BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN SEMEN SEBAGAI BAHAN STABILISASI PADA TANAH LEMPUNG DAERAH LAMBUNG BUKIT TERHADAP NILAI CBR TANAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BABII TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU-SEKAM DAN KAPUR

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN MATOS PADA STABILISASI SEMEN TANAH BERBUTIR HALUS

TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. kimia) satu sama lain dan dari bahan bahan organik yang telah melapuk (yang

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

air tanah (drainase tanah), mengganti tanah yang buruk.

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP KEMBANG SUSUT TANAH LEMPUNG

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

BAB II STUDI PUSTAKA

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

PENGARUH PENAMBAHAN BENTONITE DAN SEMEN DALAM PROSES STABILISASI TANAH DASAR(SUBGRADE)

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

KARAKTERISTIK MEKANIS TANAH KEMBANG SUSUT YANG DISTABILISASI DENGAN LIMBAH MARMER

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA. Paving block atau bata beton menurut SNI adalah suatu

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

PENGARUH PENCAMPURAN TRAS DAN KAPUR PADA LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI DAYA DUKUNG

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KADAR PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS DAN POTENSI PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKPANSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat

II. TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

I. PENDAHULUAN. bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di

KAJIAN KUAT TEKAN BEBAS STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN STABIIZING AGENTS SERBUK KACA DAN SEMEN

PERBAIKAN PENGEMBANGAN TANAH MENGGUNAKAN ZAT ADDITIVE KAPUR DENGAN PEMODELAN ALAT KONSOLIDASI

Time Variation Effect on Unconfined Compressive Strength Value on Clay and Silt Stabilized using Cement on Soaking Condition

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

STABILISASI TANAH EKSPANSIF DENGAN PENAMBAHAN KAPUR (LIME): APLIKASI PADA PEKERJAAN TIMBUNAN

PERBAIKAN SUBGRADE DENGAN SERBUK BATA MERAH DAN KAPUR (STUDI KASUS TANAH LEMPUNG TANON SRAGEN )

Pengaruh Penambahan Kapur Padam Dan Abu Sekam Padi Pada Tanah Lempung Ekspansif Terhadap Nilai Pemadatan

PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN DAN ABU CANGKANG SAWIT

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Bila ditinjau melalui asal bahasanya, tanah berasal dari bahasa yunani Pedon dan bahasa latin solum yang dapat diartikan bagian dari kulit bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Melalui pendekatan pedologi, Dokuchaev (1870) berpendapat bahwa tanah adalah bahan padat yang (mineral atau organik) unconsolidated yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu. Pengelompokan lebih lanjut membedakan tanah dan batuan yang berasal dari kerak bumi. Menurut Das (1988), tanah adalah material yang terdiri dari agregat mineral mineral padat yang tidak tersementasikan (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan bahan organik yang telah melapuk (yang berpatikel padat) disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Batuan dapat diartikan kumpulan butir-butir mineral alam yang melekat atau melekat erat, sehingga sangat sukar untuk dipisahkan. Antara batuan dan tanah terdapat peralihan yang disebut cadas. USCS (Unified Soil Classification System) lebih lanjut mengelompokkan tanah ke dalam 2 kelompok besar, yaitu: tanah berbutir halus, dan tanah berbutir kasar. Tanah berbutir halus sebagian besar ( 50%) tersusun dari lempung dan lanau yang lolos saringan 200 (diameter 0,075 mm), sedangkan tanah berbutir 4

5 kasar sebagian besar ( 50%) tersusun dari pasir dan kerikil yang tertahan pada saringan 200 (diameter 0,075 mm). Berikut adalah batasan berat jenis dan indeks plastisitas beberapa kelompok tanah: Tabel 2.1 Batasan berat jenis beberapa jenis tanah (Hardiyatmo, 2002) Jenis Tanah Pasir Kerikil Batas 2,65-2,68 Lanau Organik 2,62-2,68 Lempung Organik 2,58-2,65 Lempung Anorganik 2,68-2,75 Humus 1,37 Gambut 1,25-1,8 Tabel 2.2 Hubungan indeks plastisitas beberapa tanah (Das, 1985) Jenis Tanah Keterangan Tingkat Plastisitas Pasir IP = 0 Tidak plastis Lanau 0 < IP 7 Plastisitas rendah Lempung Berlanau 7 > IP 17 Plastisitas sedang Lempung IP > 17 Plastisitas tinggi Das (1985) mendefinisikan tanah lempung (clay) adalah bagian dari tanah yang sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-pertikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals), dan mineral-mineral yang sangat halus lain.

6 Hardiyatmo (1992) memberikan ciri tanah lempung : 1. Ukuran butir halus (< 0,002mm) 2. Permeabilitas rendah 3. Kenaikan Air Kapiler sangat Tinggi 4. Sangat Kohesif 5. Kadar kembang susut yang tinggi 6. Proses konsolidasi lambat Chen (1975) menyebutkan bahwa tanah lempung tersusun dari 3 komponen utama yaitu montmorillonite dengan rumus Al2O3.4SiO2.H2O+ xh2o, illite dengan rumus H2KAl3O12 Al2O34SiO2H2O + xh2o, dan kaolinite dengan rumus 2SiO2.Al2O3.2H2O. Menurut Adriani, dkk (2012), besarnya swelling ditentukan oleh mineral didalamnya. Kaolinite tidak bersifat ekspansif karena memiliki ikatan hidrogen, montmorillonite adalah material tanah yang sangat ekpansif dikarenakan ikatan antar lapisan oleh gaya vander wall, sedangkan illite bersifat ekspansif namun tak sekuat montmorillonite dikarenakan muatan negatif yang mengikat ion kalium. Berikut adalah gambar skematik struktur dan struktur atom dari kaolinite, montmorillonite, dan illite:

7 Gambar 2.1 Struktur atom kaolinite (Grim, 1959) dan diagram skematik struktur kaolinite (Lambe,1953) Gambar 2.2 Struktur atom montmorillonite (Grim, 1959) dan diagram skematik struktur montmorillonite (Lambe,1953)

8 Gambar 2.2 Struktur atom illite (Das, 2006) dan diagram skematik struktur illite (Lambe,1953) 2.2. Stabilisasi tanah Menurut Fadiila dan Roesyanto (2014), stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki daya dukung (mutu) tanah yang tidak baik dan meningkatkan daya dukung (mutu) tanah yang sudah tergolong baik. Untuk tanah yang bersifat tidak baik diperlukan perbaikan tanah. Menurut Bowles (1991), apabila tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, atau apabila mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasikan.

9 Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu tindakan : 1. Meningkatkan kerapatan tanah 2. Menambah material tidak aktif sehingga mempertinggi tahanan geser 3. Menambahan material untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dan fisik dari material tanah 4. Menurunkan muka air tanah 5. Mengganti tanah-tanah yang buruk Menurut Fadiila dan Roesyanto (2014) kelebihan stabilisasi dengan bahan tambahan (admixtures) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kekuatan tanah 2. Mengurangi deformasi 3. Menjaga stabilitas volume 4. Mengurangi permeabilitas 5. Meningkatkan durabilitas 2.3. Semen Semen berasal dari bahasa latin Caementum yang berarti bahan pelekat. Menurut Widodo dan Qosari (2011), semen adalah bahan ikat hidrolis (menghisap atau membutuhkan air), yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan tambah. Usaha pembuatan semen pertama kali dilakukan pada 1824 oleh Joseph Aspadain. Proses ini dilakukan dengan mengurai batu kapur (CaCo3) menjadi batu tohor (CaO) dan senyawa karbon dioksida (CO2), hal ini dilakukan dengan kalsinasi campuran batu kapur dan tanah liat yang di giling dan di bakar pada tungku.

10 Selanjutnya, CaO direaksikan dengan senyawa lain membentuk klinker dan giling halus hingga menjadi semen. SNI (Standar Nasional Indonesia) mengelompokkan semen dalam beberapa kelompok, diantaranya: 1. Semen Portland Putih 2. Semen Portland Pozolan (PPC) 3. Semen Portland (OPC) 4. Semen Portland Campuran 5. Semen Masonry 6. Semen Portland Komposit diantaranya: Menurut Adriani, dkk (2012), semen tersusun dari beberapa senyawa, 1. Alite = C3S (3CaO.SiO2) untuk memberikan kekuatan awal 2. Belite = C2S (2CaO.SiO2) untuk memberikan kekuatan jangka panjang 3. Aluminate = C3A (3CaO.Al2O3) untuk memberikan kekuatan segera, bertahan pada panas hidrasi tinggi, dan juga terhadap sulfat 4. Ferrite = C4AF (CaO.Al2O3.Fe2O3) untuk memberi warna 5. Gips = CaSO4.2H20 sebagai penambah waktu pengerasn 6. Komposisi kimia lain dalam jumlah kecil seperti CaO, Na2O, K2O

11 Ketika bersentuhan dengan tanah beberapa reaksi reaksi. Menurut Widodo dan Qosari (2011), reaksi antara semen dan tanah adalah sebagai berikut: 1. Absorpsi air dan reaksi pertukaran ion Reaksi ini diakibatkan dari pelepasan ion kalsium Ca+++ melalui hidrolisa dan pertukaran ion berlanjut pada permukaan lempung. Dengan reaksi ini partikel-partikel lempung mengumpal sehingga mengakibatkan konsistensi tanah membaik 2. Reaksi pembentukan kalsium silikat Reaksi utama yang berkaitan dengan kekuatan adalah hidrasi Alite dan Belite yang terdii dari kalsium silikat. Melalui hidrasi tadi senyawa kalsium silikat dan aluminat terbentuk. Senyawa ini berperan dalam pembentukan dan pengerasan 3. Reaksi Pozzolan Kalsium Hidroksida yang dihasilkan pada waktu hidrasi akan membentuk reaksi dengan tanah (pozzolan) yang bersifat memperkuat ikatan antar partikel, karena berfungsi sebagai binder (pengikat). Apabila semen portland dipakai untuk stabilisasi tanah, maka hasilnya akan merupakan stabilisasi tanah yang disebut tanah semen (soil cement). (Bowles,1996). Riyanto (2002) mengungkapkan bahwa penambahan semen ± 2% dari berat tanah mampu merubah sifat-sifat tanah, sedangkan penambahan lebih banyak mampu memberi perubahan yang lebih nyata.

12 2.4. Serat Sabut Kelapa Serabut kelapa didapat dari buah kelapa atau lebih dikenal dalam bahasa latin Cocos nucifer. Serat ini lebih dikenal sebagai Coco Fiber. Menurut Dirjen Perkebunan, pada tahun 2009 tercatat luas area perkebunan kelapa mencapai 3,789 Ha yang tersebar di 33 daerah tanam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Irian. Produksi serat sabut kelapa diperkirakan mencapai 3,3 juta ton/ tahun. Menurut Hatmoko dan Suryadharma (2014), serat sabut kelapa kelapa merupakan bundle serat multiseluller yang mengandung selulosa dan yang terdiri daerah kristal kecil yang dipisahkan oleh batas amorfus dengan penampang oval dan memuat sel-sel serat yang yang saling berikatan. Dalam dinding kedua sel, rantai selulosa membentuk spiral, arah rantai membuat sudut 45 o dengan arah sumbu sel ( van Dam, 2006). Berikut adalah gambar struktur buah kelapa dan serat sabut kelapa: Gambar 2.4 Struktur buah kelapa (Bakrie, 2010)

13 Gambar 2.5 Serat sabut kelapa 2.5. Penelitian lain Adriani, dkk (2012) meneliti pengaruh penambahan semen sebagai stabilitator pada tanah lempung terhadap CBR tanah dan menemukan bahwa nilai maksimum CBR tanah lempung terdapat pada kadar penambahan semen sebanyak 20% dengan γdry maksimum 1.351 gr/cm 3, kadar air optimum 32.9%, dan nilai CBR 64.138 % dengan waktu pemeraman 3 hari. Fadila, Nita dan Roesyatno meneliti kuat tekan bebas tanah lempung dengan penambahan abu sekam padi dan semen dan menemukan bahwa material abu sekam padi hanya efektif berfungsi pada variasi campuran 2% PC + 3% ASP dan 2% PC + 4% ASP yaitu dengan nilai kuat tekan bebas sebesar 3,82 kg/cm² dan 3,64 kg/cm². Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan abu sekam padi tidak begitu dianjurkan. Waruwu (2013) meneliti hubungan kuat tekan dan CBR tanah lempung dengan stabilitator abu batu dan semen dan menemukan Hasil yang terbaik dari

14 penelitian tanah lempung ini adalah pada campuran tanah lempug dengan peningkatan nilai kuat tekan tekan bebas antara 25% dan 20%. Hasil pengujian CBR langsung menunjukkan bahwa pada campuran 20% abu batu dan 15% semen, nilai kuat tekan tanah lempung tidak mengalami peningkatan lagi. Sedangkan hubungan antara kuat tekan dan CBR pada pengujian CBR yang direndam, terlihat bahwa semakin tinggi jumlah bahan campuran (di atas 20% abu batu dan 15 % semen), nilai kuat tekan juga semakin besar. Kezdi (1979) melaporkan bahwa dengan menambah semen baik kedalam tanah lempung maupun kedalam tanah pasir akan meningkatkan kepadatan maksimum tanah tersebut sebesar kurang lebih 10%. Namun demikian, jika diterapkan pada tanah lanau kepadatannya justru menurun. Menurutnya, semen menurunkan indeks plastisitas tanah kohesif yang disebabkan oleh peningkatan batas plastis serta penurunan batas cairnya. Rad dan Clough (1982) mengusulkan bahwa ada korelasi antara nilai kuat tekan bebas (qu) dengan kadar sementasi pada tanah. Tanah dengan nilai qu antara 100 kpa sampai dengan 300kPa dinyatakan sebagai tersementasi sangat rendah (weakly cemented), sedangkan tanah dengan nilai kuat tekan bebas lebih kecil dari 100 kpa, dinyatakan sebagai tersementasi sangat lemah (very weakly cemented soil). Sulistyo (2013) meneliti pengaruh serabut kelapa terhadap kuat geser dan tekan bebas pada tanah berbutir halus dan menemukan bahwa penambahan serabut kelapa meningkatkan kuat tekan tanah dimulai dari tanpa serabut kelapa

15 sebesar 0,1349 kg/cm 2, dan dengan menggunakan variasi serabut kelapa 1% : 0,6507 kg/cm 2, 1,5% : 0,8225, 2% : 0,8505, dan 2,5% : 0,8351. Pada pengujian geser langsung menunjukkan peningkatkan kohesi dan kuat geser yang diterima tanah, dari tanpa menggunakan serabut kelapa sampai menggunakan serabut kelapa dengan variasi 2%, namum menurunan sudut geser.