BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Tari Polostomo Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Tari Di SMPN 22 Bandung

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. O₁ x O₂. X : Perlakuan (treatment)

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. SD Kristen Paulus Bandung merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bealakang Norma Egi Rusmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

2013 PENGGUNAAN MEDIA LAGU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DALAM MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bermutu menjadi salah satu faktor yang penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Nurul Fauziah Ismayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun banyaknya sarana dan prasarana pendidikan baik secara formal maupun nonformal. Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan potensi siswa agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang kreatif. Pentingnya pendidikan tersebut seperti tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pada prinsipnya pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (2003 : 4). Berdasarkan pemaparan di atas, pendidikan merupakan suatu proses bimbingan yang di dalamnya terdapat suatu kegiatan pembelajaran. Dalam suatu proses pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu metode, model, bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran seni tari merupakan salah satu pembelajaran yang sangat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Hal tersebut tidak lepas dari peran guru sebagai motivator dan fasilitator serta merupakan sarana pembelajaran 1

2 yang dapat membantu meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih/menentukan metode, model, bahan ajar dan media yang disesuaikan dengan karakteristik dan usia siswa. Penerapan pembelajaran tari untuk siswa Sekolah Dasar merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kreativitas siswa terlebih dalam gerak tari. Gerak tari yang diharapkan pada jenjang sekolah dasar bukan berarti siswa dapat pintar menari, tetapi lebih pada bagaimana siswa mau belajar menari. Langkah tersebut merupakan awal dalam meningkatkan kreativitas gerak. Dalam pembelajaran tari, tujuan diterapkanya tari dalam pendidikan harus sesuai dengan sasaran yang ingin di capai oleh guru. Dalam menerapkan pembelajaran tari guru harus menciptakan suasana senang dan gembira pada muridnya, sehingga akan timbul ketertarikan siswa terhadap pembelajaran tari. Pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, seperti halnya pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Harapan II Bandung. Sistem pembelajaran seni tari yang dilaksanakan yaitu dengan peniruan, yang cenderung menitikberatkan pada peniruan gerak yang sudah ada sehingga proses pembelajaran lebih terpusat kepada guru (teacher centered), sehingga dapat membatasi siswa untuk bereksplorasi gerak dan cenderung pasif dalam berkreasi. Dampaknya siswa akan merasa jenuh dan bosan sehingga hasil yang diperoleh dalam pembelajaran seni tari tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Adapun metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Mengenai metode demonstrasi seperti yang diungkapkan Djamarah dan Zain (2002 : 102) sebagai berikut :

3 Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode ini memiliki kekurangan yaitu : (1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif. (2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. (3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. Pada dasarnya pembelajaran tari di sekolah, tidak dimaksudkan siswa terampil menari seperti untuk seni pertunjukan, melainkan lebih terfokus pada materi yang mengarah serta menggali proses kreatif siswa. Pada kegiatan pembelajarannya diharapkan sesuai dengan tahap perkembangan anak, salah satunya adalah dapat melatih daya berfikir yang kreatif dengan cara penemuan dan percobaan gerak yang anak lakukan sendiri. Proses ini berguna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Seperti yang diungkapkan Masunah (2004:248) sebagai berikut: Aspek psikomotor dapat dicapai melalui kegiatan siswa bergerak dalam upaya mengekspresikan imaji keatifnya melalui tubuhnya. Imaji kreatif ini merupakan hasil pemikiran tentang suatu kemungkinan gerak tubuh atau gerak perumpamaan, tanpa pengolahan pikir tidak akan terwujud gerak yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses berfikir dan mempertanggungjawabkan bentuk gerak oleh siswa, merupakan usaha mengolah aspek kognitif. Aspek kognitif sering dipandang hanya dari sudut pengetahuan teoritis saja, padahal proses berfikir dalam mewujudkan gerak pun merupakan aspek kognitif. Afektif siswa dapat dilihat antara lain dari keberanian, inisiatif, kerjasama kelompok dan tanggungjawab. Pada tahap awal, kegiatan tari kreatif dengan pencapaian ketiga ranah tersebut berlaku pada semua tingkatan sekolah. Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat

4 dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak murid. Bahan ajar sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya dipilih yang relevan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Di sini guru sebagai seorang pendidik, dituntut untuk dapat memainkan dan menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Selain itu dapat mengembangkan iklim belajar mengajar yang menumbuhkan kreativitas siswa. Salah satu yang dapat diangkat dalam pembelajaran seni tari berupa stimulus awal yang berfungsi untuk membangkitkan atau memotivasi siswa menari. Bahan ajar yang dipakai sebagai rangsang awal untuk pembelajaran tari sangat banyak dan variatif, diantaranya bisa menggunakan media topeng. Keberadaan tari topeng di Jawa Barat sendiri sangat banyak, tetapi untuk merangsang kreatifitas anak tingkat sekolah dasar harus disesuaikan dengan karakteristik usia anak. Tari Topeng Rehe sebagai salah satu tari rakyat kreasi baru sangat memungkinkan dijadikan sebagai media rangsang untuk anak tingkat Sekolah Dasar. Hal ini dapat dilihat dari karakternya yang lincah/centil, enerjik, dilihat dari Tari Topeng Rehe itu sendiri geraknya merupakan perpaduan dari gerak tari modern dan

5 tradisional (jaipongan) dengan media ungkap topeng yang lucu dengan berbagai ekspresi yang berbeda, sehingga dapat memudahkan siswa untuk mengimitasikan atau menafsirkan simbol dari topeng-topeng tersebut dalam bereksplorasi gerak, ini sangat sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar. Siswa Sekolah Dasar merupakan siswa yang masih dalam masa usia awal sekolah. Masa usia tersebut adalah masa yang masih dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan, serta penguasaan motorik yang baik, pada masa ini anak bersifat aktif. Mengenai perkembangan karakteristik siswa Sekolah Dasar seperti yang diungkapkan Yusuf Syamsu (2007:135) sebagai berikut: Dalam perkembangan fisik-motorik seiring dengan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkordinasi dengan baik setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Hal ini usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah oleh karena itu usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik seperti melukis, menulis, olah raga dan menari. Sedangkan dalam perkembangan intelektual anak sudah dapat merespon rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif hal ini ditandai dengan kemampuan mengklasifikasikan (mengelompokan), menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) serta anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) secara sederhana. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pembelajaran seni tari dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran seni yang dapat dipelajari siswa. Bukan hanya aspek psikomotor yang dilatih, tetapi aspek kognitif, dan afektif siswa juga menjadi aspek yang perlu dikembangkan. Karakteristik siswa sekolah dasar yang dinamis, enerjik dan selalu ingin tahu, menuntut terjadinya proses aktivitas belajar kreatif dan interaktif yang berpusat pada siswa.

6 Berdasarkan pertimbangan di atas, peneliti termotivasi untuk menerapkan pembelajaran seni tari dengan bahan ajar Topeng Rehe yang sekaligus dijadikan sebagai stimulus dalam pembelajaran Seni Budaya (seni tari) dengan diharapkan adanya nilai pendidikan yang bisa diberikan kepada siswa yaitu nilai moral dan etika yang diaplikasikan dalam kehidupan. Pembelajaran Seni Budaya di sekolah meliputi seni musik, seni rupa, seni tari dan keterampilan. Pembelajaran seni tari dalam pelaksanaannya dengan memberikan Topeng Rehe dalam pembelajaran seni tari diharapkan siswa dapat berkreasi dengan munculnya keberanian, aktif dan kreatif dalam bergerak, sehingga dalam proses pembelajaran seni tari menghasilkan siswa yang kreatif. Kegiatan ini merupakan sebuah rangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Harapan II Bandung, dengan mengangkat judul Topeng Rehe untuk bahan ajar seni tari dalam meningkatkan gerak pada siswa kelas IV SD Negeri Harapan II Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkap, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan judul di atas yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pembelajaran seni tari melalui Bahan Ajar Topeng Rehe dalam meningkatkan kreativitas gerak pada siswa kelas IV SD Negeri Harapan Bandung?

7 2. Bagaimana hasil pembelajaran seni tari melalui rangsangan Topeng Rehe dalam meningkatkan kreativitas gerak pada siswa kelas IV di SD Negeri Harapan II Bandung? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi siswa dalam peningkatan kreativitas gerak pada siswa kelas IV di SD Negeri Harapan II Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memotivasi baik guru maupun siswa dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari kearah yang lebih kondusif. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran seni tari melalui bahan ajar tari Topeng Rehe dalam meningkatkan kreativitas gerak pada siswa kelas IV di SD Negeri Harapan II Bandung. 2. Untuk memperoleh data tentang hasil pembelajaran setelah menggunakan bahan ajar Tari Topeng Rehe dalam meningkatkan kreativitas gerak pada siswa kelas IV di SD Negeri Harapan II Bandung. 3. Mengetahui faktor positif dan negatif diterapkannya Tari Topeng Rehe sebagai bahan ajar pada siswa kelas IV di SD Negeri Harapan II Bandung. D. Kegunaan Penelitian 1. Peneliti Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, diantaranya untuk :

8 Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan proses pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam gerak tari. Dari penelitian ini peneliti mendapat gambaran mengenai pemilihan materi, metode dan bahan ajar yang harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang berbeda. 2. Guru Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan guru dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan pembelajaran terutama dalam pembelajaran seni tari. 3. Siswa Dapat memperoleh pengalaman bergerak sesuai imajinasinya serta dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap kesenian yang berkembang di daerah setempat terutama Tari Topeng Rehe. 4. Lembaga Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi para mahasiswa yang masih menimba ilmu di UPI dan memberikan dorongan untuk menindak lanjuti penelitian di sekolah lain. E. Hipotesis Berdasarkan penelitian ini peneliti mengemukakan hipotesis bahwa terdapat pengaruh positif pada penggunaan rangsang topeng rehe dalam meningkatkan kreativitas gerak pada siswa Kelas IV SD Negeri Harapan II Bandung.

9 F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode quasi eksperimen (eksperimen tidak murni) dengan pendekatan kuantitatif. Mengenai pengertian eksperimen, Arikunto (1958:257) mengemukakan bahwa : Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dilakukan pada subjek diteliti. Penelitian eksperimen dikenal dua jenis yaitu eksperimen dikenal dua jenis yaitu eksperimen murni (True eksperimen) dan eksperimen tidak murni (Quasi eksperimen). Ada tiga jenis Design yang seringkali dimasukkan ke dalam kategori quasi exsperimen desain, yaitu (1) One shot case study, (2) Pre test and Post test, dan (3) Static Group Comparison. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Pre-test and post test group desain. Pola : 0 0 1 2 Sebagaimana dikemukaan oleh Arikunto bahwa (2002:78) di dalam desain observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen ) disebut pre-test, dan (01 observasi sesudah eksperimen ) disebuat post-test. Pada pre-test ini diminta (02 melakukan gerak tanpa adanya rangsangan sedangkan pada post-test anak diminta melakukan gerak setelah adanya rangsang Topeng Rehe sebagai rangsangan dalam melakukan gerak. Perbedaan antara 01 dan 02 yaitu - diasumsikan merupakan efek dari 02 01 treatmen atau eksperimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung efektifitas treatment adalah

10 t = Md x 2 d N ( N 1) Dengan keterangan : Md : Mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test Xd : Perbedaan deviasi dengan mean deviasi N : Banyak subjek Df : Atau db adalah N-1 G. lokasi dan Sampel Penelitian a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri Harapan II Bandung tepatnya berada di Jalan Pak Gatot VI KPAD Kelurahan Gegerkalong Kecamatan Sukasari Kotamadya Bandung. b. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Negeri Harapan II Bandung yang berjumlah 41 orang yang terdiri dari 25 0rang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. c. Sampel Dari populasi yang ada penulis mengambil kelas IV SD Negeri Harapan II dengan jumlah siswa 41 orang sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan sampel total.

11 H. Teknik pengumpulan data Teknik yang diterapkan dalam mengumpulkan data dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Observasi Observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang ada di SD Negeri Harapan II Bandung. Observasi dilakukan secara langsung terhadap siswa dengan menerapkan Topeng Rehe sebagai sumber bahan ajar, proses pembelajaran yang diamati diantaranya aktivitas siswa terhadap peningkatan kreativitas gerak pada siswa. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai masalah yang terjadi di sekolah tersebut baik dengan guru maupun siswa di SD Negeri Harapan II Bandung. 3. Dokumentasi Cara ini dipakai untuk mempelajari transkrip nilai siswa kelas IV SD Negeri Harapan II Bandung Tipe Recorder untuk merekam hasil wawancara dengan guru dan siswa untuk mengetahui proses pembelajaran serta mempelajari fotofoto untuk memperoleh data yang lengkap dan menunjang dalam penelitian. 4. Studi Pustaka Studi pustaka yaitu dengan mempergunakan sumber atau buku-buku yang relevan dengan masalah.

12 5. Tes Tes yaitu dengan melakukan berbagai tugas baik dilakukan secara lisan atau tulisan dan perbuatan, tes dilakukan dalam dua kali tes yaitu tes awal (pre-test) sebelum dilakukannya eksperimen dan akhir (post-test) I. Teknik Analisis Data Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kuantiatif melalui penghitungan statistik. Namun untuk menambah pemahaman maka penelitian ini dilengkapi dengan paparan data secara kualitatif, yaitu data bentuk pemaparan atau uraian deskriptif analisis. J. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data penelitian berupa hasil pengamatan, perkembangan keberanian dan keaktifan bergerak, serta kreatif siswa dalam gerak dengan adanya pengaruh Tari Topeng Rehe terhadap perkembangan kreativitas gerak tari pada siswa kelas IV SD Negeri Harapan II Bandung digunakan instrumen sebagai berikut : a. Lembaran observasi proses dan hasil pembelajaran. b. Pedoman hasil wawancara. c. Dokumentasi d. Tes