BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting untuk menjelaskan prosedur ilmiah yang akan penulis lakukan dalam riset ini. Prosedur ilmiah dimaksudkan agar riset yang dilakukan oleh peneliti lebih terarah dan sistematis. Dalam metode penelitian pada dasarnya memuat jenis penelitian, pendekatan, metode pengumpulan data, analisa data serta subyek penelitian yang akan dijelaskan secara rinci di bawah ini: A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 1 Penelitian kualitatif dalam skripsi ini bermaksud untuk memahami pemikiran-pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pribumisasi Islam dan dakwah multikulturalnya. Fenomena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library Research) yaitu penelitian yang mengumpulan datanya melalui penelusuran kepustakaan. 2007, h. 6. 1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 33
34 B. Objek Penelitian Sebagai objek dalam penelitian ini adalah ide-ide atau pikiran KH. Abdurrahman Wahid yaitu: Islamku, Islam Anda, dan Islam kita; Agama masyarakat Negara Demokrasi, The Wahid Institute, Jakarta: 2006. yang lebih spesifik berbicara tentang pribumisasi Islam di Indonesia. C. Sumber Data Subjek penelitian atau sumber data adalah orang, benda atau hal yang dijadikan sumber penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua subjek penelitian yakni, sumber primer dan sumber sekunder. a. Sumber primer adalah data yang harus kita peroleh dari dari sumber asli atau pertama 2 sumber utama tulisan Gus Dur yang dijadikan sebagai rujukan baik berupa buku, jurnal, artikel maupun tulisan lepas lainnya. Dalam hal ini Sumber primernya adalah Abdurrahman wahid dan gagasan beliau yang tertuang melalui tulisan di dalam buku, jurnal artikel dan lain-lain. Di antaranya adalah Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, dan Islam kita; Agama masyarakat Negara Demokrasi, The Wahid Institute, Jakarta: 2006. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan peneliti Ilmu,2006,h. 123. 2 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha
35 terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia. 3 Sumber sekunder dalam hal ini adalah dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan judul skripsi ini diantarnaya adalah Zuhairi Misrawi, Menggugat Tradisi Pergulatan Pemikiran Anak Muda Nu, Jakarta: Buku Kompas, 2004. Greg Barton, Biografi Gus Dur The Authorized Biografhy of Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: LKiS, 2011. Pahrurroji M. Bukhori, Membebaskan Agama dari Negara Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Ali Abd ar-raziq, Jakarta: Pondok Edukasi, 2003. Munawar Ahmad, Ijtihad politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, LKiS, Yogyakarta, 2010. M. Hanif Dakhiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, LKiS, Yogyakarta, 2010. Arief Mudatsir Mandan, Jejak Langkah Guru Bangsa, Pustaka Indonesia Satu (PIS) Jakarta, 2010. Dan karya-karya lain yang memiliki relevansi dengan permasalahan skripsi ini. D. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis sosiologis. Tujuan pendekatan historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. 4 Pendekatan historis sosiologis dipilih, karena selain berguna untuk memperoleh kejelasan tentang riwayat hidup dan latar belakang aktivitas keilmuwan KH. Abdurrahman 3 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, h. 82. 4 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004,h. 73.
36 Wahid, juga berguna untuk memperoleh informasi tentang dialektika intelaktualnya yang dikaitkan dengan tradisi keilmuwan dan tradisi masyarakat yang berkembang di masanya. Dengan menggunakan pendekatan sejarah ini dapat dilacak setting sosio historis dan sosio intelektual yang melingkupi suasana kehidupan KH. Abdurrahman Wahid pada masanya. E. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan kebenaran yang terjadi atau terdapat pada subyek penelitian atau sumber data. Untuk mendapatkan data yang relevan dengan fokus kajian penulis melakukan penelusuran literatur, dimulai dengan mengumpulkan karya-karya KH. Abdurrahman Wahid Pribadi sebagai data primer, dilanjutkan dengan pengumpulan tulisan orang lain tentang KH. Abdurrahman Wahid sebagai data sekunder, baru kemudian diperkuat dengan buku-buku lain yang menunjang. F. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data riset, peneliti akan menggunakan metode hermeneutik kritis. Dengan menggunakan hermeneutik kritis, peneliti berkeyakinan bahwa teks pemikiran KH. Abdurrahman Wahid yang kerap disapa Gus Dur dapat ditelaah secara objektif sehingga dapat menemukan makna-makna di balik pemikiran beliau. Dalam perspektif filsafat, hermeneutik merupakan salah satu metode interpretasi teks yang menerapkan paradigma kritis. Hermeneutik adalah sistem tafsir untuk mengungkap
37 makna tersembunyi di balik teks. 5 Karena itu, untuk memahami suatu teks seorang penafsir harus mampu mengambil jarak atau melangkah keluar dari tradisi dan prasangka. 6 Pinsip interpretasi hermeneutika mengacu pada pertanyaan: apakah pembacaan terhadap teks bertujuan menemukan maksud penggagas, maksud teks, ataukah maksud pemabaca? Perbedaan penekanan pencarian makna pada ketiga unsur interpretasi hermeneutis ini menjadi titik beda masingmasing hermeneutika. Titik beda itu dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori hermeneutika; teoritis, filosofis, dan kritis. 7 Problem utama hermenetika ini bukanlah bagaimana memahami teks dengan benar dan objektif sebagaimana hermenetika teoritis. Problem utamanya adalah bagaimana tindakan memahami itu sendiri. Sebagai penggagas hermeneutika filosofis, Gadamer berbicara tentang watak interpretasi, bukan teori interpretasi. Karena itu, dengan mengambil konsep fenomenologi Heidegger tentang Desein (ke-ada-annya di dunia), Gadamer menganggap hermeneutiknya sebagi risalah ontologi, bukan metodologi. Singkat kata, Gadamer merumuskan hermeneutika filosofisnya dengan bertolak pada empat kunci hermeneutis: pertama, kesadaran terhadap situasi hermeneutik. Pembaca perlu menyadari bahwa situasi ini membatasi 5 Ricard E. Palmer, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, alih bahasa Musnur Hery dan Damanhuri Muhammed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, h. 41. 6 Mujia Raharjo, Mengapa Gus Dur Jatuh? Suatu Kajian Bahasa dalam Wacana Politik, Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2005, h. 68 7 Aksin Wijaya, Hermeneutika Al-Quran: Memburu Pesan Manusiawi dalam Al- Quran, Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Vol. XV, No. 2, Desember 2011, h. 216
38 kemampuan melihat seseorang dalam membaca teks. Kedua, situasi hermeneutik ini kemudian membentuk pra-pemahaman pada diri pembaca yang tentu mempengaruhi pembaca dalam mendialogkan teks dengan konteks. Kendati ini merupakan syarat dalam membaca teks, menurut Gadamer, pembaca harus selalu merevisinya agar pembacaannya terhindar dari kesalahan. Ketiga, setelah itu pembaca harus menggabungkan antara dua horizon; horizon pembaca dan horizon teks. Keduanya harus dikomunikasikan agar ketegangan antara dua horizon yang mungkin berbeda bisa diatasi. Pemabaca harus terbuka pada horizon teks dan membiarkan teks memasuki horizon pembaca. Sebab teks dengan horizonnya pasti mempunyai sesuatu yang akan dikatakan pada pembaca. Interaksi antara dua horizon inilah yang oleh Gadamer disebut lingkaran hermeneutik. Keempat, menerapkan makna yang berarti dari teks, bukan makna objektif teks. Makna itu mempunyai nilai bagi kehidupan pembaca, bukan bagi kehidupan penggagas. 8 Kajian hermeneutik ini digunakan untuk menggali ide-ide dan pemikiran Gus Dur yang berkaitan dengan pribumisasi Islam di Indonesia, baik yang tersebar melalui tulisan di buku, jurnal, artikel dan sebagainya yang relevan dengan apa yang sedang peneliti tulis. 8 Ibid, h. 217.