BAB I PENDAHULUAN. Sejalan permasalahan peserta didik pada proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hlm Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung :

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 84.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Shop Pembelajaran Guru bagi Guru SMAN Banjarangkan, 2007), hlm. 3

BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

B. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan, terdapat keterbatasanketerbatasan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

ii

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NO KUALITAS JUMLAH PERSENTASE 1 Tinggi Sedang Rendah 8 25

OLEH : NAMA : AWAL MARYANTO NIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MI MA ARIF NGABEAN SECANG MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. Adapun penjelasannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil observasi proses pembelajaran mata pelajaran Fiqih kelas VIII MTs Rohmaniyyah Menur, Kamis, 16 Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan pendidikan. Bahasa Inggris memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru. Banyak faktor yang menghambat proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Akan tetapi, matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pres, 2002), hlm Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULAN !"#$% &'(! -.(/"#0 7!"18 9 $18 :;<;=

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga pendidik/ tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan


Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT DAN INDEX CARD MATCH TERHADAP PRESTASI BELAJAR GETARAN DAN GELOMBANG 1. Haryanto 2.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Tumbuhan Dan Fungsinya Dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Lemo

DAFTAR PUSTAKA. al- Fauzan, Saleh, Fikih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

BAB I PENDAHULUAN. berkemampuan, memiliki pengatahuan dan keterampilan untuk memecahkan. masalah-masalah kehidupan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, ada dua buah konsep

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran penting pada proses. pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar tentang tata cara pengamalan syariat Islam berkaitan dengan perbuatan manusia kepada peserta didik berdasarkan dalildalil yang mendasari ketentuan hukum Islam. 1 Karakteristik mata pelajaran Fiqh yaitu mempunyai objek berdimensi sosial religius dan harus diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Mengamalkan materi bersifat dimensi sosial religius menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan pada mata pelajaran Fiqh. Jenning dan Dunne dikutip Muhibbin Syah, mengatakan kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan mengaplikasikan materi pelajaran kehidupan nyata (real). 2 pembelajaran di atas, Haryanto menyatakan : pada situasi Sejalan permasalahan peserta didik pada proses Faktor sulitnya mengaplikasikan materi pelajaran bagi peserta didik disebabkan pembelajaran kurang bermakna. Guru pada proses pembelajaran di kelas tidak mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik, peserta didik kurang diberikan kesempatan menemukan kembali, dan mengkonstruksi sendiri ide-ide tentang materi pelajaran. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata peserta didik dengan ide-ide tentang materi pada proses pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna. 3 Menurut Mulyasa, apabila peserta didik belajar terpisah dari pengalaman sehari-hari, membuat peserta didik cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan materi pelajaran. 4 Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran Fiqh di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep 1 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), cet. ke-4, hlm. 14 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 13. 3 Haryanto, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 35. 4 E. Mulyasa, Kurikulum yang disempurnakan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 84. 1

2 Fiqh dengan pengalaman peserta didik sehari-hari. Guru perlu menerapkan kembali konsep Fiqh yang telah dimiliki peserta didik pada kehidupan sehari-hari atau bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran Fiqh di kelas VII semester genap pada Madrasah Tsanawiyah adalah kompetensi dasar shalat jamak. Shalat merupakan ibadah penting yang harus dikuasai peserta didik sebagai generasi muda penerus estafet perjuangan bangsa. Pentingnya penguasaan kompetensi shalat bagi peserta didik tersebut ditegaskan Muhammad Nashruddin al-albani, bahwa Allah telah mewajibkan shalat atas hamba-nya agar dikerjakan dengan sebaik-baiknya, karena Allah menjadikan shalat sebagai pembeda antara iman dan kekafiran, dan sebagai pencegah dari kekejian dan kemungkaran. 5 Pentingnya ibadah haji ini menempatkannya sebagai rukun Islam kedua dalam peta konfigurasi syariat Islam. Umat Islam terutama peserta didik perlu dibekali pengetahuan dan pemahaman secara rinci dan mendasar tentang kaidah, manfaat, dan tata cara pelaksanaan ibadah shalat sedini mungkin di madrasah Tsanawiyah, termasuk di dalamnya shalat jamak. Menurut Sulaiman Rasyid, shalat jamak artinya shalat yang dikumpulkan, yakni dua shalat fardhu yang lima, dikerjakan dalam satu waktu, seperti shalat dhuhur dan shalat ashar. 6 Kompetensi peserta didik terhadap materi shalat jamak ini sangat penting kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pedoman bagi peserta didik terutama ketika dalam perjalanan atau ada udzur syar`i lainnya, maka kemampuan peserta didik terhadap hal ihwal ibadah shalat jamak dalam hal ini sangat berguna. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran Fiqh di kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang ditemukan tiga kendala utama : Pertama, adanya kesenjangan antara kurikulum mata pelajaran Fiqh dengan kinerja mengajar yang ditampilkan guru. Layanan pembelajaran belum bias mengakomodasi dan mengapresiasi perpedaan kemampuan (aptitude) peserta didik dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar peserta didik. Kondisi 5 Muhammad Nashiruddin al-albani Shifatu Shalat an-nabi, terj. Tajuddin Pogo, Sifat Shalat Nabi, (Jakarta : Gema Insani Press, 2008), hlm. 2. 6 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2011), cet. ke-52, hlm. 120.

3 demikian berdampak pada prestasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa 45 % peserta didik tidak tuntas. Kedua, pembelajaran Fiqh menunjukkan bahwa penyampaian materi berjalan monoton, guru masih menggunakan metode ceramah secara dominan sehingga pembelajaran kurang bergairah dan kurang mendapat apresiasi dari peserta didik. Kondisi ini menimbulkan penurunan prestasi belajar peserta didik yang berakibat pada hasil KKM rendah. Ketiga, anaisis kondisi kemampuan atas kepandaian peserta didik menunjukkan peserta didik kurang lancar untuk melaksanakan shalat jamak dengan rincian peserta didik yang tergolong tidak lancar (rendah) sebesar 40 %, peserta didik tergolong cukup 35 %, dan peserta didik tergolong sedang sebesar 25 %. Berikut ini ditampilkan kompetensi shalat jamak peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Batang pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Kondisi Awal Kompetensi Peserta didik pada Mata Pelajaran Fiqih Di Kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang NO KUALITAS JUMLAH PERSENTASE 1 Rendah 12 40 2 Cukup 11 35 3 Sedang 8 25 Hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran Fiqih dan kondisi kepandaian peserta didik dalam praktik shalat jamak, maka diperlukan pemecahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih. Pemecahan masalah terhadap kondisi di atas diperlukan metode yang cocok yang mampu menyesuaikan dengan karakteristik dan keragaman kepandaian peserta didik. Berdasarkan kondisi di atas mendorong peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran Fiqh melalui metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau peserta didik sendiri memperlihatkan pada seluruh

4 kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu. 7 Fenomena tersebut berdasarkan pengamatan peneliti, selama ini pembelajaran Fiqih di kelas VII MTs NU 01 Banyuputih terlalu menekankan pada penguasaan materi, serta menekankan pada pengujian melalui tes. Peserta didik dituntut menghafal teks yang ada di buku dengan sama persis tanpa adanya kegiatan praktik terhadap materi yang ajarkan, sehingga pengetahuan peserta didik tidak berkembang hanya terpancang pada informasi yang ada di buku atau LKS saja tanpa menggali informasi dari sumber lain dan diperparah lagi dengan rendahnya kemampuan peserta didik dalam praktik. Kerjasama kelompok juga terlihat kurang kompak. Berbagai hal tersebut kemudian menyebabkan rendahnya motivasi dan menurunnya prestasi belajar peserta didik tersebut sehingga tujuan pembelajaran yang sesungguhnya menjadi tidak tercapai. Berdasarkan pembahasan di atas metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penguasan dan keterampilan peserta didik memahami materi atau kandungan Fiqih yang membutuhkan perlakukan khusus dengan cara melihat dan mempraktikkan langsung sehingga peserta didik lebih cepat menguasai materi yang diberikan guru. Mengingat tanggung jawab besar yang diemban guru untuk melatih peserta didik agar dapat melaksanakan shalat jamak dengan fasih dan benar, serta mendesaknya kebutuhan menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan kompetensi di atas, penulis tertarik mengkajinya melalui penelitian tindakan kelas berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Materi Shalat Jamak Melalui Metode Demonstrasi Peserta didik Kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, problematika yang muncul pada peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih berkaitan 7 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Beserta Simulasinya, (Malang : Sunan Ampel, 2001), hlm. 94.

5 dengan tema penelitian ini yaitu : 1) Peserta didik tidak bergairah untuk belajar dan prestasi belajarnya rendah, sehingga diperlukan metode yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, serta meningkatkan kerja sama kelompok; 2) Kecenderungan guru terlalu menekankan pada penguasaan materi, serta menekankan pada pengujian melalui tes. Peserta didik dituntut untuk menghafal teks atau materi pelajaran dengan sama persis tanpa adanya kegiatan praktik terhadap materi yang ajarkan, sehingga pengetahuan peserta didik tidak berkembang hanya terpancang pada informasi yang ada di buku atau LKS saja tanpa menggali informasi dari sumber lain dan diperparah lagi dengan rendahnya kemampuan peserta didik dalam praktik; dan 3) Rendahnya penguasaan peserta didik terhadap penguasaan bacaan dan gerakan shalat jamak dalam praktik pembelajaran Fiqih sehingga diperlukan metode pembelajaran khusus yakni metode demonstrasi yang dapat meningkatkan prestasi belajar Fiqh materi shalat jamak bagi peserta didik. C. Pembatasan Masalah Memperhatikan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada tema pokok penelitian. Adapun masalah yang akan dipecahkan pada penelitian ini ialah upaya guru secara sistematis untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqh materi shalat jamak dengan menerapkan metode demonstrasi peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat diidentifkasikan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqh materi shalat jamak di kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014?

6 2. Apakah impementasi demonstrasi dapat meningkatkan prestasi Fiqh materi shalat jamak pada peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqh materi shalat jamak di kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Meningkatkan prestasi belajar Fiqh materi shalat jamak melalui impementasi metode demonstrasi peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah untuk dijadikan bahan analisis dalam rangka memberdayakan peningkatan mutu pembelajaran melalui optimalisasi penerapan metode Demonstrasi materi shalat jamak dengan strategi pembelajaran Fiqh. b. Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan anak khususnya strategi dan peranann guru dalam meningatkan prestasi belajar Fiqh materi shalat jamak pada peserta didik melalui metode demonstrasi. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kekurangan-kekurangan penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqh materi shalat jamak peserta didik di MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang.

7 b. Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan ghirah dalam belajar Fiqih di MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang. c. Bagi Kepala Madrasah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqh peserta didik kelas VII MTs NU 01 Banyuputih. d. Bagi STIT Muhammadiyah Kendal, sebagai bahan bacaan untuk memperluas wawasan kependidikan berkaitan metode demonstrasi dan menambah koleksi buku perpustakaan di bidang pendidikan.