BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan pejabat profesional, banyak kalangan yang tidak meyakini keprofesionalan mereka. Sebab masyarakat pada umumnya melihat kenyataan bahwa: 1. Banyak sekali guru maupun dosen melakukan pekerjaan yang tidak memberi kepuasan kepada mereka. 2. Menurut pendapat masyarakat, pekerjaan mendidik dapat dilakukan oleh siapa saja. Perlu diketahui, bahwa suatu jabatan dikatakan profesional, jika hanya pejabat yang bersangkutan bisa melaksanakan tugas tersebut. Menurut Schein (1972) dalam Made Pidarta (2000:265), ciri-ciri profesional adalah sebagai berikut: 1. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime), 2. Pilihan pekerjaan didasarkan kepada motivasi kuat, 3. Memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama, 4. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien, 5. Pekerjaan berorientasi kepada pelayanan, bukan untuk kepentingan pribadi, 6. Pelayanan didasarkan kepada kebutuhan objektif klien, 7. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien, 8. Menjadi anggota organisasi profesi, 9. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai ekspert dalam spesialisasinya, 30
10. Keahlian tersebut tidak boleh diadvertasikan untuk mencari klien. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Atau dapat dikatakan, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya tidak seperti yang ditentukan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran nama baik. Hal itu dapat terjadi bisa dikarenakan guru kurang profesional dalam menjalankan tugasnya. Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan. Diantara ketiga kompetensi tersebut terjalin secara terpadu dalam diri guru. Atau dapat dikatakan bahwa seorang guru yang terampil dalam mengajar sudah tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu pula melakukan social ajusment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik tingkah-laku guru. Adapun hal yang akan dibahas pada makalah ini hanyalah menyoroti salah satu jenis kompetensi saja, yaitu kompetensi profesional. Kriteria profesional guru menurut Oemar Hamalik (1980:56) adalah: 1. Fisik a. Sehat jasmani dan rohani. b. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. 2. Mental/kepribadian a. Berkepribadian/berjiwa Pancasila. b. Mampu menghayati GBHN. c. Mencintai bangsa dan sesama manusia serta rasa kasih sayang kepada anak didik. d. Berbudi pekerti yang luhur. e. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan sarana pendidikan yang ada secara maksimal. 31
f. Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar pada tugasnya. g. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. h. Bersikap terbuka, peka dan inovatif. i. Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. j. Taat akan disiplin. k. Memiliki sense of humor. 3. Keilmiahan/pengetahuan a. Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi pengajar yang demokratis. b. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkan dalam tugasnya sebagai pendidik/pengajar yang demokratis. c. Memahami, menguasai serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. d. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. e. Senang membaca buku-buku ilmiah. f. Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi. g. Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar. 4. Keterampilan a. Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. b. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior dan teknologi. c. Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP). d. Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. e. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. f. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. 32
Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru pada diri seseorang, tetapi unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang terencana dan sistematis terdiri dari pendidikan pre-service (SPG) dan inservice (P3D), serta berbagai program yang dikembangkan oleh IKIP dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru. Jabatan seorang guru itu merupakan jabatan profesi, maksudnya guru dapat melakukan fungsinya di sekolah. Atau dapat dikatakan bahwa terdapat suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah. Sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, yaitu apabila: 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerjasama dalam usaha mencapai tujuan pendidikan institusional/sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki kompetensi yang diperlukan. Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi, setiap kompetensi dapat dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi dan lebih khusus lagi. Oleh karena itu, dalam merumuskan jenis kompetensi guru profesional, maka dapat dilihat dari segi tanggung jawab guru, yakni sebagai berikut: 33
1. Tanggung jawab moral Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila serta bertanggung jawab mewariskan moral Pancasila dan nilainilai UUD 1945 pada generasi muda. Tanggung jawab ini, merupakan tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia. Dalam hubungan ini, maka setiap guru harus mampu menghayati moral Pancasila dan harus mampu mengamalkan Pancasila. Kemampuan menghayati berarti kemampuan untuk menerima, mengingat, memahami serta meresapkan ke dalam pribandinya sehingga moral Pancasila mendasari semua aspek kepribadiannya. Dengan demikian, moral Pancasila bukan saja sekedar menjadi pengetahuan, pemahaman dan kesadarannya, akan tetapi menjadi sikap dan nilai serta menjadi keterampilan psikomotorisnya. Kemampuan mengamalkan berarti guru mampu melaksanakan dan menerapkan moral Pancasila ke dalam masyarakat maupun kenegaraan. Baik dalam pendidikan maupun ke dalam kehidupan di luar bidang pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Tanggung jawab pendidikan di sekolah Guru bertanggung jawab melaksanakan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk: melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak dan jasmani siswa, mendiagnosa kesulitan belajar serta menilai kemajuan belajar para siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Agar dia mampu mengembangkan dan melaksanakan tanggung jawabnya ini. Maka, setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas tanggung jawab tersebut. Dia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik, memberikan 34
bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan sebagainya. Setiap kompetensi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut, misalnya kompetensi pelaksanaan cara-cara belajar yang baik. Bila diperinci lebih lanjut, maka setiap guru harus kompeten dalam memberikan petunjuk bagaimana membuat rencana belajar, kompeten memberikan petunjuk tentang bagaimana mempelajari buku bacaan dan cara membaca yang efisien, cara menghafal, cara menilai sendiri dan sebagainya. 3. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak dia adalah warga masyarakat dan di lain pihak dia bertanggung jawab untuk turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa dan turut bertanggung jawab menyukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan bertanggung jawab membangunan daerah yang lebih kecil ruang lingkupnya di mana ia tinggal. Melaksanakan tanggung jawab, turut serta memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, maka guru harus mengetahui atau memahami semua hal yang bertalian dengan kehidupan nasional. Misalnya tentang suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, normanorma, kebudayaan, kondisi lingkungan dan sebagainya. 4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan Guru selaku ilmuan bertanggung jawab untuk memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisnya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang penelitian, maka guru harus memiliki kompetensi tentang cara melaksanakan penelitian, seperti cara pembuatan desain penelitian, cara mengadakan sampling dan cara mengolah data dengan teknik statistik yang sesuai. Selanjutnya dia harus menyusun laporan hasil penelitian agar dapat disebarluaskan. Demikianlah, dari analisa tersebut kiranya kompetensi yang 35
harus dimiliki oleh setiap guru profesional sesungguhnya sangat luas jika ditinjau dalam kompetensi secara keseluruhan. 3.2 Upaya Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran dan Kompetensi Profesional Dikaitkan Dengan prestasi Belajar Siswa Peningkatan mutu pembelajaran dan peningkatan kompetensi profesional dapat dikembangkan bila guru mau terus belajar dan melatih diri sehingga prestasi belajar siswa pun meningkat. Beberapa langkah yang dikemukakan oleh Paul Suparno (2004:55), yaitu: 1. Berkaitan dengan ilmu Ilmu selalu berkembang, penemuan baru terus ada. Maka guru diharuskan untuk terus belajar bidang ilmunya. Guru tidak boleh puas dengan pengetahuannya, tetapi harus terus mengembangkannya. Di jaman ini guru bukan satu-satunya sumber informasi pengetahuan. Banyak sumber lain yang dapat digunakan oleh siswa seperti internet, CDROM, TV, buku-buku dan para ahli yang mereka jumpai di luar sekolah. Maka supaya guru tidak ketinggalan dari siswanya, mereka sungguh harus mau belajar. Untuk membantu agar guru selalu mau mengembangkan pengetahuannya, maka sekolah dapat menyediakan buku-buku dan sumber belajar yang diperlukan seperti perpustakaan, internet, CDROM. Yang tidak kalah penting adalah studi banding ke sekolah yang telah lebih maju. Sekolah pun kiranya juga perlu memberi dukungan kepada guru yang ingin mengikuti seminar dan lokakarya untuk meningkatkan pengetahuan pengetahuan mereka baik dalam bidang ilmu maupun pendidikan. Untuk guru yang telah mengajar beberapa waktu, bisa pula diberi kesemptan untuk studi lanjut demi menambah pengetahuan mereka. 36
2. Dalam bidang pembelajaran dan metodologi a. Metodologi Siswa akan dapat belajar dengan baik bila metodologi yang digunakan tepat dengan mereka, oleh karena itu guru harus mencari jalan metodologi mana yang tepat bagi siswa-siswanya. b. Teori inteligensi ganda Teori intelegensi ganda dikemukakan oleh Howard Gardener. Teori ini mengungkapkan bahwa manusia mempunyai sembilan intelegensi, yaitu linguistik, matematis-logis, ruang, kinestetikbadani, musikal, interpersonal, intrapersonal, lingkungan dan eksistensial. Kesemua intelegensi ini dapat dikembangkan oleh manusia, berarti guru pun dapat melatih semua intelegensia ini untuk dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga setiap siswa merasa disapa dan dikembangkan sesuai dengan intelegensi mereka. c. Berkaitan dengan siswa Guru pertama-tama perlu mengenal siswa dengan baik. Bagaimana sifat, karakter, perkembangan kognitif dan emosionalnya, apa kekuatan dan kelemahannya. Dengan mengenal siswa, maka guru dapat membantu siswa untuk belajar lebih baik. d. Komunikasi dengan siswa Komunikasi menjadi alat yang penting untuk dapat mengenal siswa lebih mendalam dan akhirnya dapat membantu siswa lebih tepat. Dengan komunikasi yang lebih baik, siswa akan senang mengungkapkan diri. Dengan komunikasi yang baik, nilai yang ingin disampaikan akan mudah diterima siswa. e. Kerjasama Peningkatan mutu mengajar dapat juga dikembangkan dengan membangun kerjasma dengan pihak lain yang dapat membantu meningkatkan kemampuan guru. Kerjasama antar guru sangat penting untuk memajukan kompetensi masing-masing guru. 37
Upaya meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Internal berhubungan dengan upaya yang dilakukan oleh individu itu sendiri, sedangkan eksternal dilakukan oleh pihak atau orang lain. Abin Syamsudin Makmun (1990:20) mengemukakan bahwa: Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui upaya siswa itu sendiri dan upaya oleh pihak lain. Upaya yang dilakukan individu, misalnya belajar dengan rajin, tekun, ulet dan memiliki motivasi yang tinggi untuk berhasil, sedangkan oleh orang lain, misalnya pemberian motivasi, manajemen pembelajaran yang baik, melengkapi fasilitas dan penataan lingkungan belajar yang menyenangkan. Sementara nana Sudjana (1992:90) mengemukakan bahwa: Upaya peningkatan prestasi belajar siswa yang paling penting adalah upaya yang berasal dari dalam diri siswa sendiri sebagai bentuk kesadaran untuk maju dan berhasil, namun demikian tidak menutup kemungkinan pula upaya dari luar diri siswa perlu dilakukan, misalnya pemberian motivasi yang dilakukan guru, selain melalui kelengkapan fasilitas, iklim pembelajaran yang kondusif, guru yang profesional dan manajemen pembelajaran yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya, upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemberian motivasi yang dilakukan guru Guru dalam melaksanakan tugas mengajar berfungsi sebagai motivator, artinya sebagai pemberi dorongan dan rangsangan kepada siswa agar belajar secara lebih baik. Motivasi tersebut dapat berbentuk pujian, hadiah atau ganjaran kepada siswa yang dinyatakan berhasil dalam belajar. Guru jangan membiarkan siswa untuk malas dan takut menghadapi suatu materi pelajaran, tetapi sebaliknya guru mengharuskan siswa antusias dalam menghadapi setiap materi pelajaran. 2. Melengkapi fasilitas belajar Melengkapi fasilitas belajar berhubungan dengan unsur penunjang dalam belajar yang perlu dimiliki oleh siswa. Fasilitas belajar tersebut dapat terjadi di sekolah atau di dalam keluarga. Fasilitas di sekolah, misalnya ruang baca beserta bukunya yang lengkap, media pembelajaran 38
dan alat peraga yang memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Selain itu, fasilitas untuk keterampilan atau untuk kegiatan ekstra-kulikuler perlu disediakan dalam rangka mendukung peningkatan prestasi belajar siswa. 3. Penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif Iklim pembelajaran berhubungan dengan situasi belajar yang dirasakan siswa sebagai akibat interaksi belajarnya dengan lingkungan kelasnya, baik guru maupun rekan kelasnya. Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, maka guru perlu melakukan sistem komunikasi dan interaksi dengan siswa yang harmonis dan menyenangkan. Guru jangan membuat takut siswa, tetapi sebaliknya siswa dan guru mengkondisikan diri sebagai orang yang saling menghormati, menghargai dan menyayangi. Namun demikian dalam batas-batas tertentu guru perlu menjaga wibawanya, sehingga dapat digugu dan ditiru oleh para siswanya. 4. Pengelolaan kelas yang efektif Melakukan pengelolaan kelas yang efektif juga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pengelolaan kelas yang dilakukan tersebut meliputi: perencanaan kurikulum, pengorganisasian PBM, pemanfaatan fasilitas dan sumber pembelajaran serta penataan fisik kelas. Kesemua aspek tersebut bila dilakukan oleh guru dengan cermat, maka akan menimbulkan kesiapan dan konsentrasi yang baik dari siswa untuk belajar, sehingga dengan keadaan demikian memungkinkan siswa lebih berprestasi dalam belajarnya. 5. Peningkatan profesional guru Peningkatan profesional guru juga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, artinya agar prestasi belajar siswa baik, maka jelas harus dilakukan oleh guru yang profesional. Peningkatan profesional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: upaya dari guru itu sendiri untuk maju, pembinaan dari kepala 39
sekolah melalui kegiatan supervisinya, aktivitas dalam organisasi profesi keguruan dan kegiatan-kegiatan lain dalam bentuk pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh guru. Jika guru telah memiliki kemampuan yang dapat diandalkan untuk melaksanakan tugas, maka secara otomatis guru akan dapat memotivasi belajar siswa, mengajar dengan baik, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif serta melakukan manajemen pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian jika semua kemampuan tersebut telah dilakukan guru, maka prestasi belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. 6. Manajemen pembelajaran yang lebih baik Manajemen pembelajaran berhubungan dengan bagaimana guru merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Jika setiap aspek tersebut dilaksanakan dengan baik oleh guru, maka jelas akan memberikan dampak terhadap prestasi belajar siswa. Dalam perencanaan, misalnya guru mampu memilih topic yang mudah dipahami siswa, dalam pelaksanaan guru mampu menyampaikan materi dengan baik dan dalam evaluasi mampu menilai prestasi belajar siswa sesuai yang diharapkan. 40