BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hasil penelitian Tambunan (2008) yang berjudul Analisis Peran Internal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi secara langsung kinerja di

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut bisa tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal dalam Sawyer s et al

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9) dan International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Reding, et al. (2013:1-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjualan Produk Garmen PT. X Periode Januari 2008-Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. menurut para ahli. Adapun pengertian audit internal menurut The Institute of

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, berkembang pula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Brink s Modern Internal Auditing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Skandal perusahaan-perusahaan publik tidak hanya terjadi di negara-negara besar,

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.

Nova Paulina 1 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

BAB I PENDAHULUAN 50% 10% 10% 15% 10% 5% Total 100% Komponen pendapatan Persentase (%) - Jasa iklan barang - Jasa iklan kelembagaan 40% 5%

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian auditing menurut para ahli, antara lain: Menurut Mulyadi & Puradiredja (2010:9), yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi Asia, tahun 1997 yang ditandai dengan jatuhnya nilai mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi & Puradiredja (2010:9) auditing adalah: et al. (2010:4) yang mendefenisikan auditing adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEttEN IN00NESiA GRO IPIEDOMAN KERJA(CHARTER) KOMITE AUDI丁. PToSEMEN丁 ONASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin

Pengaruh Keahlian Dan Kecermatan Profesional Auditor Internal Terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) yang akan dimulai akhir tahun Dampak berlakunya MEA adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menganalisis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi bisnis maupun organisasi publik pasti

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme pengelolaan itu sendiri. Jika kondisi Good Governance dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pola kehidupan manusia sebagai makhluk yang dinamis pun turut berubah dalam arti

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Tambunan (2008) yang berjudul Analisis Peran Internal Auditor dalam Mempengaruhi Peningkatan Kinerja Operasional Unit Kerja pada BUMN Perkebunan di Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa peran internal auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalian intern, serta peran memberi rekomendasi perbaikan atas kelemahan pengendalian intern, mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kinerja operasional unit kerja kebun komoditi sawit BUMN Perkebunan (PT Perkebunan Nusantara) di Propinsi Sumatera Utara. Peran dalam memberikan rekomendasi perbaikan atas kelemahan pengendalian intern (5,551) lebih mempengaruhi peningkatan kinerja operasional unit kerja kebun komoditi sawit BUMN perkebunan di Propinsi Sumatera Utara dibandingkan peran Internal Auditor dalam memeriksa dan mengavaluasi pengendalian intern (2,075). Hasil penelitian Pratolo (2007) yang berjudul GCG dan Kinerja BUMN di Indonesia : Aspek Audit Manajemen Audit dan Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta Tinjauannya pada Jenis Perusahaan, menunjukkan bahwa audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam rangka mempengaruhi penerapan fungsi-fungsi GCG dan kinerja perusahaan.

II.2 Pengertian Internal Audit Menurut Sawyer (2003) internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to organization. Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi). Internal audit merupakan sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan di dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sistem pengendalian internal organisasi. Kualitas internal audit yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi dan objektivitas dari staf internal auditor organisasi tersebut. Menurut Mulyadi (2002) Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Aspek yang diteliti dari peranan internal auditor adalah komponen pengendalian dan tujuan pengendalian internal. Menurut Institute of Internal Auditor (2002) internal auditor is an independent, objective assurance and consulting actvity designed to add value and improve an organization s operations. It helps an organization accomplish its

objective by bringing a systematic, diciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa audit intern merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit internal secara independen dan obyektif akan dapat diandalkan oleh para penggunan informasi. Dalam mencapai tujuan perusahaan maka terdapat tiga jenis audit internal, yaitu audit operasional, audit ketaatan dan audit laporan keuangan. Audit operasional yaitu audit yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas terlaksananya prosedur dengan tujuan untuk memberi rekomendasi kepada manajemen dalam memperbaiki operasional perusahaan. Audit ketaatan yaitu audit untuk rnenentukan apakah perusahaan sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang ada sedangkan audit laporan keuangan lebih mengarah pada laporan keuangan secara keseluruhan dan kualitas informasi yang dihasilkan. Menurut Mulyadi (2002) auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (baik perusahaan negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak

telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor internal dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan usaha dan pengendalian internal yang telah dijalankan. Menurut Tugiman (2003) pengertian konsep kunci pengertian audit internal tersaji pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengertian Konsep Kunci Pengertian Audit Internal Pengertian Konsep Kunci Pengertian Audit Internal Lama 1947 Baru 1999 1. Fungsi penilaian independen yang 1. Suatu aktivitas independen dibentuk dalam satu organisasi objektif 2. Fungsi penilaian 2. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi 3. Mengkaji dan mengevaluasi 3. Dirancang untuk memberikan aktivitas organisasi sebagai bentuk suatu nilai tambah serta jasa yang diberikan kepada meningkatkan kegiatan operasi organisasi organisasi 4. Membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif 5. Memberi hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar Sumber : Tugiman (2003) 4. Membantu organisasi dalam upaya mencapai tujuannya 5. Memberikan suatu pendekatan sistem yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen resiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi

II. 3 Sistem Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) Beberapa hal yang mendorong perlunya penerapan GCG pada BUMN adalah : 1. Undang-undang No 19 Tahun 2003 tentang BUMN mensyaratkan bahwa pengelolaan BUMN hendaknya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. 2. Adanya perkembangan pemikiran dan tuntutan dari masyarakat bahwa perusahaan harus ikut memperhatikan kepentingan stakeholders dengan segala aspeknya yang meliputi aspek sosial, lingkungan dan kesehatan serta keselamatan kerja sehingga dapat memberikan nilai tambah tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi pelanggan, pekerja, pemasok dan masyarakat sekitar. 3. Kecenderungan para investor untuk memperhatikan efektivitas pelaksanaan GCG pada suatu perusahaan sebelum menanamkan modalnya pada perusahaan yang bersangkutan. (PTPN II, 2009) Tujuan Penerapan GCG adalah : 1. Mendorong agar pengelola perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral dan kepatuhan terhadap perundangundangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan.

2. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatakan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kepatuhan dan fairness agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional. 3. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada para stakeholders. 4. Meningkatkan kepercayaan investor dan kreditur kepada perusahaan. 5. Menarik bagi sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi yang tinggi. 6. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional. 7. Meningkatkan iklim investasi nasional. Manfaat GCG terkait erat dengan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang yang diraih melalui peningkatan kinerja perusahaan, yang pada akhirnya meningkatkan nilai (value) pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan pihak-pihak terkait. Dengan demikian, informasi mengenai kondisi penerapan GCG di perusahaan pada suatu periode tertentu sangat penting bagi efektivitas pengambilan keputusan (PTPN II, 2009). Pedoman GCG dilandasi oleh prinsip-prinsip yang terdiri atas :

1. Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung-jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip corporate yang sehat. 4. Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stake holders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PTPN II, 2009) II.4 Internal Auditor Landasan hukum pembentukan internal auditor yaitu berdasarkan : 1. Undang-undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahwa :

a. Pada setiap BUMN membentuk Satuan Pengawasan Internal yang merupakan aparat pengawas internal perusahaan yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. b. Atas permintaan tertulis Komisaris/Dewan Pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Internal. c. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Internal. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 pasal 45, bahwa pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawasan Internal yang merupakan aparatur pengawasan internal perusahaan. Satuan Pengawasan Internal dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan bahwa : a. Pada setiap Perseroan dibentuk Satuan Pengawasan Internal. b. Bagian Satuan Pengawasan Internal dipimpin oleh Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. c. Bagian Satuan Pengawasan Internal bertugas membantu Direktur Utama dalam melaksanakan audit keuangan dan operasional serta menilai

pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya dan memberikan saran-saran dan perbaikan. Hal tersebut ditegaskan lagi melalui SK Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002, pasal 22 (1) yang menyebutkan Direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengendalian Internal yang efektif untuk mengamankan investasi aset BUMN. Dalam menjalankan tugasnya Bagian SPI menjalankan fungsi sebagai berikut : a. Memastikan bahwa Sistem Pengawasan Internal perusahaan telah memadai dan berjalan sesuai dengan ketentuan. b. Merupakan mitra dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan, memberikan nilai tambah melalui rekomendasi atas hasil audit yang dilakukannya. c. Merupakan konsultan peningkatan penerapan manajemen dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Menurut Pamuntjak (2003) manfaat dari penerapan GCG antara lain : a. Meningkatkan kinerja perusahaan Penerapan GCG sangat menentukan terhadap kinerja perusahaan proses pengambilan keputusan yang lebih baik akan lebih meningkatkan efisiensi operasional serta akan meningkatkan pelayanan kepada pemegang saham. b. Memudahkan perolehan dana yang lebih murah

GCG memungkinkan diperoleh kepercayaan pada pemodal, baik investor dalam negeri maupun investor asing, sehingga kebutuhan perusahaan akan sumbersumber investasi yang murah akan lebih mudah didapat dari pasar modal. c. Menciptakan kesejahteraan masyarakat Praktek GCG akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sehingga dengan demikian juga akan mendorong terciptanya dinamika ekonomi. Sejalan dengan meningkatnya kepercayaan para investor, maka praktek GCG akhirnya akan mendorong terjadinya arus investasi serta menciptakan investasi baru, sehingga dengan demikian akan menciptakan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. d. Peningkatan pendapatan bagi pemegang saham e. Menjadi katalisator bagi perubahan/pertumbuhan kesejahteraan masyarakat terutama melalui self policing. f. Meningkatkan peran shareholders dalam kemajuan perusahaan, karena masingmasing shareholders menjadi semakin aktif mengamati serta memberi masukanmasukan bagi kemajuan operasional. II.5 Wewenang dan Tanggung Jawab Satuan Pengawasan Internal II.5.1 Wewenang

Bagian SPI mempunyai akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, personil dan fisik kekayaan perusahaan di seluruh bagian dan unit-unit lainnya untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan auditnya. II.5.2 Tanggung jawab Dalam pelaksanaan tugasnya, bagian SPI bertanggung jawab memberikan analisa penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi mengenai aktivitas yang diaudit sesuai dengan yang disyaratkan oleh Kode Etik dan standar Profesi Internal Audit. Tanggung jawab dari bagian SPI termasuk : a. Menyusun rencana kerja audit tahunan b. Menyusun pedoman, mekanisme kerja SPI dan prosedur audit yang berbasis resiko. c. Melaksanakan rencana kerja audit tahunan termasuk penugasan khusus/investigasi dari Direktur Utama. d. Menjaga integritas dan objektivitas serta bertindak secara profesional seperti yang dipersyaratkan dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) termasuk menjamin tidak terdapat benturan kepentingan anggota SPI dengan auditee dan kegiatan yang diaudit. II.6 Hubungan Internal Auditor dengan Direksi Bagian internal auditor adalah unit pendukung Direksi dalam bidang pengawasan. Bentuk hubungan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagian internal auditor sebagai mitra Direksi dalam mendiskusikan hal-hal yang mempengaruhi kegiatan perusahaan baik keuangan maupun non keuangan. 2. Menilai efektivitas sistem pengendalian intern (internal control system) termasuk di dalamnya memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian intern dan mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Direksi serta tindak lanjut atas hasil audit. II.7 Efisiensi dan Efektivitas Operasional Pengertian efisiensi menurut Mardiasmo (2002), efisiensi merupakan output tertentu yang merupakan hasil proses produksi atau hasil kerja yang dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Tingkat efisiensi dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya seminimum mungkin untuk menghasilkan output yang optimum. Konsep efisiensi menurut Lipsey, Courant, Purvis, Steiner (1995) adalah : 1. Efisiensi teknis, berkaitan dengan jumlah fisik semua faktor yang digunakan dalam produksi komoditi tertentu. Produksi output tertentu adalah inefisiensi teknis jika ada cara-cara lain untuk memproduksi output yang bisa menggunakan semua input dengan jumlah yang lebih kecil. Produksi dikatakan efisien teknis jika tidak ada alternatif cara yang bisa menggunakan semua input dengan jumlah yang lebih kecil.

2. Efisiensi ekonomis, berkaitan dengan nilai semua input yang digunakan untuk memproduksi output tertentu. Produksi output tertentu dinamakan efisensi ekonomis jika tidak ada cara lain untuk memproduksi output yang bisa menggunakan seluruh nilai input dengan jumlah yang lebih sedikit. Pengertian efektivitas menurut Arens et al (2005) adalah Efectiveness is the degree to which the organization s objective are accomplished. Dari pengertian tersebut jelas bahwa efektivitas menunjukkan derajat keberhasilan suatu organisasi dalam usahanya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan tersebut. Handoko (1995) menyatakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tepat atau menyesuaikan sesuatu yang baik. Hal ini mencakup pemilihan sasaran yang paling tepat dan pemilihan metode yang sesuai untuk mencapai sasaran tersebut. II.8 Kinerja Perusahaan Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja, kinerja yaitu berkemampuan dengan menggunakan tenaga. Menurut Hastuti (2005) kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan

ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Kinerja perusahaan (Companies performance) merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan (Kaplan and Norton, 1996 ; Lingle dan Schiemann, 1996 ; Brandon and Drtina, 1997) Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan costumer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Pada perspektif penilaian kinerja yang lebih luas, Hansen dan Mowen (1997) menyatakan bahwa : Activity performace measure exist in both financial and non financial forms. These measures are designed to asses how well an activity was performed and result achieved. They are also designed to reveal if constant improvement is being realized. Measures of activity performance center on three major dimension : (1) efficiency, (2) quality, and (3) time.

Pengukuran aktivitas kinerja perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang dicapai. Penilaian kinerja aktivitas perusahaan dibagi dalam tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Menurut Dess and Lumpkin (2003) ada dua pendekatan yang digunakan dalam menilai kinerja perusahaan yaitu pendekatan pertama analisis ratio keuangan (financial ratio analysis) dan pendekatan kedua dilihat dari perspektif pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder perspective).