Aceh Tamiang 91,608.82 120,900.38 75.77 17 Aceh Selatan 44,087.06 50,863.40 86.68 18 Aceh Singkil 82,990.51 84,798.31 97.87 19 Subulussalam 36,606.02 49,683.55 73.68 20 Aceh Tenggara 28,608.40 55,443.62 51.60 21 Gayo Lues 35,420.58 74,573.25 47.50 22 Aceh Barat Daya 23,145.47 23,411.28 98.86 23 Simeulue 30,613.45 72,718.30 42.10 Jumlah : 1,149,278.06 1,950,284.35 58.93 Sumber : Analisis Citra Lansat, 2009 2.1.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi Angka Kriminalitas LUAS WILAYAH BUDIDAYA (Ha) RASIO (%) Menurut BPS (2009) terdapat dua jenis kriminalitas yaitu kejahatan terhadap anak dan kejahatan terhadap perempuan. Pada tahun 2007 terjadi 7 kasus kejahatan terhadap anak yang dilaporkan, 7 kasus dalam proses dan 4 kasus telah diselesaikan. Sementara itu kejahatan terhadap perempuan terjadi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-26

18 kasus yang dilaporkan, 6 kasus dalam proses dan 3 kasus telah diselesaikan. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kasus kriminalitas terhadap anak, yang dilaporkan menjadi 91 kasus, 11 kasus dalam proses dan 78 kasus telah diselesaikan. Kejahatan terhadap perempuan juga meningkat, yang dilaporkan 134 kasus, 16 kasus dalam proses dan 119 kasus telah diselesaikan. Tindak kejahatan yang terjadi di Aceh secara umum mengalami peningkatan dimana pada tahun 2006 tercatat 1.095 kasus, tahun 2007 tercatat 2.748 kasus dan 2008 tercatat 2.667 kasus. Pada umumnya tindak kejahatan tersebut berupa pencurian, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan dan narkotika (Tabel 2.12) TABEL 2.12 INDEKS TINDAK KEJAHATAN MENONJOL DI PROVINSI ACEH TAHUN 2006-2008 TAHUN No. KASUS 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 1 Pencurian dengan pemberatan 218 513 510 2 Pencurian Kendaraan Bermotor 430 1113 1061 3 Pencurian dengan kekerasan 56 175 130 4 Penganiayaan Berat 115 360 364 5 Kebakaran 38 86 14 6 Pembunuhan 11 43 42 7 Perkosaan 30 48 60 8 Kenakalan Remaja 0 0 0 9 Uang Palsu 1 18 9 10 Narkotika 196 392 477 Provinsi 1095 2748 2667 Sumber : Polda NAD, 2009 2.1.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia a. Kualitas Tenaga Kerja Kualitas tenaga kerja suatu daerah dapat dievaluasi dengan melihat jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dibandingkan dengan total penduduk. Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan di perguruan tinggi (DIV/S1 dan S2/S3) mengalami peningkatan dari 4,74 persen di tahun 2008 menjadi 4,88 persen di tahun 2009. Namun, berdasarkan tempat tinggal, terjadi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-27

ketimpangan yang cukup besar antara daerah perkotaan dan pedesaan. Persentase penduduk yang dapat menamatkan pendidikan tinggi (DIV/S1 dan S2/S3) di daerah perkotaan sebesar 12,45 persen dan di daerah pedesaan hanya sebesar 4,16 persen. b. Tingkat Ketergantungan Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan dapat dilihat dari perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 tahun). Semakin kecil angka rasio ketergantungan hidup akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan produktifitasnya. Pada tahun 2008 angka rasio ketergantungan hidup mencapai 54,89 persen dan meningkat menjadi 55,59 persen pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 56 penduduk usia tidak produktif. 2.2. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPA DAN REALISASI RPJMA Sebagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2007-2012 yang sudah disesuaikan pada tahun 2010 dengan Peraturan Gubernur Nomor 26 tahun 2010, tujuh prioritas pembangunan yaitu : 1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan. 2. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber Daya Energi Pendukung Investasi 3. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan Belajar 4. Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan 5. Pembangunan Syari at Islam, Sosial dan Budaya 6. Penciptaan Pemerintah yang Bersih serta Penyehatan Birokrasi Pemerintahan 7. Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-28

Hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPA tahun 2010 dan realisasi RPJM Aceh tahun 2010 serta target realisasi tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.13 dibawah: Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-29

2.3. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN ACEH 2.3.1. Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Aceh a. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan. Permasalahan Pembangunan Daerah dalam kaitannya dengan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan merupakan isu strategis dan mendesak yang menjadi agenda untuk diprioritaskan penanganannya pada tahun 2012, karena berkaitan langsung dengan aktifitas perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat, diantaranya yang terpenting adalah: 1. Masih rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan tingkat nasional dan pertumbuhan masih sangat tergantung kepada belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat. 2. Tingginya tingkat kemiskinan jika dibandingkan dengan nasional dan sebaran penduduk miskin lebih dominan di pedesaan. 3. Masih tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya persentase tenaga kerja formal. 4. Masih rendahnya peran sektor swasta termasuk Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap perekonomian daerah. 5. Produktivitas daerah dan tenaga kerja masih rendah. 6. Rendahnya promosi dan penataan objek-objek wisata unggulan daerah yang menarik minat wisatawan domestik dan asing. 7. Terbatasnya sarana dan prasarana jasa wisata serta masih rendahnya kualitas SDM di bidang kebudayaan dan pariwisata. 8. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pelayanan terhadap wisatawan. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-30

b. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber Daya Energi Pendukung Investasi Permasalahan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan sumber daya energi pendukung investasi yang perlu menjadi perhatian dan penangganan mendesak antara lain : 1. Tingkat kerusakan jalan dan jembatan masih tinggi akibat kelebihan beban dan bencana alam. 2. Terhambatnya pelaksanaan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan dikawasan lindung akibat belum selesainya proses pinjam pakai kawasan hutan. 3. Masih banyaknya jumlah rumah yang tidak layak huni. 4. Masih banyaknya kawasan permukiman kumuh. 5. Belum optimalnya penyediaan air bersih, penanganan air limbah, pengelolaan persampahan dan drainase kota. 6. Masih terbatasnya pembangunan infrastruktur pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil dan kawasan perbatasan. 7. Masih tingginya kerusakan jaringan irigasi, tanggul pengaman sungai dan bangunan pengaman pantai akibat bencana alam yang sering terjadi di setiap daerah. 8. Terbatasnya Sarana transportasi antar pulau dalam wilayah provinsi. 9. Masih adanya keterbatasan kewenangan dan regulasi. 10. Belum optimalnya fungsi pelayanan pelabuhan, baik pelabuhan laut/samudera maupun pelabuhan penyeberangan. 11. Alih fungsi lahan eksisting jalur kereta api. 12. Terbatasnya perluasan dan pemerataan jangkauan masyarakat akan informasi dan komunikasi, terutama pada masyarakat yang berada pada daerah terisolir terlebih pada masyarakat kepulauan. 13. Energi listrik masih mengalami defisit sebesar 36,11 MW. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-31

c. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan Belajar Pembangunan bidang pendidikan di Aceh masih dihadapkan pada empat kelompok permasalahan yang perlu menjadi perhatian yaitu: 1. Perluasan dan Pemerataan Akses a) Sebaran lembaga yang kurang merata, terutama di tingkat PAUD, TK/RA, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. b) Tingginya jumlah penduduk miskin di Aceh yang mendorong terjadinya peningkayan angka putus sekolah (drop out rate) c) Masih kurangnya jumlah SMK yang representatif di beberapa kabupaten/kota serta perlunya peningkatan dan pengembangan SMK yang ada untuk mendukung percepatan pembangunan d) Masih tingginya jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang buta aksara 2. Mutu, Relevansi dan Daya Saing Lulusan a) Secara umum mutu, relevansi dan daya saing lulusan di Aceh masih lebih rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia b) Minimnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran (laboratorium, pustaka, dan peralatan ICT) c) Terbatasnya kemampuan manajemen sekolah d) Persebaran guru antar sekolah yang tidak merata dengan kecenderungan terkonsentrasinya guru di perkotaan e) Rendahnya tingkat kualifikasi dan kompetensi guru f) Untuk pendidikan kejuruan, masih terbatasnya dukungan dunia usaha dan industri menyebabkan mutu dan relevansi hasil pendidikan sulit dikembangkan dan tidak kompetitif di pasar kerja g) Belum berkembangnya proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif h) Peran pengawasan substansi pendidikan yang belum optimal yang disebabkan oleh belum jelasnya sistem dan mekanisme pengawasan serta terbatasnya jumlah dan mutu tenaga pengawas i) Masih tingginya kesenjangan mutu pendidikan antar daerah dan antar sekolah Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-32

3. Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik a) Masih lemahnya manajemen pelayanan pendidikan yang ditandai dengan tata kelola dan tingkat akuntabilitas yang belum optimal b) Belum maksimalnya penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) c) Komite Sekolah belum sepenuhnya berperan dalam proses perencanaan dan pengawasan pengembangan sekolah d) Lemahnya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mendukung otonomi pengelolaan sekolah; e) Belum adanya transparansi dan rendahnya partisipasi masyarakat menyebabkan manajemen sekolah menjadi tidak akuntabel dan melahirkan citra publik yang negatif f) Terbatasnya akses publik terhadap data dan informasi pelayanan pendidikan yang disebabkan oleh belum adanya dukungan sistem informasi yang terintegrasi dan lemahnya kemampuan aparatur. 4. Pendidikan yang Bernuansa Islami a) Belum adanya kerangka regulasi dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang jelas untuk penerapan pendidikan bernuansa Islami di Aceh b) Keterbatasan sarana dan prasarana praktek ibadah (mushalla sekolah) dan buku pelajaran Agama Islam; c) Keterbatasan jumlah dan kemampuan Tenaga Guru Pendidikan Agama Islam dan minimnya jumlah buku-buku pelajaran Agma Islam d) Belum tuntasnya penyusunan dan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bernuansa Islami e) Belum adanya standar kurikulum dalam pendidikan dayah; d. Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam bidang kesehatan yang perlu menjadi perhatian dan penanganan mendesak antara lain: 1. Pelayanan kesehatan dan disparitas status kesehatan Pelayanan kesehatan dan disparitas status kesehatan mempunyai beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut : Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-33

a) Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dikarenakan oleh terbatasnya tenaga medis yang melayani pasien/masyarakat dan belum meratanya distribusi tenaga medis secara proposional kedaerah-daerah. b) Akses pelayanan kesehatan masih terbatas, terutama dalam mendukung peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. c) Masih rendahnya penanganan masalah gizi pada ibu hamil, bayi, balita dan anak sekolah yang menyebabkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Gizi Buruk. d) Masih kurangnya akses pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) e) Pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan kesehatan jiwa masih kurang. f) Pemahaman masyarakat terhadap beban ganda penyakit masih rendah. 2. Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat a) Rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dikarenakan oleh kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). b) Rendahnya kondisi lingkungan dikarenakan oleh terbatasnya akses fasilitas sumber air bersih, sanitasi lingkungan, dan sarana pembuangan/pengolahan limbah/sampah e. Pembangunan Syari at Islam, Sosial dan Budaya Penegakan Syari at Islam di Aceh masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penghambat yang perlu mendapat perhatian untuk penangganan segera antara lain: 1. Tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan Syari at Islam secara kaffah masih rendah. 2. Belum optimalnya pemanfaatan fasilitas periibadatan sebagai wadah pembelajaraan Agama. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-34

3. Masih terbatasnya sarana dan prasarana dan tenaga pengajar ilmu agama Islam, serta tenaga pelaksana syariat, terutama dikawasan terpencil dan wilayah perbatasan. 4. Masih rawannya pendangkalan aqidah 5. Belum maksimalnya sistem pengelolaan zakat dan harta agama untuk kesejahteraan umat. Permasalahan sosial yang krusial, perlu mendapat perhatian saat ini adalah sebagai berikut: 1. Masih tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial masih tinggi, termasuk anak jalanan dan anak terlantar yang butuh pembinaan. 2. Masih tingginya jumlah penyandang cacat dan bekas penyandang kusta. 3. Masih terbatasnya sarana dan prasarana panti sosial. 4. Masih adanya indikasi kerentanan konflik pasca kesepakatan perdamaian. 5. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang keadilan dan kesetaraan gender. 6. Masih banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga. 7. Belum semua anak memperoleh akte kelahiran gratis sesuai amanat Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004. 8. Masih tingginya tindak kekerasan terhadap anak maupun eksploitasi serta perdagangan anak (traficking). 9. Rendahnya kualitas SDM, kesejahteraan atlet dan pelatih. 10. Terbatasnya fasilitas olah raga yang representatif. 11. Kurangnya kreatifitas pemuda dalam pemanfaatan potensi sumber daya yang ada. 12. Belum optimalnya pemanfaatan IPTEK dalam proses pembinaan dan pengembangan kepemudaan. 13. Rendahnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga. 14. Banyaknya pemuda yang terjerumus dalam penggunaan narkoba. 15. Rendahnya wawasan kebangsaan pemuda. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-35

Permasalahan budaya dan pariwisata, perlu mendapat perhatian saat ini adalah sebagai berikut: 1. Kecenderungan memudarnya khasanah budaya dan nilai-nilai sejarah, terutama di kalangan generasi muda. 2. Lemahnya pengelolaan khasanah seni tradisional, sastra dan budaya, serta asset peninggalan sejarah. 3. Belum adanya perpustakaan dan database adat istiadat Aceh dan budaya Aceh. f. Penciptaan Pemerintah yang Bersih serta Penyehatan Birokrasi Pemerintahan Sejalan dengan dinamika pembangunan, dalam penyelenggaraan Pemerintahan terdapat berbagai permasalahan antara lain: 1. Belum maksimalnya implementasi terhadap perundang-undangan dan peraturan. 2. Penempatan pegawai aparatur daerah belum sesuai bidang keahliannya. 3. Masih rendahnya kualitas SDM dan disiplin aparatur daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. 4. Belum proporsionalnya tugas SKPA sesuai dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. 5. Masih terbatasnya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dalam penjabaran tugas. 6. Masih terbatasnya kewenangan pemerintah yang diberikan kepada daerah. 7. Belum meratanya penyebaran Aparatur Daerah/Pegawai Negeri Sipil antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. g. Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana Dalam tiga tahun terakhir, jumlah desa yang mengalami banjir mencapai 1.991 desa atau 31 persen dari total desa di wilayah Aceh. Banjir bandang dan gelombang pasang laut juga merupakan bencana yang melanda penduduk dalam tiga tahun terakhir ini. Tercatat sekitar 134 desa di Aceh merupakan kawasan rawan gelombang pasang laut dan sekitar 526 desa rawan akan banjir bandang. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-36

Kondisi ini menegaskan bahwa penanganan dan pengendalian bencana belum memadai, hal ini disebabkan oleh belum terkosentrasinya kebijakan penanganan dan pengurangan resiko bencana pada lembaga yang spesifik. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut Pemerintah Aceh telah membentuk SKPA Badan Penanggulangan Bencana Aceh, sesuai Qanun Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Organisasi Tatakerja Penanggulangan Bencana Aceh. Permasalahan yang dihadapi di bidang penanganan dan pengurangan resiko bencana yang perlu perhatian mendesak antara lain : 1. Pengamanan pantai dari gelombang pasang laut. 2. Penanganan daerah rawan banjir. 3. Rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur yang rusak pasca banjir. 4. Pembentukan kelompok-kelompok masyarakat tanggap bencana. 5. Melakukan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat. 6. Tingginya tingkat kerusakan akibat banjir, erosi tebing, sedimentasi, dan pendangkalan muara. 7. Isu perubahan iklim, perambahan kawasan hutan, illegal logging, illegal mining, kerusakan daerah aliran sungai, pencemaran air akibat penggunaan mercuri, pencemaran limbah padat, bencana alam (banjir, tanah longsor). 8. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap isu perubahan iklim. 2.3.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Aceh. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah merupakan gambaran permasalahan pembangunan yang dibuat tiap urusan yang menyangkut layanan dasar dan tugas fungsi SKPA baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang menjelaskan apa yang menjadi permasalahan dimasa lalu dan masa mendatang serta gambaran solusi yang ditawarkan, secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.14. Permasalahan yang menjadi prioritas ditingkat Nasional, Provinsi dan lingkungan eksternal lainya dapat dilihat pada tabel 2.15. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 II-37

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN ACEH 3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI ACEH 3.1.1. Kondisi Ekonomi Aceh Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun 2011 Kondisi perkembangan ekonomi Aceh secara umum selama 2 tahun (2010 dan 2011) dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi makro diantaranya adalah PDRB, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, laju inflasi dan pendapatan perkapita. a. Kondisi Ekonomi Aceh Tahun 2010 dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nilai PDRB Aceh tahun 2010 dengan migas (ADHK) mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009. Nilai PDRB Aceh pada tahun 2010 adalah mencapai 33,07 triliun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 0,85 triliun rupiah terhadap tahun 2009 sebesar 32,22 triliun rupiah. Tanpa migas nilai PDRB Aceh tahun 2010 mengalami peningkatan yang lebih signifikan sebesar 1,49 triliun rupiah yaitu 27,55 triliun rupiah pada tahun 2009 menjadi 29,04 triliun rupiah pada tahun 2010. Besaran nilai PDRB selama dua tahun terakhir (2009-2010) secara lebih teperinci dapat dilhat pada tabel 3.1 di bawah ini: TABEL 3.1 NILAI PDRB ACEH MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2009 DAN 2010 SEKTOR EKONOMI Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) 2009 2010 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian 20,42 21,97 8,43 8,86 2 Pertambangan dan Penggalian 8,25 8,62 2,80 2,61 3 Industri Pengolahan 7,79 7,51 3,79 3,49 4 Listrik dan Air Bersih 0,26 0,34 0,10 0,12 5 Bangunan 6,84 7,75 2,23 2,34 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,74 12,03 6,21 6,61 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-1

7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,45 8,25 2,28 2,43 8 Keuangan, Persewaan, Jasa 1,79 2,05 0,59 0,62 Perusahaan 9 Jasa-jasa 8,15 8,98 5,78 5,99 PDRB (DENGAN MIGAS) 71,69 77,51 32,22 33,07 PDRB (TANPA MIGAS) 58,62 64,61 27,55 29,04 Sumber : BPS Aceh Tahun 2011 Jika diukur berdasarkan perkembangan nilai PDRB sebagaimana tabel diatas, maka ekonomi Aceh pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang signifikan baik perekonomian dengan migas maupun tanpa migas. Pada tahun 2010 ekonomi Aceh dengan migas tumbuh sebesar 2,64 persen, jauh meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu -5,58 persen. Sedangkan tanpa migas, ekonomi Aceh tumbuh sebesar 5,32 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yang tumbuh sebesar 3,92 persen. Pada tahun 2010 hampir semua sektor/lapangan usaha yang membentuk PDRB mengalami peningkatan pertumbuhan. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah listrik dan air bersih yang mencapai 16,97 persen sedangkan sektor yang terendah adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 3,62 persen. Tingginya pertumbuhan sektor listrik dan air bersih akibat meningkatnya jumlah bangunan maupun terjadinya peningkatan kapasitas kebutuhan akan sektor tersebut. Sektor jasa-jasa terus mengalami penurunan yang hanya tumbuh sebesar 4,02 persen. Pertumbuhan negatif masih terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar -6,72 terutama akibat kontribusi pertambangan migas yang masih negatif. Tanpa migas sektor ini justru mengalami pertumbuhan positif yaitu sebesar 5,93 persen. Hal ini memberi dampak terhadap semakin mengecilnya kontraksi kontribusi sektor ini. Selain itu pertumbuhan negatif juga dialami oleh sektor industri pengolahan yaitu sebesar -8,00 persen. Akan tetapi nilai sektor industri pengolahan jika dihitung tanpa migas justru tumbuh positif yaitu sebesar 6,47 persen. Semakin menurunnya lifting gas alam cair yang diolah di Kota Lhokseumawe memberi pengaruh terhadap turunnya nilai produk sektor industri pengolahan secara akumulatif, sehingga sektor ini mengalami pertumbuhan negatif. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-2

Persentase pertumbuhan PDRB Aceh menurut sektor pada tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut: TABEL 3.2 PERTUMBUHAN PDRB ACEH MENURUT SEKTOR PADA TAHUN 2009 DAN 2010 SEKTOR EKONOMI Laju Pertumbuhan (persen) 2009 2010 (1) (2) (3) 1 Pertanian 2,56 5,02 2 Pertambangan dan Penggalian -47,28-6,72 - Tanpa migas 1,12 5,93 3 Industri Pengolahan -7,85-8,00 - Tanpa migas 6,45 6,47 4 Listrik dan Air Bersih 13,79 16,97 5 Bangunan 3,13 5,11 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,94 6,36 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,88 6,57 8 Keuangan, Persewaan, Jasa 7,83 5,54 9 Jasa-jasa 4,02 3,62 PDRB DENGAN MIGAS -5,58 2,64 PDRB TANPA MIGAS 3,97 5,32 Sumber : BPS Aceh Tahun 2011 Sektor Pertanian masih menjadi kontributor utama pembentukan PDRB Aceh dengan kontribusi sebesar 28,34 persen (dengan migas), mengalami peningkatan dari tahun 2009 yang nilainya 27,40 persen atau meningkat sebesar 0,94 persen. Bila dihitung tanpa migas, sektor ini memberi kontribusi lebih besar yaitu 34 persen pada tahun 2010, mengalami peningkatan sebesar 0,31 persen jika dibanding tahun 2009 yang hanya 33,69 persen. Sektor pertanian kelompok tanaman pangan masih memberi kontribusi terbesar terhadap sektor ini terutama sumbangan dari nilai produksi gabah yang selanjutnya diikuti oleh kelompok tanaman perkebunan. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki urutan kedua dengan nilai 15,52 persen (dengan migas) dan 18,62 persen (tanpa migas). Sektor ini juga mengalami peningkatan sebesar 1,09 persen (migas) dan 0,51 persen (tanpa migas) jika dibandingkan tahun 2009. Sektor jasa-jasa berada pada urutan ketiga PDRB Aceh pada tahun 2010 dengan nilai sebesar 11,58 persen (dengan migas) dan 13,90 persen (tanpa migas), disusul selanjutnya oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10, 65 persen (dengan migas) dan 12,78 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-3

persen (tanpa migas), serta sektor bangunan sebesar 10 persen (dengan migas) dan 12,00 persen (tanpa migas). Dilihat dari perkembangan kontribusi sektor-sektor yang membentuk struktur PDRB (dengan migas), sektor sekunder dan tersier seperti sektor jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, serta bangunan, telah memberi kontribusi yang semakin besar. Hal ini terindikasi bahwa telah terjadi keterkaitan yang erat (lingkage) antar sektor dalam struktur perekonomian Aceh. Di lain sisi juga mengindikasikan mulai tumbuhnya dunia usaha dengan lapangan usaha yang semakin heterogen. Kontribusi sektor-sektor terhadap PDRB Aceh pada tahun 2009 dan 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut: TABEL 3.3 PERSENTASE STRUKTUR PDRB ACEH MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2009 DAN 2010 Dengan Migas (persen) Tanpa Migas SEKTOR EKONOMI 2009 2010 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian 27,40 28,34 33,69 34,00 2 Pertambangan dan Penggalian 11,59 11,13 1,31 1,37 3 Industri Pengolahan 11,20 9,69 3,76 3,65 4 Listrik dan Air Bersih 0,41 0,43 0,51 0,52 5 Bangunan 9,67 10,00 11,89 12,00 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,73 15,52 18,11 18,62 7 Pengangkutan dan Komunikasi 10,67 10,65 13,12 12,78 8 Keuangan, Persewaan, Jasa 2,53 2,64 14,51 3,17 9 Jasa-jasa 11,80 11,58 14,51 13,90 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Aceh Tahun 2011 b. Tingkat Kemiskinan Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Aceh sebanyak 861,9 ribu orang atau 20,98 persen dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut mengalami penurunan sekitar 3,11 ribu orang atau 0,82 persen jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 892,9 ribu orang atau 21,80 persen dari jumlah penduduk. Berdasarkan penyebarannya, jumlah penduduk miskin di pedesaan berkurang dari 710,68 ribu orang pada tahun 2009, menjadi 688,48 ribu orang pada tahun 2010 (berkurang 0,83 persen). Sedangkan di perkotaan jumlah penduduk miskin berkurang dari 182,19 ribu orang menjadi 173,37 ribu orang Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-4

(berkurang 0,79 persen). Walaupun tidak signifikan, laju penurunan tingkat kemiskinan di Aceh lebih cepat terjadi di pedesaan jika dibandingkan dengan laju penurunan di perkotaan. Fenomena ini diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya aktifitas pembangunan di pedesaan selama beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diduga juga mempunyai korelasi positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan. c. Tingkat Pengangguran Jumlah angkatan kerja Aceh pada tahun 2010 mencapai 1,939 juta orang, sedangkan pada tahun 2009 adalah 1,898 juta orang, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terjadinya penambahan sebanyak 41 ribu orang sebagai angkatan kerja baru. Pada tahun 2010, dari 1,939 juta angkatan kerja tersebut hanya 1,776 juta orang yang bekerja atau sebanyak 0,162 juta orang diantaranya tidak bekerja. Dengan kata lain tingkat pengangguran yang terjadi di Aceh pada tahun 2010 adalah sebesar 8,37 persen. Angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 8,60 persen (terjadi penurunan sebesar 0,34 persen). Selengkapnya mengenai perkembangan tingkat pengangguran dan angkatan kerja Aceh selama tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut: TABEL 3.4 TINGKAT PENGANGGURAN DAN ANGKATAN KERJA ACEH PERIODE 2009-2010 (DALAM JUTAAN) 2009 2010 Tahun Pebruari Agustus Pebruari Agustu (1) (2) (3) (4) (5) 1 Penduduk 15 + 3,012 3,012 3,077 3,069 2 Angkatan Kerja 1,865 1,898 1,933 1,939 3 Bekerja 1,692 1,733 1,767 1,776 4 Pengangguran 0,174 0,165 0,166 0,162 5 Bukan Angkatan Kerja 1,147 1,139 1,144 1,130 6 TPAK (%) 61,92 6,250 62,83 63,17 7 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 9,31 8,71 8,60 8,37 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-5

d. Laju Inflasi Tingkat inflasi di Aceh yang terjadi selama tahun 2010 relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang terjadi periode tahun 2009. Pada tahun 2010 tingkat inflasi adalah sebesar 6,3 persen, sedang pada tahun 2009 adalah hanya sebesar 3,72 persen. Meningkatnya laju inflasi di Aceh pada tahun 2010 diakibatkan oleh pergerakan harga barang dan jasa terutama pada kelompok bahan makanan dan kelompok kesehatan. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Lhokseumawe yaitu mencapai 7,19 persen sedangkan Banda Aceh sebesar 4,64 persen. Akan tetapi tingkat inflasi yang terjadi di Aceh masih lebih rendah jika dibandingkan dengan yang terjadi secara nasional yang mencapai 6,96 persen. e. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita masyarakat Aceh pada tahun 2010 sebesar 17,2 juta rupiah (dengan migas) dan 14,40 juta rupiah (tanpa migas), mengalami peningkatan sebesar 1,0 juta rupiah (dengan migas) dan 1,2 juta rupiah (tanpa migas), jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 16,2 juta rupiah (dengan migas) dan 13,2 juta rupiah (tanpa migas). Terjadinya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat Aceh dilatarbelakangi oleh meningkatnya perolehan nilai PDRB Aceh, hal ini juga mengindikasikan bahwa struktur perekonomian Aceh mulai membaik, terukur dan berkualitas. 3.1.2. Perkiraan Tahun 2011 Berdasarkan kondisi perekonomian Aceh tahun 2010, maka pertumbuhan ekonomi tahun 2011 diprediksikan akan mencapai 5,5-6,0 persen. Perkiraan peningkatan pertumbuhan pada kisaran 0,5-1 persen dianggap realistis dengan mengacu pada sumber pertumbuhan ekonomi yang masih bertumpu pada sektor pertanian sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Aceh. Secara nasional kondisi ekonomi tahun 2011 diperkirakan semakin membaik, hal ini tercermin dari capaian pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2010 yang mencapai 6,1 persen atau melebihi target. Demikian juga dengan kondisi ekonomi regional Sumatera yang juga memperlihatkan kinerja semakin membaik, seperti Sumatera Utara yang Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-6

tumbuh sebesar 6,35 persen tahun 2010. Kondisi ini diharapkan mempengaruhi dan mempunyai kaitan erat dengan perekonomian Aceh. Sebagai daerah yang berbasis pada sektor pertanian maka peningkatan sumbangan sektor pertanian menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Aceh. Sektor pertanian terus ditingkatkan kepada upaya peningkatan kapasitas produksi dengan memfokuskan pada pengembangan komoditi unggulan daerah dan berorientasi kepada nilai tambah bagi petani. Sektor perdagangan hotel dan restoran akan menjadi pendorong ekonomi setelah sektor pertanian. Kondisi ini didukung oleh semakin kondusif dan terbukanya Aceh terhadap dunia internasional sehingga sektor jasa perdagangan juga ikut meningkat terutama ekspor komoditi pertanian. Bidang usaha jasa perhotelan dan restoran juga diperkirakan akan meningkat, seiring dengan adanya program Kota Banda Aceh menetapkan tahun 2011 menjadi tahun kunjungan Wisata Kota Banda Aceh. Pada tahun 2011 ini diperkirakan terjadi lonjakan kunjungan wisatawan lokal dan manca negara ke Banda Aceh dan sekitarnya yang menjadi penyangga kawasan wisata Banda Aceh seperti Aceh Besar dan Sabang. Kondisi ini memberikan sinyal yang kuat bahwa kedua bidang usaha ini harus ditingkatkan kinerjanya dan juga dapat meningkatkan peluang terciptanya lapangan kerja baru. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menjadi pendorong pertumbuhan PDRB. Kebijakan fiskal pada berbagai bidang yang berimplikasi pada peningkatan daya beli masyarakat dapat memacu konsumsi sehingga akan meningkatkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Tekanan inflasi diperkirakan sedikit lebih tinggi atau sama dengan tahun sebelumnya yaitu berada pada kisaran 5-6 persen. Peningkatan laju inflasi dipengaruhi beberapa faktor antara lain: kenaikan harga komoditas, kenaikan UMP dan kenaikan gaji PNS TNI/POLRI. Selain itu, akan dilaksanakannya Pilkada Gubernur dan Bupati/Walikota beberapa kabupaten/kota di Aceh diperkirakan juga menjadi salah satu pemicu meningkatnya laju inflasi. Perlu diwaspadai adanya potensi ketidaklancaran transportasi distribusi bahan pokok di beberapa daerah pedalaman bagian barat selatan dan tengah Aceh serta kepulauan, kemungkinan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-7

terjadinya supply shock pada beberapa komoditas penting seperti minyak tanah, elpiji, minyak goreng, beras dan gula pasir. Efek dari perubahan iklim (global warming) juga berdampak pada kemungkinan gagal panen yang meluas sehingga akan naiknya harga-harga komoditi sektor pertanian, ini perlu diantisipasi lebih dini guna mengendalikan kestabilan pasar dan tingginya laju inflasi tahun 2011. Tingkat kemiskinan dan pengangguran pada tahun 2011 diharapkan dapat turun dari tahun 2010. Hal ini diharapkan sebagai dampak yang terjadi dari kebijakan pembangunan disamping respon aktif dari masyarakat. Kebijakan lebih menitikberatkan pembangunan ke arah pengembangan perekonomian kerakyatan seperti kelanjutan program BKPG, PNPM Mandiri, pengembangan dan rehabilitasi areal pertanian, diharapkan juga dapat memberi dampak positif. Pembangunan berbagai prasarana dasar perekonomian seperti irigasi, fasilitas pelabuhan perikanan, jalan penghubung antara daerah pada wilayahwilayah sentra produksi dan jalan usaha tani terus dilaksanakan. Pelaksanaan program tersebut juga akan menjadi pemicu tercpitanya lapangan usaha baru dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Dari kondisi tersebut diperkirakan tingkat kemiskinan akan dapat diturunkan sekitar 1-1,5 persen sehingga berada pada angka 18-19 persen. Sementara itu pengangguran diharapkan dapat ditekan sekitar 1-1,5 persen sehingga menjadi 7,5-8,0 persen. Perkembangan Indikator Makro Tahun 2009-2010 dan Proyeksi Tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel 3.5. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-8

TABEL 3.5 PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI ACEH NO Indikator Makro Satuan Realisasi Bertambah/ Proyeksi 2009 2010 Berkurang 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 1 PDRB (ADHK) Migas Rupiah 32,18 33,07 0,82 34-34,1 35,0-35,2 Tanpa Migas Rupiah 27,55 29,04 1,49 30,6-30,8 32,4-32,8 2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/PDRB (ADHK) Migas Persentase 1,83 2,64 0.73 2.80-3.00 3.00-3,20 Tanpa Migas Persentase 3,92 5.32 1,41 5,5-6,00 6,0-6,5 3 Tingkat Inflasi Persentase 3,72 5,86 2,14 5-6 4-5 4 Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral -Pertanian Persentase 2,56 5,02 2.46 6.50 8.00 -Pertambangan dan Penggalian Persentase - -6,72-40.56-7.00-7.00 -Industri Pengolahan Persentase -7,85-8,00-0.15-5.59-4.33 -Listrik dan Air Bersih Persentase 13,79 16,97 3.18 15.82 15.81 -Bangunan Persentase 3,13 5,11 1.98 5.55 5.10 -Perdagangan, Hotel dan Restoran Persentase 4,94 6,36 1.42 7.10 7.50 -Pengangkutan dan Komunikasi Persentase 4,88 6,57 1.69 6.66 5.10 -Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Persentase 7,83 5,54-2.29 6.10 6.20 -Jasa-jasa Persentase 4,02 3,62-0.40 3.63 3.75 5 Produktivitas Sektoral, yang merupakan Rasio antara nilai tambah Bruto (NTB) setiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja disektor yang bersangkutan -Pertanian Rp (ribuan) 9.56 10.20 0.63 10.88 11.66 -Pertambangan dan Penggalian Rp (ribuan) 163.2 208.0 44.84 166.30 157.45 -Industri Pengolahan Rp (ribuan) 44.46 46.05 1.59 46.76 42.88 -Listrik dan Air Bersih Rp (ribuan) 24.05 30.87 6.83 35.11 38.20 -Bangunan Rp (ribuan) 24.47 24.35-0.12 24.93 25.67 -Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp (ribuan) 24.42 24.31-0.10 23.81 24.36 -Pengangkutan dan Komunikasi Rp (ribuan) 27.36 33.47 6.11 35.06 35.86 -Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Rp (ribuan) 58.71 63.81 5.09 60.84 65.53 -Jasa-jasa Rp (ribuan) 18.90 16.87-2.03 18.46 19.73 6 Struktur PDRB pendekatan Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga Persentase 32,43 39,00 6,58 41 45 Komsumsi Pemerintah Persentase 17,49 23,71 6,22 26 30 Investasi Persentase 15,91 21,87 5.96 25 30 Perdagangan Luar Negeri Persentase 25,88 10,14-15,74 12 15 7 Besaran ICOR (Incremental Capital 8 Jumlah Penduduk Miskin Persentase 21,80 20,98-0,82 18-19 17-18 Ribu-orang 892,9 861,9-31 911,7 833,6 9 Tingkat Pengangguran Persentase 8,71 8,37-0,34 8 7,2-7,5 Ribu-orang 165,2 162,0-3,2 144,0 138,0 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-9

3.1.3. Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2012 dan Tahun 2013 a. Tantangan Perekonomian 2012 dan 2013 Berdasarkan capaian kemajuan perekonomian pada tahun 2010 dan perkirakan permasalahan yang akan dihadapi pada tahun 2011, maka pada tahun 2012 dan 2013 tantangan pokok yang akan dihadapi adalah sebagai berikut: 1. Kemiskinan Tingkat penduduk miskin yang tinggi adalah masalah yang harus diupayakan penanganannya. Kebijakan yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat miskin akan menjadi penting karena akan menjadikan masyarakat miskin bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Berbagai upaya pemberdayaan agar masyarakat miskin dapat berpartisipasi langsung dalam kegiatan pembangunan dan ekonomi adalah suatu yang harus dilaksanakan sehingga mengubah paradigma terhadap masyarakat miskin dari beban (Liabilities) menjadi potensi (asset). 2. Pengangguran Tumbuhnya angkatan kerja dari tahun ketahun cenderung meningkat dan tidak dibarengi dengan penciptaan lapangan kerja, baik formal maupun informal merupakan salah satu faktor meningkatnya pengangguran di Aceh. Disamping itu tingkat pendidikan, keterampilan/keahlian dan kompetensi tenaga kerja masih rendah. Sementara disisi lain tuntutan dunia kerja akan kebutuhan tenaga kerja terampil, mempunyai keahlian dan kompeten semakin meningkat seiring dengan tuntutan perkembangan ekonomi global. Hal ini menjadi tantangan Pemerintah Aceh bagaimana menanggulangi angka pengangguran yang cenderung bertambah dengan melakukan berbagai program dan kegiatan yang mengenai sasaran langsung. 3. Pertumbuhan Ekonomi Tantangan ini merupakan tantangan yang cukup berat mengingat pertumbuhan ekonomi Aceh secara dominan masih digerakkan oleh sektor konsumtif baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang bisa mendorong dunia usaha untuk melakukan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-10

investasi pada sektor riil. Selain itu, diperlukan suatu kebijakan pengembangan industri yang berorientasi kepada industri agro yang berbahan baku komodital lokal serta memiliki keterkaitan kedepan dan kebelakang yang besar. Dengan demikian Aceh tidak akan berpengaruh besar terhadap gejolak ekonomi global sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sebagai tujuan yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. 4. Stabilitas Sosial dan Politik (Penciptaan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat) Sebagai daerah yang baru pulih dari terpaan konflik dan tsunami, Aceh masih tergolong rentan terhadap stabiltas sosial dan politik. Tahun 2011-2012 adalah tahunnya politik bagi Aceh, dimana pada dua tahun tersebut dilaksanakannya PILKADA Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Kabupaten/Kota. Akan tetapi pengalaman telah membuktikan bahwa pada Pemilu PILKADA pada dekade 2006-2007 yang telah dilaksanakan berjalan dengan aman dan tertib tanpa gangguan yang cukup berarti, hal ini dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat terhadap arti demokrasi semakin baik. Tentunya hal itu akan berdampak pada keberlangsungan pembangunan sosial dan ekonomi. 5. Rawan Bencana Alam dan Global Warning Aceh merupakan daerah rawan bencana dikarenakan secara geografis Aceh berada pada patahan semangko dengan potensi ancaman bencana lebih besar jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Bencana yang terjadi tidak saja membawa penderitaan bagi penduduk yang tertimpa bencana, namun juga dapat menyebabkan sarana dan prasarana yang sudah terbangun rusak dan hilang fungsinya. Kondisi ini selanjutnya dapat membawa dampak gangguan kepada transportasi, areal produksi (sawah/industri) serta mobilitas masyarakat dan perdagangan (business) yang akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian. Perubahan pola cuaca yang terjadi belakangan telah mengakibatkan banyak hal yang akan memengaruhi sektor pertanian yang bergantung pada musim secara langsung, akibatnya bisa terjadi meluasnya gagal panen sehingga Aceh akan kekurangan stok pangan. Maka kinerja perekonomian akan terganggu. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-11

b. Prospek Perekonomian 2012 dan 2013 Tahun 2012 dan 2013 merupakan awal pembangunan jangka panjang tahap II, diharapkan perekonomian Aceh akan lebih maju, hal ini sejalan dengan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi Aceh jangka panjang 2005-2025, bahwa pada tahap ini titik berat pembangunan ekonomi Aceh adalah bidang agroindustri yang didukung oleh sektor pertanian dengan tujuan utama untuk menciptakan kesempatan kerja, menekan angka pengangguran dan mengurangi jumlah penduduk miskin. Prospek perekonomian Aceh tahun 2012-2013 secara makro dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 di targetkan sekitar 6,0-6,5 persen dan 2013 di atas 6,5 persen. 2. Tingkat kemiskinan pada tahun 2012 di targetkan turun menjadi sekitar 17-18 persen dan pada tahun 2013 dibawah 17 persen. 3. Tingkat pengangguran pada tahun 2012 sekitar 7,2-7,5 persen dan pada tahun 2013 sekitar 7,0-7,2 persen. 4. Tingkat inflasi diperkirakan pada tahun 2012 dan 2013 dapat terkendali sekitar 4-5 persen. 5. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB semakin meningkat dengan pertumbuhan sekitar 8,0 persen (2012) dan 10.0 persen (2013). 6. Ekspor Aceh diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi komoditi perkebunan. 7. Di sektor perbankan, diharapkan dukungannya pada sektor riil dengan memberikan kredit-kredit modal usaha kepada UMKM dengan bunga yang terjangkau yang difasilitasi oleh Pemerintah Aceh sebagai penjaminan kredit kepada UMKM serta revitalisasi KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank). 3.2. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN ACEH Arah dan Kebijakan Keuangan Daerah merupakan langkah-langkah kebijakan Pemerintah Aceh dalam rangka meningkatkan penerimaan dan kinerja pengelolaan keuangan, sehingga dapat terselenggaranya kesinambungan dan percepatan pembangunan di daerah untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-12

Penerimaan daerah sangat ditentukan oleh hak-hak pemerintah daerah yang diperoleh dari pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan, kinerja pendapatan berdasarkan kewenangan daerah, dan penerimaan pembiayaan setiap tahunnya. Sedangkan pengelolaan keuangan sangat ditentukan oleh efektifitas penganggaran dan pelaksanaan belanja, serta kinerja pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 pasal 179 ayat (2), bahwa Pendapatan Aceh adalah bersumber dari : (1) Pendapatan Asli Aceh; (2) Dana Perimbangan; (3) Dana Otonomi Khusus; dan (4) Lain-lain Pendapatan yang Sah (termasuk Dana Otonomi Khusus). Pendapatan Asli Aceh terdiri dari: (a) Pajak Aceh; (b) Retribusi Aceh; (c) Hasil pengelolaan kekayaan Aceh yang dipisahkan milik Aceh dan hasil penyertaan modal Aceh; (d) Zakat; dan (e) Lainlain Pendapatan Asli Aceh yang Sah. Sedangkan Dana Perimbangan adalah hak Pemerintah Daerah yang diperoleh dari bagi hasil penerimaan negara antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dana Perimbangan terdiri dari: (a) Dana Bagi Hasil Pajak; (b) Dana Bagi Hasil Hidro Karbon dan Sumberdaya Alam Lainnya; (c) Dana Alokasi Umum; (d) Dana Alokasi Khusus; dan (e) Dana Tambahan Bagi Hasil Migas. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari: (a) Hibah; (b) Dana Darurat; (c) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya; (d) Dana Otonomi Khusus; (e) Dana Penyesuaian; dan (f) Dana kurang bayar dari Pemerintah. 3.2.1. Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh Proyeksi Keuangan Aceh adalah perhitungan kemungkinan jumlah penerimaan daerah berasal dari pendapatan dan penerimaan pembiayaan, berdasarkan pertumbuhan realisasi penerimaan daerah yang terjadi selama beberapa tahun sebelumnya dan juga berdasarkan beberapa asumsi yang mempengaruhi pada tahun yang diprediksikan. Berdasarkan beberapa asumsi yang melandasi perkiraan penerimaan Aceh, proyeksi pendapatan Aceh dimasa yang akan datang lebih berpeluang mengalami peningkatan jika dibandingkan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-13

dengan penerimaan dari pembiayaan. Penerimaan pembiayaan yang setiap tahun didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) tahun sebelumnya, kedepan diperkirakan semakin berkurang drastis akibat semakin tingginya serapan anggaran dalam pelaksanaan anggaran oleh hampir semua Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA). Sebagai pembanding bahwa pada tahun 2010 realisasi keuangan Pemerintah Aceh dapat mencapai 92 persen lebih, atau lebih kurang 8 persen menjadi Silpa pada tahun 2011. Selama priode 3 tahun terakhir (2009-2011) pendapatan Aceh terus mengalami peningkatan, terutama disebabkan oleh meningkatnya penerimaan Dana Otonomi Khusus yang cukup signifikan (rata-rata 10 persen). Pada tahun 2012 dan 2013 total pendapatan Aceh diperkirakan tetap mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,1 persen pada tahun 2012 atau menjadi Rp.7.307.050.460.124,- dan sebesar 3,5 persen pada tahun 2013 atau sekitar Rp.7.566.320.632.370,- Peningkatan tersebut terutama diperkirakan akibat meningkatnya beberapa sumber pendapatan yang berasal dari dana transfer Pemerintah, yaitu Dana Otonomi Khusus, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pajak. Dana Otonomi Khusus dan Dana Alokasi Umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sangat ditentukan atau berbanding lurus dengan pendapatan bruto negara. Sejak beberapa tahun terakhir pendapatan bruto negara mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga memberi pengaruh positif terhadap pendapatan Aceh. Kedua sumber pendapatan yang diterima Pemerintah Aceh sejak tahun 2009 terus meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 10 persen dan 3 persen. Disamping itu target pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2012 dan 2013 yang berkisar 6-7 persen, memberi sinyal positif terhadap meningkatnya pendapatan negara. Dengan demikian pada tahun 2012 dan 2013 pendapatan Aceh diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. Berdasarkan beberapa asumsi sebagaimana yang diuraikan diatas, maka Pendapatan Aceh dari sumber Dana Perimbangan pada tahun 2012 diperkirakan meningkat sebesar 0.75 persen atau menjadi menjadi Rp.1.759.765.460.700,- dan pada tahun 2013 meningkat sebesar 1.07 persen atau menjadi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-14

Rp.1.819.035.632.946,- Sedangkan penerimaan dari sumber dana otonomi khusus pada tahun 2012 diperkirakan meningkat sebesar 5.31 persen atau menjadi sekitar Rp.4.750.000.000.000,- dan pada tahun 2013 meningkat sebesar 4.21 persen atau menjadi sekitar Rp.4.950.000.000.000,-. Berbeda dengan dua sumber pendapatan diatas, pada tahun 2012 dan 2013 sumber Pendapatan Asli Aceh (PAA) diperkirakan tidak mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PAA diperkirakan tetap sama dengan tahun 2011 sekitar Rp.797.284.999.424,- demikian pula halnya perkiraan untuk tahun 2013. Realisasi Pendapatan Aceh selama 3 tahun terakhir serta proyeksi pada tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.6 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-15

TABEL 3.6 REALISASI DAN PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN PROVINSI ACEH TAHUN 2009 s.d TAHUN 2013 J U M L A H ( Rp) NO U R A I A N REALISASI TAHUN 2009 REALISASI TAHUN 2010 TARGET TAHUN 2011 PROYEKSI TAHUN 2012 PROYEKSIPADA TAHUN 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1.1 Pendapatan Asli Aceh 735.205.788.491 776.495.840.000 797.284.999.424 797.284.999.424 797.284.999.424 1.1.1 Pajak Aceh 462.151.772.869 521.326.412.818 622.705.834.000 525.284.999.424 525.284.999.424 1.1.2 Retribusi Aceh 12.040.362.913 7.493.489.473 13.264.165.424 9.000.000.000 9.000.000.000 1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan Aceh yang Dipisahkan 75.104.468.183 98.845.196.792 102.000.000.000 101.000.000.000 101.000.000.000 1.1.4 Zakat/Infaq 22.649.354.923 3.000.000.000 5.000.000.000 7.000.000.000 7.000.000.000 1.1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang sah 163.259.829.603 145.830.741.740 54.315.000.000 155.000.000.000 155.000.000.000 1.2 Dana Perimbangan 1.570.603.947.638 1.710.173.643.092 1.746.648.181.737 1.759.765.460.700 1.819.035.632.946 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak 175.323.122.337 223.590.261.984 224.387.593.132 217.900.529.946 217.900.592.946 1.2.2 Dana Bagi Hasil Hidrokarbon dan SDA Lainnya 88.595.888.120 80.896.226.256 73.975.205.331 * 65.729.827.754 * 65.000.000.000 1.2.3 Dana Alokasi Umum 509.686.224.000 621.431.612.000 716.646.172.000 750.000.000.000 810.000.000.000 1.2.4 Dana Alokasi Khusus 48.189.000.000 30.356.900.000 50.611.300.000 ** ** 1.2.5 Dana TDBH Migas 748.809.713.181 753.898.642.852 681.027.911.274 726.135.103.000 726.135.103.000 1.3 Dana Otonomi Khusus 3.728.282.000.000 3.849.806.840.000 4.510.656.496.500 4.750.000.000.000 4.950.000.000.000 1.3.1 Dana Otonomi Khusus 3.728.282.000.000 3.849.806.840.000 4.510.656.496.500 4.750.000.000.000 4.950.000.000.000 1.4 Lain-lain Pendapatan Aceh yang Sah 8.376.042.934 47.933.332.500 34.800.000.000 0 0 1.4.1 Hibah 8.019.342.934-5.100.000.000 - - 1.4.2 Dana Darurat - - - - - 1.4.3 Bagi Hasil Pajak dari Prov. & dari Pemda lainnya - - - - - 1.4.4 Dana Penyesuaian 356.700.000 34.874.659.000 29.700.000.000 - - 1.4.5 Dana Alokasi Khusus Kurang Bayar - 13.058.673.500 - - - A JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 + 1.2 + 1.3+1.4) 6.042.467.779.063 6.384.409.656.415 7.089.389.677.661 7.307.050.460.124 7.566.320.632.370 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-16

Kerangka Pendanaan Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang diperbaharui dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa kerangka pendanaan dapat diartikan dengan rencana Belanja Daerah yang secara anatomi terdiri dari 2 kelompok utama yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang tidak terikat secara langsung dengan program dan kegiatan, yaitu terdiri dari: (a) Belanja Pegawai; (b) Belanja Bunga; (c) Belanja Subsidi; (d) Belanja Hibah; (e) Belanja Bantuan Sosial; (f) Belanja bagi hasil kepada Kab/Kota dan Pemerintah Desa; dan (g) Belanja Tidak Terduga. Sedangkan Belanja Langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan program/kegiatan atau belanja yang dialokasikan untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari: (a) Belanja Pegawai; (b) Belanja Barang dan Jasa; dan (c) Belanja Modal. Secara akumulasi, kedua kelompok belanja tersebut digunakan untuk mendanai pelaksanaan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan oleh SKPA sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Berdasarkan perkembangan komposisi struktur Belanja Aceh selama 3 tahun terakhir, Belanja Tidak Langsung berkisar 25-30 persen terhadap total belanja. Tingginya persentase ini juga ikut dipengaruhi oleh meningkatnya belanja hibah dan belanja bantuan sosial setiap tahunnya. 3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Aceh Berdasarkan makna yang terkandung dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara tertib, proporsional, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, kewajaran, dan memberi manfaat yang besar bagi masyarakat. Sedangkan ruang lingkup pengelolaan keuangan Aceh setiap tahunnya meliputi: 1. Hak Pengelolaan Pendapatan Aceh; 2. Hak Pemerintah Aceh untuk memungut pajak dan retribusi; 3. Pengelolaan belanja Aceh; Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-17

4. Kewajiban Aceh untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan Aceh, melaksanakan pembangunan Aceh dan membayar tagihan pihak ketiga; 5. Pengelolaan pembiayaan Aceh yang meliputi aspek kekayaan Aceh yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah, kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah Aceh dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan Aceh dan/atau kepentingan umum. Pengelolaan keuangan Aceh dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi dan diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) dengan mengacu kepada penyusunan anggaran berbasis kinerja berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. APBA tersebut lazimnya ditetapkan setiap tahun melalui Qanun Aceh. Arah dan Kebijakan Keuangan Aceh tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun penerimaan dari semua sumber Pendapatan Aceh secara optimal sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku; 2. Mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Aceh sehingga kapasitas dan pemenuhan kebutuhan belanja Pemerintah Aceh lebih optimal dan mandiri; 3. Memberdayakan segenap potensi yang dimiliki untuk dapat meningkatkan pendapatan Aceh; 4. Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan Urusan Wajib dan Pilihan sesuai kewenangan; 5. Melaksanakan belanja Aceh sesuai dengan perencanaan pembangunan, skala prioritas pembangunan, dan kebutuhan mendesak; 6. Melaksanakan belanja Aceh sesuai dengan azas dan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik; 7. Mengelola pembiayaan Aceh secara optimal, baik pengelolaan penerimaan dan pemenuhan kewajiban pembiayaan, maupun pemanfaatan surplus pembiayaan untuk menutup defisit belanja; 8. Melakukan pertanggungjawaban keuangan sesuai mekanisme dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-18

3.2.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Aceh Pendapatan Asli Aceh (PAA) merupakan sumber pendapatan penting dalam struktur pendapatan Aceh. Hal ini dimaksudkan karena bagian dari pendapatan ini menjadi tolok ukur kinerja kesinambungan pembangunan dan kemandrian daerah. Oleh karena itu kebijakan pendapatan Aceh tahun 2012 diarahkan fokus pada optimalisasi Pendapatan Asli Aceh (PAA), dan hal tersebut dilakukan melalui peningkatan penerimaan pajak dan retribusi Aceh secara proporsional dan berkelanjutan. Dalam rangka tercapainya arah kebijakan pendapatan Aceh tersebut, maka perlu ditetapkan beberapa langkah strategis sebagai berikut: 1. Pemberdayaan segenap aparatur yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan restribusi daerah dengan cara meningkatkan motivasi, disiplin dan etos kerja; 2. Meningkatkan koordinasi dengan segenap instansi/institusi baik vertikal maupun horizontal dalam rangka mengoptimalkan pendapatan terutama bersumber dari pajak dan restribusi daerah.; 3. Memperluas jangkauan pelayanan, dengan membuka tempat-tempat pelayanan pajak Aceh, retribusi Aceh dan pendapatan lainnya di kabupaten/kota sepanjang dapat meningkatkan penerimaan pendapatan Aceh; dan 4. Meningkatkan sosialisasi dalam rangka menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya manfaat pajak dan retribusi untuk kesinambungan pembangunan Aceh melalui pemanfaatan berbagai media komunikasi dalam rangka intensifikasi pemungutan pajak Aceh, retribusi Aceh, dan penerimaan lain-lain yang sah. Penerimaan Pendapatan Asli Aceh (PAA) masih didominasi oleh Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Pada tahun 2012 daya beli masyarakat secara umum diperkirakan cenderung meningkat, hal ini disebabkan dengan membaiknya kondisi perekonomian yang akan berdampak pada kepemilikan kenderaan bermotor yang perkirakan juga ikut meningkat. Oleh karena itu maka pendapatan dari sumber pajak kenderaan bermotor dan demikian juga dengan pajak BBM diperkirakan meningkat. Meningkatnya pendapatan dari kedua sumber tersebut akan berdampak terhadap penerimaan pajak Aceh secara keseluruhan yang diperkirakan meningkat sebesar Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-19

3 persen, yaitu dari 480 Milyar pada tahun 2011 menjadi 493, 7 milyar pada tahun 2012. 3.2.2.2. Arah Kebijakan Belanja Aceh Bertitik tolak pada masih banyaknya agenda permasalahan dan tantangan pembangunan daerah dan masyarakat jika dilihat dari capaian berbagai indikator pembangunan, maka kebijakan pengelolaan belanja Aceh tahun 2012 diarahkan kepada peningkatan proporsi belanja yang berpihak untuk kepentingan publik, di samping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Alokasi anggaran belanja Aceh harus tetap mengedepankan efisiensi dan efektifitas serta penghematan yang dilakukan dengan cara penganggaran belanja yang mengacu pada penyusunan anggaran berbasis kinerja (Performance Based Budget) sesuai dengan prioritas program/kegiatan. Kebijakan belanja Aceh tahun 2012 diupayakan tetap proporsional yaitu belanja langsung lebih besar jika dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Dari total belanja yang direncanakan sebesar Rp.7.707.050.280.124,- Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp.5.948.033.290.223,- (77,18 persen) dan Belanja Tidak Langsung sebesar Rp.1.759.017.169.901,- (22,82 persen). Belanja terkait dengan kebutuhan pegawai serta operasional kantor, laju peningkatannya ditekan semaksimal mungkin. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sebagai upaya memenuhi kewajiban pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Oleh karena itu alokasi anggaran untuk pelayanan kesehatan (terutama JKA), peningkatan mutu pendidikan (termasuk beasiswa), pembangunan sarana dan prasarana publik (infrastruktur), penguatan kapasitas keuangan pembangunan gampong melalui BKPG, tetap menjadi prioritas utama penganggaran, dengan sasaran program/kegiatan yang juga memberi dampak nyata terhadap percepatan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-20

pembangunan ekonomi daerah, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta pemerataan pembangunan diseluruh wilayah. Pengalokasian anggaran untuk penyelenggaraan urusan pilihan terutama diarahkan dalam rangka mendorong pertumbuhan produksi daerah dan nilai tambah yang diperoleh daerah, dengan dampak yang diharapkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas. Dalam pelaksanaan kebijakan belanja Aceh tahun 2012, beberapa asumsi pokok yang dapat mempengaruhi langsung diantaranya adalah: a. Perkiraan penerimaan pendapatan Aceh diharapkan dapat terpenuhi, sehingga dapat memberikan dukungan terhadap pertumbuhan perekonomian Aceh dan mampu mencukupi kebutuhan pelayanan dasar serta penyelenggaraan pemerintahan; b. Perkiraan kebutuhan belanja Aceh dapat mendanai program-program strategis Aceh untuk mendukung dan menjaga target pencapaian indikator kinerja (Key Performance Indicators) yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2007-2012; c. Terlaksananya pembahasan, kesepakatan, dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) tepat waktu sesuai mekanisme dan peraturan yang berlaku; d. Terkendalinya laju inflasi nasional, regional dan daerah, terutama berkaitan dengan belanja pemerintah. Realisasi Belanja Aceh beberapa tahun sebelumnya serta rencana pada tahun 2012 dan 2013, secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.7 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-21

TABEL 3.7 REALISASI DAN PROYEKSI/TARGET BELANJA ACEH TAHUN 2009 s.d. TAHUN 2013 JUMLAH NO URAIAN REALISASI TAHUN (2009) REALISASI TAHUN (2010) TAHUN BERJALAN (2011) PROYEKSI/TARGET PADA TAHUN RENCANA (2012) PROYEKSI/TARGET PADA TAHUN (2013) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2.1 Belanja Tidak Langsung 1,525,841,500,185 2,696,826,158,548 2,739,530.705.870 1.759.017.169.901 1.814.768.125.379 2.1.1 Belanja pegawai - 870,690,497,778 908,212.518.590 953.623.144.520 983.847.637.142 2.1.2 Belanja bunga - - - 2.1.3 Belanja subsidi 6,873,157,248 1,000,000,000-2.1.4 Belanja hibah 433,398,506,260 542,910,068,270 755,092,388,863 100.000.000.000 103.169.437.822 2.1.5 Belanja bantuan sosial 2.1.6 Belanja bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintah Desa*) 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa*) 2.1.8 Belanja tidak terduga 669,645,982,758 782,225,592,500 626,225,798,417 46.094.025.381 47.554.946.855 313,843,983,919 300,000,000,000 250,000,000,000 260.000.000.000 268.240.538.337 100,000,000,000 150,000,000,000 150,000,000,000 349.300.000.000 360.370.846.312 2,079,870,000 50,000,000,000 50,000,000,000 50.000.000.000 51.584.718.911 B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,525,841,500,185 2,696,826,158,548 2,739,530,705,870 1.759.017.169.901 1.814.768.125.379 2.2 Belanja Langsung 6,117,005,505,009 5,549,563,335,619 5,235,169,294,130 5.948.033.290.223 6.136.552.506.990 2.2.1 Belanja Pegawai 961,513,310,380 274,821,025,549 270,836,819.348 323.200.221.935 333.443.852.010 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 1,459,188,115,739 1,746,370,057,288 3,354,019,696,972 3.703.183.536.197 3.820.553.635.812 2.2.3 Belanja Modal 3,696,304,078,890 3,528,372,252,782 1,610,312,277,810 1.921.649.532.091 1.982.555.019.168 C D JUMLAH BELANJA LANGSUNG TOTAL JUMLAH BELANJA (2.1 + 2.2) 6,117,005,505,009 5,549,563,335,619 5,235,169.294,130 5.948.033.290.223 6.136.552.506.990 7,642,847,005,194 8,246,389,494,167 7,974,700,000,000 7.707.050.460.124 7.951.320.632.370 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-22

3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Aceh Pembiayaan Aceh merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Aceh tersebut meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Berdasarkan pasal 60 ayat (2) Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh, Penerimaan Pembiayaan Aceh mencakup: a. Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA); b. Pencairan dana cadangan; c. Hasil penjualan kekayaan Aceh yang dipisahkan; d. Penerimaan pinjaman Aceh; e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman; f. Penerimaan piutang Aceh; g. Penerbitan obligasi Aceh. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Aceh mencakup: a. Pembentukan dana cadangan; b. Penyertaan modal (investasi) Pemerintah Aceh; c. Pembayaran pokok utang; d. Pemberian pinjaman; e. Pembayaran nilai nominal obligasi. Pada tahun 2012 Pemerintah Aceh belum menganggap perlu atau terpaksa melakukan pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta melakukan pinjaman daerah untuk menutup defisit rencana belanja. Oleh karena itu penerimaan pembiayaan Aceh yang paling mungkin dapat terlaksana pada tahun 2012 adalah hanya dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (2011). Dengan asumsi belanja APBA tahun 2011 dapat terealisasi sekitar 95 persen dan tanpa perubahan perkiraan pendapatan, maka penerimaan pembiayaan tahun 2012 dari Silpa tahun 2011 adalah sebesar Rp. 400.000.000.000,-. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-23

Mengigat besarnya kebutuhan anggaran untuk belanja Aceh tahun 2012 terutama terkait untuk pencapaian indikator kinerja sesuai RPJMA, maka pengeluaran pembiayaan Aceh tahun 2012 kebijakannya adalah tidak direncanakan pengeluaran, terutama untuk pembentukan dana cadangan, dan penyertaan modal (investasi) daerah. Dengan kata lain Pengeluaran Pembiayaan Aceh tahun 2012 direncanakan nihil. Pembiayaan netto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran. Dengan demikian pembiayaan netto tahun 2012 direncanakan sama dengan penerimaan pembiayaan, yaitu sebesar Rp. 400.000.000.000,- yang digunakan untuk menutup defisit belanja Aceh tahun 2012. Realisasi beberapa tahun sebelumnya dan perkiraan penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, serta pembiayaan netto Aceh tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.8. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-24

TABEL 3.8 REALISASI DAN PROYEKSI/TARGET PEMBIAYAAN DAERAH TAHUN 2009 s.d. TAHUN 2013 NO JENIS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH REALISASI TAHUN (2009) REALISASI TAHUN (2010) J U M L A H TAHUN BERJALAN (2011) PROYEKSI/TARGE T PADA TAHUN RENCANA (2012) PROYEKSI/TARGE T PADA TAHUN (2013) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 E 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5 F G Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA) Pencairan Dana Cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO (3.1 + 3.2) 4,015,380,289,197 1,842,988,678,575 379,745,600,000 400,000,000,000 385,000,000,000 4,015,380,289,196.89 1,842,988,678,575 379,745,600,000 400,000,000,000 385,000,000,000 - - - - - - - - - - - - - - - 4,015,380,289,197 1,842,988,678,575 379,745,600,000 400,000,000,000 385,000,000,000 572,012,384,490 - - - - - - - 81,600,000,000.00 - - - - - - - - 490,412,384,490.00 1,144,024,768,980 - - - - 2,871,355,520,217 1,842,988,678,575 379,745,600,000 400,000,000,000 385,000,000,000 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 III-25

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH Tahun 2012 merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMA (2007-2012) yang dititikberatkan pada penuntasan pelaksanaan pembangunan Aceh sesuai dengan target yang telah di tetapkan. Prioritas dan sasaran Pembangunan tahun 2012 diarahkan kepada keberlanjutan tujuh prioritas Pemerintah Aceh yaitu: (1) Pemberdayaan ekonomi masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan; (2) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendukung investasi;(3) Pembangunan pendidikan yang bermutu dan merata; (4) Peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas (5) Pembangunan agama, sosial dan budaya; (6) Penguatan pemerintahan, politik dan hukum; (7) Penanganan dan pengurangan resiko bencana. Dalam rangka mendukung terlaksananya tujuh prioritas pembangunan Aceh maka sasaran dan prioritas pembangunan 2012 dititikberatkan pada: a. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan. Permasalahan dan tantangan utama dibidang ekonomi secara makro adalah masih rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan jika dibandingkan dengan rata-rata nasional. Oleh karena itu prioritas dan sasaran utama pembangunan bidang ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Ekonomi : Pertumbuhan ekonomi Aceh (harga konstan) pada tahun 2012 diharapkan dapat tumbuh secara berkualitas 6,0-6,5 persen (tanpa migas). Pertumbuhan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai PDRB total menjadi 33-35 trilliun berdasarkan harga konstan, dan 85-87 trilliun berdasarkan harga berlaku. Dengan demikian target pertumbuhan tersebut diharapkan sekaligus dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang terjadi melalui pelaksanaan program/kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, terbukanya lapangan kerja dan kemudahan usaha bagi masyarakat terutama masyarakat miskin baik di pedesaan maupun perkotaan. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -1

2. Tingkat Pengangguran : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang terjadi di Aceh pada tahun 2012 diharapkan dapat ditekan menjadi 7,0-7,5 persen. 3. Tingkat Kemiskinan : Jumlah penduduk miskin di Aceh diharapkan mampu direduksi lebih rendah dari tahun 2011 atau menjadi sekitar 17-18 persen, dan sebaran penduduk miskin dalam proporsi yang seimbang antara perkotaan dan pedesaan. 4. Tingkat inflasi : Tingkat inflasi yang terjadi di Aceh rata-rata selama tahun 2012 diperkirakan berkisar 4-5 persen, yang dihitung dari dua kota yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe. Dalam rangka pencapaian target indikator beberapa aspek ekonomi makro diatas, maka prioritas dan sasaran pembangunan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan melalui upaya optimalisasi, modernisasi, diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi, dalam rangka peningkatan produksi dan ekspor daerah, serta pendapatan petani. 2. Peningkatan produksi tanaman pangan seperti : padi menjadi 1.722.719 ton, jagung menjadi 194.812 ton dan kedelai menjadi 179.401 ton. 3. Produksi perikanan menjadi 151.600 ton untuk perikanan tangkap dan 34,261 ton untuk perikanan budidaya. 4. Populasi ternak meningkat menjadi 18.612.831 ekor, produksi daging menjadi 24.492.073 Kg, dan produksi telur menjadi 15.813.438 butir. 5. Meningkatnya produksi komoditi unggulan daerah yaitu karet menjadi 67.490 ton, kelapa sawit menjadi 197.732 ton, kopi menjadi 52.357 ton dan kakao menjadi 91.682 ton. 6. Terbangunnya sentra-sentra produksi yang berbasis agro industri dalam rangka peningkatan nilai tambah daerah dengan komoditi utama: padi, kelapa sawit, kopi, kakao, nilam, pala, dan perikanan tangkap. 7. Meningkatnya kemampuan tenaga penyuluh, petani dan penguatan kelembagaan melalui pelatihan penyuluh (480 orang), pelatihan petani (4.210 orang) dan penguatan kelembagaan (170 kelompok). 8. Meningkatnya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap 2000 orang pekerja. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -2

9. Terbina dan terfasilitasinya penduduk di kawasan pemukiman transmigrasi 1.575 KK. 10. Terbinanya usaha mikro, kecil, dan menengah sebanyak 100 unit, peningkatan akses terhadap permodalan dan pemasaran, serta pemantapan regulasi. 11. Meningkatnya ekspor melalui pengembangan kluster-kluster produk unggulan yang kompetitif dan komparatif. 12. Meningkatnya realisasi investasi melalui peningkatan promosi daerah, pelayanan investasi, koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait. 13. Meningkatnya kunjungan wisatawan lokal dan manca negara melalui peningkatan kualitas layanan dan penyediaan infrastruktur pariwitsata. 14. Meningkatnya jumlah objek pariwisata unggulan dan pengembangan kawasan Wisata daerah. b. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumberdaya Energi Pendukung Investasi Prioritas utama dari Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumberdaya Energi Pendukung Investasi dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka sasaran pembangunan pada tahun 2012 ditempuh melalui beberapa kebijakan sebagai berikut: 1. Tersosialisasinya Qanun tentang RTRWA sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan pola ruang di Provinsi Aceh. 2. Terintegrasinya perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam. 3. Terlaksananya kerjasama pembangunan antar daerah melalui program kerjasama pembangunan regional dan Nasional. 4. Penuntasan pembangunan jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi dan jalan strategis menuju sentra-sentra produksi untuk mendukung pengembangan wilayah sepanjang 787,3 Km dan jembatan 7.299 meter. 5. Penuntasan pembangunan saluran drainase/gorong-gorong di lingkungan permukiman sepanjang 53.000 meter. 6. Terpeliharanya jalan dan jembatan untuk mempertahankan kualitas jalan dan jembatan yang telah dibangun sepanjang 2.895 Km. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -3

7. Tersedianya sarana dan prasarana kebinamargaan untuk dapat mengoperasionalkan peralatan dan perlengkapan bengkel alat berat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan di 23 Kabupaten/kota. 8. Meningkatnya kinerja pengelolaan air minum dan air limbah, tempat pembuangan akhir dan tersedianya sarana dan prasarana persampahan di 23 Kabupaten/kota. 9. Tersedianya infrastruktur perdesaan dalam peningkatan kualitas pelayanan umum/dasar, infrastruktur melalui pembangunan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan di di 23 Kabupaten/kota. 10. Terbangunya rumah sehat sederhana bagi masyarakat kurang mampu/dhuafa sebanyak 2.094 unit. 11. Penuntasan pembangunan jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi lainnya terutama untuk melanjutkan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang telah dibangun seluas 45.000 Hektar, 55.660 meter. 12. Terkendalinya kawasan konservasi sungai, danau, dan sumber daya air lainnya untuk meningkatkan ketersediaan air bagi irigasi melalui pembangunan embung, waduk dan situ serta melaksanakan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan penampung air yang telah dibangun sebanyak 6 waduk/embung. 13. Tersedianya fasilitas perhubungan untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat yang memenuhi standar pelayanan minimal, 9 unit Gedung PKB, 6 traffic light, 1 unit zona keselamatan lalulintas jalan. 14. Terbangunnya sarana dan prasarana perhubungan, terminal penumpang, dermaga dan pelabuhan udara yang menunjang kelancaran dan ketertiban distribusi penumpang dan barang sebanyak 13 unit terminal, 2 unit pelabuhan rakyat, 7 unit fasilitas bandara. 15. Meningkatnya SDM Bidang Komunikasi dan Informasi, dan tersedianya fasilitas pos dan telekomunikasi sebanyak 1 unit. 16. Terlindunginya kawasan konservasi Sumber Daya Alam melalui pengelolaan keanekaragaman hayati, pengendalian kerusakan alam sebanyak 6 lokasi. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -4

17. Terbangunnya dan terkelolanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 3 lokasi. 18. Terbina dan terkendalinya usaha pertambangan dengan melakukan pengawasan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di 15 kabupaten/kota, penertiban dan inventarisasi usaha pertambangan tanpa izin (PETI) di 5 kabupaten/kota. 20. Tersedianya energi listrik di pedesaan terutama bagi desa yang belum ada jaringan listrik PT. PLN dengan pembangunan PLTMH sebanyak 5 unit, PLTS terpadu 5 unit, serta melakukan inventarisasi potensi energi terbarukan di 2 lokasi. Capaian kinerja dan proyeksi Pembangunan, Pemeliharaan Infrastruktur serta Sumberdaya Energi Pendukung Investasi tahun 2007-2012, dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -5

TABEL 4.1 CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN SUMBER DAYA ENERGI NO INDIKATOR SATUAN 2007 2008 2009 CAPAIAN PER TAHUN 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BIDANG INFRASTRUKTUR A Infastruktur Jalan 1. Kondisi Mantap Jalan Nasional % 81.17 87.58 89.62 95.00 97.00 ** 100.00 ** Km 1,447.17 1,561.29 1,597.65 1,713.22 1,749 ** 1,803 ** 2. Kondisi Mantap Jalan Provinsi % 57.55 58.81 75.12 75.89 80.00 ** 100.00 ** Km 1,063.55 1,086.84 1,388.24 1,402.29 1,478 ** 1,848 ** 3. Pembangunan dan Peningkatan Jalan Kabupaten/Kota Km 486.00 768.00 578.00 420.00 502.00 ** 4. Pembangunan Jembatan M 1,421.43 1,505.00 1,739.80 1,557.00 1,600 ** 5. Pembangunan Jembatan Perdesaaan M 138.53 141.90 157.90 159.12 162 ** B Perumahan dan Permukiman 1. Jumlah Rumah yang sudah mendapatkan air bersih Unit 1,827 2,641 9,314 1,000 6,782 ** 2. Jumlah Rumah Duafa/Miskin yg Telah Dibangun/Direhab Unit 1,000 3,955 3,912 1,315 1,659 ** C Pengairan 1. Panjang Jaringan Irigasi Km 1,190 2,800 3,420 4,435 5,123 ** 5,526 ** 2. Luas Irigasi Ha 151,943 203,765 245,625 287,038 330,126 ** 410,640 ** a. Irigasi Teknis Ha 40,188 53,774 60,978 74,402 87,203 ** 99,676 ** b. Irigasi Semi Teknis Ha 12,345 24,675 35,568 43,964 51,823 ** 60,866 ** c. Irigasi Sederhana Ha 50,425 64,864 73,655 82,987 98,450 ** 132,092 ** d. Irigasi Desa Ha 48,985 60,452 75,424 85,685 92,650 ** 118,006 ** 3. Jumlah Waduk, Embung dan Situ Unit 4 6 3 6 5 ** 6 ** 4. OP Jaringan Irigasi Ha 39,330 41,352 45,886 47,955 48,523 ** 62,860 ** a. Pengendalian Banjir (Bronjong, Normalisasi Sungai, Saluran M 8,000 10,601 50,144 106,862 107,786 ** 154,450 ** b. Pengaman Pantai (Talut, Jetty, Normalisasi Kuala) km 132,93 145,98 156,89 290,78 349,65 ** 400 ** D Listrik 1. Jumlah Pelanggan (RT,Bisnis,Publik,Industri) Pelanggan 819,919 900,042 965,042 1,004,846 1,050,541 ** 1,098,350 ** 2. Energy Sales (Penjualan RT,Bisnis,Publik,Industri) GWh 997 1,150 1,315 1,422 1,550 ** 1,691 ** 3. Kapasitas Terpasang Gardu Induk Unit 63 85 125 330 500 ** 710 ** 4. Kapasitas Panjang Transmisi kms 942 942 942 1,275 2,215 ** 2,281 ** 5. Total Produksi GWh 1,182 1.365,83 1,468 1,585 1,714 ** 1,862 ** 6. Rumah Tangga Berlistrik KK 746,017 819,112 853,659 900,157 954,743 ** 995,441 ** 7. Rasio Elektrivikasi % 74.94 82.29 85.76 90.43 95.91 ** 100.00 ** 8. Desa Berlistrik Desa 5,436 6,092 6,260 6,271 6,381 ** 6,423 ** Sumber : Bappeda Aceh 2011 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -6

c. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan Belajar Permasalahan dan tantangan dalam bidang pendidikan yaitu: pertama, permasalahan pemerataan kesempatan belajar yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan; kedua, masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing lulusan lembaga pendidikan, ketiga, masih lemahnya manajemen pelayanan pendidikan yang ditandai dengan tata kelola dan tingkat akuntabilitas yang belum optimal, dan keempat, implementasi pendidikan yang bernuansa Islami belum berjalan sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sasaran pembangunan yang ingin dicapai di tahun 2012 adalah: 1. Meningkatnya mutu dan pemerataan akses kesempatan belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar dan menengah (12 tahun) serta pendidikan kejuruan terutama di daerah-daerah terpencil yang didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan yang memenuhi standar. 2. Menurunkan jumlah penduduk buta aksara dengan prioritas pada penduduk usia produktif 15-44 tahun 3. Menurunnya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah di setiap jenjang pendidikan. 4. Meningkatnya angka kelulusan mencapai 99 persen di SD/MI, 95 persen di SMP/MTs, 89 pesen di SMA/MA dan 85 persen di SMK. Sedangkan capaian hasil UASBN SD/MI diupayakan mencapai 6,75, hasil UN SMP/MTs mencapai rata-rata 7,31, hasil UN SMA/MA mencapai rata-rata 7,40 dan SMK mencapai 7,00. 5. Tercapainya komposisi jumlah siswa yang seimbang antara SMA/MA dengan SMK dengan proporsi 68:32 di tahun 2012 6. Peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana laboratorium, perpustakaan, buku pelajaran, alat peraga/media pembelajaran serta bengkel praktek untuk SMK 7. Pengadaan sarana penunjang ICT di semua kabupaten/kota berupa laboratorium computer, peralatan computer dan pelatihan guru 8. Meningkatnya jumlah sekolah berstandar internasional (SBI) dan sekolah yang terakreditasi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -7

9. Meningkatnya kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai standar nasional pendidikan (SNP) 10. Terwujudnya distibusi guru yang merata antar wilayah dan antar sekolah 11. Meningkatnya dukungan dunia usaha dan industri untuk mendukung pendidikan kejuruan 12. Meningkatnya kapasitas dan kompetensi SDM pengelola pendidikan 13. Meningkatnya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sistem pendidikan 14. Terwujudnya sistem informasi manajemen yang terintegrasi 15. Meningkatnya minat baca masyarakat Aceh terutama di daerah-daerah yang baru berkembang 16. Tersedianya kerangka regulasi dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang jelas untuk penerapan pendidikan bernuansa Islami di Aceh 17. Tersedianya sarana prasarana pendukung pendidikan yang bernuansa Islami seperti mushalla dan buku pendidikan agama Islam yang sesuai standar serta meningkatnya kualitas Guru Pendidikan Agama Islam. d. Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Prioritas peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, sasaran yang ingin dicapai adalah: 1. Tersedianya Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) untuk 3.7 juta jiwa kepada Masyarakat diseluruh Aceh 2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dasar, terutama dalam hal peningkatan status gizi dan keterjangkauan akses layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) untuk mencapai tujuan pembangunan milenium (MDGs). 3. Meningkatnya upaya dan pemahaman masyarakat terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit. 4. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta upaya penyehatan lingkungan hidup. 5. Meningkatnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor, masyarakat, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat Lokal, Nasional dan Internasional dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -8

6. Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan melalui penempatan tenaga kesehatan serta terjangkaunya akses pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat. e. Pembangunan Syariat Islam dan Sosial Budaya Beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang Syariat Islam, Sosial dan Budaya adalah: 1. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia yang berakhlak mulia. 2. Meningkatnya peran kelembagaan agama untuk mendukung pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. 3. Meningkatnya peran ulama dalam semua sektor kehidupan pemerintah dan masyarakat. 4. Meningkatnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pelaksanaan Syari at Islam. 5. Meningkatnya kerjasama dan koordinasi keagamaan baik dengan instansi terkait maupun lembaga keagamaan tingkat Nasional dan Internasional 6. Terpeliharanya khasanah budaya, adat dan istiadat Aceh. 7. Meningkatnya prestasi olahraga dan kesadaran masyarakat akan pentingnya berolahraga. 8. Meningkatnya kualitas hidup perempuan dan anak dalam berbagai bidang. 9. Meningkatnya peran kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan. 10. Meningkatnya partisipasi dan peran aktif pemuda dalam berbagai bidang pembangunan. 11. Meningkatnya peran dan hubungan antar lembaga pemuda serta pengembangan sistem kaderisasi organisasi kepemudaan. 12. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pemuda dalam rangka menanggulangi dampak demoralitas pemuda. 13. Meningkatnya kualitas dan pelayanan kesejahteraan sosial di seluruh Aceh. 14. Meningkatnya apresiasi budaya, kesenian, bahasa dan adat istiadat. 15. Terpeliharanya situs sejarah dan cagar budaya. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -9

f. Penciptaan Pemerintah yang Baik dan Bersih serta Penyehatan Birokasi Pemerintahan Sasaran pembangunan yang ingin dicapai dalam penciptaan pemerintah yang baik dan bersih serta penyehatan birokrasi pemerintahan antara lain: 1. Terwujudnya struktur pemerintahan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. 2. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan secara efektif dan efisien. 3. Penguatan kapasitas Gubernur sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah sesuai dengan Perpres nomor 19 tahun 2010 yang di telah dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2011. 4. Terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, partisipatif dan akuntabel 5. Meningkatnya kapasitas sumber daya aparatur termasuk sumber daya aparat penegak hukum serta dukungan sarana dan prasarana. 6. Meningkatnya pengetahuan kader politik yang bebas, adil dan islami serta memihak kepentingan masyarakat. 7. Meningkatnya etika dan pendidikan politik yang sehat melalui rasa saling percaya dan menghargai (sportifitas) di dalam kelompok masyarakat. 8. Meningkatnya kapasitas dan Terlaksananya pengawasan melekat di seluruh instansi pemerintah. g. Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana Prioritas utama dari penanganan dan pengurangan resiko bencana dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka sasaran pembangunan pada tahun 2012 ditempuh sebagai berikut: 1. Tertanganinya pembangunan jalan dan jembatan pada fase tanggap darurat di lokasi bencana. 2. Terkendalinya daerah rawan banjir pada daerah tangkapan air dan badanbadan sungai. 3. Terlindungnya daerah permukiman di kawasan pesisir pantai dari ancaman gelombang laut. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -10

4. Terlaksananya sosialisasi mitigasi bencana secara terpadu, sehingga meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana melalui penyuluhan Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK), serta advokasi keterlibatan LSM dan sektor swasta dalam penanganan bencana. 5. Meningkatnya peran kelembagaan dalam rangka penanganan resiko bencana. 6. Tersosialisasinya rencana aksi daerah penanggulangan bencana. 7. Meningkatnya peran Pusat Kendali Operasi Bencana (PUSDALOP). 8. Terlaksananya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana wilayah dan masyarakat. 9. Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup melalui penertiban perusahaan/intansi/jasa yang menggunakan bahan B3 serta evaluasi lingkungan melalui implementasi RKL/RPL dan UKL/UPL. 10. Terpeliharanya cadangan Sumber Daya Alam (SDA) dan terkendalinya eksploitasi cadangan sumber daya alam yang melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. 11. Terkendalinya pencemaran udara, terutama kualitas emisi gas buang kenderaaan bermotor dan industri. 12. Terlaksananya rehabilitasi hutan dan lahan melalui reboisasi. 13. Terlindunginya konservasi sumber daya hutan. 14. Terkendalinya keamanan dan kenyaman lingkungan. 15. Terlaksananya pencegahan dan penganggulangan penyakit menular 16. Terlaksananya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial. 17. Terpenuhinya kebutuhan pangan di daerah rawan pangan dan rawan bencana. 18. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana di daerah bencana. 4.1 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Rencana Kerja Pemerintah Aceh Tahun 2012 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2007-2012 memuat visi dan misi sebagai berikut: Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -11

a. Visi Terwujudnya perubahan yang fundamental di Aceh dalam segala sektor kehidupan masyarakat Aceh dan pemerintahan, yang menjunjung tinggi asas transparansi dan akuntabilitas bagi terbentuknya suatu pemerintahan Aceh yang bebas dari praktek korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran. b. Misi 1. Kepemimpinan Yang Aspiratif, Inovatif, dan Intuitif a) Membangun suatu mekanisme kontrol yang ketat agar para pemimpin formal dari level tertinggi sampai level yang terendah memperlihatkan keteladanan yang baik, taat beragama, hidup sederhana, menegakkan keadilan, taat pada hukum, tidak melakukan KKN dalam bentuk apapun, sehingga memberi contoh keteladanan bagi masyarakat. b) Pemimpin harus memiliki sikap inovatif dan intuitif yang tinggi dalam menciptakan dan melaksanakan kebijakan agar selalu dalam koridor kepentingan rakyat. Pemimpin dan pejabat negara adalah "Orang Besar", namun kebesarannya bukan karena dia berpangkat tinggi, kaya raya atau berketurunan bangsawan tetapi karena dia dengan setia telah menjadi pelayan rakyatnya. 2. Aparatur Pemerintah yang Bersih, Kompeten dan Berwibawa, Bebas dari Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan a) Memperbaiki kesejahteraan PNS/pejabat negara sebagai prioritas utama, melalui pendapatan dan gaji yang layak. b) Memberikan reward bagi PNS/pejabat negara yang berprestasi dan punishment (sanksi/hukuman) bagi mereka yang melalaikan tugasnya. c) Memperbaiki kembali sistem penerimaan PNS dimana akan dilakukan secara lebih ketat sehingga diperoleh PNS yang berkualitas dan tidak mengandung unsur KKN. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -12

3. Penegakan Hukum a) Pemerintah Aceh akan berusaha sekuat tenaga membantu agar pengadilan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Walaupun bidang kehakiman menjadi wewenang Pemerintah Indonesia, Pemerintah Aceh akan berusaha agar pejabat dan PNS yang berdinas di Aceh dalam bidang penegakan hukum akan mendapat fasilitas yang sama dengan pejabat dan PNS yang berada di bawah Pemerintah Aceh. b) Pemerintah Aceh dengan bekerjasama dengan aparat penegak hukum akan membangun mekanisme agar rakyat pencari keadilan dapat dan berani mengawasi proses hukum yang terjadi di dalam dan di luar pengadilan dan mengawasi perilaku para hakim serta aparat penegak hukum lainnya. 4. Pengembangan Sumberdaya Manusia a) Pendidikan akan dijadikan sebagai media pemerataan kesempatan untuk berkembang (mobilitas vertikal) bagi semua lapisan masyarakat, terutama masyarakat lapisan bawah. b) Kualitas dan mutu sekolah di seluruh Aceh akan ditingkatkan baik kualitas fisik bangunannya maupun kualitas para pendidik terutama administrasinya. c) Pemerintah Aceh akan memberikan subsidi untuk universitasuniversitas atau perguruan tinggi di Aceh guna meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan fasilitas pendidikan (sarana penunjang). d) Pemerintah Aceh akan mengusahakan pendidikan gratis minimal bagi murid Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA/MA) sekolah akan dibersihkan dari pungutan yang membebani orang tua siswa. e) Pemerintah Aceh juga mengupayakan sesuai dengan kemampuan ekonomi Pemerintah Aceh pembebasan biaya pendidikan bagi semua anak yatim korban konflik dan korban tsunami sampai tamat Perguruan Tinggi (S1). Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -13

f) Pemerintah Aceh akan mengusahakan (sesuai kemampuan Pemerintahan Aceh) pembebasan uang kuliah atau sekurangkurangnya akan dikembangkan sistem subsidi yang adil untuk semua program studi S1 yang memenuhi kriteria dan kualifikasi tertentu. g) Pemerintah Aceh akan meminta kepada institusi-institusi/lembaga pendidikan pencetak tenaga pendidik untuk meningkatkan standar mutu penerimaan calon tenaga pendidik dengan menaikkan rating kualifikasi penerimaan mahasiswa baru. Institusi ini akan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Aceh. h) Institusi-institusi pendidikan agama seperti dayah akan mendapat perhatian serius dari Pemerintah Aceh. i) Pemerintah Aceh akan memberikan perhatian khusus dalam bentuk program-program beasiswa secara luas untuk mahasiswa cerdas dan berprestasi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan S3 di universitas-universitas terkemuka di luar negeri. j) Dalam rangka pemerataan kesempatan pendidikan, Pemerintah Aceh akan mengembangkan sistem subsidi/beasiswa kepada mereka yang secara ekonomi tidak mampu namun memiliki keinginan dan kemampuan kecerdasan untuk melanjutkan pendidikan. k) Di daerah-daerah tertentu akan dikembangkan sekolah-sekolah kejuruan (vocational). l) Sekurang-kurangnya 30% APBA akan digunakan untuk pendidikan. m) Pemerintah Aceh akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. n) Pemerintah Aceh bertekad akan memberantas penyakit-penyakit menular klasik seperti Malaria, TBC, DBD, Lepra, dan sebagaimana. o) Pemerintah Aceh akan memberikan pelayanan medis gratis bagi ibu hamil dan anak. p) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak dalam berbagai bidang khususnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, politik, adat istiadat dan agama. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -14

5. Perekonomian a) Membangun kembali infrastruktur perekonomian di seluruh Aceh sehingga akhirnya seluruh teritorial Aceh dapat menjadi satu kesatuan politik dan satu kesatuan ekonomi. b) Pemerintah Aceh akan memperlakukan pelaku ekonomi sebagai partner pembangunan. c) Pemerintah Aceh akan memberikan perhatian serius pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk mencapai keadilan di bidang ekonomi. d) Pemerintah Aceh secara proaktif akan mengidentifikasi semua sumber ekonomi yang berbiaya tinggi (high cost economy) untuk mengatasi dan mencari jalan keluarnya. e) Pemerintah Aceh akan mendorong bangkitnya kembali semangat kewirausahaan rakyat Aceh seperti yang pernah kita saksikan pada periode tahun 1940-an sampai dengan tahun 1980-an. Pengusaha Aceh harus dapat bangkit kembali menjadi masyarakat ekonomi yang handal. f) Perdagangan luar negeri, terutama dengan Malaysia, Singapura, Thailand, India, dan lain-lain harus kembali digalakkan. g) Produksi agrobisnis tradisional masyarakat harus memperoleh pasar yang layak, yaitu dengan membuka pemasaran ke luar negeri. h) Di setiap kabupaten akan dibangun kebun-kebun percobaan dan percontohan (pilot project) agar rakyat dapat memperoleh penyuluhan dan dapat memperoleh bibit unggul sesuai dengan kondisi alam di tempat itu. i) Para mantan gerilyawan GAM dan korban konflik akan diperhatikan secara serius untuk memperoleh kehidupan ekonomi yang layak melalui penyediaan modal dan lapangan kerja yang memadai. j) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berkesadaran resiko bencana. k) Keberhasilan transisi dari rehabilitasi dan rekonstruksi dampak tsunami. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -15

6. Politik a) Pemerintah Aceh akan berusaha sekuat tenaga agar seluruh rakyat Aceh mendapat perlakuan yang adil, baik dalam bidang politik dan hukum maupun dalam bidang ekonomi, dengan memperhatikan potensi dan karakteristik masing-masing. b) Kepala dan Wakil Kepala Pemerintahan di setiap level harus menjadi satu kesatuan yang saling mengisi dengan pembagian tugas yang jelas. Sementara Bupati/Walikota menjadi mandataris rakyat di daerahnya masing-masing. c) Semua lembaga politik, lembaga adat, dan lembaga keagamaan harus menjalankan kegiatannya berdasarkan fungsi masing-masing dan tidak boleh ada tumpang tindih dalam hal fungsi dan wewenang. d) Partai lokal harus menjadi sarana demokrasi yang menciptakan kestabilan politik, kemandirian, dan kemakmuran bagi rakyat Aceh. 7. Sumber Daya Alam a) Penerimaan Pemerintah Aceh yang berasal dari bagi hasil kekayaan alam akan digunakan secara adil, efisien, dan bertanggungjawab untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Aceh. b) Pemerintah Aceh akan meninjau kembali Hak Pengelolaan Hutan (HPH). Jika selama ini HPH hanya diberikan kepada pengusaha, maka dimasa mendatang, Pemerintah Aceh akan menciptakan sistem pengelolaan hutan yang dikelola sendiri oleh rakyat secara lestari, berkesinambungan dan bertanggung jawab untuk kepentingan rakyat Aceh sendiri. c) Pemerintah Aceh akan melarang dan membatasi penebangan hutan yang dilakukan secara liar, kecuali untuk keperluan domestik rakyat yang dilakukan secara terkontrol. d) Pemerintah Aceh akan melakukan eksploitasi dan eksplorasi sumber kekayaan alam lainnya, terutama pertambangan, dengan mempertimbangkan secara serius kelestarian ekosistem. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -16

8. Adat Istiadat, Kebudayaan dan Olahraga a) Pemerintah Aceh akan memberi perhatian lebih secara seksama dan mendukung upaya-upaya untuk mengembangan adat istiadat dan budaya Aceh, antara lain dengan mendorong rakyat untuk menghidupkan kembali pendidikan tatacara sopan-santun ke-acehan dalam keluarga serta akan menyelenggarakan secara reguler festival dan seni Aceh. b) Pemerintah Aceh akan membangun sarana olahraga dan seni yang merata di seluruh Aceh dan akan mendukung partisipasi Aceh dalam event olahraga dan seni secara lokal, nasional, dan internasional. Secara rinci penjabaran Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Program dan Kegiatan Tahun 2012 tertera dalam Tabel 4.2 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -17

4.2. PRIORITAS DAN PEMBANGUNAN Prioritas Pembangunan yang harus dicapai dalam Rencana Kerja Pemerintah Aceh tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 IV -18

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH Dalam Bab ini dijelaskan rencana program kegiatan prioritas daerah yang disusun berdasarkan hasil evaluasi pembangunan sampai tahun 2010, dari target kinerja RPJM Aceh 2007-2012. Rencana program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012 merupakan program kegiatan prioritas dan penuntasan program kegiatan dalam pelaksanaan tahun terakhir Rencana Pembangunan Jangka Menegah Aceh. Kegiatan masing-masing prioritas pembangunan per SKPA dapat dilihat pada tabel 5.1. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 V -1

BAB VI PENUTUP Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2012 merupakan pelaksanaan kegiatan tahun terakhir dan sebagai penjabaran Peraturan Gubernur Aceh No. 26 Tahun 2010 tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2007-2012, dengan demikian RKPA Tahun 2012 bersifat sangat strategis, karena tingkat keberhasilan dari rencana ini akan menentukan tingkat keberhasilan dari kepemimpinan Kepala Pemerintah Aceh periode 2007-2012. RKPA Tahun 2012 berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (RAPBA) Tahun 2012. Dalam dokumen RKPA ini memuat seluruh program dan kegiatan secara komprehensif yang akan dilaksanakan di wilayah Pemerintahan Aceh. Program-program dan kegiatan dalam dokumen RKPA merupakan program-program pembangunan yang memiliki keterkaitan (linkages) lintas wilayah dan lintas sektor, sehingga memerlukan dukungan koordinasi lintas pelaku (stakeholders) yang lebih luas, maka dalam pelaksanaan program perlu dipertimbangkan kondisi objektif baik internal maupun eksternal secara lebih menyeluruh. RKPA harus menjadi acuan bagi instansi dan unit kerja di lingkungan Pemerintah Aceh dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan di Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA), serta seluruh pelaku pembangunan berkewajiban untuk melaksanakan program/kegiatan dengan sebaiknya-baiknya dengan menerapkan prinsip-prinsip efesiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 VI -1

Agar sasaran pembangunan dapat terwujud sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Aceh Tahun 2012, maka dukungan sepenuhnya dari semua pihak sangat diharapkan sehingga visi dan misi Pemerintah Aceh yang telah ditetapkan dapat direalisasikan secara optimal. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 2012 VI -2