BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Maka persamaan energi,

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

ANALISA PERUBAHAN SUHU DAN ZAT PADA SISTEM AIR CONDITIONER (AC) HD 785 BERDASARKAN ILMU TERMODINAMIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Efisiensi Mesin Carnot

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

BAB II LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Air Conditioning (AC)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

PENERAPAN TERMODINAMIKA PADA REFRIGERATOR (KULKAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

TURBIN UAP. Penggunaan:

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik termodinamika refrigerant yang digunakan dalam sistem refrigerasi perlu diperhatikan agar sistem dapat bekerja dengan aman dan ekonomis adapun sifat refrigerant yang baik adalah : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi, untuk menghindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi. 2. Tekanan pengembuanan yang rendah sehingga perbandingan kompresinya rendah dan penurunan prestasi kompresor dapat dihindari. 3. Kalor laten penguapan harus tinggi agar panas yang diserap oleh evaporator lebih besar jumlahnya, sehingga untuk kapasitas yang sama jumlah refrigerant yang dibutuhkan semakin sedikit. 4. Koefisien prestasi harus tinggi ini merupakan parameter yang penting untuk menentukan biaya operasi 5. Konduktifitas thermal yang tinggi untuk menentukan karakteristik perpindahan panas

6. Viskositas yang rendah dalam fase cair atau gas, dengan turunnya tahanan aliran refrigerant dalam pipa kerugian tekanannya akan berkurang. 7. Konstanta dielektri yang kecil, tahanan listrik yang besar serta tidak menyebabkan korosi pada material isolasi listrik. 8. Refrigerant hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang digunakan sehingga tidak menyebabkan korosi. 9. Refrigerant tidak boleh beracun atau berbau. 10. Refrigerant tidak boleh terbakar atau meledak 11. Dapat tercampur dengan minyak pelumas tetapi tidak merusak dan mempengaruhinya. 12. Harganya murah dan dapat dideteksi jika terjadi kebocoran. 2.2 Daur Refrigerant Carnot Daur refrigerant carnot merupakan suatu pembatas yang tak dapat dilebihi jika melakukan kerja di antara dua suhu tertentu. Dari kajian termodinamika, daur ulang carnot dikenal terjadi pada mesin-mesin kalor. Secara stematik, daur carnot diperlihatkan dalam diagram suhu entropi yang bersangkutan pada Mesin Carnot menerima energi kalor pada suhu tinggi, merubah sebagian menjadi kerja, dan kemudian mengeluarkan sisanya sebagai kalor pada suhu yang lebih rendah. Daur refrigerant carnot merupakan kebalikan dari mesin kalor tersebut, karena menyalurkan energi dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Daur refrigerant membuthkan kerja dari luar untuk dapat bekerja.

Diagram peralatan dan diagram entropi suhu dari luar refrigerant diperlihatkan dalam Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Proses-proses yang membantu daur tersebut adalah : 1. Kompresi Adiabatic 2. Pelepasan kalor isothermal 3. Ekspansi Adiabatic 4. Pemasukan kalor isothermal Seluruh proses pada daur carnot secara termodinamika bersifat reversible (dapat di balik). Oleh karenanya proses 1-2 dan 3-4 bersifat isotropik. Penyerapan kalor dari sumber bersuhu rendah pada proses 4-1 merupakan tujuan utama dari daur ini. Seluruh proses lainnya pada daur berfungsi sedemikian rupa sehingga energi bersuhu rendah dapat dikeluarkan ke lingkungan yang bersuhu tinggi. Daur carnot terdiri dari proses-proses reversible yang menjadikan efisiensinya lebih tinggi dari yang dapat dicapai oleh daur nyata. Satu pertanyaan yang cukup beralasan adalah : Mengapa harus membahas daur carnot apabila itu bersifat ideal yang tak dapat dicapai? Jawabannya adalah (1) karena hal tersebut merupakan perbandingan yang standar, dan (2) daur tersebut memberikan pedoman tentang suhu-suhu yang harus dipertahankansehingga diperoleh keefektifan yang maksimum.

Gambar 2.1 Mesin Kalor Carnot Gambar 2.2 Diagram Suhu Entropi Mesin Kalor Carnot 2.3 Daur Kompresi Uap Ideal Apabila daur carnot diterapakan pada kompresi uap, maka seluruh proses akan terjadi dalam fasa campuran. Untuk itu fluida kerja yang masuk kompresor diusahakan tidak berupa campuran, yang tujuannya mencegah kerusakan. Pada daur carnot ekspansi isentropic terjadi pada turbin, daya yang dihasilkan digunakan untuk mengerakkan kompresor. Dalam hal ini mengalami suatu

kesulitan teknis, maka untuk memperbaikinya digunakan katup ekspansi atau pipa kapiler dengan demikian proses berlangsung pada entalpi konstan. Gambar 2.3 Daur kompresi uap ideal Dimana : 1 2 : kompresi adiabatic dan reversible, dari uap jenuh menuju tekana konstan 2-3 : pelepasan kalor reverseibel pada tekanan konstan, menyebabkan penurunan panas lanjut dan pengembunan refrigerant. 3 4 : ekspansi irreversible pada entalpi konstan,dari cairan jenuh menuju tekanan evaporator. 3-1: penambahan kalor reversible pada tekanan tetap yang menyebabkan penguapan menuju uap jenuh. 2.4 Daur Kompresi Uap Nyata Daur kompresi uap nyata mengalami pengurangan efisiensi dibandingkan dengan daur uap standart. Pada daur kompresi uap nyata proses kompresi berlangsung

tidak isentropic, selam fluida berkerja melewati evaporator dan kondensor akan mengalami penurunan tekanan. Fluida kerja mendinginkan kondensor dalam keadaan sub dingin dan meninggalkan evaporator dalam keadaan panas lanjut. Penyimpangan daur kompresi uap nyata dari daur uap ideal dapat diperhatikan gambar dibawah ini : Gambar 2.4 perbandingan antara siklus kompresi uap standar dan nyata. Pada daur kompresi uap nyata preses kompresi berlangsung tidak isentropic, hal ini disebabakan adanya kerugian mekanis dan pengaruh suhu lingkungan selama prose kompresi. Gesekan dan belokan pipa menyebebkan penurunan tekanan di dalam alat penukar panas sebagai akibatnya kompresi pada titik 1 menuju titik 2 memerlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan daur ideal (standart). Untuk menjamin seluruh refrigerant dalam keadaan cair dalam sewaktu memasuki alat ekspansi diusahakan refrigerant meniggalkan kondensor dalam keadaan sub 10

dingin. Kondisi panas lanjut yang meninggalkan evaporator disarankan untuk mencegah kerusakan kompresor akibat terisap cairan. 2.5 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Siklus refrigerasi uap memiliki dua keuntungan : pertama, sejumlah besar energi panas diperlukan untuk merubah cairan menjadi uap dan oleh karena itu banyak panas yang dapat dibuang dari ruang yang di sejukan. Kedua, sifat-sifat isothermal penguapan membolehkan pengambilan panas tanpa menaikkan suhu fluida kerja ke suhu beberapa pun di dinginkan. Hal ini berarti bahwa laju perpindahan panas menjadi tinggi, sebab semakin dekat suhu fluida kerja mendekati suhu sekitarnya akan semakin rendah laju perpindahan panasnya. Siklus refrigerasi ditunjukkan dalam Gambar 2.5 dan dapat mejadi tahapantahapan berikutnya : 1-2. cairan refrigerasi dalam evaporator menyerap panas dan sekitarnya, biasanya udara, air dan cairan proses lain. Selama proses ini cairan merubah bentuknya dai cair menjadi gas, dan pada keluaran evaporator gas ini diberi pemanasan berlebihan/superheated gas. 2-3. Uap yang diberi panas berlebih masuk kompresor dimana tekanannya dinaikan. Suhu juga akan meningkat, sebab bagian energi yang menuju proses kompresi dipindahkan ke refrigerant. 3-4. Superheated gas bertekanan tinggi lewat kompresor menuju kondensor. Bagian awal proses refrigerasi (3-3a) menurukan panas superheated gas, sebelum gas ini dikembalikan menjadi bentuk cairan (3a-3b). 11

Refrigerasi untuk proses ini biasanya dicapai dengan menggunakan udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut terjadi pada pengerjaan pipa dan penerimaan cairan (3a-4), sehingga cairan refrigerant didinginkan ke tingkat lebih rendah ketika cairan ini menuju alat ekspansi. 4-1. Cairan yang sudah didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi yang mana akan mengurangi tekanan dan mengendalikan aliran menuju evaporator. Gambar 2.5 Gambaran Skematis Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Kondensor harus mampu membuang panas gabungan yang masuk evaporator dan kondensor. Dengan kata lain (1 2) + (2-3) harus sama dengan (3 4). Melalui alat ekspansi tidak terdapat panas yang hilang maupun yang diperoleh. 12

2.6 Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi dan pompa kalor adalah mesin yang bekerja menyerap kalor dari lingkungan bersuhu rendah kemudian dipindahkan kelingkungan bersuhu tinggi. Pada gambar 2.7 adalah cara kerja mesin tersebut. Gambar 2.6 Prinsip Dasar dari Mesin Pendingin dan Pemanas Refrigerator atau mesin pendingin bekerja dengan menyerap kalor pada suhu rendah (didalam ruangan) kemudian dibuang ke suhu yang lebih tinggi (diluar ruangan). Pompa kalor bekerja dengan menyerap kalor pada suhu rendah (diluar ruangan) kemudian dibuang ke suhu yang lebih tinggi (didalam ruangan). Jadi pebedaan dari kedua sistem tersebut adalah pemanfaatan kalornya. Untuk 13

refrigerator, kalor harus dibuang kelingkungan, tetapi untuk pompa kalor, kalor harus diambil dari lingkungan untuk pemanasan. Mesin refrigerasi ini bekerja menggunakan siklus atau daur kompresi uap, dimana fluida kerjanya disebut dengan refrigerant. Dasar dari daur ini deikembangkan dari daur refrigerant carnot. Secara skematik daur ulang refrigerant carnot ini dapat dilihat dari gambar 2.8 Gambar 2.7 Daur Refrigerant Carnot dan Diagram Daur Refrigerasi carnot Proses kerjanya adalah sebagai berikut : 1-2 Proses penyerapan kalor QL isothermal oleh refrigerant dari suhu rendah TL. 2-3 Proses kompresi adiabatis dan temperatur menjadi TH. 3-4 Proses pengeluaran kalor QH isothermal oleh refrigerant pada suhu tinggi TH refrigerant merubah fasa dari uap jenuh menjadi cairan jenuh. 4-1 Proses ekspansi adiabatis sehingga temperatur turun menjadi TL. 14

2.7 Peralatan Utama Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Peralatan utama yang mendukung sistem daur refrigerasi dapat dijelaskan dengan gambar diagram siklus refrigerasi pada Air Conditioning (AC). Adapun komponen-komponen utama dari daur kompresi uap pada AC yaitu : 2.7.1 Kompresor Kompresor adalah unit mesin pendingin yang berfungsi untuk mengsirkulasi refrigerant yang mengalir dalam unit mesin pendingin. Jika dilihat dari cara kerja mensirkulasi refrigerant, maka kompresor dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Kompresor Open Unit (Open Type Compresor) Jenis kompresor ini terpisah dari tenaga penggeraknya masing-masing bergerak sendiri dalam keadaan terpisah. Tenaga penggerak kompresor umumnya motor listrik. Salah satu ujung poros engkol dari kompresor menonjol keluar sebuah puli dari luar dipasang pada ujung poros tersebut. Melalui tali kipas puli dihubungkan dengan tenaga penggeraknya. Pulia pada kompresor berfungsi sebagai roda gaya yang digunakan sebagai daun kipas yang diinginkan kondensor dan kompresor sendiri. Karena ujung poros engkol keluar dari rumah kompresor, maka harus diberi pelapis agar refrigerant tidak bocor keluar. 2. Kompresor Sentrifugal Prinsip dari kompresor sentrifugal adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk mendapatkan energi kinetik pada impeller sudu dan energii kinetik ini diubah menjadi tekanan potensial. Tekanan dan kecepatan uap yang rendah dari saluran sunction dihisap kedalam lubang masuk atau mata roda impeller 15

oleh aksi dari shaft rotor, dan kemudian diarahkan dari ujung-ujung pisau kerumah kompresor untuk diubah menjadi tekanan yang bertambah. 3. Kompresor Scroll Prinsip kerja dari kompresor scroll adalah menggunakan dau buah scroll (pusaran). Satu scroll dipasang tetap dan salah satu scroll lainnya berputar pada orbit. Refrigerant dengan tekanan rendah dihisap dari saluran hisap oleh scroll dan dikeluarkan melalui saluran tekan yang letaknya pada pusat orbit dari scroll tersebut. 4. Kompresor Sekrup Uap refrigerant memasukin salah satu ujung kompresor dan meninggalkan kompresor dari ujung yang lain. Pada posisi langkah hisap terbentuk ruang hampa. Sehingga uap mengalir kedalamnya. Bila putaran terus berlanjut refrigerant yang terkurung digerakkan mengelilingi rumah kompresor. Pada putaran selanjutnya terjadi penangkapan kiping rotor jantan oleh lekuk rotor betina, sehingga memperkecil rongga dan menekan refrigerant tersebut keluar melalui saluran buang. 2.7.2 Kondensor Kondensor merupakan alat penukar kalor. Karena zat pendingin meninggalkan kompresor dalam bentuk uap bertekanan tinggi, maka perlu suatu cara untuk mengubah uap menjadi cairan kembali. Jadi kondensor adalah suatu alat untuk mengebun uap (bahan pendingin) menjadi cairan sehingga dapat dipakai kembali dalam siklus pendingin. 16

2.7.3 Katup Ekspansi Katup ekspansi adalah alat untuk mengatur jumlah refrigerant yang masuk pada evaporator dalam batas yang sama dengan kapasitas hisap kompresor. Selama sistem sedang bekerja, katup tersebut mempertahankan tekanan kompresor dan tekanan hisap harus konstan, sehingga beban kompresor juga menjadi konstan. 2.7.4 Evaporator Evaporator merupakan bagian berfungsi menguapkan bahan pendingin cair menjadi gas dengan mengambil udara panas dari ruangan. Refrigerant cair bertekanan tinggi masuk katup ekspansi, kemudian tekanannya diturukan sebelum masuk evaporator. Pada evaporator refrigerant cair bertekanan rendah menguap dengan menyerap panas dari llingkungan. Uap refrigerant bertekanan rendah kemudian masuk kompresor, pada kompresor uap refrigerant dimampatkan sehingga energinya bertambah. Uap dengan tekanan tinggi masuk kondensor untuk diembunkan dengan melepaskan panas kelingkungan dan dari sini prosesnya berulang. Secara alamiah semua proses alir terjadi karena ada beda tekan, yaitu dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan lebih rendah. Jadi tidak mungkin selama refrigerant mengalir tanpa ada penurunan tekanan (pressure drop), hal ini terjadi karena selama mengalir refrigerant banyak kehilangan energi untuk mengatasi hamabatan aliran. 17

2.8 Penukar Kalor Beberapa sistem refrigerasi dengan penukar kalor jalur cair ke hisap (liquid to suction) yang menurunkan suhu (sub cools) cairan dari kondensor dengan uap hisap (suction vapor) yang datang dari evpoorator. Cairan jenuh pada titik 3 yang berasal dari kondensor didinginkan hingga titik 4 dengan cara bertukar kalor dengan uap pada titik 6 yang dipanaskan hingga mencapai titik 1. Dari keseimbangan kalor, h3 h4 = h1 h6. Dampak refrigerasinya dapat penukar kalor jalur cair-hisap (liquid to suction heat exchanger) Dibandingkan dengan daur kompresi uap standar, sistem yang menggunakan penukar kalor nampaknya lebih memiliki keuntungan yang jelas karena naiknya dampak refrigrasi. Kapasitas dan koefisien prestasi tampaknya dapat ditingkatkan. Tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar. Walaupun dampak daerah panas-lanjut, sehingga kerja kompresi akan lebih besar dibandingkan dengan yang dekat dengan garis uap-jenuh. Dari hal kapasitas, titik 1 mempunyai rapat massa lebih tinggi dibanding titik 6, sehingga volume yang dapat dipompa dari titik 6 tersebut lebih sedikit. Sehingga perbaikan potensial pada prestasi mendapat reaksi yang berlawan. Tetapi sampai batas tertentu, penukar kalor dapat diterima dalam situasi dimana uap yang masuk ke kompresor harus dipanaskan lebih lanjut, untuk menjaga agar tidak ada cairan yang terbawa. Alasan praktis lain penggunaan penukar kalor adalah untuk membawah-dinginkan cairan dari kondensor untuk mencegah 18

terbentuknya gelembung uap yang menggangu aliran refrigerant melewati katup ekspansi. 2.8 Teori Perhitungan Untuk menyederhanakan perhitungan yang diagram maka digunakan siklus ideal kompresi uap seperti dalam gambar 2.8 dan 2.9 Gambar 2.8 Daur Refrigerasi. Gambar 2.9 Diagram Suhu Entropi Daur Refrigrasi Carnot. 19

2.9.1 Dampak Refrigerasi Dampak refrigerasi dapatdicari dengan entalpi pada titik 1 (suhu keluar evaporator)di kurangi entalpi pada titik 4 (suhu masuk evaporator) : Dampak refrigerasi = h1 h4 Dimana : h1 = entalpi suhu keluar evaporator h4 = entalpi suhu masuk evaporator 2.9.2 Laju Alir Refrigeran Laju alir refrigeran dapat ditentukan dengan cara membagi kapasitas refrigerasi dengan dampak refrigerasi : Laju alir refrigeran = 2.9.3 Daya Kompresor Daya yang dibutuhkan kompresor dapat dihitung dengan cara mengalihkan antara kerja kompresi per-kilogram dengan laju aliran refrigeran : Daya kompresor = kerja kompresi per-kilogram X laju aliran refrigeran 2.9.4 Koefisien Prestasi Koefisien prestasi dapat ditentukan dengan cara membagi kapasitas refrigerasi dengan gaya kompresor : Koefisien prestasi = Sebelum melakukan penilaian atas prestasi suatu sistem refrigerasi, terlebih dahulu harus ditetapkan ukuran efektifan. Indeks prestasi ini tidak sama dengan 20

efisiensi, karena ukuran tersebut biasanya hanya menggambarkan perbandingan keluaran dan masukan. Perbandingan keluaram terhadap masukan ini akan menyesatkan jika digunakan pada sistem refrigerasi, karena keluaran pada proses 2-3 biasanya percuma atau terbuang. Namun demikian, konsep indeks prestasi pada daur refrigerasi sama dengan efisiensi yang menyatakan perbandingan. h h h Istilah prestasi di dalam refrigerasi disebut dengan koefisien prestasi atau COP atau (Coefficient of Performance), yang didefinisikan sebagai : Koefisien pretasi (COP) = Kedua suku yang menghasilkan COP tersebut haruslah mempunyai satuan yang sama sehingga COP tidak berdimensi. 2.9.5 Laju Aliran Volume Laju aliran pada seksi masuk kompresor memerlukan data volume spesifik refrigeran pada titik 1. Volume spesifik refrigeran dapat ditentukan dari tabel A-6 atau gambar A-4. Laju aliran volume = laju alir refrigeran X volume spesifik pada titik 1. 21

22 2.9.6 Daya Refigerasi Daya refrigerasi merupakan kebalikan dari koefisien prestasi sehingga daya refrigerasi dapat ditentukan dengan membagi daya kompresor dengan kapasitas refrigerasi :