BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 46

BAB 1 PENDAHULUAN. prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG s). utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor resiko kematian ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Organisasi adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI adalah jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat disuatu negara dapat dinilai dengan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 228 per

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK ( PWS-KIA ) By. IRMA NURIANTI, SKM

BAB I PENDAHULUAN. bidan, Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan. dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016)

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurunkan Angka Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu. adalah dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir, nifas

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas. obstetri yang rendah pula (Profil kesehatan jawa tengah 2015).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan

Transkripsi:

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selalu menjadi fokus utama dalam pelayanan kesehatan terutama bagi Puskesmas.Kesehatan ibu, bayi, dan balita menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam penduduk yang rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator derajat kesehatan suatu Negara.Banyak program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam pelayanan KIA. Sesuai Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota yaitu cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%), cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%), cakupan pelayanan nifas (90%), cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi yang dirujuk (100%),cakupan kunjungan neonatus (90%), cakupan kunjungan bayi (90%), cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%). Kebijakan penempatan bidan desa merupakan upaya terobosan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB.Keadaan ini menempatkan bidan desa sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, neonatal, bayi dan anak balita.namun demikian, kualitas pelayanan yang diberikan oleh bidan desa masih perlu ditingkatkan.bidan desa membutuhkan pembinaan, baik secara klinis profesi 1

2 bidan maupun dalam hal manajemen program KIA agar dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan standar bidan baik yang bertugas di Desa maupun di Puskesmas memiliki kemampuan dan keterampilan yang bervariasi, sehingga menjadi beban kerja tersendiri dalam pembinaannya (Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs,2000)pada tahun 2015 diharapkan AKImenurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 danakb dan Angka Kematian Balita (AKABA) menurun sebesardua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itupada tahun 2015 Indonesiamempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi102/100.000 KH, AKB dari 68 menjadi 23/1.000 KH,dan AKABA 97 menjadi 32/1.000 KH (Kemenkes RI, 2010). Untuk menunjang keberhasilan upaya-upaya kesehatan maka pemerintah menetapkan Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmasdidukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitaspelayanan kesehatan.jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.bidan desa merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas. Tugas bidan desa dalam melaksanakan program KIA yaitu melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, mengelola program KIA di wilayah desa, meningkatkan peran serta masyarakat termasuk pembinaan dukun bayi dan kader,

3 pembinaan wahana atau forum peran serta masyarakat yang terkait melalui pendekatan kepada pamong dan tokoh masyarakat. Fungsi bidan desa dalam pelayanan KIA yaitu memberikan pelayanan kesehatan ibu, memberikan pelayanan kesehatan bayi, memberikan pelayanan kesehatan balita, memberikan pertolongan pertama pada ibu bayi dan balita seperti ISPA, diare, gizi buruk, kecacingan, malaria, mengelola pelayanan KIA dan upaya pendukungnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil, serta membantu sasaran/ individu dan keluarga untuk meningkatkan hidup sehat secara mandiri (Depkes RI, 2007). Menurut Mangkunegara (2009) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.bidan desa sebagai petugas kesehatan digaris terdepan dan sesuai dengan fungsi keberadaannya diharapkan mampumeningkatkan cakupan pelayanan KIA. Namun terdapat banyak faktor yangmempengaruhi kinerja bidan desa tersebut diantaranya adalah faktor individu terdiri atas : Kemampuan, Pengalaman, Motivasi, Pembelajaran, Sikap dan faktor lingkungan kerja organisasi terdiri atasimbalan/penghargaan, sarana/peralatan, beban kerja, komitmen kerja. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Budi (2011) mengenai review kinerja bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak: isu strategis dan upaya pemecahannya disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan kinerja bidan desa sebagai ujung tombak pelayanankia,

4 ditemukan banyak kendala yaitu beban kerja bidan desa tinggi, kompetensi bidantidak mendukung untuk melaksanakan job deskripsi bidan terutama tugas tambahan,pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan skill bidan desa belum maksimal, hambatansupervisi, ketidakseimbangan antara reward dan beban kerja serta rendahnya komitmenbidan desa dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab. Sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi akan mempengaruhi kualitas kerja yang akan dihasilkan. Kualitas pelayanan yang dilakukan di puskesmas sangat dipengaruhi oleh kinerja sumber daya manusia yang ada di puskesmas.kinerja sumber daya manusia yang ada di puskesmas dapat dilihat dari beban kerja yang dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan salah satunya adalah bidan desa.beban kerja adalah tanggung jawab kewajiban yang harus dilaksanakan karena pekerjaan tertentu(simamora, 2001).Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang semakin berat beban kerja yang dimilikinya dan hasil yang didapatkan juga tidak optimal (Gibson dkk, 1996). Menurut Luthans (2006) komitmen organisasi merupakan sebagai keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu. Komitmen merupakan proses yang berkelanjutan dimana para anggota organisasi masingmasing menyumbangkan kontribusi terhadap kemajuan organisasi. Komitmen yang tinggi akan sangat menentukan tingkat retensi karyawan dan produktivitas kerja yang baik serta rasa memiliki. Hal-hal ini akan memberi hasil berupa kinerja yang baik maupun buruk. Menurut Depkes (2007) pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan desa akan terlaksana secara optimal apabila setiap bidan desa

5 memahami komitmen kerjanya sebagai bidan kerja. Komitmen kerja bidan desa adalah suatu janji dari seorang bidan desa atau kebulatan tekad untuk melaksanakan kegiatannya sebagai seorang bidan sesuai dengan tujuan,kedudukan,dan cakupan yang sudah ditentukan dalam tugasnya.komitmen kerja bidan desa terdiri dari : Bidan desa komitmen terhadap peningkatan cakupan pelayanan, Bidan desa komitmen terhadap kebijaksanaan Departemen Kesehatan, Bidan desa komitmen terhadap tugas manajemen KIA dan administrasi/pencatatan dan pelaporan. Cakupan persalinan yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 90,88% dan telah mencapai target renstra yaitu sebesar 89%. Dari 33 provinsi di Indonesia ada 12 provinsi yang belum mencapai target renstra, salah satunya adalah sumatera utara yaitu sebesar 81,71%. Namun dalam tingkat daerah jumlah cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara hanya 13 Kabupaten/Kota yang mencapai target. Cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K4 di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 86,62%, sementara cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K4 di Sumatera Utara sebesar 76,34%, Dalam hal ini baik dalam lingkup nasional dan provinsi belum memenuhi target renstra yaitu sebesar 93%. Cakupan kunjungan neonatus pertama (KN1) berdasarkan target renstra yaitu 89%. Cakupan KN1 di Indonesia sebesar 93,34%, untuk Sumatera Utara 92,57%, dan KN1 telah mencapai target renstra baik secara nasional maupun provinsi. Berdasarkan target indikator Indonesia sehat rasio bidan 100/100.000 penduduk di tingkat provinsi Sumatera Utara ada 67% Kabupaten/Kota yang telah memenuhi

6 target. Rasio bidan per 100.000 penduduk di Sumatera Utara sebesar 102,5/ 100.000 penduduk hal ini telah mencapai target indikator Indonesia sehat. (Kemenkes RI, 2013). Kabupaten Samosir memiliki 12 puskesmas yaitu 5 puskesmas dengan rawat inap dan 7 puskesmas dengan non rawat inap.kabupaten Samosir memiliki cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan tahun 2013 sebesar 99,17% dan telah mencapai target Renstra yaitu sebesar 89%, selanjutnya untuk cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K4 Kabupaten Samosir sebesar 83,16% dan belum memenuhi target Renstra yaitu sebesar 93%, cakupan kunjungan KN1 berdasarkan target Renstra yaitu 89% untuk itu cakupan kunjungan KN1 Kabupaten Samosir sudah mencapai target yaitu sebesar 94,13%, dan untuk cakupan pelayanan kesehatan bayi telah mencapai target Renstra sebesar 87% yaitu sebesar 99,17%, cakupan pelayanan kesehatan anak balita Kabupaten Samosir berada pada tingkat terendah dan tidak mencapai target yaitu sebesar 58,13%. Untuk rasio bidan per 100.000 penduduk sebesar 236,6/100.000 penduduk. Dari data tersebut, rasio bidan di Kabupaten Samosir sudah memenuhi target namun belum semua cakupan pelayanan KIA memenuhi target renstra (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arthur (2006) mengenaigambaran Kualitas pelayanan antenatal dan cakupan K4 di Puskesmas Kabupaten Samosir Tahun 2006, menunjukkan sarana pelayanan antenatal baru 7 (63,6%) Puskesmas yang sarananya dapat dikatakan lengkap, sedangkan dana, tenaga dan pengetahuan sudah memadai di setiap Puskesmas. Kondisi

7 pelaksanaan proses dari pelayanan antenatal di Puskesmas wilayah Kabupaten Samosir yang terdiri dari anamnesa (8 (72,7%) Puskesmas), pemeriksaan fisik (7 (63,6%) Puskesmas), penegakan diagnosa (6 (54,5%) Puskesmas), intervensi (7 (63,6%) Puskesmas) dan konseling (7 (63,6%) Puskesmas) belum memadai. Ratarata cakupan K4 dari Januari-November tahun 2006 di Puskesmas wilayah Kabupaten Samosir yang masih rendah yaitu sebesar 59,72%. Oleh karena itu, perlu adanya penegasan agar petugas pelayanan antenatal menjalankan prosedur pelayanan antenatal, dan perlu melengkapi sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang sarananya masih kurang memadai, serta perlunya meningkatkan sumber daya manusia baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sarumpaet dkk(2012) mengenai perbedaan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di perkotaan dan daerah terpencil menyatakan bahwa adanya perbedaan nyata antara harapan dan kondisi mutu pelayanan kesehatan yang dipersepsikan oleh masyarakat (P < 0,05) di wilayah kerja Puskesmas Buhit mewakili daerah perkotaan dan Mogang mewakili daerah terpencil. Sehingga indikasinya mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang diberikan oleh Puskesmas Buhit dan Puskesmas Mogang belum memenuhi harapan masyarakat. Puskesmas Buhit merupakan puskesmas non rawat inap yang berada di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan wilayah kerja 25 Desa dan 3 Kelurahan.Dari hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan terhadap bidan desa,dalam pelayanan antenatal belum dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada seperti pengisian buku KIA tidak lengkap,dalam pelayanan antenatal bidan

8 desa langsung melakukan palpasi pada Ibu hamil tanpa melakukan ukur lingkar lengan atas dan ukur tinggi fundus uteri yang digunakan untuk pendeteksian secara dini gangguan kehamilan yang mungkin terjadi. Pembagian beban kerja yang kurang merata kepada setiap bidan desa menjadi penyebab kurangnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, Komitmen kerja bidan desa yang masih kurang, membuat bidan desa tidak selalu berada di tempat tugas, serta pekerjaan yang selesai tidak tepat pada waktunya seperti mengantar laporan ke Puskesmas Buhit. Adanya beban kerja dan komitmen kerja yang masih belum sesuai oleh bidan desa berdampak pada kinerja bidan desa.kinerja bidan desa wilayah kerja Puskesmas Buhit dapat dilihat dari cakupan KIA untuk Desa Lumban Suhi Dolok pada tahun 2014, target untuk ibu hamil dan sasaran ibu bersalinadalah 20 orang Ibu. Untuk cakupan K1 sebesar 7 orang Ibu hamil (35,00%), cakupan K4 sebesar 12 orang Ibu hamil (60,00%), cakupan persalinan 14 orang Ibu bersalin (70,00%). Target untuk Bayi yang dilayani 19 orang Bayi dan 109 orang Balita. Cakupan KN1 sebesar 14 orang Bayi (73,68%), cakupan KNL sebesar 13 orang Bayi (68,42%). Untuk Desa Situngkir, target untuk Ibu hamil dan target Ibu bersalin adalah 9 orang Ibu. Cakupan K1 sebesar 5 orang Ibu hamil (55,56%), cakupan K4 sebesar 4 orang Ibu hamil (44,44), cakupan persalinan 5 orang Ibu bersalin (55,56%). Target untuk Bayi yang dilayani 9 orang Bayi dan 49 orang Balita. Cakupan KN1 sebesar 5 orang Bayi (55,56), Cakupan KNL sebesar 4 orang Bayi (44,44%) (Profil Kesehatan Puskesmas Buhit, 2015). Cakupan untuk Desa Lumban Suhi Dolok dan Desa Situngkir adalah mewakili26 Desa lainnya di

9 wilayah kerja puskesmas Buhit.Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas Buhit yang menjadi tanggung jawab bidan desa masih belum optimal karena belum semua cakupan KIA mencapai target. Berdasarkan uraian-uraian diatas dan survei pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Buhit, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan beban kerja dan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah ada hubungan beban kerja dan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan beban kerja dan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

10 2. Untuk mengetahui hubungan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam peningkatan pelayanan KIA. 2. Sebagai masukan bagi puskesmas Buhit dalam peningkatan pelayanan KIA. 3. Sebagai masukan bagi Bidan Desa dalam peningkatan pelayanan KIA. 4. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.