BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS. Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

HASIL DAN PEMBAHASAN

Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif/statistik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, data yang

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

PENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Dan Perkembangan Ternak Sapi Potong. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

BAB I PENDAHULUAN. susu. Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat. memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia.

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pem

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan dewasa kg, panjang badan

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanian dan peternakan.pada umumnya sebagian besar penduduk. yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI JAMBI

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA TERNAK SAPI POTONG DI DESA MANGKAI LAMA KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA PROVINSI SUMATERA UTARA

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Ternak Sapi Potong Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitara 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewanhewan lainya yang termasuk famili ini ialah Bison, banteng (Bibos), kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan Anoa. Oleh karena itu ita tidak satu genus dengan Eropa dan Bos Taurus dan sapi-sapi tropis atau Bos indicus. ( Pane,1993). Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran dan pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002). Peranan ternak sapi dalam pembangunan peternakan cukup besar terutama dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai berikut:

1. Sumber pakan hewani asal ternak, berupa daging dan susu 2. Sumber pendapatan masyarakat terutama petani peternak 3. Penghasilan devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional 4. menciptakan angkatan kerja 5. sasaran konservasi lingkungan terutama lahan melalui daur ulang pupuk kandang 6. pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam ritus adat/kebudayaan (Surayatiyah, 2009). Menurut Soeharto (1990) dalam Surayatiyah (2009) Usaha ternak dapat digolongkan dalam 4 jenis: 1. Usaha yang bersifat tradisional yaitu petani/peternak kecil yang mempunyai 1-2 ekor ternak ruminansi besar, kecil bahkan ayam kampong. Usaha ini hanya bersifat sambilan dan untuk sampingan saja 2. Usaha backyard, yaitu petani/peternak ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual, oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional, dalam perkembangannya ditunjang dengan sistem PIR 3. Usaha komersil, yaitu petani/peternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efisiensi. Usaha ini meliputi usaha pembibitan, usaha pakan ternak, usaha penggemukan dan lain-lain/ Secara garis besar ada dua bentuk usaha tani yang telah dikenal yaitu usaha tani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate,

enterprise). Pada umumnya yang dimaksud usaha tani adalah usaha ke,uarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. (Suryantini, 2004). Gambar 1. : Sapi potong di areal Perkebunan Perkembangbiakan Usaha perkembangbiakan sapi potong bibit bertujuan untuk pengembanganbiakan sapi potong. Keuntungan yang diharapkan adalah pada hasil keturunan. Metode perkawaninan sapi merupakan pemaparan beberapa metode perkawinan untuk program pengembangbiakan sapi. 1. Metode ilmiah, sapi jantan pemacak dikawinkan dengan sapi betina yang sedang birahi 2. Metode Iseminasi Buatan (IB). Metode ini lebih popular dikenal istilah kawin suntik. (Murtidjo, 1990) Faktor-faktor penyebab rendahnya kebuntingan:

1) Fertilitas dan Kualitas mani beku yang jelek/rendah 2) Inseminator Kurang/tidak terampil 3) Petani/peternak tidak/kurang terampil mendeteksi birahi 4) Pelaporan yang terlambat dan pelayanan Inseminator yang lamban 5) Kemungkinan adanya gangguan reproduksi kesehatan sapi betina Kerugian IB 1. Apabila indentifikasi birahi dan waktu pelaksanaan IB tidak dapat akan terjadi kebuntingan 2. Akan terjadi kesulitan kelahiran, apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed /turunan yang besar dan diiseminasikan pada sapi betina keturuan/bereed kecil 3. Bisa terjadi kawin sedarah apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama 4. Dapat menyebabkan menurunya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifaf genetiknya dengan baik. Keuntungan IB 1. Menghemat biaya pemeliharaan jantan 2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik 3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina 4. Dengan peralatan dan teknologi yanga baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama 5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati

6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar. 7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan intim (Yasin dan Dilaga, 1993). Di Indonesia pemeliharaan sapi potong dilakukan secara ekstensif, semi intensif dan intensif adalah: Pemeliharaan ekstensif Sapi-sapi tersebut dilepaskan di padang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai pagi sampai sore hari. Selanjutnya mereka digiring kekandang terbuka yakni kandang tanpa atap. Di dalam kandang, sapi itu tidak diberi pakan tambahan lagi (Sugeng, 2000). Pemeliharaan Semi Intensif Pada siang hari sapi-sapi diikat dan ditambatkan di ladang, kebun, atau pekarangan yang rumputnya subur. Kemudian sore harinya sapi-sapi tadi dimasukkan ke dalam kandang sederhana yang dibuat dari bahan bambu, kayu, atap genteng atau rumbia, dan sebagainya, yang lantainya dari tanah dipadatkan. Pada malam hari mereka diberi pakan tambahan berupa hijauan rumput atau dedaun-denaunan. Terkadang juga mereka masih diberi pakan penguat berupa dedak halus yang dicampur dengan sedikit garam (Sugeng, 2000). Pemeliharaan Intensif

Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada di dalam kandang. Mereka pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan kotorannya pun cepat bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk. Sapi sapi memperoleh perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal memberikan pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, menimbang, mengandalikan penyakit.(sugeng, 2000) Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradinasional ke arah usaha peternakan yang lebih maju dan menguntungkan tidak terlepas dari: 1. Penggunaan bibit sapi potong yang baik dan unggul 2. Perbaikan makanan, baik kualitas maupun kwantitas 3. Menerapkan cara pengelolaan dan pemeliharaan yang baik 4. Penjagaan dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan 5. Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan Untuk meningkatkan usaha peternakan tradinasional menuju usaha yang lebih maju, petani-peternak memporeleh fasilitas adalah: 1. Pemberian fasilitas kredit bunga rendah persyaratan lunak 2. Pemberian fasilitas penyuluhan intensif melalui bentuk kontak peternak dan kelompok peternak 3. Pemberian sarana produksi peternakan, obat-obatan, dan vaksinasi 4. Pemberian penyuluhan dan pengenalan bibit rumput unggul melalui kebun pembibitan rumput 5. Pemberian penyuluhan dalam melamarkan hasil produksi melalui koperasi ata pedagang ternak.

(Murtidjo, 1990). 2.2. Landasan Teori Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002). Beternak secara intensif diartikan sebagai pengusahaan ternak dengan menempatkan ternak dalam kandang baik siang maupun malam dan kebutuhan ternak disediakan di dalam kandang. Peyelenggaraan beternak secara intensif mememerlukan pengetahuan, ketrampilan dan manejemen tertentu agar dapat usaha tersebut mendapat keuntungan. (Hasnudi, dkk) Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah sistim usahatani tenaga kerja, manejemen pemiliharaan dan pakan sapi. Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh peternak secara efesien kedalam alokasi usaha yang optimal mampu menghasilkan peningkatan pendapatan (Gunawasan, 1993)

Pendapatan peternak dari usaha pemeliharaan sapi masih rendah karena pola usahanya belum komersial dan pemeliharaannya masih tradinasional. Padahal menurut Suhubdi Yasin dan dilaga (1993) bahwa usaha ternak yang dikelola secara komersil dapat memberikan pendapatan lebih atau dengan kata lain mengubah pola pemeliharaan yang bersifat tradinasional kepada sistim bisnis. Meningkatnya kemitraan antara pengusaha dan peternak merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan, memasukkan paket inovasi teknologi, dan merubah pola usaha (Gunawan, dkk, 1998). Besar kecilnya pendapatan usaha ternak sapi dipengaruhi oleh bagaimana petani-peternak menentukan tujuan usahanya. Dalam menentukan tujuan usaha tersebut petani-peternak sangat memerlukan informasi yang seharusnya diperoleh dari penyuluh (Yasin dan Dilega, 1999). Untuk mengelola usaha ternaknya dengan baik, peternak memerlukan pengetahuan dan informasi mengenai: o Hasil penemuan dari penelitian berbagai disiplin pengelolaan usaha ternak dan teknologi produksi o Pengalamaan petani lain o Situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran infut dan hasil-hasil produksi o Kebijakaan pemerintah. (Van Den Ban dan Hawkins, 1999) Materi atau informasi tidak lepas dari sumber informasi (komunikator). Jadi sumber informasi (komunikator) adalah orang atau lembaga yang berfungsi menyampaikan pesan, secara khusus mengenai pembangunan pertanian. Sumber-

sumber informasi tersebut adalah: media massa, media cetak, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain. (Soekartawi, 1988). Menurut Soekartawi (1988) menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial, faktor kebudayaan, faktor personal dan situasional mempengaruhi proses penyebaran informasi (inovasi) yang meliputi: umur, pendidikan, jumlah ternak, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berternak, status kepemilikan ternak dan kekosmopolitan. Tingkat pengetahuan dan pendidikan petani peternak masih sangat rendah sekali dan sering di jumpai adanya petani-peternak yang masih buta huruf. Faktor pendidikan dan pengetahuan ini sangat berpengaruh sekali terhadap tingkat kesadaran. Peternak yang berpendidikan dan berpengetahuan tinggi cepat dan tepat dalam menerima serta melaksanakn inovasi baru ( Yasin dan Dilega, 1999). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi dapat dirumuskan: Pd= TR TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani TR TC = Total penerimaan = Total biaya Penerimaan usahatani (Total Reveme-TR) adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (P y ). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR=Y x P y

Dimana: TR = Penerimaan total Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual (Soekartawi, 1995) Sehubungan dengan perhitungan atau analisa rugi/laba usaha ternak sapi potong ini, maka catatan penting yang perlu dibuat bisa dikelompokkan manjadi 2 bagian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi meliputi penyedian bibit/sapi bakalan, ransom, ongkos, tenaga kerja, penyusutan penggunaan bangunan kedang dan peralatan, lain-lain (obat-obatan, perjalanan, dan sebagainya), serta hasil ikutan berupa pupuk (Sugeng, 2000). 2.3. Kerangka Berpikir Sapi merupakan tergolong ternak besar yang sudah lama dipelihara masyarakat, dan merupakan sumber pendapatan tambahan bagi peternak dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Tidak jelasnya tujuan pemeliharaan yang dilakukan peternak, membuat tidak begitu besar dampaknya terhadap pendapatan keluarga. Padahal usaha ternak sapi potong dapat meningkatkan kesejahteraan peternak jika pemeliharaan dilakukan dengan teratur atau intensif. Dimana pemeliharaan sistim intensif merupakan pemeliharaan yang seutuhnya dilakukan di dalam kandang, padahal keberhasilan suatu usaha ternak tergantung pada bibit, pakan dan pengelolaan. Faktanya usaha ternak sistim intensif membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan menejemen dari peternak yang cukup baik, tetapi sebaliknya kurangnya pengawasan mengenai teknologi pakan, perkawinan,

perkandangan, pemasaran dan penyakit menyebabkan rendah produktivitas sapi yang dikelola masyarakat. Permasalahan tersebut tidak lepas perannya peternak dan lembaga terkait dalam menyediakan informasi-informasi mengenai usaha ternak sapi potong, baik itu teknologi pakan, reproduksi, pemeliharaan, penyakit dan bibit yang dapat meningkatkan produksi sapi masyarakat. Kemudahan ini terlihat sumber-sumber informasi seperti media cetak, media massa, teman, keluarga, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain. Tersedianya berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh oleh seseorang, tergantung kepada karakteristik peternak meliputi umur, pendidikan, jumlah ternak, lamanya berternak, status kepemilikan ternak.. Pemamfaatan sumber informasi oleh peternak bergantung pada informasinnya dan tujuan informasi tersebut. Sistim pemiliharaan yang di laksananakan peternak tidak lepas bagimana kondisi perbedaan karakteristik social ekonomi peternak, kondisi itu meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak sapi, peternak, jumlah ternak, dan total pendapatan. Dan pemilaharaan meliputi pengelolaan reproduksi, pemberian pakan/minum, mengangon (ternak lepas terbuka atau mencari lahan sendiri), sanitasi kandang, sanitasi ternak sapi dan pengendalian penyakit. Sistim pemiliharaan menyangkut besarnya penerimaan yang diperoleh peternak dan biaya yang dikeluarkan masinng masing peternak berbeda dan akhirnya pendapatan yang diperoleh dari usahaternak ini juga berbeda dari setiap peternak. Peternak sapi potong Di perkebunan

Karakteristik social peternak 1. umur 2. tingkat pendidikan 3. lamanya beternak 4. jumlah ternak 5. status kepemilikan Input Output Keuntungan Keterangan: = Menyatakan ada hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran