BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN MEKANIS BATA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MEKANIKA TANAH KEMAMPUMAMPATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PENGARUH BAHAN CAMPURAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KONSOLIDASI SEKUNDER PADA LEMPUNG EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB III LANDASAN TEORI

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

KONSOLIDASI. Konsolidasi.??? 11/3/2016

TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

STABILISASI TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN CAMPURAN GYPSUM SINTETIS (CaSO4 2H2O) dan GARAM DAPUR (NaCl) DITINJAU DARI PENGUJIAN CBR

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. satunya pada konstruksi jalan raya. Stabilitas konstruksi perkerasan secara. baik yang mampu berfungsi sebagai daya dukung.

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

sangat dipengaruhi oleh besarnya janngan muatan negatif pada mineral, tipe,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS UJI KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH DI LABORATORIUM DENGAN MODEL PENDEKATAN. Anwar Muda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MUHADI, 2013

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian stabilisasi tanah gambut dengan bahan tambah yang sudah pernah dilakukan menggunakan Portland cement, gypsum sintetis, gula pasir, dan abu sekam padi. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif setelah dilakukan stabilisasi. 1. Stabilisasi tanah gambut Rawa Pening menggunakan 5% semen Portland dan gypsum sintetis (5%, 10%, 15%) dengan masa perawatan (0 hari, 14 hari, 28 hari) meningkatkan nilai CBR dari 2.78% menjadi 8.17% pada campuran 5% PC dan 10% gypsum dengan masa perawatan 28 hari (Rakhman, 2002). 2. Stabilisasi tanah gambut Rawa Pening menggunakan 5% Portland cement dan gypsum sintetis (5%, 10%, 15%) dengan masa curing (0 hari, 7 hari) meningkatkan nilai CBR maksimum sebesar 8.985% terdapat pada kadar 5% PC dan 15% gypsum sintetis dengan masa curing 7 hari (Nugroho, 2008). 3. Stabilisasi tanah gambut Rawa Pening menggunakan gypsum sintetis (0%, 7%, 14%) dan abu sekam padi (0%, 3%, 6%) dengan masa curing (0 hari, 7 hari) meningkatkan nilai CBR 2 kali lipat dari tanah gambut asli serta menurunkan nilai swelling (Widodo, 2008). 4. Stabilisasi tanah gambut dengan gula pasir (0%, 3%, 6%) dan gypsum sintetis (0%, 7%, 4%) dengan masa curing (0 hari, 7 hari) meningkatkan nilai CBR dua kali lipat dari nilai CBR tanah gambut asli serta nilai pengembangan (swelling) menjadi lebih kecil dari tanah gambut asli (Susilo, 2008). 5. Stabilisasi tanah gambut dengan penambahan gypsum sintetis (CaSO 4. 2H 2 0) dan garam dapur (NaCl) menjadi bahan stabilisasi yang baik apabila digunakan secara bersamaan dari pada secara terpisah, dengan hasil penelitian menunjukkan nilai kapasitas daya dukung (q u ) tanah gambut sebesar 276.1138 kg/cm 2, nilai C c terkecil 0.082 cm/det 2, serta nilai C v terbesar 0.130 cm/det 2 (Nugroho, 2014). 1

2 6. Stabilisasi tanah lempung dengan serbuk bata merah meningkatkan nilai CBR soaked dan unsoaked, dengan hasil penelitian menunjukkan nilai CBR soaked tanah asli 0.6% menjadi 1.38% pada tanah campuran 5% bubuk bata merah dan 5% kapur, sedangkan nilai CBR unsoaked tanah asli meningkat sebesar 7.94% menjadi 10.44% (Wiqoyah dkk., 2013). Penelitian lanjutan stabilisasi tanah gambut perlu dilakukan dengan menambahkan serbuk bata merah sebagai referensi bahan tambah yang baru. Penelitian ini diharapkan mampu melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. 2.2. Landasan Teori Tanah adalah kumpulan butiran mineral alami (agregat) yang bisa dipisahkan dengan mengaduk agregat tersebut dalam air. Sedangkan batuan (rock) merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi dan Peck, 1967, dalam Nugroho 2014). Fungsi tanah bagi konstruksi bangunan sipil yaitu sebagai: 1. Media dukung bangunan bagi semua bangunan. 2. Sumber gaya luar bagi bangunan dinding penahan tanah. 3. Bahan konstruksi (misal: pada tanggul dan bendungan). Faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah antara lain: jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, dan lain-lain. Tingkat kepadatan tanah dinyatakan dalam persentase berat volume tanah kering (γ d ) terhadap berat volume kering maksimum (γ d maks ). 2.2.1. Tanah gambut Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat atau suatu tanah yang mengandung bahan organis berserat dalam jumlah besar. Gambut mempunyai angka pori yang sangat tinggi dan compressible (Dunn dkk, 1980, dalam Nugroho, 2014). 2

3 Tanah gambut terbentuk dari unsur-unsur organik seperti Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O 2 ), Nitrogen (N), dan umumnya memiliki ph rendah. Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman yang berlapis-lapis hingga ketebalan >30 cm dan terbentuk dengan waktu yang sangat lama dengan proses geogenik (Hardjowegeno, 1986). ASTM D4427-92 (2002) menerangkan tanah gambut adalah tanah dengan kandungan organik tinggi karena proses pembusukan (dekomposisi) tumbuhan, dan dapat diklasifikasikan berdasarkan serat, kandungan abu (ASTM D2974), tingkat absorbsi (ASTM D2980) dan tingkat keasaman (ASTM D2976). Tanah gambut mempunyai karakter fisik dan kimia (Agus dkk., 2008). 1. Karakteristik fisik Kadar air tanah gambut berkisar antara 100 1300% (Mutalib dkk., 1991, dalam Agus dkk, 2008), menyebabkan gambut menjadi lembek dan daya menahan bebannya rendah (Nugroho dkk., 1997, dalam Agus dkk, 2008). Bulk density tanah gambut lapisan atas bervariasi antara 0.1-0.2 gram/cm 3 tergantung pada tingkat dekomposisinya. a. Gambut fibrik umumnya berada di lapisan bawah memiliki bulk density < 0.1 gram/cm 3. b. Gambut pantai dan gambut di jalur aliran sungai > 0,2 gram/cm 3 karena adanya pengaruh tanah mineral (Tie and Lim, 1991, dalam Agus dkk, 2008). Bulk density gambut yang rendah menyebabkan daya menahan beban (bearing capacity) menjadi sangat rendah. Hal ini menyulitkan beroperasinya peralatan mekanisasi karena tanahnya yang empuk. 2. Karakteristik kimia Lahan gambut mempunyai tingkat keasaman yang relatif tinggi dengan kisaran ph 3-5. Gambut yang banyak ditemukan di Kalimantan (oligotropik), mempunyai kandungan kation basa (Ca, Mg, K, dan Na)

4 rendah, sehingga reaksi tanah menjadi semakin masam (Driessen dan Suhardjo, 1976, dalam Agus dkk,2008). Klasifikasi menurut ASTM D 4427 (2002) tanah gambut yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan: kadar abu dan daya serap air, untuk pembahasan lebih detail disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 No Pengujian Klasifikasi Batasan Rendah < 5% 1. Kadar abu Sedang < 5% Tinggi 5% - 15% Rendah < 300% 2 Daya serap Sedang 300 800% Tinggi 800-1500% Ekstrim >1500% 2.2.2. Stabilisasi tanah Stabilisasi tanah adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah dengan cara memberikan perlakuan khusus terhadap lapisan tanah tersebut (Panguriseng, 2001). Panguriseng (2001) menyatakan tujuan stabilisasi tanah adalah untuk memenuhi minimal satu dari empat sasaran berikut: 1. Meningkatkan daya dukung tanah. 2. Memperkecil penurunan lapisan tanah. 3. Menurunkan permeabilitas dan swelling potensial tanah. 4. Mempertahankan potensi tanah yang ada. Stabilisasi tanah dapat dibedakan berdasar mekanisme kerja komposit antara massa tanah dengan bahan stabilizer. 4

5 a. Stabilisasi kimia Stabilisasi dengan mencampurkan bahan kimia agar terjadi reaksi kimia pada campuran tersebut, sehingga menghasilkan senyawa baru yang lebih stabil dari sebelumnya. Contoh: stabilisasi dengan semen, kapur, larutan kimia, dan lain-lain. b. Stabilisasi fisik Stabilisasi dengan menggunakan energi yang disalurkan kedalam lapisan tanah, sehingga memperbaiki karakteristik lapisan. c. Stabilisasi mekanis Stabilisasi dengan menyisipkan material kedalam lapisan tanah, sehingga mampu memperbaiki karakteristik massa tanah. Contoh: sand piles, stone piles, nailing, anchor, cerucuk, geosyntetics (sebagai elemen reinforcement, separator, filtrasi, drainase), dan lain-lain. d. Stabilisasi thermal Stabilisasi dengan menggunakan panas (thermal) untuk membakar material tanah, sehingga kadar air kristal massa tanah menjadi sangat rendah yang memungkinkan ikatan senyawa dalam massa tanah lebih stabil (irreversible). Contoh: pembuatan keramik, gerabah, batu bata, dan lain-lain. 2.2.3. Bata merah Bata merah dibuat dari tanah liat atau lempung dengan atau tanpa campuran bahan lain, yang dibakar pada suhu yang tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam air. Material bata yang baik terdiri atas pasir (silica) dan tanah liat (alumina), yang dicampur dalam perbandingan tertentu sehingga bila ditambahkan dengan sedikit air menjadi bersifat plastis (Swastikawati, 2011).

6 Bahan dasar pembentuk batu bata tergantung kepada jenis batu bata dan cara pembuatan. Untuk jenis batu bata yang dibakar dan dijemur bahan yang dipakai adalah lempung, sedangkan kapur dan semen dipakai untuk pembuatan batu bata jenis kapur pasir dan batako (batu bata beton). Lempung adalah material dasar dalam pembuatan batu bata jenis bakar dan batu bata jemuran (Hartono, 1990, dalam Muhardi dkk, 2007). Lempung terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis yang berbentuk lempengan pipih dan merupakan partikel mika, mineral lempung, dan mineral-mineral lain yang sangat halus, mempunyai partikel lebih kecil dari ukuran lanau dengan ukuran 0.002 mm atau lebih kecil dengan berat spesifik pada kisaran 2.7-2.9. Dalam pemanfaatan lempung untuk pembuatan batu bata, harus diperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Lempung yang digunakan harus memenuhi sifat plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk. Lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata yang dibentuk akan meledak, retak atau pecah saat dibakar. 2. Lempung harus mempunyai kekuatan kering tinggi dan susut kering rendah (maksimum 10%). 3. Tidak boleh mengandung butiran kapur dan kerikil lebih besar dari 5 mm. 4. Lempung berpasir akan menghasilkan produk batu bata yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan lempung murni. Tanah liat termasuk hidro silikat alumina dan dalam keadaan murni mempunyai rumus Al 2 O 3, 2SiO 2, 2H 2 O dengan perbandingan berat dari unsur-unsurnya: 47%, 39%, dan 14%. 2.2.4. Pengujian pemadatan (Proctor test) Purwana (2013), untuk menentukan kepadatan suatu tanah, digunakan parameter berat satuan kering (γ d ). Menurut Proctor, kepadatan suatu tanah merupakan fungsi dari 4 variabel: 1. berat satuan kering (γ d ), 6

7 2. kadar air (w), 3. energi mekanis yang diberikan (compact effort), 4. tipe tanah (gradasi, ada tidaknya lempung, dll). Perhitungan pemadatan adalah untuk menentukan suatu nilai berat isi kering (γ dmaks ) pada kadar air tertentu (w optimum ), nilai (γ d ) dan w diketahui dari kurva uji pemadatan suatu sampel tanah dengan variasi nilai kadar air (w) formula yang digunakan: (N/cm 3 ) (2.1) (N/cm 3 ) (2.2) Nilai γ d naik seiring dengan penambahan air hingga mencapai puncak, kemudian turun kembali (lihat Gambar 2.1). Kepadatan maksimum tanah tersebut tercapai pada nilai w sebesar w optimum. Uji pemadatan tanah laboratorium ada 2 macam yaitu standard Proctor test dan modified Proctor test. Perbedaan dari kedua uji pemadatan di atas adalah besar energi pemadatannya seperti terlihat pada Tabel 2.2. dan Gambar 2.2. Tabel 2.2. Pemadatan standard Proctor test dan modified Proctor test Standard Proctor test Diameter mold + 10 cm 3 lapis pemadatan 25 pukulan per lapisan Berat palu pemukul 2.7 kg Jatuh bebas palu 300 mm Modified Proctor test Diameter mold + 15 cm 5 lapis pemadatan 56 pukulan per lapisan Berat palu pemukul 4.9 kg Jatuh bebas palu 450 mm

8 Gambar 2.1. Hasil uji pemadatan Proctor untuk lempung berlanau (Vidayanti, UMB) Gambar 2.2. Filosofi kurva pemadatan (Vidayanti, UMB) Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Modified Proctor Test, karena pori lebih kecil dibanding dengan Standar Proctor Test sehingga pemadatan yang dihasilkan lebih optimal. 8

9 2.2.5. Konsolidasi dan penurunan Bila lapisan tanah jenuh memiliki permeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori di dalam tanah tersebut segera bertambah. Hal ini menyebabkan air mengalir ke lapisan tanah yang memiliki tekanan air pori lebih rendah, sehingga tanah mengalami penurunan (Hardiyatmo, 2007). Konsolidasi adalah proses dimana tanah yang jenuh air mengalami kompresi akibat beban dalam suatu periode waktu tertentu. Maksud dari uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap kepada contoh tanah dan mengukur perubahan volume (perubahan tinggi) terhadap waktu. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi penurunan yang terjadi terhadap tanah. Analisis penurunan dimaksudkan untuk memperkirakan penurunan suatu konstruksi sebagai akibat tanah yang mengalami konsolidasi (Soedarmo dan Purnomo, 2007). Penurunan terdiri dari: 1. penurunan segera (immediate settlement), 2. penurunan pertama konsolidasi (primary consolidation settlement), dan 3. penurunan kedua konsolidasi/rangkak (secondary consolidation settlement/creep). Penurunan total dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: S=S i +S c +S s (2.3) dengan, S i = penurunan segera (immediate settlement) S c = penurunan pertama konsolidasi (primary consolidation settlement) S s = penurunan kedua konsolidasi/rangkak (secondary consolidation settlement/creep) Harga S i jauh lebih kecil daripada harga S c dan waktu yang diperlukan juga lebih kecil daripada S c. Sedangkan S s merupakan tahapan kedua sesudah selesainya

10 penurunan pertama, waktu yang diperlukan S s sangat lama sehingga dalam penelitian ini besarnya penurunan yang diperhitungkan adalah konsolidasi pertama (primary consolidation settlement). Uji konsolidasi satu dimensi (one dimensional consolidation) biasanya dilakukan di laboratorium dengan alat odometer atau konsolidometer. Contoh tanah yang akan diselidiki, dimasukkan secara hati-hati kedalam cincin besi. Bagian atas dan bawah benda uji dibatasi oleh batu tembus air (porous stone). Beban p diterapkan di atas benda uji, dan penurunan diukur dengan arloji pembacaan (dial gauge). Umumnya beban diterapkan dalam periode 24 jam, dengan benda uji selalu terendam air. Penambahan beban secara periodik diterapkan pada contoh tanah. Penambahan beban adalah dua kali penambahan sebelumnya untuk mendapatkan hasil terbaik, dengan urutan besar beban: 0.25, 0.5, 1, 2, 4, 8, 16 kg/cm 2 (Leonard, 1962 dalam Haardiyatmo, 2007). Untuk tiap penambahan beban, deformasi dan waktu dicatat kemudian diplot pada grafik semi logaritmik. Tujuan pengujian konsolidasi adalah untuk menentukan sifat kemampatan tanah dan karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah yang dinyatakan dengan nilai C c dan C v. Indeks kemampatan (C c ) dipengaruhi oleh besarnya pembebanan pada tanah, sedangkan koefisien konsolidasi (C v ) dipengaruhi oleh lamanya waktu penurunan yang terjadi pada tanah tersebut. Gambar 2.3. Layout Odometer (Team Soil Mechanic Lab. UNS, 2011) 2.2.5.1. Koefisien konsolidasi (C v ) 10

11 Koefisien konsolidasi adalah sebuah parameter yang menyatakan hubungan antara tekanan air pori dengan waktu, serta banyaknya air yang mengalir dari tanah untuk waktu yang sama akibat dari proses konsolidasi. Koefisien konsolidasi ini digunakan untuk memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk fase konsolidasi primer berakhir. Pada pengujian ini digunakan metode hubungan akar waktu dengan penurunan yang terjadi. Langkah-langkah perhitungan nilai C v adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tinggi efektif benda uji (H s ) (2.4) dengan: W d : berat kering (Newton), A : luas benda uji (cm 2 ), dan G s : berat jenis tanah. 2. Menghitung angka pori asli (e 0 ) dengan: H 0 : tinggi contoh tanah mula-mula (cm). (2.5) 3. Hitung besar penurunan total ( H) H = pembacaan dial pada permulaan percobaan - pembacaan dial sesudah pembebanan. 4. Menghitung perubahan angka pori ( e) (2.6) 5. Menghitung angka pori (e) 6. e = e 0 - e (2.7) 7. Mencari nilai t 90

12 Untuk mendapatkan harga t 90 digunakan metode (lihat Gambar 2.4), dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.a. Membuat grafik hubungan penurunan dengan akar waktu dari data hasil pengujian konsolidasi pada beban tertentu yang ditetapkan. a.b. Membuat perpanjangan garis dari bagian awal kurva yang lurus sehingga memotong ordinat di titik P dan memotong absis di titik Q. a.c. Membuat garis lurus PR, dimana OR = 1.15 OQ. a.d.perpotongan PR dengan kurva nya ditemukan harga pada absis. Gambar 2.4. Grafik hubungan penurunan dengan waktu 8. Menghitung nilai C v Pengujian konsolidasi pada penelitian ini adalah konsolidasi dua arah, sehingga: H m = ½ (H 0 - H) (2.8) dengan: C v H m : koefisien konsolidasi, : jarak lintasan aliran, dan t 90 : waktu untuk mencapai konsolidasi 90 %. (2.9) Faktor waktu secara empiris dapat dinyatakan dengan persamaan 2.10 dan 2.11 atau dapat dilihat pada Tabel 2.3. a. Untuk U 60% 12

13 (2.10) b. Untuk U > 60% T v = 1.781-0.933 log(100-u%) (2.11) Tabel 2.3. Harga-harga faktor waktu konsolidasi (Hardiyatmo, 2007) U (%) T v U (%) T v 10 0.008 60 0.287 20 0.031 70 0.403 30 0.071 80 0.567 40 0.126 90 0.848 50 0.197 100 Dalam penelitian ini derajat konsolidasi yang dipakai untuk perhitungan adalah U=90%, jadi T v =0.848. 2.2.5.2. Indeks kompresibilitas (C c ) Indeks kompresibilitas (C c ) adalah kemiringan dari kurva hubungan antara e dan log p untuk dua titik yang terletak pada bagian lurus. Untuk mencari nilai C c yaitu dengan menggambar grafik hubungan antara angka pori (e) dan tekanan (N/cm 2 ) seperti terlihat pada Gambar 2.5. Untuk mendapatkan e diambil garis yang lurus sehingga diperoleh harga-harga: e 1, e 2, p 1, dan p 2 (Nugroho, 2014). Pada penelitian ini nilai C c yang diperhitungkan adalah C c laboratorium. Nilai koefisien kompresi (C c ) dapat dihitung dengan persamaan 2.12. (2.12) dengan: e 1 : angka pori awal, e 2 : angka pori berikutnya,

14 p 1 : tegangan awal, dan p 2 : tegangan berikutnya. Gambar 2.5. Hubungan antara angka pori (e) dan tekanan (p) 2.2.5.3. Penurunan yang terjadi (S c ) Besarnya penurunan konsolidasi yang terjadi dapat dihitung dari nilai C c yang didapat, dan dinyatakan dengan persamaan berikut: (2.13) dengan: H e 0 : tinggi awal benda uji, : angka pori awal, p 1 : tegangan awal, dan p 2 : tegangan berikutnya. 14