PROFIL BAKTERI, RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN ANALISA GAS DARAH PADA PENDERITA PENYAKIT PARU DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
POLA KUMAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INTENSIF. RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

Pola Mikroba Pasien yang Dirawat di Intensive Care Unit RSUP Sanglah Denpasar serta Kepekaannya Terhadap Antibiotik pada Agustus Oktober 2013 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

Lampiran 1 TABEL ZONA SENSITIVITAS ANTIBIOTIK

POLA KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA TAHUN 2014

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

IDENTIFIKASI DAN RESISTENSI PSEUDOMONAS SP DARI SPESIMEN SPUTUM PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

Pasien kritis adalah pasien dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN NAFAS BAWAH DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIMIKROBA PADA INFEKSI SALURAN KEMIH. SYAFADA, FENTY Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

POLA RESISTENSI Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP : MUNGUNTHANII KRISHNAMOORTHY. Tempat / Tanggal lahir : SELANGOR/ 15 DISEMBER 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

POLA KUMAN PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG Periode 1 Januari 31 Desember 2011 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EMPERICAL TREATMENT ANTIBIOTIC IN CRITICAL ILLNESS. A. Guntur H.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

Eddy Surjanto, Yusup S Sutanto, Reviono, Yudi Prasetyo, Suradi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI PARU NON TUBERKULOSIS DAN KEPEKAANNYA TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA DI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

Transkripsi:

PROFIL BAKTERI, RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN ANALISA GAS DARAH PADA PENDERITA PENYAKIT PARU DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Eddy Surjanto, Reviono, Harsini, Agung Dewantara Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Latar Belakang: Resistensi antibiotik merupakan masalah utama di ruang rawat intensif di seluruh dunia. Penggunaan antibiotik di ruang rawat intensif untuk mengontrol infeksi dan pengawasan terhadap kuman yang resisten. Obyektif: Penelitian ini untuk mengetahui profil bakteri, resistensi antibiotik dan analisa gas darah pada penyakit paru di ruang rawat intensif RS Dr. Moewardi Surakarta. Metode: Desain penelitian deskriptif retrospektif, data dari kultur mikrobiologi dan resistensi antibiotik sputum atau darah dan analisa gas darah pada pasien penyakit paru di ruang rawat intensif RS Dr. Moewardi Surakarta periode Mei 2011 April 2012. Hasil: Uji kultur dan resistensi antibiotik sputum atau darah pada 32 sampel. Kultur steril 23(72%), kultur tumbuh 9(28%). Bakteri terbanyak Pseudomonas aeruginosa 3(33%), Enterobacter cloacae 2 (22%), Klebsiella pneumonia 1(11%), Acinetobacter baumanni complex 1 (11%). Resistensi tertinggi pada amoxcicylin-clavulanic acid 7 (8,4%). Hasil analisa gas darah tertinggi adalah asidosis respiratorik 19 (63,3%), hipoksemia tertinggi dengan hipoksemia berat 12 (40%). Kesimpulan: Distribusi kuman pasien paru di ruang rawat intensif terbanyak Pseudomonas aeruginosa. Resistensi tertinggi terhadap amoxcicylin-clavulanic acid. Kata kunci: antibiotik, pola resistensi, analisa gas darah, penyakit paru

PENDAHULUAN Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia. 1 Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab penting dari morbiditas, mortalitas dan masalah ekonomi khususnya di ICU. Untuk menanggulanginya digunakan antibiotik. 2 Data dari National Nosocomial Infections Surveillance System sejak Januari 1989 sampai Juli 1998 di Amerika maka diperoleh delapan kuman terbanyak pada pasien ICU yaitu coagulase-negative staphylococci, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Enterococci sp, Enterobacter sp, Escherichia coli, Candida albicans, dan Klebsiella pneumoniae. 3 Penelitian yang dilakukan di ICU Rumah Sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001-2002 diketahui bahwa tiga terbesar kuman penyebab infeksi, yang termasuk gram negatif adalah Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Escherichia coli, sedangkan yang termasuk gram positif adalah Streptococcus β haemoliticus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Pola resistensi menunjukkan bahwa kuman tersebut mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampicillin, amoxicillin, penicillin G, tetracycline dan chloramphenicol. 4,5 Resistensi antibiotik dapat dicegah dengan pemberian terapi antibiotik yang tepat dan rasional. Terapi antibiotik dapat dilakukan secara empiris maupun definitif. Terapi antibiotik idealnya dilakukan secara definitif menunggu hasil kultur isolasi bakteri penyebab dan uji resistensinya. 6 Pemeriksaan kultur isolasi bakteri untuk memastikan penyebab infeksi dan uji resistensi terhadap antibiotik memerlukan fasilitas khusus dan waktu lama. Terapi antibiotik dapat diberikan secara empiris berdasarkan dugaan bakteri penyebab infeksi. Dugaan bakteri penyebab infeksi harus berdasarkan pola bakteri yang ada di daerah atau rumah sakit setempat. 4 Terapi empiris harus dilakukan secara rasional menggunakan antibiotik yang poten terhadap bakteri penyebab dan harus dilakukan deekskalasi bila terjadi perbaikan klinis serta hasil kultur dan uji resistensi telah ada. 6,7 Pola bakteri atau profil bakteri penyebab penyakit infeksi berkala mutlak diperlukan di suatu rumah sakit untuk memonitor bakteri penyebab infeksi dan resistensi antibiotiknya.

Kemajuan dalam bidang perawatan intensif dan pemakaian ventilator mekanik menyebabkan terjadinya peningkatan angka bertahan hidup serta jumlah penderita yang membutuhkan ventilasi jangka panjang untuk dukungan hidup. Ventilasi mekanik terutama digunakan pada pasien dengan gangguan respiratorik karena obat-obatan, penyakit atau keadaan lain yang menyebabkan pasien tidak dapat bernapas tanpa bantuan mesin. 8 Tindakan ventilasi mekanik untuk menurunkan kerja otot pernapasan. Ventilasi mekanik merupakan tindakan paling umum dilakukan pada bantuan hidup lanjut di ruang rawat intensif, karena pasien dan ventilator dapat dimonitor secara ketat. Hal ini yang menjadi alasan utama penderita diharuskan masuk ruang rawat intensif untuk mendapatkan dukungan ventilator dengan tujuan menurunkan kerja pernapasan dan memulihkan kembali keadaan hipoksemia atau asidosis respiratorik akut progresif. 8,9 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil bakteri, resistensi antibiotik pada penyakit paru dengan ventilator mekanik maupun tidak di ruang rawat intensif RS Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini juga akan memberikan pola resistensi antibiotik bakteri penyebab infeksi sehingga dapat menjadi acuan dalam pemberian terapi antibiotik empiris yang sesuai dengan penyakit infeksi yang ada. MATERI DAN METODE Penelitian deskriptif ini dilakukan secara prospective cohort terhadap semua pasien paru yang dirawat di ruang rawat intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama periode bulan Mei 2011 sampai April 2012. Sampel sputum diambil dari sputum pagi dan dikoleksi dalam pot sputum bertutup ulir setelah sebelumnya pasien berkumur dengan air matang. Sampel darah diambil pada pagi hari pada saat pasien awal masuk di ruang rawat intensif. Sputum dan darah yang terkumpul kemudian dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk dilakukan pembiakan atau kultur bakteri dan uji kepekaan antibiotik. Kultur bakteri dilakukan dengan menggunakan media agar darah dan Mc Conkey. Koloni bakteri yang tumbuh kemudian diproses dengan alat VITEK 2 Compact untuk mengetahui jenis bakteri dan kepekaannya terhadap antibiotik. Data yang diambil pada pasien dengan ventilator mekanik,

meliputi indikasi pemasangan ventilator mekanik dan kuman dari hasil kultur darah atau sputum. HASIL Sputum dan darah yang berhasil dikoleksi selama waktu penelitian sebanyak 32 sampel. Semua sampel dilakukan kultur bakteri dan uji kepekaan antibiotik. Dua puluh tiga sampel (72%) kultur tidak tumbuh/ steril dan kultur bakteri tumbuh pada 9 sampel (28%). Distribusi jenis kelamin pasien paru yang dirawat di ruang rawat intensif RS Dr. Moewardi Surakarta selama Mei 2011 sampai April 2012 adalah pasien paru laki-laki sebanyak 21 orang (66%) lebih banyak dibandingkan pasien paru perempuan 11 orang (34%) seperti pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik pasien paru di Unit Perawatan Intensif Umur (tahun) Kultur Kultur tumbuh steril Laki-laki Perempuan Jumlah 20 - - - - - 21-30 1 3 1 3 4 31-40 2 3 3 2 5 41-50 - 1 1-1 51-60 4 6 7 3 10 61-70 71 2-5 5 5 4 2 1 7 5 Jumlah 9 23 21 11 32 Persentase 28% 72% 66% 34% 100% Tabel 2 menunjukkan jenis isolat bakteri dari 9 kultur yang tumbuh. Bakteri gram negatif 7 (88%) lebih banyak daripada bakteri gram positif sebanyak 2 (22%). Gram positif terdiri dari 2 jenis bakteri yaitu Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus hominis dan Staphylococcus cohnii.

Tabel 2. Jenis isolat bakteri penyakit paru No Jenis bakteri (n= 9) Jumlah Bakteri gram positif 5 Staphylococcus cohnii 1 (11%) 6 Staphylococcus hominis 1 (11%) Jumlah 2 (22%) Bakteri gram negatif 1 Pseudomonas aeruginosa 3 (33%) 2 Enterobacter cloacae 2 (22%) 3 Klebsiella pneumonia 1 (11%) 4 Acinetobacter baumanni complex 1 (11%) Jumlah 7 (88%) Isolat terbanyak adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa 3(33%), Enterobacter cloacae 2 (22%), Klebsiella pneumonia 1(11%), Acinetobacter baumanni complex 1 (11%). Resistensi tertinggi pada amoxcicylin-clavulanic acid 7 (8,4%). Bakteri gram negatif mempunyai angka resistensi tertinggi terhadap amoxcicylin-clavulanic acid 6 (9,5%) dan bakteri gram positif mempunyai angka resistensi tertinggi terhadap vancomycin, nitrofurantoin dan linezolid 2 (10#). Resistensi antibiotik pada bakteri gram positif dan gram negatif lebih lengkap terdapat di tabel 3. Tabel 3. Resistensi antibiotik bakteri gram positif dan gram negatif ANTIBIOTIK GRAM POSITIF BAKTERI GRAM NEGATIF JUMLAH AMIKASIN 0(0%) 0(0%) 0(0%) GENTAMYCIN 1(5%) 1(1,6%) 2(2,4%) COLISTIN 1(5%) 0(0%) 1(1,2%) MOXIFLOXACIN 1(5%) 1(1,6%) 2(2,4%) OXYFLOXACIN 1(5%) 1(1,6%) 2(2,4%) TAZOBACTAM 0(0%) 1(1,6%) 1(1,2%) PIPERACILIN 0(0%) 1(1,6%) 1(1,2%) TRIGYCERIL 1(5%) 1(1,6%) 2(2,4%) VANCOMYCIN 2(10%) 1(1,6%) 3(3,6%) NITROFURANTION 2(10%) 1(1,6%) 3(3,6%) ERTAPENEM 0(0%) 1(1,6%) 1(1,2%)

IMIPENEM 0(0%) 1(1,6%) 1(1,2%) MEROPENEM 0(0%) 1(1,6%) 1(1,2%) LEVOFLOXACIN 0(0%) 2(3,2%) 2(2,4%) CEFOTAXIM 0(0%) 3(4,8%) 3(3,6%) CEFTAZIDIME 0(0%) 4(6,3%) 4(4,8%) CEFTRIAXON 0(0%) 2(3,2%) 2(2,4%) CEFEPIME 0(0%) 2(3,2%) 2(2,4%) AMOXCICYLIN 1(5%) 6(9,5%) 7(8,4%) CLAVULANIC ACID COTRIMOXAZOLE 1(5%) 4(6,3%) 5(6,0%) NETILMYCIN 1(5%) 3(4,8%) 4(4,8%) ASTREONAM 1(5%) 3(4,8%) 4(4,8%) AMPICILIN 1(5%) 5(7,9%) 6(7,2%) LINEZOLID 2(10%) 2(3,2%) 4(4,8%) CHLORAMPENICOL 1(5%) 3(4,8%) 4(4,8%) SULBACTAM 1(5%) 2(3,2%) 3(3,6%) TETRASIKLIN 1(5%) 3(4,8%) 4(4,8%) TOBRAMYCIN 0(0%) 2(3,2%) 2(2,4%) CEFOPERAZIL 1(5%) 3(4,8%) 4(4,8%) CIPROFLOXACIN 0(0%) 3(4,8%) 3(3,6%) JUMLAH 20(24%) 63 (76%) 83(100%) Isolat terbanyak bakteri gram positif adalah Staphylococcus hominis 14 isolat (70%), Staphylococcus cohnii 6 isolat (30%). Resistensi antibiotik terbanyak bakteri gram positif adalah vancomycin, nitrofurantoin dan linezolid sebesar 2 (10%) seperti yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi resistensi antibiotik dan isolat bakteri gram positif. ANTIBIOTIK Staph cohnii BAKTERI Staph hominis JUMLAH AMIKASIN 0(0%) 0(0%) 0(0%) GENTAMYCIN 1 (16,6%) 0(0%) 1(5%) COLISTIN 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) MOXIFLOXACIN 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) OXYFLOXACIN 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) TAZOBACTAM 0(0%) 0(0%) 0(0%) PIPERACILIN 0(0%) 0(0%) 0(0%) TRIGYCERIL 1 (16,6%) 0(0%) 1(5%) VANCOMYCIN 1 (16,6%) 1(7,1%) 2(10%) NITROFURANTION 1 (16,6%) 1(7,1%) 2(10%)

ERTAPENEM 0(0%) 0(0%) 0(0%) IMIPENEM 0(0%) 0(0%) 0(0%) NEROPENEM 0(0%) 0(0%) 0(0%) LEVOFLOXACIN 0(0%) 0(0%) 0(0%) CEFOTAXIM 0(0%) 0(0%) 0(0%) CEFTAZIDIME 0(0%) 0(0%) 0(0%) CEFTRIAXON 0(0%) 0(0%) 0(0%) CEFEPIME 0(0%) 0(0%) 0(0%) AMOXCICYLIN CLAVULANIC ACID 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) COTRIMOXAZOLE 1 (16,6%) 0(0%) 1(5%) NETILMYCIN 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) ASTREONAM 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) AMPICILIN 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) LINEZOLID 1 (16,6%) 1(7,1%) 2(10%) CHLORAMPENICOL 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) SULBACTAM 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) TETRASIKLIN 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) TOBRAMYCIN 0(0%) 0(0%) 0(0%) CEFOPERAZIL 0(0%) 1(7,1%) 1(5%) CIPROFLOXACIN 0(0%) 0(0%) 0(0%) JUMLAH 6(30%) 14(70%) 20(100%) Resistensi antibiotik bakteri gram negatif terbanyak adalah amoxicillin clavulanat 7 (7,8%). Isolat bakteri garam negatif yang terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa 3(42,9%), Enterobacter cloacae 2 (28,6%), Klebsiella pneumonia 1 (14,3%), Acinetobacter baumanni complex 1 (14,3). Hasil resistensi antibiotik pada bakteri gram negatif seperti pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi resistensi antibiotik dan isolat bakteri gram negatif. BAKTERI ANTIBIOTIK Pseu aer Enter clo Kleb pneu Acine bau comp JUMLAH AMIKASIN - - - - 0 GENTAMYCIN 2 - - - 2 COLISTIN - - 1-1 MOXIFLOXACIN 2 - - - 2 OXYFLOXACIN 2 - - - 2 TAZOBACTAM 2 - - - 2 PIPERACILIN 2 - - - 2 TRIGYCERIL 2 - - - 2 VANCOMYCIN 2 - - - 2 NITROFURANTION 3 - - - 3 ERTAPENEM 2 - - - 2 IMIPENEM 2 - - - 2 NEROPENEM 2 - - - 2 LEVOFLOXACIN 2-1 - 3

CEFOTAXIM 2-1 1 4 CEFTAZIDIME 3-1 1 5 CEFTRIAXON 2-1 - 3 CEFEPIME - - 1 1 2 AMOXCICYLIN 3 2 1 1 7 CLAVULANIC ACID COTRIMOXAZOLE 2-1 1 4 NETILMYCIN 3-1 1 4 ASTREONAM 3-1 - 4 AMPICILIN 3 1 1-5 LINEZOLID 2-1 - 3 CHLORAMPENICOL 3-1 - 4 SULBACTAM 2-1 - 3 TETRASIKLIN 3-1 - 4 TOBRAMYCIN 2-1 - 3 CEFOPERAZIL 3-1 - 4 CIPROFLOXACIN 2-1 1 4 JUMLAH 63 3 18 6 90 (70%) (3,3%) (20%) (6,7%) (100%) Pneumonia komunitas adalah diagnosis terbanyak penyakit paru di ruang rawat intensif yaitu sejumlah 9(28%) dengan hasil kultur bakteri gram positif 0(0%) dan gram negatif 3(34%). Isolat yang tumbuh pada pneumonia komunitas adalah Pseudomonas aeruginosa 1 isolat, Enterobacter cloacae 1 isolat, dan Klebsiella pneumonia 1 isolat. Hasil kultur bakteri untuk diagnosis penyakit paru dapat dilihat di tabel 6. Tabel 6. Distribusi penyakit paru dan isolat bakteri Bakteri POSITIF NEGATIF GRAM GRAM JML Diagnosis Steril Stap coh Stap hom JML Pseu aer Ente clo Kleb pneu Acine bau PNEUMONIA 6(66%) 0 0 0(0%) 1 1 1 0 3(34%) KOMUNITAS PNEUMONIA 4(80%) 0 0 0(0%) 1 0 0 0 1(20%) NOSOKOMIAL BRONKIECTASIS 1(100%) 0 0 0(0%) 0 0 0 0 0(0,0%) PPOK 5(72%) 1 0 1(14%) 1 0 0 0 1(14%) ASMA 3(100%) 0 0 0(0%) 0 0 0 0 0(0%) TB PARU 2(50%) 0 0 0(0%) 0 1 0 1 2(50%)

TUMOR 1(100%) 0 0 0(0%) 0 0 0 0 0(0%) EDEMA PARU 1(50%) 0 1 1(50%) 0 0 0 0 0(0%) JUMLAH 23(72%) 1 1 2(6%) 3 2 1 1 7(22%) Keterangan: Pseu aer: Pseudomonas aeruginosa, Ente clo: Enterobacter cloacae, Kleb pneu: Klebsiella pneumonia, Acinetobacter baumanni complex, Stap coh: Straphylococcus cohnii, Stap hom: Staphylococcus hominis. Penderita yang dirawat di ruang rawat intensif RS DR Moewardi Surakarta periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dari hasil analisa gas darah tertinggi saat awal masuk adalah asidosis respiratorik 19 (63,3%), alkalosis respiratorik 7(23,3%), asidosis respiratorik mix metabolik 3 (10%).

DISKUSI Profil bakteri penyakit paru pada penelitian ini lebih dominan bakteri gram negatif yaitu 75,3% dibandingkan bakteri gram positif 24,7%. Bakteri terbanyak yang ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa 5 isolat (32%). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian tahun 2009 yang dilakukan di ruang rawat intensif RS Dr. Kariadi Semarang bahwa kuman terbanyak penyebab infeksi ditunjukkan oleh Enterobacter aerogenes (34%), Staphylococcus epidirmidis (17%), Escherichia coli (15%), Pseudomonas aeruginosa (10%), Candida spp. (9%) dan Acinobacter spp. (8%). Pola kepekaannya menunjukkan bahwa kuman mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampicillin, cefotaxime, tetracycline, chloramphenicol dan ciprofloxacin. 10 Penelitian lain tahun 2004 di ruang rawat intensif RSUP Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta menunjukkan hasil Pseudomonas(10%), Klebsiella Pneumonia (20,42%), Acinobacter (8%), Stapylococcus (13,38%), Enterobacter (12,68%). Resistensi tertinggi terhadap gentamicin, ticarsilin, amikasin, cefepim dan trimetropin sulfametoxazol. 11 Dukungan ventilator mekanik biasanya dibutuhkan pada penderita dengan sakit berat. Walaupun ditujukan untuk kelangsungan hidup, tindakan ini bersifat invasif, mahal dan berhubungan dengan berbagai komplikasi. Pengurangan waktu dukungan ventilator mekanik merupakan pendekatan yang bermanfaat, baik untuk memperbaiki perawatan penderita dan juga mengurangi biaya perawatan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Esteban dkk., pada tahun 2000 dengan melibatkan 1.638 penderita dari delapan negara menyebutkan bahwa indikasi tindakan ventilasi mekanik meliputi gagal napas akut (66%), koma (15%), eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronik (13%) dan gangguan neuromuskular (5%). Kelainan yang tercakup dalam kelompok pertama meliputi sindron distres pernapasan akut, gagal jantung, pneumonia, sepsis, komplikasi tindakan bedah dan trauma. 12 Pada penelitian ini diketahui bahwa penggunaan ventilator paling banyak pada penderita yang mengalami gagal napas akut karena pneumonia komunitas. Ventilasi mekanik sebaiknya dihentikan secepat mungkin, dengan cara weaning, dengan asumsi bahwa dengan pemasangan ventilator mekanik penderita

menjadi tergantung terhadap ventilasi dan ketergantungan tersebut harus dikurangi secara bertahap. SIMPULAN Penderita penyakit paru di ruang rawat intensif RSUD dr. Moewrdi Surakarta lebih banyak laki-laki dari pada perempuan, usia terbanyak antara 61-70 th. Isolat bakteri terbanyak yang didapat dari kultur sputum atau darah adalah Pseudomonas aeruginosa. Resistensi terbanyak terhadap moxifloxacin, oxcifloxacin, tobramycin, sulbactam, netilmycin, ampicilin dan cefoperazil. Penggunaan ventilator mekanik tertinggi pada pneumonia komunitas, dengan kuman terbanyak Pseudomonas aeruginosa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemilihan antibiotik secara empiris pada penyakit paru di RSUD Dr. Moewardi Surakarta khususnya di ruang rawat intensif. Penelitian profil bakteri dan resistensi antibiotik sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan karena profil bakteri dan resistensi antibotik selalu berubah dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA 1. Asian Hospital and Healthcare Management. The chalenges of intensive care. 2004. Available at: from:http://www.asianhhm.com/medical_scienceensivecare.htm. Accessed: Nov 28 th 2011 2. Jamshidi M, Javadpour S, Eftekhari TE, Moradi N, Jomehpour F. Antimicrobial resistance pattern among intensive care unit patients. African Journal Microbiology Research 2009;3:590-4. 3. Fridkin SK, Gaynes RP. Antimicrobial resistance in intensive care units. Clinics in Chest Medicine 1999;20:303-15. 4. Refdanita, Maksum R, Nurgani A, Endang P. Pola kepekaan kuman terhadap anibiotika di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001-2002. Makara Kesehatan 2004;8:41-8. 5. Jawetz E, Melnick J, Adelberg E. Mikrobiologi Kedokteran. Trans. Sjabana D (editor). Edisi 1. Jilid I. Jakarta: EGC; 2005. 6. Agus S., Ikanungsih, Conny R.T., Aryani K., Tjahyani M.S., Pratiwi S. Pola kuman infeksi saluran pernafasan bawah dan kepekaannya terhadap berbagai antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran 2002;137:38-41. 7. Guntur H. The emperical antibitic treatment in sepsis. In: National Symposium: The 3 rd Indonesian National SEPSIS Forum 2009; 114-26. 8. Luce JM. Reducing the use mechanical ventilation. N Engl J Med 1996;334:1916-7. 9. Cook D, Rocker D. Withdrawal of mechanical ventilation in anticipation of death in the intensive care unit. N Engl J Med 2003;349:1123-32. 10. Setiawan MW, Pujo JL, Lestari ES. Pola kuman pasien yang dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit umum pusat Dr. Kariadi. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010. 11. Anadita.Pola resistensi bakteri di intensive care unit rumah sakit umum pusat Dr. Ciptomangunkusumo. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009. 12. Esteban A, Anzueto A, Alia I. How is mechanical ventilation employed in the intensive care unit? An international utilization review. Am J Respir Crit Care Med 2000;161:1450-8.