LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA JENIS DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 921 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KOTA MEDAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DANA BERGULIR PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

PERATURAN WALIKOTA MEDAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO. Tahun 2009 Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 04 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PERDA NOMOR 2 TAHUN 2012 TERHADAP UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN BERSEJARAH DI KESAWAN Angket ini ditujukan untuk penyusunan laporan Persepsi Pemangku Kepentingan dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 terhadap Upaya Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kesawan. Maksud angket ini adalah untuk mengetahui persepsi dan harapan pemangku kepentingan untuk konsep pelestarian dalam peraturan daerah kota Medan. Kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi angket ini dengan kesungguhan hati. Atas segala kerja sama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Peneliti Pascasarjana IDENTITAS RESPONDEN Isilah bagian ( ) dan berikan tanda silang (X) pada bagian ( ) untuk jawaban yang dipilih. NAMA : JENIS KELAMIN : Pria Wanita USIA : < 20 tahun 30-40 tahun 50-60 tahun 20-30 tahun 40-50 tahun > 60 tahun PROFESI : Masyarakat lokal / kota Pengunjung PENDIDIKA : SD SMP SMA N TERAKHIR S1 S2 S3 PERSEPSI RESPONDEN (DALAM PILIHAN BERGANDA) Berikan hanya 1 (satu) jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan. 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa bangunan di Kesawan dapat dikategorikan sebagai warisan bersejarah kota Medan? a. Tahu b. Tidaktahu 2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui sejarah lingkungan atau bangunan bersejarah di Kesawan? a. Tahu b. Tidaktahu 3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana tanggapan tentang keberadaan bangunan bersejarah di Kesawan? a. Baik d. Biasa saja b. Baik dan menarik e. Tidak ada tanggapan c. Perlu penataan 4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi bangunan bersejarah di Kesawan? a. Baik dan terawat b. Biasa c. Tidak terawat 5. Menurut Bapak/Ibu permasalahan apa yang menghambat Kesawan dapat dirawat sebagai warisan bersejarah? a. Biaya perawatan mahal b. Tidak tahu teknis merawat bangunan kuna c. Sulit mengganti ornamen yang rusak kembali seperti asli semula d. Tidak ada bantuan dari pemerintah e. Tidak ada minat melestarikan bangunan bersejarah

6. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan perubahan wajah bagian depan bangunan atau ketinggian bangunan yang berbeda dari semula? a. Setuju b. Tidak setuju 7. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu bila bangunan bersejarah difungsikan untuk penggunaan lain namun tetap mempertahankan wajah bagian depan dan ketinggian bangunan? a. Baik dan menarik, dapat dipertahankan b. Tidak efektif dan tidak menarik, perlu diubah 8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa di Kota Medan ada peraturan daerah yang mengatur tentang bangunan bersejarah di Kesawan? a. Tahu b. Tidak tahu PERSEPSI RESPONDEN (DALAM UKURAN TINGKAT KEPUASAN DAN TINGKAT KEPENTINGAN) Berikan checklist ( ) di kolom kepuasan dan kepentingan pada angka-angka yang telah disediakan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Sebagai contoh: Kepuasan Kepentingan No Pernyataan 1 = sangat tidak puas 2 = tidak puas 3 = sedang 4 = puas 5 = sangat puas 1 = sangat tidak penting 2 = tidak penting 3 = sedang 4 = penting 5 = sangat penting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Wajah depan bangunan bersejarah di Kesawan 2 Ketinggian bangunan bersejarah di Kesawan Selamat mengisi A No Pernyataan KEGIATAN MELESTARIKAN / MERAWAT 1 Diubah agar dapat dimanfaatkan untuk fungsi yang lebih sesuai (adaptasi) 2 Dikembalikan bentuk fisik ke kondisi semula agar dapat dimanfaatkan kembali (restorasi) 3 Dipertahankan keadaan asli tanpa ada perubahan dan mencegah penghancuran (preservasi) 4 Dipertahankan dan disesuaikan untuk fungsi ruang baru (revitalisasi) 5 Pemugaran didampingi oleh arsitek bersertifikat keahlian Kepuasan Kepentingan 1 = sangat tidak puas 1 = sangat tidak 2 = tidak puas 3 = sedang 4 = puas 5 = sangat puas penting 2 = tidak penting 3 = sedang 4 = penting 5 = sangat penting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 B PERAN SERTA PEMERINTAH 1 Memberikan izin khusus untuk renovasi atau memugar atau membongkar bangunan di Kesawan 2 Meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab pemilik bangunan untuk merawat 3 Memberikan insentif atau kompensasi yang sifatnya ekonomis ke pemilik bangunan 4 Melakukan sosialisasi perda atau undang-undang bangunan bersejarah ke masyarakat 5 Mendorong kemitraan dengan pihak swasta untuk merawat bangunan bersejarah di Kesawan 6 Membentuk tim atau lembaga untuk mengelola perawatan bangunan bersejarah di Kesawan 7 Memberikan penghargaan untuk pemilik bangunan bersejarah yang melakukan pemugaran 8 Menghentikan kegiatan pemanfaatan yang sudah menyebabkan kerusakan atau menyalahi izin

C D PERAN SERTA PEMILIK/PENGGUNA/PENGELOLA (PPP) BANGUNAN BERSEJARAH 1 Mendapat kemudahan izin untuk pemugaran bangunan 2 Mendapat insentif pembangunan dalam pemugaran 3 Menerima bantuan atau kompensasi pemeliharaan 4 Memulihkan bangunan yang ditelantarkan atau rusak 5 Diberikan pelatihan teknis perawatan bangunan bersejarah PELAKSANAAN KEGIATAN 1 Memiliki tanda situs warisan sejarah yang mudah dilihat masyarakat 2 Menggunakan APBD kota Medan untuk pembiayaan pengelolaan bagian luar 3 Menggunakan dana pemilik/pengguna/pengelola untuk pembiayaan pengelolaan bagian dalam 4 Dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai tujuan pariwisata, kegiatan sosial, pendidikan, dan komersial 5 Pemugaran harus serasi dengan bentuk dan ketinggian lingkungan sekitar 6 Pelanggaran dalam pemugaran dapat dikenakan sanksi pidana ***

LAMPIRAN 2 HASIL PENELITIAN

Wisatawan No Variabel STP TP S P SP STP TP S P SP n Mean No Variabel 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 n Mean 1 A1 6 8 24 11 1 50 2.86 1 A1 3 10 13 19 5 50 3.26 2 A2 3 8 11 19 9 50 3.46 2 A2 0 4 8 23 15 50 3.98 3 A3 5 5 14 18 8 50 3.38 3 A3 0 3 10 17 20 50 4.08 4 A4 4 3 26 13 4 50 3.2 4 A4 1 2 19 17 11 50 3.7 5 A5 5 7 6 15 17 50 3.64 5 A5 0 4 5 15 26 50 4.26 6 B1 9 13 7 17 4 50 2.88 6 B1 7 4 6 15 18 50 3.66 7 B2 7 4 7 17 15 50 3.58 7 B2 2 1 5 18 24 50 4.22 8 B3 5 9 11 17 8 50 3.28 8 B3 2 4 9 20 15 50 3.84 9 B4 6 5 9 13 17 50 3.6 9 B4 1 0 3 19 27 50 4.42 10 B5 4 7 12 13 14 50 3.52 10 B5 1 2 7 16 24 50 4.2 11 B6 3 8 8 15 16 50 3.66 11 B6 0 2 5 15 28 50 4.38 12 B7 3 7 12 17 11 50 3.52 12 B7 2 1 6 24 17 50 4.06 13 B8 5 7 4 22 12 50 3.58 13 B8 0 0 3 15 32 50 4.58 14 C1 9 13 7 17 4 50 2.88 14 C1 7 4 6 15 18 50 3.66 15 C2 6 7 15 16 6 50 3.18 15 C2 3 3 7 21 16 50 3.88 16 C3 7 6 10 22 5 50 3.24 16 C3 2 1 7 28 12 50 3.94 17 C4 3 9 7 13 18 50 3.68 17 C4 0 0 2 17 31 50 4.58 18 C5 4 8 8 17 13 50 3.54 18 C5 0 0 4 23 23 50 4.38 19 D1 5 5 10 15 15 50 3.6 19 D1 0 1 4 17 28 50 4.44 20 D2 4 10 15 11 10 50 3.26 20 D2 2 1 8 22 17 50 4.02 21 D3 5 8 20 14 3 50 3.04 21 D3 1 1 19 20 9 50 3.7 22 D4 3 5 11 13 18 50 3.76 22 D4 0 1 2 17 30 50 4.52 23 D5 4 8 12 15 11 50 3.42 23 D5 1 3 5 18 23 50 4.18 24 D6 6 6 7 12 19 50 3.64 24 D6 0 0 3 13 34 50 4.62 TOTAL 81.4 TOTAL 98.56 X AXIS 3.39 Y AXIS 4.11

Pemilik No Variabel STP TP S P SP STP TP S P SP n Mean No Variabel 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 n Mean 1 A1 3 8 10 4 5 30 3.00 1 A1 1 0 9 13 7 30 3.83 2 A2 1 6 11 8 4 30 3.27 2 A2 1 1 7 15 6 30 3.80 3 A3 0 10 10 7 3 30 3.10 3 A3 0 3 7 15 5 30 3.73 4 A4 4 6 10 8 2 30 2.93 4 A4 2 2 7 14 5 30 3.60 5 A5 1 8 6 6 9 30 3.47 5 A5 0 0 2 14 14 30 4.40 6 B1 2 6 11 4 7 30 3.27 6 B1 2 3 3 9 13 30 3.93 7 B2 2 6 9 10 3 30 3.20 7 B2 0 1 4 12 13 30 4.23 8 B3 1 7 10 8 4 30 3.23 8 B3 0 0 12 12 6 30 3.80 9 B4 2 7 8 7 6 30 3.27 9 B4 0 2 4 13 11 30 4.10 10 B5 1 6 8 12 3 30 3.33 10 B5 0 0 4 19 7 30 4.10 11 B6 1 9 5 10 5 30 3.30 11 B6 0 1 5 12 12 30 4.17 12 B7 3 9 7 6 5 30 3.03 12 B7 1 1 8 8 12 30 3.97 13 B8 3 8 5 9 5 30 3.17 13 B8 0 1 6 11 12 30 4.13 14 C1 2 6 11 4 7 30 3.27 14 C1 2 3 3 9 13 30 3.93 15 C2 3 6 14 3 4 30 2.97 15 C2 3 0 12 8 7 30 3.53 16 C3 0 8 8 10 4 30 3.33 16 C3 0 1 4 15 10 30 4.13 17 C4 2 4 8 9 7 30 3.50 17 C4 0 0 3 8 19 30 4.53 18 C5 2 8 9 6 5 30 3.13 18 C5 1 1 3 13 12 30 4.13 19 D1 1 7 6 9 7 30 3.47 19 D1 1 0 6 10 13 30 4.13 20 D2 3 5 11 9 2 30 3.07 20 D2 2 0 7 17 4 30 3.70 21 D3 2 6 17 4 1 30 2.87 21 D3 2 3 15 9 1 30 3.13 22 D4 3 4 9 5 9 30 3.43 22 D4 1 0 5 11 13 30 4.17 23 D5 3 6 9 6 6 30 3.20 23 D5 2 1 6 8 13 30 3.97 24 D6 4 3 9 9 5 30 3.27 24 D6 2 1 4 10 13 30 4.03 TOTAL 77.07 TOTAL 95.2 X AXIS 3.21 Y AXIS 3.97

Nonpemilik No Variabel STP TP S P SP STP TP S P SP n Mean No Variabel 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 n Mean 1 A1 2 5 10 3 0 20 2.7 1 A1 1 5 7 7 0 20 3 2 A2 2 0 4 8 6 20 3.8 2 A2 0 2 2 9 7 20 4.05 3 A3 2 2 6 3 7 20 3.55 3 A3 0 1 5 9 5 20 3.9 4 A4 2 2 6 6 4 20 3.4 4 A4 0 1 7 9 3 20 3.7 5 A5 2 0 7 2 9 20 3.8 5 A5 0 3 4 4 9 20 3.95 6 B1 5 2 8 2 3 20 2.8 6 B1 2 3 6 5 4 20 3.3 7 B2 4 2 2 8 4 20 3.3 7 B2 0 1 3 6 10 20 4.25 8 B3 3 1 11 3 2 20 3 8 B3 1 3 7 7 2 20 3.3 9 B4 4 2 5 8 1 20 3 9 B4 0 1 5 6 8 20 4.05 10 B5 3 3 5 6 3 20 3.15 10 B5 0 1 4 10 5 20 3.95 11 B6 3 1 7 3 6 20 3.4 11 B6 2 0 3 7 8 20 3.95 12 B7 3 1 7 4 5 20 3.35 12 B7 0 1 6 7 6 20 3.9 13 B8 3 2 4 5 6 20 3.45 13 B8 0 0 3 6 11 20 4.4 14 C1 5 2 8 2 3 20 2.8 14 C1 2 3 6 5 4 20 3.3 15 C2 3 0 8 6 3 20 3.3 15 C2 0 0 7 6 7 20 4 16 C3 3 2 8 3 4 20 3.15 16 C3 0 0 7 5 8 20 4.05 17 C4 3 1 8 0 8 20 3.45 17 C4 0 0 5 4 11 20 4.3 18 C5 3 2 5 3 7 20 3.45 18 C5 0 0 4 4 12 20 4.4 19 D1 2 3 6 3 6 20 3.4 19 D1 0 0 4 5 11 20 4.35 20 D2 3 0 10 3 4 20 3.25 20 D2 1 1 6 5 7 20 3.8 21 D3 2 2 11 3 2 20 3.05 21 D3 0 1 10 4 5 20 3.65 22 D4 2 0 7 3 8 20 3.75 22 D4 0 0 3 4 13 20 4.5 23 D5 2 1 5 5 7 20 3.7 23 D5 0 0 3 6 11 20 4.4 24 D6 2 1 7 2 8 20 3.65 24 D6 0 0 5 4 11 20 4.3 TOTAL 79.65 TOTAL 94.75 X AXIS 3.32 Y AXIS 3.95

Uji validitas Variabel A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 D6 A1 1 A2 0,243 1 A3 0,129 0,732 1 A4 0,364 0,467 0,432 1 A5 0,253 0,589 0,498 0,548 1 B1 0,386 0,388 0,281 0,373 0,407 1 B2 0,294 0,406 0,433 0,481 0,431 0,622 1 B3 0,269 0,309 0,330 0,272 0,325 0,478 0,628 1 B4 0,282 0,414 0,465 0,426 0,457 0,547 0,857 0,623 1 B5 0,252 0,457 0,476 0,441 0,432 0,552 0,735 0,549 0,772 1 B6 0,276 0,450 0,500 0,483 0,402 0,443 0,737 0,551 0,731 0,749 1 B7 0,201 0,489 0,488 0,464 0,371 0,333 0,553 0,541 0,594 0,633 0,730 1 B8 0,288 0,447 0,574 0,486 0,511 0,496 0,806 0,598 0,799 0,736 0,798 0,598 1 C1 0,264 0,490 0,527 0,446 0,427 0,490 0,609 0,583 0,646 0,645 0,640 0,625 0,610 1 C2 0,249 0,536 0,536 0,445 0,336 0,591 0,606 0,671 0,587 0,640 0,657 0,675 0,610 0,808 1 C3 0,319 0,488 0,530 0,446 0,343 0,471 0,608 0,674 0,656 0,679 0,700 0,613 0,676 0,771 0,795 1 C4 0,291 0,542 0,642 0,496 0,486 0,431 0,720 0,537 0,781 0,668 0,724 0,661 0,820 0,691 0,651 0,733 1 C5 0,184 0,514 0,659 0,557 0,496 0,389 0,674 0,506 0,714 0,647 0,754 0,648 0,818 0,676 0,672 0,748 0,846 1 D1 0,184 0,447 0,499 0,396 0,338 0,471 0,618 0,517 0,698 0,673 0,696 0,606 0,702 0,700 0,665 0,760 0,768 0,788 1 D2 0,129 0,428 0,415 0,442 0,238 0,448 0,501 0,435 0,523 0,562 0,625 0,663 0,531 0,589 0,695 0,655 0,630 0,671 0,787 1 D3 0,058 0,347 0,441 0,342 0,183 0,412 0,462 0,425 0,476 0,554 0,563 0,513 0,517 0,546 0,672 0,688 0,508 0,661 0,640 0,702 1 D4 0,190 0,494 0,530 0,417 0,322 0,362 0,560 0,422 0,642 0,651 0,710 0,653 0,703 0,675 0,632 0,710 0,805 0,723 0,855 0,749 0,626 1 D5 0,127 0,353 0,411 0,443 0,285 0,418 0,535 0,434 0,522 0,521 0,578 0,636 0,621 0,546 0,605 0,614 0,659 0,729 0,734 0,796 0,702 0,775 1 D6 0,064 0,344 0,427 0,322 0,319 0,331 0,520 0,483 0,550 0,548 0,590 0,433 0,628 0,506 0,539 0,596 0,659 0,655 0,710 0,673 0,600 0,768 0,721 1 r hitung 0,344 0,630 0,665 0,608 0,559 0,619 0,807 0,678 0,828 0,814 0,843 0,764 0,862 0,807 0,825 0,848 0,882 0,879 0,853 0,773 0,700 0,837 0,769 0,729 r tabel 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 Validasi valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Uji reliabilitas Total Ganjil Total Genap Total Ganjil 1 Total Genap 0.950 1

LAMPIRAN 3 PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya di Kota Medan merupakan kekayaan budaya yang memiliki nilai kesejarahan, ilmu pengetahuan yang memberikan ciri dan identitas peradaban, perlu dilakukan perlindungan dan pelestarian; b. bahwa perkembangan bangunan di Kota Medan selalu mengalami peningkatan dan perubahan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap kelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; c. bahwa untuk menjaga kelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya diperlukan pengaturan terhadap perlindungan dan pemeliharaan serta hal-hal lain yang terkait dengan pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002) Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 8. Undung-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kecamatan Berastagi dan Mardingding di Wilayah Kab. Dati II Karo, Kecamatan Pematang Bandar, Huta bayu Raja dan Ujung Padang di Wilayah Kab. Dati II Simalungun, Kecamatan Parbuluan di Wilayah Kab. Dati II Dairi dan Kecamatan Medan Petisah, Medan Tembung, Medan Helvetia, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Amplas dan Medan Area di Wilayah Kotamadya Dati II Medan dalam Wilayah Propinsi Dati I Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 67); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan (delapan belas) Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Dati Simalungun, Dairi, Tapanuli Selatan, Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Nias, Langkat dan Wilayah Kotamadya Dati II Medan dalam Wilayah Propinsi Dati I Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 65); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 05 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3516); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelakasanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor

4532); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pernbagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan, Pernerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 16. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN dan WALIKOTA MEDAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kota Medan. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 4. Walikota adalah Walikota Medan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. 6. Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang penyelenggaraan urusan kebudayaan dan pariwisata dalam hal ini pelestarian cagar budaya. 7. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat di lingkungan Pemerintahan Daerah yang berwenang di bidang tertentu dan mendapat pendelegasian dari Walikota. 8. Tim Pertimbangan Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan cagar budaya yang selanjutnya disebut dengan Tim adalah kelembagaan Independen bertugas memberi pertimbangan usul dan saran kepada Pemerintahan Daerah dalam mengambil kebijakan terhadap kelestarian dan pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan cagar budaya. 9. Kawasan adalah ruang kota dengan fungsi utama lindung atau budidaya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional Serta memiliki ciri tertentu. 10. Kawasan Cagar Budaya adalah ruang kota di sekitar atau di sekeliling bangunan cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian kawasan tertentu dan/atau bangunan tertentu yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunvai nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 11. Bangunan Cagar Budaya adalah bangunan buatan manusia, berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh tahun), serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 12. Pengelolaan Cagar Budaya adalah segenap proses perlindungan, pelestarian, pemeliharaan dan pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya, agar makna budaya yang dikandungnya terpelihara dengan baik. 13. Perlindungan adalah segala upaya mencegah dan menanggulangi segala gejala atau akibat yang disebabkan oleh perbuatan manusia atau proses yang dapat menimbulkan kerusakan atau kemusnahan bagi nilai manfaat atau keutuhan bangunan cagar budaya. 14. Pelestarian atau konservasi adalah segala upaya memperpanjang usia kawaasan dan/atau bangunan cagar budaya berbentuk tindakan perlindungan dan pemeliharaan. 15. Pemeliharaan adalah upaya melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dari kerusakan yang diakibatkan faktor manusia maupun alam dan hayati dengan cara perawatan dan pengawetan. 16. Pemanfaatan adalah segala upaya untuk memberdayakan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai aset budaya untuk berbagai kepentingan yang tidak bertentangan dengan pelestariannya. 17. Pemintakatan adalah upaya penetapan batas-batas bangunan dan/atau lingkungan cagar

budaya sesuai peruntukannya menjadi mintakat inti, penyangga dan pengembangan. 18. Pemugaran adalah serangkaian upaya yang bertujuan untuk mengembalikan atau mempertahankan keaslian lingkungan dan/atau mempertahankan bangunan cagar budaya melalui rehabilitasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi arkeologi, historis dan teknis. 19. Revitalisasi adalah upaya memberdayakan situasi dan kondisi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya untuk berbagai fungsi yang mendukung pelestariannya. 20. Restorasi, rehabilitasi adalah pelestarian suatu bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara mengembalikan bentuknya ke keadaan semula dengan menghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru. 21. Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru, sesuai informasi kesejarahan yang diketahui. 22. Adaptasi adalah mengubah bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya agar dapat dimanfaatkan untuk fungsi yang lebih sesuai tanpa menuntut permohonan drastis. 23. Pemulihan adalah upaya pengembalian bentuk fisik bangunan ke kondisi semula, agar bangunan dapat dimanfaatkan kembali, baik dengan meneruskan fungsi semula maupun fungsi baru. 24. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan dan/atau pra sarana dan sarananya. 25. Orang adalah orang perseorangan, badan usaha, badan hukum perdata atau badan hukum publik. 26. Pemugaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. 27. Preservasi adalah pelestarian suatu bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara mempertahankan keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran. 28. Restorasi adalah pelestarian suatu bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara mengembalikan kedalam keadaan semula dengan menghilangkan tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru. 29. Persil adalah bidang lahan yang telah ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan batas kepemilikan lahan secara hukum/legal di dalam blok atau subblok. BAB II TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya bertujuan : a. mempertahankan keaslian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang

mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan; b. memulihkan keaslian bangunan dan/atau lingkungan yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan; c. melindungi dan memelihara bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dari kerusakan dan kemusnahan baik karena tindakan manusia maupun proses alam; dan d. mewujudkan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai kekayaan budaya untuk dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pembangunann citra positif Daerah tujuan wisata. Pasal 3 Sasaran Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya: a. meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemilik akan pentingnya pelestarian, perlindungan dan pemeliharaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; dan b. memberikan dorongan dan dukungan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian, perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan terhadap potensi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya untuk kepentingan sejarah, pengetahuan, kebudayaan sosial dan ekonomi. Pasal 4 Ruang lingkup Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya: a. Penentuan kriteria serta penggolongan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; b. Pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; dan c. Pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. BAB III WEWENANG DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH Bagian Kesatu Wewenang Pasal 5 (1) Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan pelestarian, periindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya berwenang : a. menetapkan kebijakan penyelenggaraan bangunan dan/atau lingkungan bersejarah dengan mempertimbangkan kepentingan umum, keserasian lingkungan, keamanan jiwa manusia serta pendapat para ahli; b. menetapkan jenis izin yang khusus diterbitkan; c. menetapkan prosedur dan persyaratan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; d. mengatur lebih lanjut hal-hal khusus dalam suatu perencanaan dan atau pelaksanaan kegiatan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; e. mengenakan sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini; f. menghentikan atau menutup kegiatan di dalam suatu kegiatan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang dinilai belum dilaksanakan sampai yang bertanggung jawab atas bangunan tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan; g. menetapkan prosedur dan tata cara serta melakukan inventarisasi terhadap bangunan dan/atau lingkungan yang diduga sebagai bangunan dan/atau lingkungan cagar

budaya; h. menetapkan prosedur dan tata cara pelaporan penemuan bangunan dan/atau lingkungan yang diduga sebagai bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; i. menetapkan bangunan dan/atau lingkungan sebagai bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya berdasarkan kriteria bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; j. melakukan penelitian berdasarkan kriteria untuk, penggolongan bangunan cagar budaya; k. melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap bangunan cagar budaya; l. mengatur perlindungan, pelestarian, pemeliharaan dan pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; m. memberikan izin kegiatan pemugaran dan pembongkaran terhadap bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang menjadi urusan Pemerintah Daerah; dan n. melakukan pengawasan terhadap pengelolaan serta pelaksanaan pemugaran bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (2) Rencana Tata Ruang Kota harus mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan keberadaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 6 Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya berkewajiban : a. mewujudkan, menumbuhkan,mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, kompetensi, tugas, fungsi dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; b. menumbuh kembangkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; c. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; d. mengembangkan dan menerapkan Instrumen ekonomi berupa insentif dan disinsentif maupun kompensasi yang bersifat non-ekononnis dalam penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; e. menyediakan informasi yang benar, jelas dan akurat tentang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; f. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya kepada masyarakat; g. mendorong partisipasi masyarakat dan membangun kemitraan dengan dunia usaha dibidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; dan h. memberikan pelayanan kepada siapapun yang berkepentingan di bidang pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sesuai dengan Norma Standar Pelayanan Minimal.

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Hak Masyarakat Pasal 7 Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk : a. menikmati keberadaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; b. memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; dan c. berperan serta dalam rangka pengelolaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat Pasal 8 Setiap orang berkewajiban menjaga kelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya serta mencegah dan menanggulangi kerusakan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK PENGHUNI DAN PENGELOLA Pasal 9 (1) Setiap orang yang memiliki, menghuni dan mengelola bangunan cagar budaya wajib memelihara kelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dan dapat diberi bantuan atau kompensasi yang diatur dengan Peraturan Walikota (2) Pemilik, penghuni dan/atau pengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang melaksanakan pemugaran sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, berhak mendapat kemudahan perizinan dan /atau insentif pembangunan lainnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota. Pasal 10 (1) Setiap orang yang memiliki, menghuni dan/atau mengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya wajib melindungi, memelihara dan melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya tersebut. (2) Pemilik, penghuni dan/atau pengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya wajib melaksanakan pemeliharaan atau pemugaran sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KELEMBAGAAN Bagian Kesatu Pembentukan dan Kedudukan

Pasal I I (1) Untuk peningkatan penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya Walikota membentuk Tim. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga non struktural. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan DPRD Kota Medan. Bagian Kedua Tugas dan wewenang Pasal 12 Tugas dan wewenang Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi : a. memberikan pertimbangan, saran dan usul kepada Walikota dalam peningkatan penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; b. melaksanakan penelitian, pengkajian, pemantauan dan evaluasi program upaya peningkatan penyelenggaraan pelestarian, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; c. menyusun standar penilaian sebagai parameter pemberian klasifikasi/penggolongan pada bangunan cagar budaya; dan d. melakukan inventarisasi bangunan yang diduga bangunan cagar budaya. Bagian Ketiga Susunan Organisasi dan Tata Kerja Paragraf 1 Susunan Organisasi Pasal 13 (1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 terdiri dari minimal 5 (lima) orang dan maksimai 7 (tujuh) orang anggota. (2) Tim terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota dan beberapa anggota. (3) Ketua dan Sekretaris Tim dipilih dari dan oleh anggota. Paragraf 2 Tata Kerja Pasal 14 Tata kerja Tim Iebih lanjut diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Keempat Keanggotaan (1) Anggota Tim terdiri atas unsur: Pasal 15

a. 1 (satu) orang dari unsur Pemerintahan Daerah; b. 1 (satu) orang dari unsur akademisi; c. 1 (satu) orang dari perwakilan asosiasi profesi; d. 1 (satu) orang dari perwakilan asosiasi pengembang; dan e. 1 (satu) orang dari perwakilan lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan dengan pelestarian. (2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kriteria minimal : a. memiliki integritas dan komitmen yang kuat terhadap tugas dan wewenangnya; b. menguasai dan memahami lingkup bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; c. memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pelestarian cagar budaya; d. memiliki jejaring yang luas dengan berbagai pemangku kepentingan. (3) Pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Walikota. Bagian Kelima Masa Bakti Pasal 16 (1) Masa bakti Tim adalah tiga tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. (2) Keanggotaan Tim terhitung sejak tanggal pelantikan. Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 17 Pemberhentian keanggotaan Tim dilakukan karena a. meninggal dunia; b. masa berlaku jabatan sebagai anggota telah habis; c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; d. melakukan pelanggaran dan/atau tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan e. tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sebagai anggota Tim. BAB VII KRITERIA, PENGGOLONGAN, PELESTARIAN DAN PEMUGARAN Bagian Kesatu Kriteria Pasal 18 (1) Penentuan lingkungan dan bangunan cagar budaya ditetapkan berdasarkan kriteria : a. berusia 50(lima puluh) tahun atau lebih; b. nilai sejarah; c. nilai arsitektur; d. nilai ilmu pengetahuan;

e. nilai sosial budaya; f. pendidikan, agama; dan g. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. (2) Urutan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencerminkan bobot dan prioritas. (3) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kumulatif dan/atau alternatif, dengan tolak ukur dan penggolongan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Penggolongan Pasal 19 (1) Penentuan penggolongan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya ditetapkan berdasarkan pendekatan teknis, sosio kultural, yuridis dan ekonomi. (2) Lingkungan cagar budaya ditetapkan berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), tanpa penggolongan. (3) Berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) bangunan cagar budaya dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu bangunan cagar budaya Golongan A (Utama), Golongan B (Madya), Golongan C (Pratama). (4) Bangunan cagar budaya Golongan A (Utama) adalah bangunan cagar budaya yang memenuhi 4 (empat) kriteria. (5) Bangunan cagar budaya Golongan B (Madya) adalah bangunan yang memenuhi 3 (tiga) kriteria. (6) Bangunan cagar budaya Golongan C (Pratama) adalah bangunan cagar budaya yang memenuhi 2 (dua) kriteria. Pasal 20 (1) lingkungan dan Penggolongan bangunan cagar budaya Golongan A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) tercantum dalam Lampiran. (2) Penetapan lingkungan dan Penggolongan bangunan cagar budaya Golongan B dan Golongan C ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota setelah terlebih dahulu, dilakukan Penelitian dan pendaftaran. Bagian ketiga Pelaksanaan Pelestarian Pasal 21 (1) Pelaksanaan pelestarian mencakup kegiatan penataan terhadap bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. (2) Pengendalian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya harus sesuai dengan rencana kota dan sebaliknya rencana kota harus menunjang pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya.

(3) Pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya harus memperhatikan prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian bentuk, bahan, tampilan dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, arsitektur, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Bagian Keempat Pemugaran Pasal 22 Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan A dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. bangunan dilarang dibongkar dan/atau diubah; b. apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak harus dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya; c. pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada; d. dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian/peruhahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya; dan e. di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi suatu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama, dengan ketentuan penambahan bangunan hanya dapat dilakukan di belakang dan/atau di samping bangunan cagar budaya dan harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan. Pasal 23 Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan B dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. bangunan dilarang dibongkar secara sengaja dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak harus dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya; b. perubahan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah karakter bangunan serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting; c. dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan fungsi dan tata ruang dalam dengan tidak mengubah karakter struktur utama bangunan; dan d. di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi suatu kesatuan dengan bangunan utama. Pasal 24 Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan C dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan karakter utama bangunan; b. detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan di sekitamya dalam keserasian lingkungan; c. penambahan bangunan dalam perpetakan/persil dapat dilakukan di belakang dan/atau di samping bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan; dan d. fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana kota. Pasal 25 (1) Pemugaran bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya harus direncanakan, dan dirancang oleh arsitek pemegang Surat Izin Bekerja Perencana yang diterbitkan dengan dasar Sertifikat Keahlian (SKA) minimal kategori madya. (2) Izin Peruntukan Penggunaan Tanah untuk luas tanah di alas 5.000 m 2 (lima ribu meter persegi) dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) baru bisa diproses setelah mendapat

rekomendasi dari Tim. BAB VIII INVENTARISASI Pasal 26 (1) Tim bertugas melakukan review terhadap inventarisasi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang memenuhi kriteria tersebut dalam Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4). (2) Evaluasi terhadap hasil inventarisasi dilakukan secara periodik setahun sekali. (3) Hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilaporkan secara berkala kepada Kepala Daerah. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai hasil iventarisasi sebagaimana dimaksud ayat (3) diatur dengan Peraturan Walikota setelah memperoleh persetujuan DPRD Kota Medan. BAB IX PENETAPAN DAN PEMBERIAN TANDA BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA Pasal 27 (1) Penetapan bangunan dan/atau lingkungan sebagai bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya didasarkan pada kriteria dan penggolongan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19. (2) Penetapan bangunan dan/atau lingkungan menjadi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya melalui pertimbangan dari Tim. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur penetapan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya diatur dengan Peraturan Walikota. (4) Walikota melalui Pejabat yang ditunjuk memberitahukan tentang penetapan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pemilik bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dimaksud. Pasal 28 (1) Setiap orang yang memiliki, menghuni atau mengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya wajib memasang tanda lingkungan dan/atau cagar budaya yang mudah dilihat oleh umum. (2) Apabila Pemilik tidak memasang tanda lingkungan cagar budaya maka pemerintah Kota Medan wajib memasang tanda dimaksud. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Walikota. BAB X

PENGUASAAN, PEMILIKAN, PELESTARIAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 29 (1) Setiap bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah ini memiliki fungsi sosial. (2) Fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah berhak untuk mengatur pengelolaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. Pasal 30 (1) Bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dapat dimiliki oleh Setiap orang. (2) Pemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap memperhatikan fungsi sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. (3) Pengalihan kepemilikan dan/atau penguasaan kepada orang lain, tidak dapat mengubah penggolongan lingkungan maupun bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan. Pasal 31 (1) Setiap orang wajib melakukan pemeliharaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (I) tidak gugur dalam hal terjadinya sengketa kepemilikan. (3) Dalam hal tidak dilaksanakannya kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintahan Daerah dapat mengenakan sanksi sesuai dengan peranan perundang-undangan. BAB XI PERLINDUNGAN, PEMUGARAN DAN PEMBONGKARAN Pasal 32 (1) Setiap orang wajib melindungi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan pada penggolongan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah ditetapkan. Pasal 33 Setiap orang yang akan melakukan pemugaran dan/atau pembongkaran terhadap bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya harus mendapat izin dari Walikota setelah mendapat persetujuan dari DPRD kota medan. Pasal 34 (1) Setiap orang dapat melakukan pemugaran bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (2) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada penggolongan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah ditetapkan. (3) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat izin memugar dari Walikota setelah mendapat persetujuan dari DPRD kota medan. BAB XII

PEMULIHAN Pasal 35 (1) Apabila pemilik, penghuni dan/atau pengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan sengaja menelantarkan bangunannya sehingga mengakibatkan kerusakan baik ringan maupun berat, yang bersangkutan berkewajiban untuk memulihkan keadaan bangunannya seperti semula. (2) Pemilik, penghuni dan/atau pengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang melakukan perubahan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, diwajibkan memulihkan bangunan dan/atau lingkungan ke keadaan semula dengan biaya sendiri. (3) Apabila pemulihan tidak dilaksanakan maka tidak akan diterbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. (4) Bangunan cagar budaya yang telah mengalami pemulihan tetap mempunyai golongan sama seperti sebelumnya. BAB XIII P ENGAWASA N Pasal 36 (1) Pengawasan terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Walikota melalui Dinas atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Untuk pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas atau Pejabat yang ditunjuk berwenang mengadakan pemeriksaan dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan menyangkut bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (3) Guna menunjang tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Walikota dapat meminta pertimbangan Tim. BAB XIV PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 37 (1) Pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya harus mendapat izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk. (2) Pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk kepentingan sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama maupun komersial. (4) Untuk memperoleh izin pemanfaatan yang bersangkutan wajib menyampaikan permohonan kepada Walikota disertai dengan kerangka acuan dan/atau rencana pemanfaatan

bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (5) Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian kerangka acuan dan/atau rencana pemanfaatan, Walikota dapat memberikan izin pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya berdasarkan rekomendasi dari Tim. Pasal 38 (1) Pengembangan suatu lahan yang berada dalam lingkungan cagar budaya harus mengikuti ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat merupakan bangunan baru atau penambalan bangunan baru, dapat pula merupakan penggabungan beberapa bangunan menjadi satu, namun harus tetap serasi dengan lingkungan baik bentuk, ketinggian, maupun nilai arsitekturnya. (3) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendapatkan izin dari Walikota setelah mendapat rekomendasi dari Tim. BAB XV PENGHARGAAN Pasal 39 (1) Walikota dapat memberikan penghargaan kepada pemilik, pengelola dan/atau penghuni bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah melaksanakan pelestarian terhadap bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dimaksud. (2) Bagi yang telah berulang kali mendapatkan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan dapat diangkat sebagai warga kota teladan dalam hal pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. (3) Pemberian penghargaan dan pengangkatan sebagai warga teladan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berpedoman kepada peraturan perundang-undangan. BAB XVI PEMBIAYAAN Pasal 40 Pembiayaan pengelolaan bangunan dan/atau lingkungan cagarbudaya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB XVII SANKSI ADMINISTRASI Bagian Pertama Sanksi Administrasi Paragraf 1 Teguran Pasal 41 (1) Walikota, berwenang untuk memberikan teguran apabila terdapat kegiatan penyelenggaraan

pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang mengganggu ketertiban umum dan atau lingkungan sekitar. (2) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat : a. ketentuan hukum yang dilanggar; b. uraian fakta yang menggambarkan suatu tindakan pelanggaran; c. hal-hal yang perlu dilakukan oleh pihak pelanggar; d. tindakan Pemerintahan Daerah yang akan dilakukan jika pelanggar tidak, mematuhi teguran; dan e. hal-hal lain yang dianggap perlu dan relevan yang ditujukan untuk menghentikan tindakan pelanggaran. (3) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana pada ayat (1) dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk. Pasal 4 2 Walikota berwenang melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk menghentikan pelanggaran tanpa didahului dengan teguran sebagimana dimaksud dalam Pasal 41, apabila: a. keadaan yang sangat segera mengancam keselamatan umum dan/atau lingkungan (force majeur); dan/atau b. pihak pelanggar tidak memiliki kemampuan untuk mencegah dan menanggulangi bahaya, gangguan dan kerugian yang akan ditimbulkan. Paragraf 2 Penghentian Kegiatan Pemanfaatan Pasal 43 (1) Walikota berwenang untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya apabila : a. pemanfaatan bangunan cagar budaya menyebabkan kerusakan fasade bangunan; dan atau b. menyalahi izin. (2) Penghentian kegiatan pemanfaatan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Penghentian. (3) Keputusan Penghentian kegiatan pemanfaatan dikeluarkan oleh Walikota. (4) Walikota dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pejabat yang ditunjuk. (5) Terhadap bangunan yang dihentikan kegiatan pemanfaatannya dilakukan penyegelan. Paragraf 3 Penghentian Kegiatan Pemugaran dan/atau Pembongkaran Pasal 44 (1) Walikota benwenang untuk menghentikan kegiatan pemugaran dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya apabila : a. pemugaran dan atau pembongkaran bangunan cagar budaya menyebabkan kerusakan fasade bangunan; dan/atau b. belum memiliki izin membongkar dan/atau memugar. (2) Penghentian kegiatan pembongkaran dan/atau pemugaran bangunan dan/atau lingkungan cagar

budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Penghentian. (3) Keputusan Penghentian kegiatan pemugaran dan/atau pembongkaran bangunan dikeluarkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. (4) Terhadap bangunan yang dihentikan kegiatan pemugaran dan atau pembongkarannya dilakukan penyegelan. Paragraf 4 Pencabutan Izin Pasal 45 (1) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk wajib mencabut izin yang terkait dengan izin pemanfaatan, pemugaran dan pembongkaran apabila pemegang izin tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam izin dan/atau peraturan perundang-undangan. (2) Keputusan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat dengan jelas dan tegas : a. alasan-alasan hukum sehingga dilakukan pencabutan; b. uraian fakta-fakta yang menunjukkan pelanggaran; dan c. akibat hukum dari pencabutan izin. BAB XVIII KETENTUAN PIDANA Pasal 46 Perbuatan pidana terhadap penyelenggaraan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 47 (1) Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini maka semua ketentuan lain yang menyangkut tindakan terhadap bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya serta rencana pembangunan dalam lingkungan cagar budaya atau dalam kawasan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan cagar budaya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalarn Peraturan Daerah ini. (2) Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus diselesaikan paling Iambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya Peraturan Daerah ini. BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 48 Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 49 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.