BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL 3.1 Survey Lokasi Langkah awal untuk merancang dan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) harus dilakukan Survey lokasi tempat PLTS tersebut akan dipasang, sebagai dasar apakah PLTS tersebut memungkinkan dapat di pasang dan menghasilkan daya maksimal yang di butuhkan untuk mensupplai beban di lokasi tersebut. Adapun alat ukur yang digunakan terlihat pada tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1 Alat Ukur yang digunakan untuk pengukuran data No. Nama Alat ukur Fungsi 1 Meteran (100 Meter) Untuk mengukur luas lokasi site 2 GPS 3 Solar Power Meter / Solarimeter/ Phyranometer 4 Anemometer 5 Termohygrometer 6 Tang Ampere / Multimeter 7 Solar Pathfinder Untuk mengukur Titik kordinat lokasi site, Arah mata Angin, ketinggian dari permukaan laut, Azimuth (Kemiringan Site),Tracking dll Untuk Mengukur Intensitas Matahari (W/m 2 ) Untuk Mengukur Kecepatan Angin (m/s) dan Arah angin Untuk mengukur suhu ( o C) dan Kelembaban udara (%) Untuk mengukur Tegangan(Volt), Arus (A), Tahanan (Ohm). Untuk mengukur shading/bayangan benda yang menghalangi sinar matahari. 60
61 8 Kompas Untuk mengukur arah mata angin dan Azimuth 3.1.1 Menentukan Titik Kordinat Langkah pertama untuk mengetahui posisi lokasi yang akan kita datangi adalah dengan menentukan titik kordinat posisi lokasi tersebut, kemudian dapat kita lihat dengan bantuan Google Earh letak posisi lokasi yang kita cari seperti terlihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Lokasi Site Bukit Ketok Kemudian setelah kita mengetahui posisi lokasi yang kita cari, untuk mengetahui Titik kordinat, ketinggian lokasi, untuk itu kita menggunakan GPS. Seperti terlihat pada gambar 3.2a dan 3.2b di bawah ini.
62 Titik Kordinat 01 o 41 12.9 LS 105 o 44 35.8 BT Ketinggian 26 Mdpl Gambar 3.2a Menunjukkan titik kordinat dan ketinggian lokasi terhadap permukaan laut Titik Kordinat 01 o 41 12.9 LS 105 o 44 35.8 BT Gambar 3.2b Menunjukkan titik kordinat lokasi 3.1.2 Menentukan Arah mata Angin Untuk mengetahui arah mata angin di lokasi tersebut, untuk itu digunakan Kompas untuk mengetahui arah utara, selatan, timur
63 dan barat serta menentukan Azimuth titik Lokasi terhadap Arah mata angin. Seperti terlihat pada gambar 3.3 di bawah ini. Gambar 3.3 Menunjukan Posisi Arah Mata Angin dan Azimuth 16 o Setelah itu kita dapat membuat layout lokasi dari hasil pengukuran kompas yang didapat sesuai dengan arah mata angin dan nilai Azimuthnya. 3.1.3 Pengukuran luas lahan Dalam pembahasasan skripsi ini, untuk lokasi yang akan dipasang sistem PLTS adalah lokasi BTS Telkomsel existing yang selama ini hanya menggunakan Genset sebagai supplai Utama di lokasi Bukit Ketok (SLT004) Propinsi Bangka Belitung. Pengukuran yang dilakukan adalah menentukan luas lokasi site dan jarak antara peralatan existing yang sudah terpasang dilokasi untuk menentukan apakah PLTS dapat di pasang di lokasi tersebut. Setelah mendapatkan hasil pengukuran, buat layout lokasi terebut seperti pada gambar 3.4 dibawah ini.
64 Gambar 3.4 Layout lokasi Bukit Ketok 3.1.4 Pengukuran Intensitas Matahari Pengukuran besarnya Intensitas Matahari (W/m 2 ) dilakukan selama 1 hari dengan interval 1 Jam dari Pukul 06:00 sampai dengan 17:00 dengan menggunakan Solar Power meter seperti pada gambar 3.5 dibawah ini Pukul 06:00 Pukul 07:00
65 Pukul 08:00 Pukul 09:00 Pukul 10:00 Pukul 11:00 Pukul 12:00 Pukul 13:00 Pukul 14:00 Pukul 15:00
66 Pukul 16:00 Pukul 17:00 Gambar 3.5 menunjukkan Pengukuran intensitas Matahari Data Pengukuran Intensitas Matahari yang di dapat selama 1 hari dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini. Tabel 3.2 Menunjukan hasil Pengukuran intensitas Matahari No Jam Intensitas Matahari (W/m2) Keterangan 1 6:00 61.8 Cerah 2 7:00 101.5 Cerah 3 8:00 155.4 Cerah 4 9:00 342 Cerah 5 10:00 617 Cerah 6 11:00 1005 Cerah 7 12:00 935 Cerah 8 13:00 907 Cerah 9 14:00 447 Cerah 10 15:00 728 Cerah 11 16:00 745 Cerah 12 17:00 278 Cerah Rata - Rata 526.89 Kemudian didapat kurva hasil pengukuran Intensitas Matahari dapat dilihat pada gambar 3.6 dibawah ini.
67 Gambar 3.6 menunjukkan kurva hasil Pengukuran Intensitas matahari 3.1.5 Pengukuran Kecepatan Angin Pengukuran besarnya Kecepatan Angin(m/s) dilakukan selama 2 hari dengan interval 1 Jam dari Pukul 06:00 sampai dengan 17:00 dengan menggunakan Alat ukur Anemometer seperti pada gambar 3.7 dibawah ini Pukul 06:00 Pukul 07:00 Pukul 08:00 Pukul 09:00
68 Pukul 10:00 Pukul 11:00 Pukul 12:00 Pukul 13:00 Pukul 14:00 Pukul 15:00 Pukul 16:00 Pukul 17:00 Gambar 3.7 menunjukkan Pengukuran Kecepatan Angin
69 Data Pengukuran Kecepatan Angin yang di dapat selama 1 hari dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini. Tabel 3.3 Menunjukan hasil Pengukuran Kecepatan Angin No Jam Kecepatan Angin (m/s) Keterangan 1 6:00 0.0 Cerah 2 7:00 0.0 Cerah 3 8:00 0.0 Cerah 4 9:00 0.5 Cerah 5 10:00 0.8 Cerah 6 11:00 0.8 Cerah 7 12:00 0.8 Cerah 8 13:00 0.8 Cerah 9 14:00 1.0 Cerah 10 15:00 0.0 Cerah 11 16:00 0.8 Cerah 12 17:00 0.0 Cerah Rata - Rata 0.458 Kemudian didapat kurva hasil pengukuran Intensitas Matahari dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah ini. Gambar 3.8 menunjukkan kurva hasil Pengukuran Kecepatan Angin
70 3.1.6 Pengukuran Suhu & Kelembaban udara Pengukuran besarnya Suhu ( o C) dan Kelembaban udara (%r.h) dilakukan selama 1 hari dengan interval 1 Jam dari Pukul 06:00 sampai dengan 17:00 dengan menggunakan Alat ukur Termohygrometer seperti pada gambar 3.9 dibawah ini Pukul 06:00 Pukul 07:00 Pukul 08:00 Pukul 09:00 Pukul 10:00 Pukul 11:00 Pukul 12:00 Pukul 13:00
71 Pukul 14:00 Pukul 15:00 Pukul 16:00 Pukul 17:00 Gambar 3.9 menunjukkan Pengukuran Suhu & Kelembaban udara Data Pengukuran Kecepatan Angin yang di dapat selama 1 hari dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini. Tabel 3.4 Menunjukan hasil Pengukuran Suhu & Kelembaban Udara No Jam Suhu Kelembaban Uara Keterangan ( o C) (%) 1 6:00 26 98 Cerah 2 7:00 27 97 Cerah 3 8:00 31 87 Cerah 4 9:00 34 77 Cerah 5 10:00 32 77 Cerah 6 11:00 36 72 Cerah 7 12:00 35 71 Cerah 8 13:00 35 71 Cerah 9 14:00 35 70 Cerah 10 15:00 35 71 Cerah 11 16:00 33 75 Cerah 12 17:00 31 76 Cerah Rata - Rata 32.5 78.5
72 Kemudian didapat kurva hasil pengukuran Intensitas Matahari dapat dilihat pada gambar 3.10 dibawah ini. Gambar 3.10 menunjukkan kurva hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban udara. 3.1.7 Pengukuran Beban Perangkat BTS Telkomsel Pengukuran Tegangan dan Arus dilakukan Pada saat perangkat BTS di suplai dengan baterai. Sesuai Pengukuran Manual ( Menggunakan Tang Ampere ) (tidak termasuk lampu tower & Lampu Penerangan) Tegangan Baterai : 48,6 Volt Total Arus Perangkat BTS : 38,7 A Total Daya Perangkat BTS : 1880,8 Watt 3.2 Perancangan sistem kapasitas PLTS berdasarkan perhitungan Sistem PLTS dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanpa baterai dan yang menggunakan baterai (Strong,Steven J and Wiliam G. Scheller, 1993). Pada penelitian ini akan dibahas mengenai sistem PLTS yang menggunakan baterai sebagai penyimpan energi listrik. Sistem PLTS ini dapat diterapkan pada BTS Makrosel Telkomsel. Serta menganalisis
73 faktor yang mempengaruhi besarnya energi listrik yang dihasilkan sel surya berkaitan dengan waktu kerja sistem PLTS. Pada sistem PLTS yang akan dirancang, terdiri dari Array Photovoltaic, Regulator (Charger Controller), Baterai dan Inverter. Sistem yang akan dirancang menggunakan prinsip kerja satu arah, yaitu dalam satu waktu tertentu beban hanya dipasok oleh sel surya saja (sebagai contoh keadaan pada pagi hari sampai sore hari), kemudian pada waktu yang lain beban hanya dipasok dari sumber baterai yang sudah di charging penuh pada saat sistem yang dipasok oleh sel surya bekerja (sebagai contoh keadaan pada malam hari). Gambar 3.8 menjelaskan sistem PLTS yang akan dirancang. Array BCR Inverter Beban Baterai Gambar 3.11 Sistem PLTS 3.2.1 Beban Total pada BTS Makrosel Telkomsel Langkah awal dalam perancangan sistem PLTS pada BTS makrosel Telkomsel adalah penentuan beban harian pada BTS makrosel Telkomsel. Dari penentuan beban total harian tersebut akan didapatkan kurva beban listrik harian pada BTS makrosel Telkomsel. Beban total harian merupakan jumlah energi yang dibutuhkan oleh beban listrik pada BTS Makrosel Telkomsel setiap harinya. Beban terpasang, daya terpasang, lama penggunaan beban, serta kebutuhan energi setiap hari pada BTS makrosel Telkomsel dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.
74 a. Peralatan AC (220 V) Tabel 3.5. Data Beban Pada BTS makrosel Telkomsel. No Item Jumlah Daya (Watt) Waktu Energi (Unit) Satuan Total (hour) (Wh/day) 1 Penerangan Rumah Baterai 1 15 15 12 180 2 Lampu Indikator OBL 2 20 40 12 480 3 Stop Kontak 1 100 100 4 400 Jumlah Beban AC 1060 Efisiensi Inverter 95% Ekivalen Beban DC (AC) 1115 b. Peralatan DC (48 V) No Item Jumlah Daya (Watt) Waktu Energi (Unit) Satuan Total (hour) (Wh/day) 1 Perangkat BTS (Radio) 1 1500 1500 24 36000 2 Transmission Link 1 250 250 24 6000 Ekivalen Beban DC (DC) 42000 Total Beban Ekivalen AC + DC 43115 *keterangan : Data dari BTS Makrosel Telkomsel site Bukit Ketok, Propinsi Bangka Belikung. Total Arus Beban dalam 1 hari : I Beban (dlm 1 hari) = Total Energi / (Teg.Beban x 24 Jam) = 43115 Wh / (48 V x 24 Jam) = 37,4 Amp Setelah menentukan kebutuhan beban total harian, didapatkan kurva beban harian. Kurva beban listrik harian BTS Makrosel Telkomsel dapat dilihat pada gambar.3.12
75 Gambar 3.12 Kurva Beban Listrik harian BTS Makrosel Telkomsel 3.2.2 Beban Sistem yang Disuplai Penentuan kebutuhan total beban BTS Makrosel Telkomsel merupakan langkah awal dalam merancang sistem PLTS. Penentuan kebutuhan total beban harian telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pada sistem PLTS yang dirancang, PLTS mensuplai sebesar 100% dari energi keseluruhan. Besar energi beban yang akan disuplai oleh PLTS adalah sebesar : E A = 100% x E B = 100% X 43115 Wh = 43115 Wh Asumsi rugi-rugi (losses) pada sistem dianggap sebesar 15%, karena keseluruhan komponen sistem yang digunakan masih baru (Mark Hankins, 1991 : 68). Total energi sistem yang disyaratkan adalah sebesar : E T = E A + rugi-rugi sistem = E A + (15% x E A ) = 43115 Wh + (15% x 43115) = 49582 Wh Jadi total energi sistem yang disyaratkan sebesar 49582 Wh.
76 3.2.3 Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya Kapasitas daya modul sel surya dapat diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa faktor, yaitu kebutuhan energi sistem yang disyaratkan, insolasi matahari, dan faktor penyesuaian (adjustment factor). Kebutuhan energi sistem yang disyaratkan telah dihitung dalam bahasan sebelumnya, yaitu sebesar 49582 Wh. Insolasi matahari bulanan yang terendah adalah pada bulan Desember yaitu 4,00 (sumber NASA terlampir). Diambil data insolasi matahari yang terendah dikarenakan agar PLTS dapat memenuhi kebutuhan beban setiap saat. gambar 3.13 berikut merupakan kurva insolasi matahari untuk daerah Bangka Belitung (Bukit Ketok), pada titik lintang Selatan (Latitude) -1.683 0 N dan titik Bujur Timur (Longitude) 105,733 0 E, Indonesia dalam kurun waktu satu tahun. Gambar.3.13. Kurva insolasi Matahari Bulanan untuk daerah Bangka Belitung (Bukit Ketok) Faktor penyesuaian pada kebanyakan instalasi PLTS adalah 1,1 (Mark Hankins, 1991 Small Solar Electric System for Africa page 68). Kapasitas daya modul surya yang dihasilkan adalah :
77 E T = x Faktor Penyesuaian Insolasi Matahari 49582 Wh = x 1,1 = 13635 Wp 4,00 h 3.2.4 Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator (BCR) / Controller Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari BCR. Kapasitas arus yang mengalir pada BCR dapat ditentukan dengan mengetahui beban maksimal yang terpasang. Beban maksimal yang terjadi sebesar 12081 W dengan beban maksimal tegangan sistem adalah 48 Volt, maka kapasitas arus yang mengalir di BCR adalah : I maks = P maks / Vs = 13635 W/ 48 V = 284 A Jadi Kapasitas BCR yang digunakan harus lebih besar dari 284 A. 3.2.5 Perhitungan Kapasitas Baterai. Satuan energi (dalam WH) dikonversikan menjadi Ah yang sesuai dengan satuan kapasitas baterai sebagai berikut : AH = ET / Vs = 49582 Wh / 48 V = 1033 Ah Hari otonomi yang ditentukan adalah tiga hari, jadi baterai hanya menyimpan energi dan menyalurkannya pada hari itu juga. Besarnya deep of discharge (DOD) pada baterai adalah 80% (Mark Hankins, 1991 : 68). Kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah : Cb = (AH x 3) / DOD = (1033 x 3) / 0,8 = 3873 Ah
78 Lama Pengisian / charging Baterai : Waktu (t) dalam Jam = Kapasitas Baterai / Arus Pengisian = 3873 Ah / 284 A = 13 Jam Lama Back up Baterai / Discharge baterai : Waktu (t) dalam Jam = Kapasitas Baterai / Arus Beban = 3873 Ah / 37,4 A = 103 Jam ( ± 4 Hari) 3.2.6 Perhitungan Inverter Spesifikasi inverter harus sesuai dengan Battery Charge Regulator (BCR) yang digunakan. Berdasarkan tegangan sistem dan perhitungan BCR, maka tegangan masuk (input) dari inverter 48 VDC. Tegangan keluaran (output) dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati inverter sebesar : I inv = 155 W / 220 V = 0,7 A 3.3 Kapasitas PLTS Terpasang 3.3.1 Modul Surya. Modul sel surya yang digunakan memiliki produk merk Solar World, dengan type SW170 (data spesifikasi pada lampiran 1) dengan spesifikasi teknis terlihat pada table 3.6 dibawah ini. Table 3.6 Data Spesifikasi teknis Modul Solar Cell NO ITEM SATUAN 1 Daya maksimum (Pmax) 170 Wp 2 Toleransi Daya ± 3 % 3 Tegangan Open Circuit (Voc) 44,2 Volt 4 Maximum Power Point Voltage (Vmpp) 5 Maximum Power Point Current ( Impp) 35,5 Volt 4,79 A
79 6 Arus hubung singkat ( Isc) 5,2 A Dari data teknis peralatan diketahui besar tegangan Maksimum modul solar cell (PV) sebesar 35,5 Volt, tegangan beban (Vbeban) sebesar 48 Volt dan Arus maksimum(imp) sebesar 4,79 A sedangkan kapasitas daya listrik setiap modul PV pada kondisi standar adalah 170 Wp (Watt Peak) Dari data diatas dapat diperoleh jumlah modul PV yang dihubungkan seri sebanyak : = 48 / 35,5 = 1,35 jadi yang dignakan 2 Modul PV Tegangan maksimum(vmp) tanpa beban sebesar : Jumlah seri (Js) x Tegangan Maks (Vmp) per modul = 2 x 35,5 = 71 Volt Arus beban yang mengalir sebesar : Vbeban J s VMax Daya maks (Pmax) beban / Teg maks tanpa beban = 13635 Wp / 71 Volt = 192 A Berdasarkan arus beban yang mengalir, maka jumlah modul yang dihubungkan parallel sebanyak : Arus beban yang mengalir / Arus maksimum per modul = 192 A / 4,79 A = 40 jadi 40 Modul. Sehingga daya total yang dihasilkan dari sistem ini sebesar : Arus beban x Teg maks tanpa beban = 192 x 71 = 13632 Wp Jadi jumlah modul solar cell (PV) yang digunakan sebayak 2 modul yang terhubung seri, dan 40 modul yang terhubung parallel jadi jumlah total seluruh modul yang digunakan dalam sistem ini sebanyak (2 x 40) = 80 Modul solar cell dengan kemampuan daya maksimum per modul sebesar 170 Wp, sehingga modul solar cell (PV) memberikan daya maksimum ke beban sebesar 80 x 170 Wp =
80 13600 Wp. Seperti terlihat pada Gambar 3.14 dibawah ini.( detail layout dan proposed solar cell terlihat pada lampiran 2) Gambar 3.14 Proposed Modul Solar cell yang digunakan 3.3.2 Baterai. Sesuai dengan hasil perhitungan, Kapasitas baterai yang dibutuhkan sebesar 3873 Ah, jadi kapasitas baterai yang digunakan sesuai dengan produk baterai merk BAE di pasaran adalah 2000 Ah, dengan Tegangan 2V (data spesifikasi pada lampiran 3). karena tegangan sistem yang digunakan adalah 48V, maka baterai yang digunakan sebanyak 48 buah, dipasang secara seri sebanyak 24 buah. Dan di pasang secara parallel 2 Bank system 48 Volt. Jadi total kapasitasnya menjadi 4000 Ah. Dapat dilihat pada gambar 3.15 di bawah ini.
81 Gambar 3.15 Menunjukkan Baterai yang digunakan 3.3.3 Battery Charger Regulator (BCR) / Controller. Battery Charger Regulator (BCR) mempunyai dua fungsi utama. Fungsi pertama sebagai titik pusat sambungan ke beban, modul sel surya dan baterai. Fungsi kedua adalah sebagai pengatur sistem agar penggunaan daya listriknya aman dan efektif, sehingga semua komponen-komponen sistem aman dari perubahan level tegangan. BCR yang digunakan adalah merk Apollo T-80HVdengan kapasitas 80 A per modul yang di jual dipasaran (data spesifikasi teknis dapat dilihat pada lampiran 4), sehingga untuk memenuhi besarnya arus yang dibutuhkan sebesar 284 A, maka modul controller yang di pasang sebanyak : 284 A / 80 A = 3,55 A jadi modul controller yang dipasang sebanyak 4 Buah,Tegangan masukan DC 48V, seperti terlihat pada gambar 3.16 di bawah ini.
82 Gambar 3.16 menunnjukkan BCR/ Controller & Junction Box yang digunakan. 3.3.4 Inverter Inverter berfungsi untuk merubah arus dan tegangan listrik DC (Direct Current) yang dihasilkan Array PV menjadi arus dan tegangan listrik AC (Alternating Current). Inverter yang digunakan adalah inverter merk STECA dengan kapasitas 2A, daya 400 VA Tegangan masukan DC 48V, dan Tegangan keluaran AC 220V. seperti terlihat pada gambar 3.17 di bawah ini (data spesifikasi teknis pada lampiran 5) Gambar 3.17 Menunnjukkan Inverter yang digunakan
83 3.4 Kontinuitas sistem PLTS Kapasitas masing-masing komponen sistem PLTS telah diperhitungkan pada pembahasan sebelumnya. Apabila setiap komponen yang terpasang telah memenuhi spesifikasi dalam perhitungan, maka kontinuitas sistem PLTS untuk BTS makrosel Telkomsel dapat terpenuhi. Pada Tabel 3.7 perbandingan antara kapasitas masing-masing komponen dalam perhitungan dan kapasitas yang terpasang pada sistem PLTS untuk BTS Makrosel Telkomsel. Tabel 3.7 Perbandingan kapasitas terpasang dan terhitung. Kapasitas yang Kapasitas yang terpasang Peralatan PLTS ditentukan Modul Sel Surya 13635 Wp 13600 Wp (80 x 170 Wp) Baterai 3873 Ah 4000 Ah BCR 284 A 320 A Inverter 0,7 A 2 A Dari tabel 3.7 masing-masing peralatan sistem PLTS untuk BTS makrosel Telkomsel telah memenuhi persyaratan, sehingga kontinuitas sistem PLTS untuk BTS Makrosel Telkomsel dapat terjamin. 3.5 Analisis kapasitas PLTS berdasarkan Tingkat Insolasi Matahari 3.5.1 Beban yang mampu disuplai. Perancangan sistem PLTS yang direncanakan,sistem PLTS mampu mensuplai listrik 100% dari beban total selama satu hari, yang disesuaikan kapasitas modul PLTS, dan dari pengambilan data insolasi terendah yaitu 4,00, maka kapasitas modul surya dapat mensuplai beban sebesar 13635 W ( hasil perhitungan kapasitas modul surya dengan menggunakan data insolasi terendah ). Kapasitas modul surya yang didapat tersebut berkaitan dengan pengambilan data insolasi matahari, merupakan data insolasi yang terendah. Apabila yang diambil data insolasi yang tertinggi dan
84 kapasitas modul tetap sebesar 13635 W, maka besar beban yang dapat disuplai akan berbeda. Berikut akan dianalisa apabila data insolasi matahari yang diambil adalah yang tertinggi, yaitu 5,47 (berdasarkan data NASA pada lampiran 6), maka besar beban yang dapat disuplai dapat diketahui yaitu sebesar : Kapasitas Daya Modul Surya x Insolasi matahari E T = Faktor Penyesuaian 13635 x 5,47 = 1,1 = 67803 Wh E = E A + Rugi-rugi sistem = E A + ( 15% x E A ) Maka, E A = E T / 1,15 = 67803 Wh / 1,15 = 58959 Wh E A = % x E B % = E A / E B = 58959 Wh / 43115 Wh x 100% = 136 % Energi beban yang dapat disuplai sistem PLTS dengan data insolasi matahari yang tertinggi adalah sebesar 136% dari energi keseluruhan. 3.5.2 Energi yang dihasilkan Modul Salah satu faktor yang dapat menentukan daya keluaran modul surya adalah tingkat insolasi matahari yang diterima oleh Modul. Hasil keluaran (output) maksimum dari modul surya dapat ditentukan.
85 Rating modul surya berdasarkan kapasitas modul yang terpasang adalah 13600 Watt. Berikut ini akan dianalisa energi yang dihasilkan oleh modul surya berkaitan dengan data insolasi matahari yang terendah dan yang tertinggi. Apabila data yang digunakan adalah data insolasi matahari yang terendah, yaitu 4,00 maka energi yang dihasilkan modul dapat dihitung sebagai berikut : Eout = Ei x insolasi Matahari = 13600 W x 4,00 = 54400 Wh Energi yang dihasilkan modul adalah 54400 Wh. Apabila data yang digunakan adalah data insolasi matahari yang tertinggi, yaitu 5,47 Maka energi yang dihasilkan modul dapat dihitung sebagai berikut : Eout = Ei x insolasi Matahari = 13600 W x 5,47 = 74392 Wh Energi yang dihasilkan modul adalah 74392 Wh. 3.5.3 Perbandingan berdasarkan tingkat Insolasi matahari Pada Tabel 3.4. dapat dilihat perbandingan antara besar beban yang mampu disuplai oleh PLTS dan energi yang dihasilkan oleh modul berdasarkan tingkat insolasi matahari yang terendah dan tingkat insolasi matahari yang tertinggi. Semakin tinggi tingkat insolasi matahari, maka beban yang mampu disuplai PLTS dan energi yang dihasilkan modul surya akan lebih besar.
86 Tabel 3.8 Perbandingan tingkat insolasi matahari terendah dan tertinggi. Tingkat Insolasi Terendah 4,00 Tingkat insolasi Tertinggi 5,47 Beban yang mampu di suplai PLTS 100% 136% Energi yang dihasilkan Modul Surya 54400 Wh. 74392 Wh. 3.6 Perancangan Rangka Support Dudukan Solar Cell Dalam membuat rangka support dudukan solar cell ada beberapa hal yang harus di ketahui adalah dimensi Modul solar cell yang digunakan, jumlah modul surya yang digunakan, dan Luas Lahan yang tersedia sehingga Rangka support dudukan solar cell dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada. Seperti terlihat pada Gambar 3.18a-e dibawah ini. Gambar 3.18a desain Pondasi rangka support solar cell
87 Gambar 3.18b desain rangka support solar cell Tampak atas Gambar 3.18c desain rangka support solar cell Tampak samping
88 Gambar 3.18d desain rangka support solar cell Tampak Depan Gambar 3.18e Proposed Layout penempatan solar cell
89 3.7 Perancangan Rumah Baterai Rumah baterai dibuat sebagai tempat penempatan Baterai agar terhindar dari hujan, panas dan pengaruh dari lingkungan luar yang dapat merusak baterai tersebut. Seperti terlihat pada gambar 3.19a-b di bawah ini. Gambar 3.19a Desain Rumah Baterai tampak samping dan Atas
Gambar 3.19b Desain Rumah Baterai tampak Depan dan Belakang 90