I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Pembelajaran berkualitas akan memperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. baik, menghadapi segala tantangan dan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Jika guru dapat

BAB I PENDAHULUAN. faktor mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa diketahui faktor

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan agar siswa secara aktif

SETI YANINGSIH NIM : A

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

I. PENDAHULUAN. Karakterisktik siswa yang beragam selalu dihadapkan guru dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

(Skripsi) Oleh : Eka Ria Nanda Putri

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

ABSTRAK. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha untuk membina dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, beberapa di. ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN CTL

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari luar diri (eksternal) individu. Faktor internal sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Kunandar, 2013,h.33). Kurikulum. berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

I. PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain (Syaiful Sagala, 2013 : 1). Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Definisi pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia sebagai negara berkembang harus terus meningkatkan kualitas pendidikannya. Seorang guru memiliki peran penting dalam menyampaikan ilmu, informasi, dan membimbing belajar siswa sehingga guru dituntut memiliki kompetensi tertentu, agar

2 proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Adanya minat belajar tinggi serta model pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa mudah dalam menerima ilmu dan informasi yang disampaikan oleh guru. Kemampuan dalam menjalankan proses belajar mengajar adalah kewajiban bagi para guru, selain menguasai model-model pembelajaran dan menguasai materi, seorang guru juga harus menguasai pengetahuan lain agar dapat menciptakan suasana belajar antara guru dan peserta didik mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi hingga tercapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar yang monoton dan membosankan menjadi salah satu faktor penyebab kurang berhasil atau optimal proses pembelajaran, salah satu faktor keberhasilan proses pembelajaran dapat terlihat dari hasil yang dicapai oleh para siswa. Model pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning) yaitu suatu strategi pembelajaran untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat dalam menguasai materi pembelajaran, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Keunggulan model pembelajaran kontekstual (CTL) daripada model-model pembelajaran lainnya adalah karena model pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki kelebihan, dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002) dalam Rusman, (2011 : 190).

3 Mata pelajaran geografi memiliki peran yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang handal, unggul dan bermoral. Hambatan selama ini dalam pembelajaran geografi adalah kurang dikemasnya pembelajaran geografi yang menggunakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, itulah yang terjadi pada siswa-siswi SMA Negeri 6 Bandar Lampung, guru seringkali menyampaikan materi geografi dengan cara konvensional, sehingga pembelajaran geografi cenderung membosankan dan kurang menarik minat belajar siswa, pada akhirnya hasil belajar siswa kurang memuaskan. Mengetahui gambaran dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi dapat dilihat dari hasil pencapaian KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang dilihat dari hasil ujian tengah semester pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, seperti pada tabel berikut: Tabel 1. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 Nilai Kelas XI Jumlah Presentase Keteran gan IPS 1 IPS 2 IPS 3 IPS 4 75 12 4 11 5 32 26,89 % Tuntas < 75 20 25 21 21 87 73,11 % Tidak Tuntas Jum lah 32 29 32 26 119 100 % Sumber: Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun 2014. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pencapaian hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS belum semuanya maksimal, karena didapati 73,11% dari 119 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Siswa yang memiliki

4 nilai lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya sebanyak 25% dari 119 siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung masih rendah. Hasil pembelajaran belum maksimal dikarenakan masih banyaknya penggunaan model pembelajaran oleh guru belum sepenuhnya maksimal, selain itu masih banyak guru geografi menggunakan model ceramah, sedangkan penyampaian materi dengan menggunakan model ceramah tidak dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi kurang semangat dalam proses belajar mengajar serta proses pembelajaran masih terpusat pada guru yang menyebabkan guru menjadi sangat dominan di dalam kelas. Hal ini dapat membuat siswa menjadi sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru, maka dalam proses pembelajaran geografi ini dibutuhkan pembaharuan bertujuan agar materi pembelajaran menjadi lebih mudah dimengerti oleh siswa dan dapat mencapai nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pra survey dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 6 Bandar lampung pada tanggal 2 Februari 2015 terhadap siswa kelas XI IPS dengan mengajukan pertanyaan tentang tata cara penyampaian materi pelajaran geografi. Berdasarkan hasil wawancara bebas terhadap siswa sebagian besar menyatakan bahwa selama ini model pembelajaran yang dipakai di SMA Negeri 6 Bandar Lampung khususnya kelas XI IPS dalam proses belajar mengajar dikelas adalah menggunakan model pembelajaran konvensional atau sering disebut dengan model pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dimana guru lebih banyak

5 menyampaikan materi pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka diperlukan suatu kajian mengenai pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap hasil belajar. Pendekatan selama ini yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional, dalam penelitian ini mencoba mengkaji Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini: 1. Hasil belajar pada mata pelajaran geografi khususnya kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung masih belum memuaskan. 2. Model pembelajaran kontekstual (CTL) belum pernah diterapkan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. 3. Pengajar masih banyak yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dalam proses belajar mengajar. 4. Masih minimnya peran guru dalam mencoba mengguanakan model-model pembelajaran yang inovatif dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

6 C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah maka dibatasi masalah yang telah diidentifikasi, adapun pembatasan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dengan kelas control yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). 2. Pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional? 2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015?

7 E. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai masukan tentang keefektifan model pembelajaran kontekstual (CTL) dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. b. Sebagai gambaran adanya model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran geografi.

8 2. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. b. Bagi Guru 1. Sebagai acuan dan variasi bagi guru mengenai model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Sebagai panduan melakukan model pembelajaran kontekstual dikelas. G. Ruang Lingkup Penelitian Sebagai ruang lingkup kajian penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah hasil belajar geografi yang menggunakan variasi model pembelajaran kontekstual dan konvensional. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung. 3. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 6 Bandar Lampung, dengan alamat Jl. Ki Agus Anang No 35 Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Bulan Mei Tahun Ajaran 2014/2015. 5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pembelajaran Geografi Pembelajaran Geografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala interaksinya (Sumarmi, 2012: 6).