BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Devidend Payout Ratio. being made better off financially (Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gitman (2003:570) mengatakan bahwa dividen payout ratio indicates

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa dividen adalah aliran kas yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bagi para investor untuk melakukan aktifitas

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (investor), yaitu capital gain dan dividend. Kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Budiasih (2014) Pengaruh Debt to

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan investor. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan pada saat ini dan akan datang. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham, manajer keuangan harus mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah dividen tahunan yang dibagi dengan laba tahunan; atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham. Rasio tersebut menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan (Van Horne dan Machowicz, 2007:270).

2.1.2. Jenis-Jenis Kebijakan Dividen Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Jenis-jenis kebijakan dividen tersebut adalah (Sartono, 2000: 255) : a. Pemberian dividen yang stabil Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen per lembar saham dalam jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki payout ratio yang rendah pada saat profit tinggi dan memiliki payout ratio yang tinggi pada saat profit mengalami penurunan. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga saham pasar lebih tinggi, hal ini karena: 1) Dividen yang berfluktuasi lebih beresiko dari pada dividen yang stabil, oleh karena itu tingkat discount rate yang lebih rendah akan diterapkan pada dividen yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi. 2) Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan dividen akan lebih suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang stabil (dividen minimum). 3) Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak terputus. b. Payout ratio yang konstan Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase payout laba yang konstan. Dengan demikian apabila laba yang diperoleh berfluktuasi

maka dividen yang dibayarkan juga berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan nilai perusahaan. c. Pembayaran dividen reguler yang rendah disertai pembayaran ekstra. Dengan dividen rendah tetapi teratur dibayar setiap periode, perushaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan jika pendapatan lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu perusahaan boleh membayar tambahan dividen, yang disebut dividen ekstra. 2.1.3. Teori Preferensi Investor Ada beberapa teori dari preferensi investor tentang pembayaran dividen antara lain (Brigham dan Houston, 2001: 66): a. Teori Ketidakrelevanan Dividen Teori Ketidakrelevanan Dividen merupakan teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba ditahan.

b. Teori Bird in the Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan dari keuntungan modal (capital gain). c. Teori Preferensi Pajak Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang dikenakan pada dividen. Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal (capital gain) yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi. Oleh karena itu, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. 2.1.4. Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam mengimplementasikan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan para pemegang saham, masalah keagenan dapat saja terjadi. Masalah keagenan (agency problem) merupakan masalah yang timbul akibat konflik kepentingan antara manajer (agen pemegang saham) dengan

pemegang saham karena adanya pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan para pemegang saham (Keown at al, 2008:18). Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal. Dalam mengatur perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, karena mereka adalah pemilik nyata dari perusahaan. Sedangkan dewan direksi, CEO, para eksekutif perusahaan maupun manajer profesional dengan kekuasaaan pengambilan keputusan adalah agen (perantara) dari pemegang saham. Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan oleh para manajer profesional yang sedikit mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan itu atau tidak sama sekali. Karena adanya pemisahan antara pembuat keputusan dan pemilik perusahaan, para manajer bisa saja membuat keputusan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Mereka dapat bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, dengan penghasilan tambahan dan gaji, tetapi mereka mungkin juga menghindari proyek manapun yang mempunyai resiko yang dihubungkan dengan mereka, walaupun jika proyek besar mereka memberikan pengembalian yang berpotensi dan kemungkinan kegagalannya sangat kecil. Hal ini disebabkan jika proyek tidak menghasilkan, agen-agen dari pemegang saham ini akan kehilangan pekerjaan mereka. Konflik antara manajemen dan para pemegang saham dalam perusahaan di mana manajer dan pemegang saham memiliki insentif yang berbeda sehingga manajer tidak mau bekerja untuk para pemegang saham

kecuali untuk kepentingan mereka sendiri, maka kebijakan dividen perusahaan dapat dianggap oleh pemegang saham sebagai alat untuk meminimalisasi biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya, seperti mengurangi harga saham, asosiasi dengan potensial konflik antara manajer dan investor ketika kedua kelompok saling berbeda (Keown et al, 2000:617). Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran dividen mensyaratkan manajemen untuk mendanai investasi baru, investor baru mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika manajemen memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal akan digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran dividen secara tidak langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi manajemen. Dividen bisa menjadi kontribusi yang berarti pada nilai perusahaan. 2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sjahrial (2007:260), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: a. Posisi likuiditas perusahaan; makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan. b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang; apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil. c. Rencana perluasan usaha; makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

d. Pengawasan terhadap perusahaan. Menurut Van Horne dan M. Machowicz (2007:278), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: a. Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan. b. Kebutuhan pendanaan perusahaan. c. Likuiditas d. Kemampuan untuk meminjam e. Batasan-batasan dalam kontrak utang f. Pengendalian 2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio 2.1.6.1.Cash Position Kas merupakan aktiva yang paling likuid dan merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk, seperti deposito dan rekening koran (Syahyunan, 2004:49). Cash position atau posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (earning after tax) (dalam Sudarsi, 2002:4). Cash position merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para pemegang saham. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang

saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas (cash position) atau likuiditas bank berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Van Horne dan M. Machrowicz, 2007:282). 2.1.6.2.Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan hutang, atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal sendiri perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen

akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio. 2.1.6.3.Return on Asset Return on Assets (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Sartono, 2000:65). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan karena net profit margin yang rendah atau karena perputaran total aktiva yang rendah. ROA menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2.1.6.4.Firm Size Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perusahaan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil. Perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil karena keterbatasan aksesnya ke pasar modal sehinnga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas. Oleh karena itu maka mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya, dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil. Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan diwakili oleh logaritma natural dari total assets (dalam Zulkifli, 2008:33). 2.1.6.5.Shareholder Dispersion Masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan. Pengawasan secara total terhadap kegiatan para manajer akan memecahkan masalah keagenan, tetapi

dibutuhkan biaya yang mahal dan kurang efisien. Solusi yang baik adalah memberi paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham perusahaan) jika kinerja mereka bagus (Sukardi, 2009:15). Karena adanya masalah financial internal (modal) dan eksternal (hutang) serta adanya tarik menarik kepentingan antar kelompok investor, maka muncul masalah penyebaran kepemilikan saham (shareholder dispersion) perusahaan. Shareholder dispersion yang besar akan menimbulkan biaya keagenan yang besar karena ketika kepemilikan saham ini menyebar, maka pemegang saham akan sulit dalam mengawasi perusahaan. Akibatnya suatu aktivitas pengawasan oleh pemegang saham memerlukan biaya yang cukup besar. Kepemilikan saham yang menyebar menimbulkan biaya keagenan yang besar sehingga membutuhkan mekanisme untuk menurunkan biaya keagenan tersebut dengan cara meningkatkan rasio pembayaran dividen. Shareholder dispersion diartikan sebagai variance kepemilikan saham oleh kelompok pemegang saham (dalam Efendi, 2007:45). Nilai variance yang besar menunjukkan bahwa kepemilikan saham lebih terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja. Sebaliknya, nilai variance yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham semakin menyebar atau tidak terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja. Dengan demikian, Shareholder dispersion yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham di suatu perusahaan semakin menyebar. Hal ini akan menimbulkan masalah keagenan karena sulitnya para pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan ini mengakibatkan pembayaran dividen yang lebih

tinggi. Dengan kata lain, Shareholder dispersion berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. 2.2. Penelitian Terdahulu Zulkifli (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta selama periode 2004-2006. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Growth Potential (GP) dan Firm Size (FS). Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel, yaitu Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Growth Potential dan Firm Size mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Firm Size mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth Potential tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Efendi (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (Periode 2002-2004). Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Insider Ownership, Shareholder dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position. Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa Insider Ownership, Shareholder

dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Shareholder dispersion, Size, Debt to Equity Ratio, Market Risk, dan Cash Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sudarsi (2002) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential (GP), Firm Size (Size) dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential (GP), Firm Size (Size) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential (GP) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi karena tidak memenuhi syarat uji asumsi klasik.

2.3. Kerangka Konseptual Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen payout ratio menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan (Van Horne dan Machowicz, 2007:270). Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio (DPR) antara lain: Cash position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD). Cash position merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para pemegang saham. Semakin kuat cash position berarti semakin besar kemampuan untuk membayar dividen (Van Horne dan M. Machrowicz, 2007:282). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perbankan, berarti kemungkinan persentase pembagian dividen juga semakin kecil. Return on Assets (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Sartono, 2000:65). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar. Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perbankan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal (Sundjaja

dan Barlian, 2003:389). Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Shareholder dispersion diartikan sebagai variance kepemilikan saham oleh kelompok pemegang saham (dalam Efendi, 2007:45). Shareholder dispersion yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham di suatu perusahaan semakin menyebar, ini mengakibatkan pembayaran dividen yang lebih tinggi. Dengan demikian, Shareholder dispersion berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Cash Position (X 1 ) Debt to Equity Ratio (X 2 ) Return on Assets (X 3 ) Dividend Payout Ratio (Y) Firm Size (X 4 ) Shareholder Dispersion (X 5 ) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Van Horne dan M. Machowicz (2007:270), Kasmir (2008:158), Sartono (2000:65), Sundjaja dan Barlian ( 2003:389), Efendi (2007:45), diolah

2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul (Sugiyono, 2003: 306). Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).