BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, kehadiran suatu media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar dapat dilakukan secara tertib dan efektif. 1 Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB II KAJIAN TEORI. Spencer mendefenisikan kemampuan sebagai karakteristik atau superior. dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Maju mundurnya suatu bangsa banyak tergantung oleh mutu pendidikannya,

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki sebuah rencana pengelolaan yang baik sebelum pelajaran dimulai

BAB I PENDAHULUAN. kepada bagaimana peroses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 1

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB II KAJIAN TEORI. dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran merupakan gaya mengajar yang menjadikan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berkembang pesat sekarang ini. Sejalan dengan kemajuan tersebut,

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kegiatan belajar mengajar, bertujuan untuk menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dari hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mengarah kepada tindakan seseorang. Oleh karena itu, penumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar menunjukkan ketidakmampuan menjawab soal-soal ujian

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasyah Ibtidaiyah (MI),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB II KAJIAN TEORI. berikut adalah pendapat para ahli tentang istilah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keahlian menurut bidangnya masing-masing. menuju pendewasaan dan kematangan dalam berfikir dan bertindak.

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

BAB I PENDAHULUAN. maka hasil yang dicapai akan rendah. Bentuk keterlibatan siswa itu ialah adanya perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB III METODE PENELITIAN. metodologi kualitatif adalah segala prosedur penelitian yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga pendidik/ tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar. 1

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan guru-guru. Guru sebagai fasilitator dan motivator secara berkesinambungan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa yang ditentukan oleh maju mundurnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh bagi seseorang. Tidak terkecuali bagi seorang siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku tersebut, seorang siswa dituntut untuk mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya. Karena itu guru harus mampu menciptakan dan menunjukkan peranannya dalam proses belajar mengajar sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar efektif dan memberi motivasi kepada siswa agar mempunyai semangat belajar. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan sebagai sutradara sekaligus aktor, artinya guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan mengajar. 1 Di samping mengetahui ilmu atau bahan yang diajarkan, tugas dan tanggung jawab guru itu juga meliputi tanggung jawab dalam pengajaran, memberikan bimbingan, kesan yang positif mengembangkan kurikulum, mengembangkan profesi dan tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. 2 Dengan demikian guru dalam proses belajar mengajar bertanggung jawab untuk mengefektifkan proses belajar sehingga siswanya mempunyai semangat dan keinginan belajar yang tinggi. Apabila seorang guru berhasil dengan baik dalam menjalankan tugas dan kewajiban-kewajibannya maka ia akan mendapat kesan yang positif dari siswanya. Sebaliknya guru yang tidak mampu secara baik 1 Nana Sudjana, Dasar-dasar Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 2009, h. 12. 2 Ibid, h. 15.

menjalankan tugas dan kewajiban-kewajibannya maka tidak bisa dihindari bahwa kesan negatif akan melekat dari siswanya. Oleh karena itu secara tegas Muhammad Ali menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan sehingga dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan secara efektif. 3 Untuk dapat mencapai hasil atau tujuan belajar yang efektif dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menciptakan suatu kondisi belajar yang efektif sehingga dapat menimbulkan motivasi dalam belajar. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Guru sebagai motivator dengan teknik-teknik tertentu dapat menggerakkan motivasi siswa dalam belajar dan perlunya motivasi itu tidak lain untuk memancing semangat dan minat siswa serta meningkatkan prestasi belajarnya. Sedangkan guru sebagai fasilitator, guru diharapkan memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. Bantuan mengatasi kesukaran belajar perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan dalam memotivasi siswa dalam belajar. Untuk menumbuhkan motivasi pada siswa guru harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membangkitkan semangat belajar. Kemampuan guru memberikan motivasi adalah kemampuan esensial yang harus dimiliki oleh guru karena yang dihadapi oleh guru adalah siswa siswi yang dinamis. Seorang guru 93. 3 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 2010, h.

harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat rencana pembelajaran, mampu mengajar di kelas, mampu memahami kurikulum dengan baik. 4 Perlunya guru memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi belajar kepada siswanya didasarkan pada suatu kenyataan atau keyakinan, bahwa motivasi belajar itu tidak selamanya dapat bertahan, tetapi dapat berubah sewaktuwaktu dan dapat ditingkatkan oleh guru. Hal ini sebagaimana Mustaqim menyatakan bahwa motif belajar siswa tidak selamanya bertahan lama dan selalu berubah, motif dapat ditingkatkan dengan jalan memobilisator seluruh motif, ini memberi kesempatan kepada guru untuk mempengaruhi semangat motivasi belajar siswa. 5 Kemudian untuk mempengaruhi semangat belajar siswa, guru dalam memberi motivasi harus sesuai dengan kondisi atau waktu. Menurut Abu Ahmadi, Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. 6 Definisi di atas menjelaskan bahwa dituntut kemampuan guru memberikan motivasi kepada siswa. Untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mencapai tujuan pengajaran secara intensif juga bisa berupa pemberian penghargaan, atau berbentuk puji-pujian. Untuk itu guru harus kreatif dan imajinatif dalam menyediakan intensif yang tepat. Karena itu motivasi belajar bagi siswa dapat mengembangkan semangat dan dorongan. Dan inisiatif ini juga dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. h. 40. 4 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 5 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 72-73. 6 Abu Ahmadi, SBM (Strategi Belajar Mengajar), Pustaka Setia: Bandung, 2005, h.109.

Siswa yang mempunyai motivasi kuat dalam belajar akan selalu yakin dapat menyelasaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Siswa yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, akan tetapi juga dihari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru bukan dihadapi dengan posimisme, hati yang resah gelisah, tetapi dia hadapi dengan tenang dan percaya diri. 7 Mengingat semakin pentingnya peranan motivasi bagi siswa dalam belajar maka guru diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa-siswinya. Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal maka siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar. Di sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah. Untuk membantu siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru agar siswa yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa, antara lain: 1. Memberi angka Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaan, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. 2. Memberikan pujian Pemberian pujian kepada murid atas keberhasilan terhadap hal-hal yang telah dilakukan besar manfaatnya sebagai pendorong belajar, karena pujian akan menimbulkan rasa puas dan senang. 3. Memberikan hadiah Cara ini juga dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, kemudian memberikan hadiah bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olahraga. 7 Syaiful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h. 155.

4. Kerja kelompok Dalam kerja kelomopok ketika mengerjakan kerja sama dalam belajar, maka setiap anggota kelompok akan ikut serta, karena perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam pencapaian hasil. 5. Menimbulkan persaingan Baik kerja kelompok maupun persaingan memberi motof-motif sosial kepada siswa sehingga siswa akan terpicu untuk belajar lebih baik lagi. 6. Memberikan penilaian Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, karena setia anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama. 7. Karyawisata dan ekskrusi Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena kegiatan ini akan memberikan pengalaman langsung dan bermakna bagi anak didik. Selain itu, objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik minat anak didik. Suasana bebas lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang disediakan. Dengan demikian kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan. 8. Film pendidikan Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat belajar siswa. Karena audio visual saling bekerja sama dalam memperhatikan sesuatu. 9. Belajar melalui radio Mendengarkan lebih menghasilkan dari pada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Walaupun demikian, radio tidak dapat menggatikan kedudukan guru dalam mengajar. 8 Sebagai guru Agama diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya. Di antara tugas-tugas pendidik agama adalah: 1. Sebagai pembimbing, pendidik agama harus membawa peserta didik kearah kedewasaan berfikir yaang kreatif dan inovatif. 2. Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, setelah peserta didik tamat belajar di suatu sekolah, pendidik agama harus membantu agar alumninya mampu mengabdikan dirinya dalam lingkungan masyarakat. 3. Sebagai penegak disiplin, pendidik agama harus menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. 4. Sebagai administrator, seorang guru agama harus pula mengerti dan melaksanakan urusan tata usaha terutama yang berhubungan dengan administrasi pendidikan. 8 Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 166-168.

5. Sebagai suatu profesi, seorang pendidik agama harus bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai amanah dari Allah SWT. 6. Sebagai perencanaan kurikulum, maka pendidik agama harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan kurikulum, karena ia lebih tahu kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang masalah keagamaan. 7. Sebagai pekerja yang memimpin, pendidik agama harus berusaha membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar. 8. Sebagai fasilitator pembelajaran, pendidik agama bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar, membantu kasulitan belajar (melancarkan pembelajaran). 9. Sebagai motivator, pendidik agama harus dapat memberikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam belajar. 10. Sebagai organisator, pendidik agama harus dapat mengorganisisr kegiataan belajar peserta didik baik di sekolah maupun luar sekolah. 11. Sebagai manusia sumber, maka pendidik agama harus menjadi sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik terutama dalam aspek keagamaan. 12. Sebagai manager, pendidik agama harus berpartisipasi dalam managemen pendidikan di sekolahnya baik yang bersifat kurikulum maupun di luar kurikulum. 9 Dengan berbagai cara yang telah dikemukakan di atas diharapkan seorang guru mampu secara baik dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan kemampuan guru dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa, maka penulis mencoba mengamati guru yang membidangi pelajaran Fiqih dan al-qur an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok guru yang mengajar di bidang Fiqih 2 (dua) orang dan al-qur an Hadits 2 (dua) orang dan latar belakang pendidikan mereka adalah keguruan. Adapun kesenjangan-kesenjangannya atau permasalahannya tetap juga terjadi padahal guru yang mengajar berlatar belakang pendidikan keguruan yang seharusnya dapat memberikan motivasi. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala yang terjadi di lapangan sebagai berikut: 9 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, h. 55-57.

1. Terdapat salah satu guru yang keluar masuk kelas sehingga siswa rebut, sementara guru yang lain tidak keluar masuk kelas. 2. Terapat guru yang jarang mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sementara ada guru lain yang selalu memberikan pertanyaan. 3. Terdapat guru yang jarang menggunakan metode yang bervariasi, sementara ada guru lain yang selalu menggunakan metode yang bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Terdapat guru yang selalu memberikan pujian kepada siswanya yang sukses menyelasikan tugas dengan baik, sementara masih ada guru lain yang tidak memberikan pujian ketika siswanya sukses menyelasikan tugas dengan baik. 5. Terdapat guru yang selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sementara ada guru lain yang jarang menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Gejala-gejala yang terdapat pada siswa di atas, penulis temui ketika guru Fiqih dan guru al-qur an Hadits melaksanakan proses belajar mengajar. Dengan melihat gejala-gejala di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana perbedaan kemampuan guru Fiqih dan al-qur an Hadits dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. Oleh karena itu dalam konteks inilah penulis mengadakan penelitian dengan judul: Studi Komparatif antara Kemampuan Guru Fiqih dan Guru al-qur an Hadits dalam Memberikan Motivasi Belajar Kepada Siswa dalam

Proses Belajar Mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar B. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah interpretasi terhadap istilah-istilah yang ada di sekitar judul, maka penulis merasa perlu mengemukan penjelasan terhadap istilah yang ada pada judul di atas, yaitu: 1. Komparatif Penelitian komparatif adalah membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. 10 2. Kemampuan guru Kemampuan guru adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu atau guru untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. 11 Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kemampuan guru dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kecakapan seorang guru dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempertinggi semangat belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. 3. Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata Motif artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek tersebut untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. 12 Belajar adalah perubahan 10 Suharsimi Ari Kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 236. 11 Ramayulis, Op. Cit, h. 37. 12 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 73.

dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 13 Jadi motivasi belajar adalah adanya alasan dan penggerak bagi seseorang dalam melakukan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. 4. Fiqh ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/membahas/memuat hukumhukum Islam yang bersumber pada al-quran, sunnah dan dalil-dalil Syar i yang lain. 14 Sedangkan yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran fiqh yang merupakan salah satu bidang studi pengajaran agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. 5. Al-Quran Hadits Al-Qur an adalah firman Allah yang berbahasa arab,yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya dan diingat selalu yang disampaikan dengan jalan mutawatir, ditulis dalam mushkaf yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-nas. 15 Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatanmaupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuanketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. 16 13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, h, 59. 14 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, h. 78. 15 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 2004, h. 18. 16 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 4.

Sedangkan yang penulis maksud dengan al-quran Hadits ialah merupakan mata pelajaran Agma Islam di Madrasah yang bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang al-qur an dan Hadits sebagai sumber ajaran Agama Islam sehingga peserta didik dapat menerapkan al-qur an dan Hadits sebagai pedoman dalam hidup dan kehidupan. 6. Siswa adalah suatu organisme yang hidup yang senantiasa mengalami perubahan. 17 Perubahan merupakan pertumbuhan dan perkembangan, baik jasmani maupun rohani secara terus menerus dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dari penegasan istilah yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini yang penulis maksudkan adalah ingin mengetahui Perbedaan antara Kemampuan Guru Fiqih dan Guru al-qur an Hadits dalam Memberikan Motivasi Belajar Kepada Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. C. Pemasalahan 1. Identifikasi Masalah Permasalahan yang muncul berkaitan dengan kemampuan guru bidang studi Fiqih dan al-qur an Hadits dalam memotivasi siswa sebagai berikut: a. Usaha guru bidang studi Fiqih dan al-qur an Hadits dalam memotivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok belum maksimal. b. Cara guru bidang studi Fiqih dan al-qur an Hadits memotivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok masih kurang terampil. 17 Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 2005, h. 25.

c. Kiat-kiat apa yang digunakan oleh guru bidang studi Fiqih dan al-qur an Hadits dalam memotivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. d. Upaya peningkatan kemampuan guru bidang studi Fiqih dan al-qur an Hadits dalam memotivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru bidang studi Fiqih dan al-qur an Hadits memotivasi belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. f. Perbedaan cara mengajar guru Fiqih dengan cara mengajar guru al-qur an Hadits dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam proses belajar mengajar. g. Perbandingan kemampuan guru bidang studi Fiqih dan guru al-qur an Hadits dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya masalah dalam penelitian ini dan terbatasnya kemampuan penulis untuk melaksanakan penelitian maka masalah penelitian ini dibatasi, yaitu Perbedaan antara Kemampuan Guru Fiqih dan Guru al- Qur an Hadits dalam Memberikan Motivasi Belajar Kepada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini penulis rumusankan sebagai berikut: Apakah ada

perbedaan antara kemampuan guru Fiqih dan guru al-qur an Hadits dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan guru Fiqih dan guru al- Qur an Hadits dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. 2. Manfaat Penelitian a. Sebagai pengembangan wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca yang berkenaan dengan disiplin ilmu Fiqih dan al-qur an Hadits. b. Sebagai bahan pengkajian ulang bagi guru bidang studi Fiqih dan al- Qur an Hadits dalam menimbulkan semangat dan motivasi siswa untuk berprestasi. c. Sebagai informasi kepada pihak pengelola sekolah tentang kemampuan guru memotivasi belajar Fiqih dan al-qur an Hadits pada siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuok. d. Sebagai informasi bagi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Suska Riau tentang Studi Komparatif antara Kemampuan Guru Fiqih dan Guru al-qur an Hadits dalam Memberikan Motivasi Belajar Kepada Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di Madrasah Tsanawiyah.