cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 dan kelas 2 SMP : Perilaku personal hygiene

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI PADA SAAT MENARCHE DI MTS BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS I SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG MENSTRUASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN SUMBER ATAU FASILITAS DENGAN

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN TINGKAT KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

KOSALA JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG VULVA HIGIENE

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE DI ACEH BESAR KNOWLEDGE OF YOUNG WOMEN IN READINESS TO FACE MENARCHE STATE OF ACEH BESAR

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

STIKES NGUDI WALUYO JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA SAAT MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWA KELAS VII-VIII PADA SAAT MENARCHE DI SMPN 2 MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Tresna Komalasari ABSTRAK Salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Perilaku siswi SMP Negeri II Majalengka tentang penanganan menarche masih menunjukan perilaku yang negatif. Beberapa faktor yang berhubungan dengan terbentunya perilaku diantranya adalah pengetahuan, sikap dan sarana pendukung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku personal Hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 dan kelas 2 SMP Negeri 2 Majalengka tahun ajar 2014-2015 yaitu sebanyak 328 siswi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling. Analisa data dengan cara univariat dan bivariat. Univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan. Kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 berpengetahuan kurang tentang kesehatan (26,2%). Kurang dari setengahnya dengan sikap tidak mendukung tentang kesehatan reproduksi (23,5%). Kurang dari setengahnya dengan perilaku buruk terhadap personal hygiene siswi (29,3%). Kurang dari setengahnya siswi tidak mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan (26,5%). Ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch, nilai p (0,000). Ada hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche, nilai p(0,000). Tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana pendukung dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015, dengan nilai p (0,776). Kata Kunci : Perilaku personal hygiene

ABSTRACT One effort to reduce disruption during menstruation is familiar with hygienic behavior. Behavior II Junior High School students about handling menarche Majalengka still shows negative behavior. Several factors related to the inception of diantranya behavior is the knowledge, attitude and support facilities. The purpose of this study was to determine the factors associated with personal hygiene behavior of students at the time of menarche in SMP 2 Majalengka 2015. This study used quantitative research methods with cross sectional approach. The population in this study were all students grade 1 and grade 2 SMP Negeri 2 Majalengka 2011-2015 instructional year as many as 328 students. The samples in this study were taken in total sampling. Analysis of the data by means of univariate and bivariate. Using univariate and bivariate frequency distributions with chi square test. The results showed. Less than half of students in SMP 2 Majalengka In 2015 less knowledgeable about health care (26.2%). Less than half a manner not support reproductive health (23.5%). Less than half of the bad behavior towards personal hygiene students (29.3%). Less than half of students do not support infrastructure hygiene and health (26.5%). There is a relationship between knowledge about reproductive health with personal hygiene behavior of students at menarch, p-value (0.000). There is a relationship between attitudes about reproductive health with personal hygiene behavior of students at the time of menarche, the p-value (0.000). There is no relationship betw een the supporting infrastructure to conduct personal hygiene student at the time of menarche in SMP 2 Majalengka In 2015, the value of p (0.776). Keywords: personal hygiene behavior PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan biasanya dimulai dengan tanda terjadinya kematangan organ-organ intim tubuh dan biasanya terjadi pada usia 11 atau 12 tahun sampai dengan usia 20 tahun (Hurlock, 2006). Pertumbuhan remaja di Indonesia, saat ini mencapai 22 % atau sekitar 44 juta jiwa. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Departemen Kesehatan remaja adalah orang yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin (Depkes RI, 2012). Datangnya menstruasi untuk pertama kalinya (menarche) merupakan suatu tanda bahwa remaja tersebut mulai mengalami masa pubertas atau masa dewasa. Remaja putri yang mempunyai kecenderungan ketidakseimbangan mental dalam usia pubertas dan banyak mengalami konflik batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku yang berlebihan meliputi kecemasankecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid atau ketakutan yang berlebihan (Sarwono, 2005). Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarw ono, 2005). Menurut Winkjosastro (2006), usia menarche

memang bervariasi tetapi semakin lama usia menarche semakin cepat. Menarche merupakan peristiwa paling penting bagi remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Akan tetapi datangnya menarche dapat membuat sebagian remaja takut dan gelisah, karena beranggapan bahwa darah haid merupakan suatu penyakit, namun beberapa remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche, terutama mereka yang telah mengetahui tentang menarche (Aryani, 2010). Pendidikan tentang kesehatan reproduksi hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya mulai berkembang dengan pesat. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga menghasilkan generasi yang sehat (Manuaba, 1998). Hygiene pada saat menstruasi merupakan komponen Hygiene perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan infeksi saluran reproduksi. Secara umum dampak apabila tidak menjaga menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi menurut Siswono (2001) yaitu udara panas cenderung lembab dan berkeringat membuat tubuh menjadi lembab, terutama daerah alat reproduksi yang menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mudah menimbulkan penyakit. Perilaku higienis perlu dibahas secara mendalam, hal ini karena berdasarkan studi pustaka yang ada, salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Namun demikian perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Indriastuti, 2009). Beberapa faktor yang berhubungan dengan terbentunya perilaku diantranya adalah faktor 1) factor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, 2) faktor-faktor pendukung tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, 3) faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan Perilaku petugas kesehatan. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di SMP Negeri 2 Majalengka, didapatkan jumlah siswi kelas 1 dan kelas 2 sebanyak 328 orang, siswa yang sudah mengalami menarche sebanyak 286 orang dan yang belum mengalami menarche sebanyak 42 siswi, disbanding dengan data yang di dapatkan dari SMPN 4 Majalengaka jumlah siswi kelas 1 dan 2 sebanyak 157 siswi, yang mengalami menarche sebanyak 132 siswi dan yang belum mengalami menarche sbanyak 25 siswi. Hasil wawancara dengan 20 siswi tentang penanganan menarche mereka mengatakan hanya membersihkan dengan air bersih dan memakai pembalut bahkan ada sebagian siswi yang bertanya bagaimana cara penanganan menarch yang baik. Sementara itu informasi tentang penanganan menarche oleh pihak sekolah mereka hanya mendapatkan sedikit materi tentang menstruasi dalam pelajaran Biologi. Informasi tentang kesehatan reproduksi lebih banyak didapat siswi dari media informasi seperti internet, majalah, iklan televisi, buku-buku tentang kesehatan reproduksi ( kespro) dan lain -lain. Sarana pendukung seperti tempat sampah di WC dan

ruang ganti untuk siswi putri tidak disediakan secara khusus oleh pihak sekolah. Ada beberapa faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan hal ini dikarenakan petugas kesehatan secara rutin mengadakan penyuluhan melalui kegiatan UKS. Kepercayaan dan keyakinan siswi sudah baik seperti sudah mempercayakan masalah kesehatan repsoduksinya pada petugas kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene Siswa Pada Saat Menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku personal Hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka, secara rinci : - Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di SMPN 2 Majalengka. - Diketahuinya gambaran sikap tentang kesehatan reproduksi di SMPN 2 Majalengka. - Diketahuinya gambaran perilaku personal Hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka. - Diketahuinya gambaran sarana dan prasarana pendukung untuk kebersihan dan kesehatan di SMPN 2 Majalengka. - Diketahuinya hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal Hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka. - Diketahuinya hubungan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal Hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka. - Diketahuinya hubungan sarana dan prasarana pendukung dengan perilaku personal Hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka. METODE PENELITIAN Penaelitian ini dirancang menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, dengan pendekat cross sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 dan kelas 2 SMP Negeri 2 Majalengka tahun ajar 2011-2015 yaitu sebanyak 328 siswi.untuk Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 dan kelas 2 SMP Negeri 2 Majalengka tahun ajar 2014-2015, yaitu sebanyak 328 siswi. Instrument penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner untuk pengetahuan, perilaku, sikap siswi dan sarana prasarana kebersihan.

HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Pengetahuan f % Kurang 86 26.2 Cukup 215 65.5 Baik 27 8.2 Jumlah 328 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2015 Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa kurang dari setengahnya (26,2%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, lebih dari setengahnya (65,5%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki pengetahuan cukup tentang kesehatan reproduksi dan sebagian kecil (8,2%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Sikap f % Tidak mendukung 77 23.5 Mendukung 251 76.5 Jumlah 328 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2011 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa kurang dari setengahnya (23,5%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki sikap tidak mendukung tentang kesehatan reproduksi dan sebagian besar (76,5%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki sikap mendukung tentang kesehatan reproduksi. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Perilaku f % Buruk 96 29.3 Baik 232 70.7 Jumlah 328 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2015 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa kurang dari setengahnya (29,3%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki perilaku buruk terhadap personal hygiene dan lebih dari setengahnya (70,7%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki perilaku baik terhadap personal hygiene.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswi terhadap Sarana dan Prasarana Pendukung Untuk Kebersihan dan Kesehatan di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Sarana Dan Prasarana Pendukung f % Tidak Mendukung 87 26,5 Mendukung 241 73,5 Jumlah 328 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2015 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa kurang dari setengahnya (26,5%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 menilai bahwa sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan tidak mendukung dan lebih dari setengahnya (73,5%) siswi di S MPN 2 Majalengka Tahun 2015 menilai bahwa sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan mendukung. Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Perilaku Pengetahuan Buruk Baik Total n % n % n % Kurang 56 65.1 30 34.9 86 100.0 Cukup 28 13.0 187 87.0 215 100.0 Baik 12 44.4 15 55.6 27 100.0 Jumlah 96 29.3 232 70.7 328 100.0 p value 0,000 Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat bahwa siswi yang berpengetahuan kurang dan berperilaku buruk terhadap personal hygiene pada saat menarche sebanyak 56 (65,1%), sedangkan siswi yang berpengetahuan baik dan berperilaku buruk terhadap personal hygine pada saat menarche sebanyak 12 orang (44,4%). Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna dapat terlihat dari uji chi square, yakni p value = 0. 000 kurang dari nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015.

Tabel 6. Hubungan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 Perilaku Sikap Buruk Baik Total n % n % n % Tidak mendukung 47 61.0 30 39.0 77 100.0 Mendukung 49 19.5 202 80.5 251 100.0 Jumlah 96 29.3 232 70.7 328 100.0 p value 0,000 Berdasarkan tabel 6. dapat dilihat bahwa siswi yang bersikap tidak mendukung dan berperilaku buruk terhadap personal hygiene pada saat menarche sebanyak 47 (61,0%), sedangkan siswi yang bersikap mendukung dan berperilaku buruk terhadap personal hygine pada saat menarche sebanyak 49 orang (19,5%). Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna dapat terlihat dari uji chi square, yakni p value = 0. 000 kurang dari nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Tabel 7. Hubungan Sarana Dan Prasarana Pendukung dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 Sarana dan Prasarana Pendukung Perilaku Buruk Baik Total n % n % n % Tidak mendukung 27 31.0 60 69.0 87 100.0 Mendukung 69 28.6 172 71.4 241 100.0 Jumlah 96 29.3 232 70.7 328 100.0 p value 0,776 Berdasarkan tabel 7. dapat dilihat bahwa siswi yang tidak mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan berperilaku buruk terhadap personal hygiene pada saat menarch sebanyak 27 (31,0%), sedangkan siswi yang mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan berperilaku buruk terhadap personal hygine pada saat menarch sebanyak 69 orang (28,6%).

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di SMPN 2 Majalengka tahun 2015 didapatkan kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 berpengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi yaitu sebesar (26,2%). Hal ini dikarenakan materi tentang kesehatan reproduksi tidak dipelajari secara khusus di sekolah umum, sehingga banyak siswa yang masih awam dengan bahasa medis, selain itu UKS jarang mengadakan seminar tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang kebersihan diri saat menarche. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (201 4) gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Antartika Sidoarjo menunjukkan sebagian besar (61,4%) berpengetahuan cukup, sedangkan sebagian kecil (20,9%) berpengetahuan kurang, dan (17,7%) berpengetahuan baik. Dari hasil penelitian ditemukan masih banyak siswi yang tidak tahu tentang cara mengganti pembalut yang benar sesuai dengan anjuran kesehatan, cara membersihkan organ reproduksi dengan baik dan benar dan pentingnya mengganti celana dalam untuk menjaga kelembaban, menjaga kebersihan organ reproduksi sangat penting dilakukan oleh siswi hal ini sesuai dengan pendapat Alimul (2006) menyatakan bahwa personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan hasil penelitian pada faktor sikap tentang kesehatan reproduksi didapatkan kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 dengan sikap tidak mendukung tentang kesehatan reproduksi yaitu sebesar (23,5%). Hal ini dikarenakan kebanyakan siswi dengan pengetahuan kurang sehingga berdampak pada sikap siswi, selain itu kondisi lingkungan siswi disekolah mempengaruhi sikap siswi secara tidak langsung. Hasil penelitian tentang sikap terhadap menstruasi antara lain di Sydney (1994) dalam Mulyanti (2001), lebih dari 75% responden menyatakan jika ada metode yang aman mereka lebih menyukai tidak mengalami menatruasi. Sikap siswi terhadap kesehatan reproduksi menunjukan masih ada siswi yang bersikap tidak mendukung seperti tidak setuju menjaga kebersihan bulu pubis, menjaga kebersihan organ reproduksi harus menggunakan sabun sirih atau produk iklan, dan banyak siswa yang malas untuk mengganti pembalut 2 kali sehari. Berdasarkan hasil penelitian pada faktor perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch didapatkan kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 dengan perilaku buruk terhadap personal hygiene siswi yaitu sebesar (29,3%). Pengetahuan dan sikap siswi yang kurang akan berdampak langsung pada perilaku siswi terhadap keberishan menarche. Lingkungan pergaulan siswi disekolah atau lingkungan sekitar rumah akan berpengaruh terhadap perilaku siswi. Sejalan dengan hasil penelitian Siska (2007) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP didapatkan kurang dari setengahnya siswi berperilaku buruk tentang kebersihan pada saat menarch yaitu sebesar 31,5% dan lebih dari setengahnya siswi berperilaku baik yaitu sebesar (69,5%). Perilaku siswi di SMPN 2 Majalengka secara umum sudah baik namun masih ditemukan adanya siswi yang berperilaku buruk terhadap personal hygiene, seperti kadang-kadang membasuh vagina dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) secara hati-

hati menggunakan air bersih yang lembut (mild), kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut dan jarang memeriksakan diri ke dokter. Perilaku pada manusia dipengaruhi beberapa faktor. Lawrence Green yang dikutip oleh Notoatmojo (2003) membagi faktor - faktor tersebut menjadi tiga bagian, yang meliputi faktor predisposisi ( predisposing faktors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, faktor pendukung ( enabling faktors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya, dan faktor pendorong (reinforcing faktors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian pada faktor sarana dan prasarana pendukung didapatkan kurang dari setengahnya yaitu sebesar (26,5%) siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 tidak mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan. Hal ini dikarenakan jumlah sarana pendukung yang ada kurang banyak bila dibanding dengan siswi yang ada. Selain itu kurangnya penyuluhan oleh UKS dan petugas kesehatan tentang pemanfaatan sarana dan prasarana. Sejalan dengan hasil penelitian Siska (2007) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP didapatkan kurang dari setengah responden tidak mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan yaitu sebesar (29,5%). Hasil penelitian ditemukan masih banyak siswa yang tidak memanfaatkan sarana pendukung seperti tidak menggunakan pembalut yang disediakan sekolah, tidak memanfaatkan keberadaan UKS untuk mendukung kebersihan menarche. Hal ini dikarenakan siswi merasa malu dengan kondisi pada saat menarche untuk memanfaatkan sarana pendukung yang disediakan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siska (2007) tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP didapatkan nilai p value pengetahuan (0,003) < 0,05) menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP. Hasil penelitian masih ditemukannya siswi yang berpengetahuan kurang dan berperilaku buruk terhadap personal hygiene pada saat menarche lebih banyak bila dibandingkan dengan siswi yang berpengetahuan baik dan berperilaku buruk terhadap personal hygine pada saat menarche. Hal ini menunjukan bahwa besarnya pengaruh pengetahuan siswi terhadap perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa terbentuknya perilaku menjaga kebersihan organ genital, terutama pada remaja putri dimulai pada domain kognitif, dalam arti remaja putri tahu terlebih dahulu tehadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulklan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siska (2007) tentang faktor -

faktor yang berhubungan dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP didapatkan nilai p value sikap (0,000) < 0,05) menunjukan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP. Berdasarkan sikap siswi tentang kesehatan reproduksi ditemukan banyaknya siswi yang bersikap tidak mendukung dan berperilaku buruk terhadap personal hygiene pada saat menarche sebanyak, sedangkan siswi yang bersikap mendukung dan berperilaku buruk terhadap personal hygine pada saat menarche jumlahnya lebih sedikit. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb (dalam Notoadmojo, 2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau kativitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene Siswa Pada Saat Menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : - Kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi sarana dan prasarana pendukung dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa siswi yang tidak mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan berperilaku buruk terhadap personal hygiene pada saat menarche sebanyak lebih sedikit bila dibandingkan dengan siswi yang mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan berperilaku buruk terhadap personal hygine pada saat menarche. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siska (2007) tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP didapatkan nilai p value sarana pendukung (0,097) < 0,05) menunjukan tidak ada hubungan antara sarana pendukung dengan perilaku siswi kelas VIII menjelang menarche di SMP. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori Widiastuti (2009) ketersediaan sarana kebersihan dan kesehatan sangat berpengaruh terhadap perilaku higiene menstruasi. Jika di lingkungan tempat tinggal remaja tidak terdapat sumber air yang memadai atau kurang lancar akan menghambat remaja melakukan praktek menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Tidak adanya tempat sampah juga akan menghambat remaja untuk membuang pembalut yang akhirnya berpengaruh terhadap kuantitas penggantian pembalut saat mereka menstruasi. - Kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 memiliki sikap tidak mendukung tentang kesehatan reproduksi - Kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 dengan perilaku buruk terhadap personal hygiene siswi - Kurang dari setengahnya siswi di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 tidak mendukung sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan

- Ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 - Ada hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 - Tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana pendukung dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di SMPN 2 Majalengka Tahun 2015 SARAN Kepada institusi pendidikan terkait Perlunya upaya dari petugas kesehatan agar bekerja sama dengan pihak sekolah agar mensosialisasikan tentang manfaat sarana dan prasarana untuk kebersihan diri saat menarche, dengan memberikan penyuluhan kepada siswi-siswi secara berkala atau setiap ajaran baru. dan Meningkatkan pengetahuan siswi melalui diadakannya pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi atau pun mengadakan kegiatan konseling khusus siswi dengan guru BP. DAFTAR PUSTAKA Alimul, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arzu, dkk. 2005. Adolescent Medicine, A Review of The Female Athlete Triad. http://sangerfreestly.blogspot.co m Azwar. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budioro, 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Semarang: FKM Undip Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Dekes RI Effendi. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Gulo. 2005 Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia. Hurlock. 2006. Psikologi Perkembangan edisi keenam : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi. Jakarta: EGC

Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. Mubarak, 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC Notoadmojo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wiknjosastro, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP Widiastuti, 2009. Manajemen Stres, National Safety Council. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Prawirohardjo, 2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pinem, 2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC Rasmun, 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terinegrasi dengan Keluarga. Fajar Intrapratama. Jakarta. Rosidah, 2006. Pemberian Makanan Tambahan. EGC. Jakarta Santrock, 2003. Perkembangan Remaja. Edisi keenam (terjemahan). Jakarta : Erlangga Siswono, 2001. Merawat Organ Reproduksi.www.gizi.net.com Sarwono, 2005 Sosiologi Kesehatan. Refika Aditama. Jakarta Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen. Dikti Suharti, 2008. Menarch Pertama. Bandung : Nuha Medika.