TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

dokumen-dokumen yang mirip
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

Hama penyakit utama tanaman kopi

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi (Gambar 1) termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom. divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

HUBUNGAN PERSENTASE SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.(Coleoptera: Scolytidae)) di KECAMATAN BETARA TANJUNG JABUNG BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Puerto Rico juga telah terdapat hama ini (Vega et al., 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

BAB III BAHAN DAN METODE. dan Desa Nagasaribu), dan Kecamatan Paranginan (Desa Paranginan Selatan, Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

JENIS HAMA DAN TEHNIK PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

setelah peletakan dan menetas pada umur hari. Dalam penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insekta : Coleoptera : Scolytidae : Hypothenemus : Hypothenemus hampei Ferr. PBKo sangat berbahaya karena berkembang biak sangat cepat dan jumlah banyak sekali. Dalam 1 tahun, keturunan dari 1 ekor betina berjumlah 100.000 (seratus ribu) ekor. Dalam 2-3 tahun, semua buah bisa terserang sehingga tidak ada lagi biji yang dapat dipanen. Siklus hidup (life cycle, dari telur ke dewasa) PBKo hanya 24-45 hari (tergantung cuaca). Satu betina bertelur sebanyak 35-50 butir yang terdiri dari 33-46 (92%) betina (Malau et al., 2012). (a) (b) Telur pada buah kopi Larva pada buah kopi Gambar 1 : (a) Telur Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (b) Larva Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Burbano et al., 2010)

Dua hari setelah memasuki buah, betina sudah bertelur. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung (Gambar 1a). Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas menjadi larva dalam 5-9 hari. Lama stadium larva penggerek biji kopi berkisar 10-26 hari. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi (Gambar 2) (Hindayani et al., 2002). Larva yang baru menetas berada dalam gerekan yang dibuat oleh imago dan makan dari biji kopi (Wiryadiputra, 2007). Telur menetas menjadi larva Gambar 2 : Larva Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010) Larva penggerek buah kopi (Gambar 2) yang menetas akan segera menggerek keping biji (endosperma) kopi yang telah mengeras dan berkembang sampai menjadi dewasa pada liang gerekan dalam buah kopi. Larva penggerek biji kopi menjadi pupa atau kepompong didalam buah atau biji kopi. Masa prapupa 2 hari dan lama stadium pupa 4 sampai 9 hari (Gambar 3) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam Manurung, 2008).

Pupa berada di dalam biji kopi Gambar 3 : Pupa Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010) Dari pupa (Gambar 3) akan keluar serangga dewasa (imago) jantan dan betina. Imago betina dapat terbang, sedangkan imago jantan tetap tinggal pada liang gerekan dalam biji. Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan (Gambar 4). Panjang tubuh serangga betina 2 mm, sedang jantan lebih kecil 1.2 mm, perbandingan antara betina dan jantan rata-rata 10 : 1 (Prastowo et al., 2010). Pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H. hampei tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji (Wiryadiputra, 2007). Imago berwarna hitam kecoklatan Gambar 4 : Imago PBKo (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)

Hama PBKo mampu terbang dengan ketinggian hingga 1,8 meter. Serangga jantan tidak bisa terbang, sedang betina terbang sore hari dari pukul 16.00 sampai 18.00 dengan umur rata-rata 103 hari dan 150 hari. Gejala Serangan Hama utama kopi yang dapat menurunkan produksi dan mutu kopi adalah: penggerek buah kopi oleh Hypothenemus hampei Ferr. Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak) (Gambar 5a), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk (Ernawati et al., 2008). Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak, tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1996). Hama menyerang buah dengan cara menggerek. Lubang gerekan berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1 mm dan umumnya dijumpai pada ujung buah. Lubang kadang-kadang sukar dilihat karena tertutup oleh kotoran atau sisa gerekan. Bubuk buah kopi pada umumnya menyerang buah yang bijinya telah cukup keras, namun demikian buah yang bijinya lunak juga diserang.

Setelah menyerang buah yang bijinya lunak, hama segera keluar karena tidak bisa berkembang di dalamnya. Buah muda akan menjadi busuk dan kemudian gugur. Jenis kopi yang disukai adalah jenis Arabica, Robusta dan Liberica (Untung, 2010). Buah kopi berlubang akibat gerekan serangga H. hampei Gambar 5 : (a) Buah kopi yang terserang serangga PBKo (Sumber : Foto langsung, 2014) Gejala serangan dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak) (Gambar 5). Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah sedangkan serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang kecil dari ujungnya (Gambar 5). PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai. PBKo menyerang pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan,

serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu penting sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal (Hindayana et al., 2002). Pengendalian Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10%. Pengendalian dapat dilakukan melalui sanitasi kebun, pembiakan dan pelepasan parasitoid Cephalonomia stepiana serta penggunaan jamur Beauveria basiana. (Prastowo et al., 2010). Pengendalian hama PBKo menurut Ernawati et al. (2008) dapat dilakukan dengan cara : - Petik semua buah yang masak awal (baik pada buah yang terserang maupun tidak), biasanya dilakukan pada 15-30 hari menjelang panen raya. Untuk mencegah terbangnya hama, pada saat menampung buah digunakan kantong yang tertutup, kemudian buah direndam dalam air panas selama sekitar 5 menit - Dilakukan racutan/rampasan, yaitu memetik semua buah yang telah berukuran 5 mm yang masih ada di pohon sampai akhir panen (hal ini untuk memutus daur hidup hama) - Lakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung agar kondisi lingkungan tidak terlalu gelap. Pengelolaan hama PBKo dapat dilakukan dengan cara yaitu memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid Heterospilus coffeicola, jamur Spicaria javanica, predator Dindymus rubiginosus. Dapat juga dilakukan dengan memodifikasi

lingkungan seperti mengurangi naungan dan melakukan pemangkasan serta mengusahakan supaya selama jangka waktu tertentu tidak terdapat buah kopi, baik di pohon ataupun di tanah. Dengan demikian kumbang betina tidak mempunyai buah kopi untuk makanan atau untuk tempat berkembang biak. Hal tersebut dapat diusahakan antara lain melalui rampasan, lelesan, petik bubuk (Untung, 2010). Pengendalian dengan insektisida kimia tidak dilakukan karena hampir semua stadium perkembangan serangga hama tersebut berada di dalam buah kopi. Di samping itu petani mengalami kendala di dalam penyemprotan karena pada umumnya ketinggian pohon kopi melebihi tinggi manusia. Aplikasi insektisida kimia yang terus-menerus juga akan mendatangkan masalah-masalah baru yang lebih rumit dan sulit diselesaikan, seperti resistensi, resurgensi, munculnya hama baru, tercemarnya lingkungan hidup, teracuninya binatang ternak bahkan manusia (Untung dalam Laila et al., 2011). Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara pemangkasan dan penggunaan perangkap yang berisi senyawa kairomon (Wiryadiputra dalam Laila et al., 2011). Perangkap Serangga Kajian tentang perangkap untuk hama PBKo telah dilakukan ntuk mengevaluasi aspek warna perangkap desain atau tipe perangkap dan senyawa penarik yang paling efektif untuk menarik serangga PBKo, serta potensinya dalam menurunkan populasi hama PBKo. Warna perangkap yang dievaluasi terdiri atas warna merah, oranye, kuning, hijau dan biru dan dipasang di kebun kopi menggunakan alat perangkap tipe corong ganda yang berisi empat corong.

Perangkap diletakkan pada tiang kayu pada ketinggian sekitar 175 cm diatas permukaan tanah dan ditempatkan di antara pohon kopi. Pengamatan jumlah serangga yang terperangkap dilakukan setiap hari selama satu minggu (Wiryadiputra dalam Manurung, 2008). Scolytidae tertarik pada ethanol dan methanol. Ketertarikan serangga tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman kopi (iklim, pengaturan jarak tanam, kelembaban, kultivar, umur tanaman, arah angin, kecepatan, dan lain-lain) dapat mempengaruhi penangkapan hama ini. Berdasarkan uraian tersebut, hasil penelitian terhadap penangkapan PBKo diperoleh hasil yang bertentangan dalam hal tanggapan serangga tersebut terhadap bahan semikimia, dan hubungannya dengan faktor lain. Sebagai contoh, beberapa studi menunjukkan bahwa PBKo yang tertangkap meningkat dengan menggunakan campura bahan ethanol dan methanol dengan perbandingan tingkat campuran 1:3 (Mendonza Mora dalam Silva et al., 2006). Perangkap senyawa penarik terdiri atas 2 bagian utama, yaitu alat perangkap dan senyawa penaik (atraktan). Pada bagian alat perangkap terdiri atas tameng plstik yang dipasang secara bersilang sehingga pada bagian atas corong terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian tengah tameng ini ditempatkan senyawa penarik yang berada dalam botol plastik kecil. Pada bagian awah corong terdapat botol penampung serangga yang tertangkap, yang dapat dikaitkan dengan corong pada bagian tutupnya. Di dalam botol penampung diisi larutan sabun yang berfungsi untuk menampung serangga PBKo sehingga akan cepat mengalami kematian. Pada sisi samping botol penampung, kurang lebih 2-3 cm di tas dasar botol terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk

mengeluarkan kelebihan air apabila alat perangkap terisi air dari luar pada saat musim hujan. Pada bagian atas corong dan tameng masih diberi peneduh dari plastik untuk melindungi dari curah hujan dan kotoran masuk kedalam perangkap (Wiryadiputra dalam Manurung, 2008). (a) (b) (c) Gambar 6 : (a) Tipe corong tunggal (b) Tipe corong ganda (c) Tipe botol bekas air mineral (Sumber : Foto langsung, 2014)