BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVa SDN 015 SUNGAI SALAK KECAMATAN TEMPULING TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini bagian yang pertama akan dijelaskan tentang halhal yang berkaitan dengan matematika mulai dari pengertian matematika, karakteristik matematika, tujuan pembelajaran matematika. Bagian yang kedua akan dijelaskan tentang hasil belajar. Bagian yang ketiga akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode eksperimen mulai dari pengertian metode eksperimen, kelebihan metode eksperimen, kekurangan metode eksperimen, solusi untuk mengatasi kekurangan metode eksperimen, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen, langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen. Bagian yang keempat akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode eksperimen mulai dari pengertian metode pemecahan masalah, kelebihan metode pemecahan masalah, kekurangan metode pemecahan masalah, solusi untuk mengatasi kekurangan metode pemecahan masalah, langkah-langkah pembelajaran metode pemecahan masalah, petunjuk dalam mengajarkan pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah, kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam strategi pemecahan masalah, pendekatan masalah dalam proses pembelajaran. Pada bagian yang terakhir dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan metode eksperimen dan metode pemecahan masalah. 2.1.1. Matematika a. Pengertian Matematika. James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai 5

6 bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Menurut Reyt.,et al. (1998:4) matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah seharihari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. b. Karakteristik Matematika Menurut Soedjadi (2000:13) matematika memiliki karakteristik : (1) memiliki objek kajian abstrak, (2). Bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola piker deduktif, 4). Memiliki symbol yang kosong dari arti, (5). Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1). Memiliki obyek yang abstrak, (2). Memiliki pola piker deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). c. Tujuan Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Di dalam GBPP mata pelajaran matematika SD disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:

7 1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika. 3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). 4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. (Depdikbud, 1993:40) Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006 : 417). 2.1.2. Hasil Belajar Menurut Sahertian (2004:20), Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Slameto (1993:17) menyatakan hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar Gagne dan Brings (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses

8 belajar. Reugeluth ( dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Pendapat ini dikemukakan oleh Surya (2003:64) bahwa hasil belajar ialah Berbentuk perubahpada pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Prayitno (2002:164) menyatakan bahwa hasil belajar adalah Sesuatu yang baru, baik dalam kawasan kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotorik/ keterampilan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Depdiknas (2003:3) hasil belajar siswa adalah Kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitf maupun psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku. Sedangakan menurut Hamalik (2004:28), Hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat. Sudjana (2010:39-40) menyatakan, hasil belajar yang di capai siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2.1.3. Metode Eksperimen Metode merupakan cara melaksanakan suatu pekerjaan. Metode terdiri dari empat langkah, yaitu seleksi, gradasi, presentasi, dan repetisi. Unsur seleksi dan gradasi materi pelajaran merupakan unsur yang tak terpisahkan dengan unsur presentasi dan repetisi dalam membentuk suatu metode mengajar (Mackey dalam Subana, 20). Sagala (2005:220) mengatakan, metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Syah (2006:32) mengatakan, metode eksperimen adalah cara penyajian dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa merasa lebih yakin atas suatu hal dari pada hanya menerima dari guru dan buku, dapat

9 memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata. 1. Kelebihan Metode Eksperimen a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku; b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosanterobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. 2. Kekurangan metode eksperimen a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen; b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta c. Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya. d. Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen. 3. Solusi untuk mengatasi kekurangan metode eksperimen a) Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan eksperimen.

10 b) Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen. c) Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. d) Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. 4. Tahap-tahap metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82): a) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. b) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. c) Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. d) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. e) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. f) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. 2.1.4. Metode Pemecahan Masalah Sudirman, dkk. (1991 : 146) mengatakan bahwa metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah

11 sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Konsep dasar dan karakteristik metode pemecahan masalah diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari metode pemecahan masalah yaitu: pertama, merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, kedua aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakan masalah, yang menempatkan masalah sebagai kunci dari proses belajar, ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah (wina Sanjaya, 2008; 114-115). Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving. 1. Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. 2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penedekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

12 1. Kelebihan metode pemecahan masalah a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. b. Berpikir dan bertindak kreatif. c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan. 2. Kelemahan metode pemecahan masalah a. Membutuhkan waktu lama. b. Kebulatan bahan kadang-kadang sukar di capai. 3. Solusi untuk mengatasi kekurangan metode pemecahan masalah a) Dalam memilih masalah mempertimbangkan aspek kemampuan dan perkembangan anak didik. b) Siswa terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. c) Bimbingan secara kontinu dan persediaan alat-alat/sarana pengajaran yang perlu diperhatikan. d) Merencanakan tujuan yang hendak dicapai secara sistematis 4. Langkah-langkah pembelajaran metode pemecahan masalah menurut Nana Sudjana (2010:85-86): a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban itu tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

13 d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada simpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. 5. Suydam menyatakan beberapa petunjuk dalam mengajarkan pemecahan masalah, yaitu a. Gunakan istilah yang jelas, mula-mula dalam lingkup matematika kemudian dikembangkan di luar lingkup matematika, b. Kelompokkan soal-soal berdasarkan materi atau proses yang serupa untuk diplih siswa, c. Sebutkan aspek-aspek soal yang terpenting saja, d. Hindarkan hal-hal yang tidak relevan dalam soal cerita dalam soal bentuk gambar, soal yang dinyatakan secara lisan, atau dalam soal bentuk lain, e. Perkirakan jawaban dan analisislah jalan yang ditempuh untuk memperoleh perkiraan tadi, f. Lukiskan ide ruang tidak hanya dengan kata-kata tetapi dilengkapi dengan gambar dan model, g. Sebutkan aturan yang mungkin dapat diterapkan pada kasus yang bersangkutan melalui beberapa contoh, kemudian ujilah aturan tadi, h. Gunakan berbagai metode, dengan demikian siswa tahu bermacam-macam metode, i. Berikan penghargaan atas usaha yang dilakukan siswa, Dan j. dalam menggunakan tes untuk evaluasi belajar libatkan siswa demi kepentingan siswa dan bukan untuk guru. Dari penjabaran tentang metode eksperimen dan metode pemecahan masalah terdapat persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Persamaan kedua metode tersebut adalah: pembelajaran berpusat pada siswa, siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, membuat siswa aktif dan kreatif dalam berfikir.

14 Perbedaan antara metode ekperimen dan metode pemecahan masalah adalah apabila metode eksperimen, berarti cara atau metode yang digunakan memerlukan sebuah percobaan atau eksperimen yang menerapkan perlakuanperlakuan yang diaplikasikan menggunakan rancangan percobaan yang dipilih sedangkan, metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. 2.2. Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang pembelajaran matematika dengan metode pemecahan masalah yang relevan dengan judul penelitian yang penulis angkat ini sesungguhnya telah banyak dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Baskoro dan Hendry Sugianto (2009) yang berjudul Perbandingan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa antara Yang Tinggal Di Pondok Dan Yang Tidak Tinggal Di Pondok Dalam Mata Pelajaran Matematika. Dari populasi target yaitu kelas VIII SMP dengan jumlah 6 kelas sebanyak 206 maka hanya diambil 25% dari seluruh populasi yaitu hanya 2 kelas yaitu kelas VIII A dan VIII D, karena di setiap kelas tersebut terdapat dua karakter yang berbeda yaitu antara siswa yang tinggal di pondok dan siswa yang tidak tinggal di pondok. Pengumpulan data yang digunakan yaitu tes untuk mengetahui seberap besar perbedaan pengaruh penggunaan metode belajar pemecahan masalah dengan menggunakan uji anova dua jalur dan uji lanjut yaitu uji tukey. Pada uji lanjut yaitu uji tukey diperoleh Qh > Qtabel yaitu 5,91.> 4,08 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah antara siswa yang tinggal di pondok maupun siswa yang tidak tinggal di pondok. Hasil uji anova dua jalur dilanjutkan dengan uji tukey, diperoleh siswa yang belajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah dan tinggal di

15 pondok hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan metode pemecahan masalah dan tidak tinggal di pondok. Atau penelitian yang dilakukan oleh Muntholib, Abdul (2009:46) yang berjudul Penggunaan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Sidorejo Lor 05 Salatiga semester I Tahun 2009/2010. Memberi simpulan sebagai berikut: a. Metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan benda dan perubahannya. b. Metode eksperimen yang diterapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang memudahkan pencapaian kompetensi belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian yang Baskoro dan Hendry Sugianto serta penelitian yang dilakukan oleh Muntholib, Abdul tersebut telah terbukti menguatkan teori bahwa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah dan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar. 2.3. Kerangka Berpikir Permasalah yang muncul pada pembelajaran Matematika adalah kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan guru kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, dan dalam proses pembelajaran cenderung guru yang lebih aktif dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Pembelajaran dengan ceramah membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi rendah.. Dengan menggunakan metode eksperimen dan metode pemecahan masalah diharapkan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit. Apabila siswa dalam pembelajaran menggunakan metode eksperimen dan metode pemecahan masalah, mereka akan mengalamai dan terlibat secara langsung. Tidak hanya itu, komunikasi antar siswa terjalin dengan

16 baik dan cara berpikir siswa akan berkembang dalam memahami materi pembelajaran. Ketika siswa mengalami secara langsung proses pembelajaran maka materi yang dipelajari akan lebih mudah dipahami dan di ingat oleh siswa. Membandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen dengan metode pemecahan masalah adalah salah satu cara yang penulis gunakan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas metode pembelajaran tersebut terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Jika siswa yang diajar dengan metode pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika memperoleh hasil belajar di atas rata-rata, berarti metode pemecahan masalah memberikan hasil maksimal dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi jika siswa yang diajar dengan metode pemecahan masalah tidak menunjukan peningkatan hasil belajar, berarti metode pemecahan masalah kurang memberikan hasil maksimal dalam pembelajaran. Waktu yang digunakan penelitian yang singkat karena hanya dapat dilakukan pada jam pelajaran matematika dengan alokasi waktu tiga kali jam pelajaran matematika maka, peneliti memfokuskan pembelajaran di dalam kelas dengan pembagian kelompok untuk mensiasati materi yang luas, peneliti menggunakan metode pembelajaran. Kemudian, peneliti akan mengetahui perbedaan efektivitas metode yang digunakan. 2.4. Hipotesis Hipotesis dari perumusan masalah di atas adalah terdapat perbedaan efektivitas antara metode eksperimen (X 1 ) dibandingkan dengan metode pemecahan masalah (X 2 ), dalam pencapaian hasil belajar matematika (Y) kelas V SD N Kutowinangun 04 dan SD N Kumpulrejo 02 tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan kerangka berpikir, maka dirumuskan suatu hipotesis. Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.

17 Hipotesis akan di uji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis statistik dalam penilitian ini yaitu: Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar matematika kelas V yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen dan metode pemecahan masalah Ha : Ada perbedaan hasil belajar matematika kelas V yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen dan metode pemecahan masalah.