BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

SEPEDA MOTOR: PERAN DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah administrasi yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). menginginkan kendaraannya parkir ditempat, dimana tempat tersebut mudah

Gito Sugiyanto 1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 %

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan

Transkripsi:

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas dalam perancangan sesuai acuan teknis yang berlaku Tujuan Pembelajaran Khusus : 1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep strategi manajemen lalu lintas 2 Mahasiswa mampu menentukan strategi dasar manajemen lalu lintas yang tepat 3 Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas 3.1 Pengantar Di kota-kota besar khususnya Indonesia, telah banyak ruas-ruas jalan dan simpang yang tidak dapat lagi menampung volume lalu lintas (terutama pada jam sibuk). Dengan kata lain besarnya volume lalu lintas yang melewati fasilitas transportasi tersebut tidak lagi sesuai dengan yang direncanakan. Fakta yang harus dienyam oleh masyarakat pengguna jalan adalah kemacetan, tingginya tundaan, friksi dengan kepentingan kegiatan samping jalan (misalnya K5, bentuk-bentuk kecelakaan akhirnya terbentuklah rasa tidak aman dan rasa tidak menarik dalam menggunakan fasilitas transportasi baik moda transportasi private maupun publik. Fenomena yang timbul saat ini, secara lambat laun tetapi pasti membawa masyarakat kepada dampak yang akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan dan permasalahan lalu lintas seperti peningkatan jumlah kecelakaan dan penurunan kapasitas ruang jalan yang menurun pesat. Masyarakat saat ini didudukkan pada posisi captive users yaitu kondisi dimana seseorang tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengubah sesuatu selain hanya menerima dan berusaha adaptif dengan kondisi fasilitas transportasi yang ada. Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas-D4 TPJJ Hal 3-1

Dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013 Pasal 86 Ayat 2, tercanangkan sebanyak 10 (sepuluh) program pengembangan sistem transportasi jalan yaitu : a. peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan; b. penataan dan peningkatan fungsi jalan; c. pembangunan jalan layang pada persimpangan sebidang jalan raya dengan lintasan jalur Kereta Api; d. pembangunan jalan alternatif dan jalan inspeksi sungai/saluran yang sebidang; e. pembangunan jalan lintas barat-timur, lintas utara-selatan, lingkar utara dan jalan bebas hambatan dalam kota; f. pembangunan jalan-jalan tembus sebagai jalan alternatif; g. penataan persimpangan dan pembangunan simpang susun pada kawasan yang rawan macet; h. pengaturan lintasan dan jadwal angkutan barang dan angkutan berat; i. penetapan kawasan parkir; j. pembangunan gedung parkir. 3.2.7 Strategi Manajemen Penanganan Keselamatan Lalu Lintas Strategi manajemen ini mempunyai ciri khas yaitu sangat membutuhkan peran serta masyarakat dan pemerintah. Masalah keselamatan di jalan raya sangat perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan berlalu lintas. Dalam melakukan strategi manajemen keselamatan lalu lintas, perlu diketahui bahwa faktor manusia memegang peranan penting. Sebagai contoh antara tahun 1996 sampai 1997 saja di satu negara bagian Amerika Serikat jumlah kecelakaan sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan korban mati hampir 10.000 orang. Data tahun 2000 dari Traffic Safety Facts 2000 menyebutkan bahwa pada kurun waktu satu tahun diestimasi jumlah kejadian kecelakaan total di Amerika yang dilaporkan oleh polisi adalah sebesar 6.394.000 kali kecelakaan. Jumlah Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas-D4 TPJJ Hal 3-2

manusia yang meninggal adalah 41.821 orang, luka berat atau luka serius 3.189.000 dan luka ringan 4.286.000 orang. Data juga menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor, pejalan kaki dan dan pengendara sepeda memiliki tingkat kerawanan yang tinggi. Dari hasil penelitian, tahun 2000 saja kira-kira 115 orang meninggal setiap harinya dalam kecelakaan antara kendaraan bermotor dengan rasio kira-kira satu orang tiap 13 menit. Faktor umur juga berperan penting, misalnya tercatat tahun 2000, kecelakaan kendaraan bermotor adalah berusia antara 4 sampai 33 tahun. Pengendara kendaraan dengan usia tua memiliki kontribusi 13 persen dari total kejadian kecelakaan fatal. Faktor jenis kelamin memberikan kontribusi nyata terhadap jumlah kecelakaan. Tercatat dalam tahun 2000 saja 34 persen dari pengendara dengan jenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 15 sampai 24 tahun terlibat dalam kejadian kecelakaan lalu lintas fatal yang diakibatkan oleh unsur kecepatan kendaraan. Faktor jenis kendaraan seperti sepeda motor jika dilihat dari jumlah kejadian kecelakaan yang meninggal per mil di Amerika menunjukkan perbandingan 18 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan kendaraan penumpang. Faktor pejalan kaki juga perlu diberi penanganan serius karena tahun 2000 ini tercatat 78.000 pedestrian (pejalan kaki) terluka berat, 4.739 orang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Dari penelitian tercatat bahwa pejalan kaki meninggal akibat tertabrak oleh sepeda motor setiap 111 menit dan luka berat setiap 7 menit perharinya. Dari sekilas gambaran informasi diatas, jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di negara maju sudah sedemikian besar. Faktor penyebab kecelakaan sangatlah bervariasi dan tingkat kekerasan atau fatalitas untuk masing-masing kejadian kecelakaan dan korban menghasilkan suatu cost yang sangat mahal. Sekilas perbandingan kejadian kecelakaan antara Indonesia dengan Amerika dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1 Perbandingan Gambaran Kecelakaan Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas-D4 TPJJ Hal 3-3

Deskripsi 1996 1997 1998 1999 INA USA INA USA INA USA INA USA Meninggal dunia Luka berat Luka ringan 10.869 42.065 12.227 42.013 11.778 41.501 9.954 41.717 8.963 3.483.000 9.742 3.348.000 9.022 3.192.000 7.398 3.236.000 11.329 12.719 10.857 9.502 Dari tabel data kecelakaan secara statistik diatas dapat dilihat bahwa di kedua negara tingkat kejadian kecelakaan per kilometer panjang jalan sama-sama menunjukkan angka yang sangat serius. Artinya baik di negara berkembang maupun di negara maju (dengan kondisi manajemen lalu lintas yang berbeda) sama-sama membutuhkan suatu penanganan tingkat keselamatan lalu lintas yang besar. Beberapa cara atau metoda yang dapat diterapkan untuk mengatasi kecelakaan pada lokasi-lokasi yang berbahaya dapat mengikuti 4 (empat) strategi dasar peningkatan keselamatan lalu lintas : a. Single Site atau Black Spot Merupakan tipe penanganan yang sangat spesifik dan dilakukan hanya pada satu lokasi rawan saja Biasanya dilakukan pada lokasi dengan jumlah kecelakaan cukup tinggi Ciri penanganan ini adalah langsung dilakukan mengenai sasaran dan relatif murah b. Mass Action Plan Merupakan strategi tindakan penanganan keselamatan lalu lintas secara massal Dilakukan pada jenis kecelakaan yang diakibatkan oleh penyebab tertentu, misalnya perbaikan kondisi permukaan jalan, perbaikan kekasaran permukaan jalan yang rawan kecelakaan c. Rute Action Plan Merupakan strategi penanganan berupa rencana tindakan pada rute atau suatu lintasan perjalanan Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas-D4 TPJJ Hal 3-4

Biasanya dilakukan pada ruas-ruas jalan utama yang sering terjadi kecelakaan Penanganan secara komprehensif seperti perbaikan marka jalan, perbaikan kondisi rambu-rambu jalan, pembatasan kecepatan, pembatasan arus berbelok, pengaturan pola parkir, perbaikan sarana penerangan jalan, sistim informasi lalu lintas dan lain sebagainya d. Area Wide Schemes Merupakan strategi penanganan secara meluas dalam suatu area dengan tingkat kecelakaan cukup tinggi Penting dilakukan pada kawasan yang memiliki pattern atau pola kecelakaan yang tinggi Dilakukan secara sistimatis terhadap seluruh areal tersebut, seperti pembatasan kecepatan, pengaturan jalan-jalan akses dan lain sebagainya. Dari penjelasan diatas yang terpenting dilakukan oleh instansi terkait adalah cara identifikasi problema keselamatan lalu lintas. Terdapat tiga tindakan yang berkaitan langsung dengan kebijakan keselamatan, yaitu : a. tindakan terhadap sesuatunya yang memiliki kontribusi terhadap kecelakaan lalu lintas, misalnya pemakaian safety belt (di Amerika tahun 2000 saja penggunaan safety belt dapat menyelamatkan 11.889 orang dalam kejadian kecelakaan serius), drinking (di Amerika tahun 2000 terjadi 16.653 kecelakaan fatal akibat alkohol atau tiap 32 menit terjadi kecelakaan akibat alkohol pada pengemudi). b. Aktifitas yang berkaitan dengan kebijakan, misalnya kampanye penggunaan helm, penggunaan safety belt, kelengkapan dan laik jalan kendaraan baik pribadi maupun angkutan umum. c. Analisis besaran (magnitude) dan kecenderungan (nature) dari problema kecelakaan dan keterkaitan antara keduanya sebagai penyebab kecelakaan. Tabel 3.2 Komponen Yang Terlibat Dalam Studi Keselamatan Lalu Lintas Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas-D4 TPJJ Hal 3-5

1. Koordinasi dan Manajemen Dephub, PU bina marga, polisi, pemda, diknas, depnaker, administrasi negara 2. Sistim data BPS, polisi, dephub,dep PU, computer company, internet, spesialis data base 3. Funding and Insurance Perusahaan Asuransi, automotive company, spare part distributor 4. Perencanaan yg Safe Government (local and central), simpatisan, public, engineer, bapeda, diknas, medis 5. Perbaikan lokasi gelap. Sda. + pemda 6. Pendidikan Diknas, pemda, masyarakat, polisi, orang tua, psikolog, unsur agama dan budaya 7. Pelatihan dan Uji Kendaraan Pemda, polisi, sekolah, dephub, polisi, ahli mesin, engineer 8. Publishing and Champaigne Masyarakat, media, swasta, advertising, depsos 9. Standarisasi kendaraan Industri automotif, spare part, karoseri, assembling part 10. Regulasi dan legalisasi DPR, DPRD, dephub, polisi, pemda, antar lembaga 11. Polisi dan Penegakan Hukum Polisi, ahli hukum, legislatif, masyarakat 12. Kedaruratan (1 golden hour!!) Rumah sakit, diknas, dokter, forensik, anestesi, otomotif, telkom, sekolah 13. Riset Puslitbang, Perguruan tinggi, BPPT, LIPI, swasta, LSM 14. Costing Ekonom, lembaga riset ekonomi Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas-D4 TPJJ Hal 3-6