V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (77 86)

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PENATAAN KORIDOR RIMBA

BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS (TNBD)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Oleh. Firmansyah Gusasi

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

ANALISIS KOMPATIBILITAS PEMANFAATAN LAHAN MASYARAKAT DI ZONA KHUSUS TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Transkripsi:

82,6 443.8 157.9 13.2 2664.8 1294.5 977.6 2948.8 348.7 1777.9 1831.6 65.8 2274.9 5243.4 469.2 4998.4 Hektar 9946.9 11841.8 13981.2 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Citra Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada Gambar 5. 14 13 12 11 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 5. Histogram luas tutupan lahan Resort Pugung Tampak. Keterangan: : Hutan Lahan Kering Primer : Hutan Lahan Kering Sekunder : Pertanian Lahan Kering : Lahan Terbuka : No data

37 Hasil uji akurasi klasifikasi citra tersajikan dalam Tabel 1. Hasanah (211) menyatakan bahwa hasil klasifikasi citra dengan nilai uji akurasi diatas 85% dapat digunakan dan tergolong baik. Tabel 1. Uji akurasi klasifikasi citra (Overall classification accuracy) No Tahun Nilai Akurasi (%) 1 1973 97,3 2 1997 96, 3 22 98, 4 211 98, Hasil overlay klasifikasi citra landsat menunjukkan perubahan tutupan lahan pada tahun 1973 1997 terjadi dengan dinamis, perubahan tutupan lahan terjadi pada hampir setiap kelas tutupan lahan. Hasil overlay klasifikasi citra tahun 1973 1997 menunjukan bahwa hutan lahan kering primer mengalami penurunan luas tutupan lahan sebesar 2.139,5 ha (44,1%), hutan lahan kering sekunder mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 283,9 ha (5,9%), pertanian lahan kering mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 929,5 ha (1,9%), peningkatan tutupan lahan terbuka sebesar 1.211,9 ha (25,%) dan No data mengalami penurunan tutupan lahan sebesar 285,9 ha (5,9%). Hasil overlay tutupan lahan dari tahun 1973 1997 disajikan pada Tabel 2.

Tahun 1973 38 38 Tabel 2. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS periode tahun 1973 1997. Tahun 1997 Kelas tutupan lahan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Pertanian lahan kering Lahan terbuka No data Total Hutan lahan kering 1.436,1 (6,6) 1.84,2 (1,7) 652,2 (3,8) 94, (5,5) 112,8 (,7) 13.981,3 (81,2) primer Hutan lahan kering 1.32,5 (6,) 1.18,1 (5,9) 298,9 (1,7) 37,1 (1,8) 8,3 (,) 2.664,9 (15,5) sekunder Pertanian lahan kering 9,9 (,1) 28, (,2) 6,2 (,1) 3,6 (,), (,) 47,6 (,3) Lahan terbuka 33,2 (,2) 33,2 (,2) 7,5 (,1) 8,6 (,),1 (,) 82,6 (,5) No data 33,2 (1,9) 29,3 (,2) 12,4 (,1) 35,3 (,2) 36,7 (,2) 443,8 (2,6) Total luas 11.841,8 (68,8) 2.948,8 (17,1) 977,1 (5,7) 1.294,5 (7,5) 157,9 (,9) 17.22,2 (1) Perubahann tutupan lahan 2.139,5 (44,1) 283,9 (5,9) 929,5(19,1) 1.211,9 (25,) 285,9 (5,9), * : Persentase ditampilkan dalam kurung. ** : Angka pada kolom adalah luas jenis penutupan lahan diatasnya yang berasal dari jenis penutupan lahan disebelah kirinya.

Tahun 1997 39 39 Pada periode tahun 1997 22 luas setiap perubahan tutupan lahan pada tahun 1997 22 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS periode tahun 1997 22. Tahun 22 Kelas tutupan lahan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Pertanian lahan kering Lahan terbuka No data Total Hutan lahan kering primer 8.252,7 (47,9) 1.98,3 (6.4) 43,6 (2.3) 1.677,4 (9.7) 414,3 (2,4) 11.846,3 (68,8) Hutan lahan kering sekunder 1.321,3 (7.7) 52,8 (3.) 432,8 (2.5) 553,6 (3,2) 12,3 (,7) 2.948,8 (17,1) Pertanian lahan kering 145,5 (.8) 6,3 (.4) 476,1 (2.8) 241,3 (1,4) 46,4 (,3) 969,6 (5,6) Lahan terbuka 15,5 (.9) 95,1 (.6) 459,9 (2.7) 536, (3,1) 56,8 (,3) 1.298,1 (7,5) No data 112,3 (.6) 17,6 (.1) 2,3 (.) 12,8 (,1) 13, (,1) 157,9 (,9) Total luas 9982,3 (58,) 1.792,1 (1,4) 1.774,6 (1.3) 3.21,1 (17,5) 65,8 (3,8) 17.22,8 (1) Perubahan tutupan lahan 1.864, (31,) 1.156,7 (19,1) 85, (13,3) 1.723, (28,5) 492,8 (8.1) * : Persentase ditampilkan dalam kurung. ** : Angka pada kolom adalah luas jenis penutupan lahan diatasnya yang berasal dari jenis penutupan lahan disebelah kirinya.

4 Pada periode tahun 1997 22 perubahan tutupan lahan hutan lahan kering primer menjadi lahan terbuka merupakan perubahan tutupan lahan paling besar yaitu sebesar 1.677,4 ha (9,7%), sehingga lahan terbuka pada tahun 22 bertambah luas menjadi 3,21,1 ha (17,5%). Pertanian lahan kering mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 85, ha(13,3%) dan No data juga mengalami peningkatan tutupan lahan sebesar 492,8 ha (8,2%). Pada tahun 22 211, tutupan hutan lahan kering primer merupakan tutupan lahan yang mengalami perubahan tutupan lahan paling besar. Luas hutan lahan kering primer mengalami penurunan tutupan lahan sebesar 4.73,5 (36,%) ha, hutan lahan kering sekunder mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 532,8 ha (4,1%), pertanian lahan kering mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 2.858,6 ha (21,9%), lahan terbuka mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 1.949,7 ha (14,9%) dan No data mengalami pernurunan luas tutupan lahan sebesar 3.35,6 ha (23,2%). Hasil overlay tutupan lahan pada tahun 22 211 disajikan pada Tabel 4.

Tahun 22 41 41 Tabel 4. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS periode tahun 22 211. Kelas tutupan lahan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Tahun 211 Pertanian lahan kering Lahan terbuka No data Total Hutan lahan kering 4.369,3 (25.4) 1.285, (7.5) 2.19,7 (12.3) 2.177,2 (12.64) 5,7 (.) 9.946,9 (57,7) primer Hutan lahan kering 392,4 (2.3) 595,8 (3.5) 58,5 (3.4) 173, (1.),4 (,) 1.742,2 (1,1) sekunder Pertanian lahan kering 85,7 (,5) 23,4 (1.3) 925,6 (5.4) 599, (3.4) (,) 1.831,6 (1,6) Lahan terbuka 149,7 (.9) 87,5 (.5) 872,2 (5.1) 1934,1 (11.2) 5,1 (.) 3.48,7 (17,7) No data 246,3 (1.4) 76,2 (.4) 22,2 (1.2) 124,1 (.7) 2,1 (.) 65,8 (3,8) Total luas 5.243,4 (3,4) 2.275, (13.2) 4.69,2 (27.2) 4.998,4 (29.) 13,2 (.1) 17.22,2 (1) Perubahan tutupan 4.73,5(36,) 532,8 (4,1) 2.858,6 (21,9) 1.949,7 (14,9) 3.35,6(23,2) lahan * : Persentase ditampilkan dalam kurung. ** : Angka pada kolom adalah luas jenis penutupan lahan diatasnya yang berasal dari jenis penutupan lahan disebelah kirinya.

42 Renstra TNBBS Tahun 21 menyebutkan bahwa Resort Pugung Tampak TNBBS dikelola berdasarkan beberapa zona pengelolaan, zona pengelolaan tersebut disusun sesuai dengan kekayaan dan keanekaraganman hayati yang terdapat di dalamnya dan difungsikan untuk tujuan tertentu. Hasil analisis citra landsat menunjukan bahwa beberapa zona pengelolaan di wilayah penelitian telah mengalami degradasi, perubahan tutupan lahan yang terjadi pada beberapa zonasi tersebut menunjukan bahwa telah terjadi tekanan dan ganguan yang menyebabkan ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan fungsi zona tersebut. Perubahan paling tinggi yang terjadi di zona inti yaitu perubahan hutan lahan kering primer menjadi hutan lahan kering sekunder pada tahun 211 yaitu seluas 749,7 ha hal ini menandakan bahwa telah terjadi ganguan pada zona inti Resort Pugung Tampak TNBBS. Pada zona rehabilitasi perubahan paling tinggi terjadi pada hutan lahan kering primer menjadi lahan terbuka yang terjadi pada tahun 211 yaitu seluas 3.81,7 ha. Pada zona pemanfaatan perubahan paling besar terjadi pada tahun 211 perubahan hutan lahan kering primer menjadi pertanian lahan kering yaitu seluas 136,7 ha. Pada zona khusus perubahan tertinggi terjadi pada perubahan lahan hutan kering primer menjadi pertanian lahan kering pada tahun 211 yaitu seluas 2.75,1 ha zona khusus pada Resort Pugung Tampak dimanfaatkan menjadi jalan yang menghubungkan Rataagung ke perbatasan Bengkulu. Pada zona khusus perubahan terbesar terjadi pada perubahan hutan lahan kering primer menjadi pertanian lahan kering pada tahun 211 yaitu seluas 22,2 ha. Sedangkan pada zona religi perubahan paling besar terjadi pada perubahan hutan lahan kering primer menjadi pertanian

61.5 17.2 9.3 11.9 172 389.5 257.2 1311.8 99. 639.6 1213.3 Hektar 2145. 2422.3 3828.5 381.6 523. 262.6 19.9 9.3 32.3 68.7 2683.8 353.7 2887.5 26.63 487.28 75.14 19.8 98.7 92.9.45 84.4 73.8 539.8 749.6 Hektar 2677.9 43 lahan kering pada tahun 211 yaitu seluas 3,5 ha. Perubahan tutupan lahan pada setiap zona pengelolaan disajikan dalam bentuk histogram: 33 3 27 24 21 18 15 12 9 6 3 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 5. Histogram luas tutupan lahan di zona inti. 6 55 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 246.7 123.5 253.9 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 6. Histogram luas tutupan lahan di zona rehabilitasi.

18.2 34.6 26.2 917.9 26.4 187.9 189.1 6.8 347.6 339.5 274.9 163.8 788.7 138.2 294.2 275.1 573 4692.6 449.2 3.96.36 2.37 1.42 5. 1.5 19.3 11. 42.8 31. 46.2 73.9 84.7 141.9 136.7 154.2 44 2 18 16 14 Hektar Hektar 12 1 8 6 4 2 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 7. Histogram luas tutupan lahan di zona pemanfaatan. 6 55 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 8. Histogram luas tutupan lahan di zona rimba.

1.4 1.7 3.7 3.7 3.5 Hektar Hektar 2.9 2.1 1.6 3.5 5.3 6.1 4.9 5.2 8.9 23.7 21.14 22.5 22.1 45 4 2 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 9. Histogram luas tutupan lahan di zona khusus. 4 2 Jenis Tutupan Lahan 1973 1997 22 211 Gambar 1. Histogram luas tutupan lahan di zona religi.

46 Peta tutupan lahan Resort Pugung Tampak TNBBS Tahun 1973, 1997, 22 dan 211. Gambar 11. Peta Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Tahun 1973.

47 345 35 355 36 365 37 375 TUTUPAN LAHAN RESORT PUGUNG TAMPAK TNBBS_1997 Skala: 1:1951 Luas: 1722.175 Ha N 9465 9465 W E 946 946 S Keterangan: Hutan Lahan Kering Primer Hutan lahan kering Skunder Pertanian Lahan kering Lahan Terbuka No data 9455 9455 945 945 9445 9445 944 944 Sumber: citra Landsat TM 5 Batas Administrasi Resort Pugung Tampak Balai Besar TNBBS 345 35 355 36 365 37 375 Gambar 12. Peta Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Tahun 1997.

Gambar 13. Peta Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Tahun 22. 48

Gambar 14. Peta Tutupan Lahan Resor Pugung Tampak Tahun 211. 49

5 B. Pembahasan Penutupan lahan menggambarkan kontruksi vegetasi yang menutup permukaan tanah. Kontruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung melalui citra pengindraan jauh, (Burley, 1961 dalam Lo, 1995), sedangkan menurut Yusri (211), penutupan lahan merupakan status lahan secara ekologi dan penampakan permukaan lahan secara fisik, yang dapat berubah karena adanya intervensi manusia, gangguan alam dan suksesi tumbuhan secara alami. Penutupan lahan di kawasan Resort Pugung Tampak TNBBS seharusnya didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan primer karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang berfungsi sebagai areal konservasi sumberdaya alam hayati, akan tetapi karena adanya aktifitas masyarakat yang terjadi didalam kawasan menyebabkan tutupan lahan di kawasan Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengalami perubahan luasan dan fungsi penggunaan lahan. Aktifitas masyarakat di dalam kawasan Resort Pugung Tampak seperti land clearing untuk tujuan pertanian dan pemukiman di dalam kawasan mengakibatkan terjadinya perubahan tutupan lahan di Resort Pugung Tampak (TNBBS, 21). Perambah tersebut bercocok tanam kopi secara aktif dan sebagian dari perambah tersebut menetap di dalam kawasan. Tutupan lahan di Resort Pugung Tampak didominasi tutupan pertanian lahan kering dan lahan terbuka. Tingginya tutupan lahan tersebut menjadi bukti bahwa fungsi TNBBS sebagai kawasan pelestarian alam saat ini tidak sesuai. Penurunan perambah

51 yang telah dilakukan pada tahun 211 merupakan salah satu langkah pihak Balai TNBBS untuk menghentikan perambahan di Resort Pugung Tampak, akan tetapi sisa sisa kebun kopi milik perambah masih mendominasi di dalam kawasan taman nasional. C. Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Berdasarkan Zonasi Taman Nasional Bukit Barisan terdiri dari beberapa zona pengelolaan, diantaranya zona inti, zona rehabilitasi, zona rimba, zona pemanfaatan, zona khusus dan zona religi (TNBBS, 21). Setiap zona di Resort Pugung Tampak telah mengalami ganguan hal ini dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 yang menyajikan data tutupan lahan pada setiap zona pengelolaan di Resort Pugung Tampak TNBBS. Perubahan tutupan lahan terjadi disetiap zona pengelolaan di Resort Pugung Tampak, bahkan terjadi juga di zona inti. Zona inti merupakan zona yang memiliki fungsi perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya, sumber plasma nutfah untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya dan perlindungan terhadap daerah aliran sungai. Pada dasarnya aktifitas pertanian di dalam zona inti tidak diizinkan, namun hasil analilis citra landsat membuktikan bahwa zona inti juga telah mengalami ganguan oleh aktifitas perambahan untuk tujuan pertanian lahan kering.