BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

2016 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 BANCAK

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2015 PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang telah dilakukan berjalan secara optimal. Kegiatan belajar merupakan proses dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ATMOSFER KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI. Oleh : SRI ARFINA YULIA NENGSIH ERA1D010025

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, SMK menjadi alternatif untuk melanjutkan pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Fasilitas Belajar a. Pengertian Fasilitas Belajar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULIAN. Dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Pendidikan. diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut boleh jadi berupa sikap, minat atau nilai.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti, bahkan dalam skala global masih jauh dibawah negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki peran penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan dapat membuat orang cerdas, kreatif, bertanggung jawab dan produktif. Berawal dari kesuksesan dibidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Berbagai upaya dalam pendidikan telah dilakukan, diantaranya pengembangan maupun penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara bertahap. Kosisten dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan disekollah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran dan intraksi antara guru dan siswa. Pembelajaran suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru merupakan kunci dalam meningkatkan mutu pendidikan dan berada dititik sentral 1

2 dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan. Guru bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan-kegitan di kelas. Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah dalam belajar akibatnya hasil belajar yang dicapai rendah. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditelusuri faktor yang mempengaruhi hasil belajar terutama motivasi belajar siswa. Motivasi belajar syarat mutlak untuk belajar. Serta memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Euis Karwati dan Doni Juni Priansa (2015, h 167) mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan proses yang menunjukkan intensitas peserta didik dalam mencapai arah dan tujuan proses belajar yang dialaminya. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran yang dikehendaki oleh peserta didik dapat tercapai. Motivasi yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajar dapat timbul dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Dengan motivasi belajar, setiap pelajar memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut. Siswa memiliki

3 motivasi belajar akan lebih semangat dan aktif dalam kegiatan belajar dan memiliki dampak positif pada siswa sehingga materi yang dipelajari lebih lama bertahan dalam benak siswa. Namun, saat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah maka akan menyebabkan siswa tidak bisa belajar dengan optimal dan kurang semangat dalam melaksanakan kegiatan belajar sehingga terhambat dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Hamzah Uno (2012, h. 23) mengatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat, keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Parsons dan Hinsom dalam penelitian Devi Brantaningtyas Puspitasari (2012, h. 60) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendorong atau menghalangi motivasi belajar siswa adalah iklim kelas. Iklim kelas yang dirasakan aman oleh siswa akan mendukung siswa dalam belajar. Namun iklim kelas yang terbentuk dalam kelas juga dapat dirasakan mengacam oleh siswa dan berakibat pada rendahnya keterlibatan siswa dalam belajar. Tokoh lain seperti Kauchak dan Eggen dalam penelitian Devi Brantaningtyas Puspitasari (2012, h. 60) mengatakan bahwa iklim kelas memiliki peran penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Iklim kelas yang mendukung siswa dalam belajar akan membuat siswa merasa aman, bebas dalam menyampaikan ide-ide yang dimiliki, serta mempunyai kualitas yang baik dalam

4 kelas, seprti saling memberikan perhatian dan saling menghargai sehingga akan membuat siswa lebih terdorong untuk belajar. Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsinya terhadap sesuatu. Tindakan sehari-hari akan mempengaruhi persepsinya terhadap rangsangan dari luar serta kemampuannya terhadap rangsangan tersebut. Begitupula halnya persepsi siswa tentang iklim kelas. Setiap siswa mempunyai persepsi yang berbeda dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan didalam kelas. Muklis dalam penelitian Devi Brantaningtyas Puspitasari (2012, h. 60) mengatakan bahwa persepsi siswa tentang iklim kelas sangat erat kaitannya hubungan guru dengan siswa, dan hubungan antar siswa menjadi ciri khusus dalam kelas yang akan mempengaruhi motivasi belajar. Siswa yang mempunyai persepsi yang positif terhadap iklim kelas akan merasa nyaman ketika memasuki ruang kelas. Karena mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan menghargai mereka dan percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang berharga. Namun sebaliknya siswa yang mempunyai persepsi terhadap iklim kelas yang negatif siswa akan merasa takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat pengalaman yang berharga. Kondisi yang merupakan dimensi iklim kelas tersebut dalam tiap-tiap kelas dapat bervariasi dan kemungkinan akan dapat mempengaruhi motivasi belajar setiap siswa. Permasalahan yang peneliti temukan pada saat pelaksanaan praktik pengalaman lapangan (PPL2) dalam pembelajaran siswa kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran ekonomi di SMA Pasundan 2 Bandung menunjukkan rendahnya motivasi

5 belajar siswa dalam pembelajaran yang dapat terlihat dari ada sebagian siswa yang menjawab pertanyaan dari guru. Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan saat pelajaran berlangsung serta tidak ada siswa yang mengemukakan pendapat, senang mencontek jawaban dari temannya, serta ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Selain itu siswa pada saat belajar lebih suka ribut dan berbicara dengan temannya dari pada mendengarkan guru, bahkan ada juga yang tidur pada waktu guru menerangkan mata pelajaran, ada juga yang tampak hanya berbicara dengan teman sebangku maupun di belakang bangku, sehingga kondisi pembelajaran dikelas kurang kondusif. Menurut hasil wawancara dengan guru BK ibu Cucu Kurniasih dan guru mata pelajaran ekonomi ibu Hj. Siti Meisaroh tanggal 12 pebruari 2016 fenomena tersebut menjukkan adanya motivasi belajar yang rendah pada beberapa siswa. Diperoleh hasil bahwa masih banyak siswa yang motivasi belajarnya masih kurang, dan suka mengobrol pada saat jam pelajaran berlangsung. Oleh karena itu, iklim kelas di sekollah harus diciptakan seoptimal mungkin untuk mendukung siswa agar merasa nyaman dan betah untuk belajar. Iklim kelas tentunya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa ketika belajar. Motivasi belajar siswa tersebut akan mempengaruhi bagaimana prose pembelajaran di dalam kelas. Sebuah proses pembelajaran yang didukung dengan motivasi belajar siswa yang besar akan berjalan lebih efektif. Hal ini dikarenakan, siswa adalah tujuan utama dari pembelajaran itu sendiri. Dengan adanya suasana lingkungan belajar yang baik siswa akan memiliki kesiapan dan persiapan untuk belajar. Selain itu,

6 dukungan iklim yang kondusif akan memberikan dampak yang positif bagi siswa dan tentunya berpengaruh juga terhadap motivasi belajar siswa. Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung 1.2. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Kondisi pembelajaran dikelas kurang kondusif, terlihat siswa senang mengobrol dengan temannya serta suka tidur di dalam kelas pada saat pelajaran sedang berlangsung. 2. Kurangnya kesadaran siswa dalam motivasi belajar, terlihat Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan saat pelajaran berlangsung dan tidak ada siswa yang mengemukakan pendapat, serta senang mencontek jawaban dari temannya. 3. Kurangnya peran iklim kelas dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

7 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. a. Bagaimana gambaran umum tentang iklim kelas pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung? b. Bagaimana gambaran umum tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung? c. Adakah pengaruh positif iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung? 1.4. Batasan Masalah Dengan luasnya permasalahan dalam pembelajaran, maka pada penelitian ini perlu diadakannya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalahnya adalah a. Iklim kelas dalam hal suasana pembelajaran di kelas, hubungan antar warga kelas, aktivitas belajar mengajar, kondisi fisik, kerapian, kebersihan ruang kelas, dan kedisiplinan siswa dalam kelas. b. Motivasi belajar dalam hal tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, cepat bosan dengan tugas yang rutin, dan lebih senang bekerja mandiri. c. Penelitian dilakukan di SMA Pasundan 2 Bandung Kelas X1 IPS Pada Mata Pelajaran Ekonomi.

8 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum tentang iklim kelas pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung. 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung. 3. Untuk mengetahui pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung. 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis maupun kegunaan praktis. 1. Secara Teoritis Sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan mengenai pendidikan dan proses belajar, khususnya pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar. 2. Secara Praktis a. Bagi Siswa Membantu siswa dalam mendorong dan membangun motivasi belajar sisiwa terhadap kemampuannya dalam meningkatkan pemahaman mata pelajaran ekonomi.

9 b. Bagi Guru Memberikan alternatif kepada guru dalam memberikan pembelajaran yang efektif dalam proses belajar sehingga mendapatkan hasil yang baik, juga sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi guru untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran ekonomi. c. Bagi Sekollah Dipergunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan-permasalahan yang baik oleh siswa, guru, dan lain sebagainya dapat diminimalkan. 1.7. Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis 1.7.1. Kerangka Pemikiran Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh prubahan prilaku individu yang disebabkan oleh proses pengalaman baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga terjadi prubahan prilaku yang dimiliki oleh pembelajar yang senantiasa menuju kearah yang lebih baik. Proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa yang dilakukan di sekollah dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Didalam diri siswa sebagai peserta didik diperlukan adanya motivasi, karena motivasi bukan hanya penyebab belajar, namun memperlancar belajar dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

10 Sardiman (2010, h.92) mengatakan bahwa motivasi memiliki peranan penting untuk mendorong siswa dalam belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini mampu menumbuhkan semanagat belajar dalam diri siswa karena tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi belajar siswa diantaranya iklim kelas. Tarmidi (2006, h.3) mengatakan bahwa iklim kelas merupakan suasana pembelajaran yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik didalam kelas yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Iklim kelas yang merupakan bagian dari lingkungan belajar akan mempengaruhi keperibadian dan tingkah laku sesorang, sebab dalam melaksanakan tugas sekollah sesorang siswa akan terus berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Iklim kelas yang baik dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarahkan pada hasil belajar siswa yang baik. Semakin baik iklim kelas yang dibangun, maka akan semakin baik motivasi belajar siswa. Dari kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut: Vareabel Bebas (X) Iklim Kelas Vareabel Terikat (Y) Motivasi Belajar Gambar 1.1 Paradigma Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa

11 X Y = Iklim Kelas = Motivasi Belajar = Pengaruh 1.7.2. Asumsi Arikunto (2010, h.106) mengatakan bahwa asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya dan dirumuskan secara jelas. a. Agar ada dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang akan diteliti. b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian. c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis. berikut: Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyusun asumsi sebagai 1. Iklim kelas pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung baik. 2. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung baik. 3. Terdapat pengaruh positif iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung.

12 1.7.3. Hipotesis Arikunto (2006, h. 71) mengatakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Merajuk pada kerangka pemikiran dan perumusan masalah yang sebelumnya dikemukakan oleh penulis, dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel bebas atau independen terhadap variabel terikat atau dependen. Adapun perumusan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) adalah sebagai berikut: H O : P yx = 0 : Tidak ada pengaruh positif iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung. H 1 : P yx 0 : Terdapat pengaruh positif iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X1 IPS SMA Pasundan 2 Bandung. 1.8. Definisi Operasional Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa penelitian yang dilaksanakan menggunakan beberapa istilah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pemakaian sebuah istilah maka sebaiknya penulis akan mengungkapkan definisi variabel yang akan diteliti.

13 1. Iklim Kelas Tarmidi (2006, h. 3) mengatakan bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antara peseta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim kelas merupakan suasana pembelajaran yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa di dalam kelas yang mempengaruhi proses belajar mengajar. 2. Motivasi Belajar Hamzah Uno, (2012,h.23) mengatakan, Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Mc Donald dalam Sardiman, (2011, h. 73), mengatakan, Motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Djamarah (2008, h. 13) mengatakan, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

14 pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah daya penggerak yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas seseorang untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan. 1.9. Struktur Organisasi Skripsi 1.9.1. Bab I Pendahuluan 1. Latar belakang masalah 2. Identifikasi Masalah 3. Rumusan Masalah 4. Batasan Masalah 5. Tujuan Penelitian 6. Manfaat Penelitian 7. Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis 8. Definisi Operasional 9. Struktur Organisasi Skripsi 1.9.2. Bab II Kajian Teoretis 1. Kajian Teori 2. Analisis dan Pengembangan Materi Pelajaran yang diteliti

15 1.9.3. Bab III Metode Penelitian 1. Metode Penelitian 2. Desain Penelitian 3. Partisipan 4. Instrumen Penelitian 5. Prosedur Penelitian 6. Rancangan Analisis Data 1.9.4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian 2. Pembahasan Penelitian 1.9.5. Bab V Simpulan dan Saran 1. Simpulan 2. Saran