BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

Hidrokinon dalam Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

Noor Aida 1, Erna Prihandiwati S.F., Apt 2, Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR TAMBAN KABUPATEN BARITO KUALA

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif bagi yang

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Acara Serta Kendala Implementasinya. Cet.1(Jakarta: Kencana 2008). Hal.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

Bahan Pemutih (Bleaching Agent)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

Merawat Kulit Kering dan Menua

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

Laboratorium Farmasetika

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. yang esensial dan vital (Tortora dan Derrickson, 2009). Warna kulit ditentukan oleh

,Jurnal Karya Tulis Ilmiah

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN, 28 SEPTEMBER 2017 NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI UJI KUALITATIF KANDUNGAN MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG DIJUAL DI PASAR TAPANDANG BERSERI PELAIHARI

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat digemari terutama oleh kalangan remaja-remaja, baik pria maupun wanita.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

INTISARI ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG DIJUAL DI PASAR RANTAU KABUPATEN TAPIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bila dulu scrubbing hanya dapat dilakukan sekali-sekali saja, namun, zaman sudah mulai berubah. Sehingga scrubbing dapat dilakukan kapan saja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN WAJAH / FACIAL

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

KRIM I M P EMU M TI T H I Bleaching Cream Dra. a N. az a liln i i n w i at a y t,m,. M S. i S. i,. A, p A t p

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS

ANALISIS UJI KUALITATIF MERKURI PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG ABSTRAK

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

Hubungi Kami: LINE : brtcofficial. SMS Pin BB : : 2AF92EE7

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Beauty From Nature

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KOSMETIK

ANALISIS ZAT HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Nama : Fitria Intan Beladina NIM: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalm keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Iswari, 2007). Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi, pada pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997). Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air ditujukan untuk pemakaian luar. Yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau (water in oil, W/O) seperti penyegar kulit dan minyak dalam air (oil in water,o/w) seperti susu pembersih ( Anief, 1993).

Kualitas krim meliputi : a. Mudah dioleskan merata pada kulit. b. Mudah dicuci bersih dari daerah lekatan. c. Tidak menodai pakaian. d. Tidak berbau tengik. e. Bebas partikulat keras dan tajam. f. Tidak mengiritasi kulit. Adapun bahan dasar krim misalnya dalam krim pelembab adalah : mineral oil, lanolin, paraffin wax, olive oil, dan bahan tambahan lainnya (Ditjen POM, 1985). 2.2. Penggolongan kosmetik Penggolongan kosmetik antara lain berdasarkan kegunaan bagi kulit : 2.2.1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic). a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner) b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer), misalnya mouisterizer cream, night cream. c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion. d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrup cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).

2.2.2 Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Iswari, 2007). Pada penggolongan kosmetik, krim wajah termasuk dalam kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) yang mempunyai tujuan untuk melembabkan kulit serta melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Namun tidak untuk diagnosis, pengobatan serta pencegahan penyakit. 2.3. Kosmetik yang Menimbulkan Reaksi Negatif Pada Kulit 2.3.1. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Hidrokoinon Hidrokinon direkomendasikan oleh dokter ahli kulit sebagai preparat pemutih kulit atau peluntur pigmen kulit. Hidrokinon dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak berwarna putih dan menimbulkan reaksi hiperpigmentasi. Efek samping hidrokinon berupa iritasi kulit ringan, panas, merah, gatal. Monobenzil hidrokinon 2-4 % merupakan pemutih yang sangat kuat sehingga dapat terjadinya bintik-bintik hitam pada kulit. 2.3.2 Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Merkuri Ammoniated mercury 1-5 % direkomendasikan sebagai bahan pemutih kulit karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf dan sebagainya sangat kuat maka dilarang pemakaiannya didalam sediaan kosmetik. Ada dua jenis reaksi negatif yang terlihat : reaksi iritasi dan reaksi alergi berupa perubahan warna kulit.

2.3.3. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Retinoat Asam retinoat merupakan asam vitamin A yang digunakan untuk pengobatan akne secara topical. Prinsip pengobatan akne secara topical adalah untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi akne. Asam vitamin A sebanyak 0,025-1% berguna sebagai bahan iritan atau pengelupas senyawa lain. Namun asam retinoat kini tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak menguntungkan (Iswari, 2007). 2.4. Absorbsi Kosmetik Secara Perkutan Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Absorbsi kosmetik melalui kulit terjadi karena kulit ternyata mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk kedalam kulit zatzat yang melekat diatasnya. Celah tersebut antara lain adalah : a. celah antar sel epidermis. Meskipun tersusun berlapis dan satu sama lainnya terikat oleh jebbatan anatar sel (intercellular bridges), masih mempunyai celah yang dapat dilalui oleh molekul kosmetik. b. Celah antar sel saluran kelenjar keringat juga merupakan jalan masuk molekul kosmetik (Wasitaatmadja, 1997). Banyak kosmetik yang tidak layak beredar di pasaran saat ini karena mengandung bahan yang tidak diizinkan digunakan di dalam kosmetik dan tidak mempunyai nomor registrasi. Bahan tersebut antara lain merkuri, hidrokinon, dan

asam retinoat. Bahan merkuri, hidrokinon, dan asam retinoat digunakan pada kosmetik untuk memutihkan dan menghaluskan kulit wajah. Para produsen kosmetik masih banyak yang memakai hidrokinon karena diyakini mampu mengelupaskan bagian kulit bagian luar. Bahan kimia itu juga menghambat pembentukan melanin yang membuat kulit tampak hitam (Word Press, 2008). Kerusakan wajah akibat produk kosmetik pernah terjadi lebih dari seperempat abad lampau. Waktu itu telah ditemukan penggunaan logam berat merkuri (Hg) atau air raksa pada pemutih wajah. Demikian pula Hidrokinon dengan dosis berlebihan. Khusus hidrokinon, masih diyakini menjadi bahan kimia paling efektif untuk memuluskan wajah. Tapi penggunaannya harus atas pengawasan dokter. mengingat dampak membahayakan yang muncul jika digunakan berkelanjutran. "Kalau di atas dua persen harus di bawah pengawasan dokter," ternyata Pada banyak kasus, kosmetik-kosmetik ilegal mengandung hidrokinon hingga 5%. Bagi aparat negara memberantas peredaran kosmetik beracun bukan perkara mudah. Jalur hukum terlalu ringan untuk membuat para produsen dan penjual kosmetik ilegal jera. Itu sebabnya setiap peringatan publik dan pelarangan oleh BPOM tidak ampuh (Word Press, 2008).

2.5. Hidrokinon 2.5.1 Sifat Fisika dan Kimia Hidrokinon (Ditjen POM,1995) Rumus molekul : C 6 H 6 O 2 Berat molekul : 110,11 Pemerian : berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara. Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Hidrokinon mempunyai sifat depigmentasi kulit. Hidrokinon sebelumnya digunakan dalam krim dengan kadar tidak lebih dari 2 persen (Mustofa, 1982). 2.5.2. Efek Samping Efek samping hidrokinon dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak warna putih pada wajah atau sebaliknya. Menimbulkan reaksi hiperpigmentasi. Gejala awal dapat berupa iritasi kulit ringan, panas, merah, gatal, atau hitam pada wajah akibat kerusakan sel melanosit (Wassitaatmadja, 1997).

2.6. Metode Pengujian Pengujian Hidrokinon dapat dilakukan dengan metode kromatografi Lapis Tipis dan Metode Spektrofotometri Ultraviolet. a. Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu prosedur pemisahan zat tertentu dalam system yang terdiri dari 2 fase yaitu fase tetap (fase diam) dan fase gerak. Fase gerak dikenal sebagai pelarut, pengembang akan bergerk sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembang secara menaik (ascending) maupun menurun (descending). Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda pada KLT (Hardjono, 1985) : 1. struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan. 2. sifat dari penyerap dan derajat aktifasinya. 3. tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. 4. derajat kemurnian dari pelaru atau fase gerak b. Menggunakan Metode Spektrofotometri Hidrokinon dapat diidentifikasi dengan mengukur serapan pada panjang gelombang tertentu dengan spektrofotometri. Hidrokinon akan memberikan serapan pada panjang gelombang 295 nm.