BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Para Pakar Geografi pada seminar dan lokakarya di Semarang tahun 1988 dalam (Cut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bagus, dibutuhkan proses pendidikan yang bagus pula. Setiap usaha

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

(Tahun ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan penelitian ini, maka diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

Kode Etik Guru Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

Sistem Pendidikan Nasional

BAB IV PENUTUP. 2. siswa mempunyai sikap untuk menghargai dan mencintai segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME.

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Pengembangan Pembelajaran PKN di SD. Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan pejabat profesional, banyak kalangan yang tidak meyakini keprofesionalan mereka. Sebab masyarakat pada umumnya melihat kenyataan bahwa: 1. Banyak sekali guru maupun dosen melakukan pekerjaan yang tidak memberi kepuasan kepada mereka. 2. Menurut pendapat masyarakat, pekerjaan mendidik dapat dilakukan oleh siapa saja. Perlu diketahui, bahwa suatu jabatan dikatakan profesional, jika hanya pejabat yang bersangkutan bisa melaksanakan tugas tersebut. Menurut Schein (1972) dalam Made Pidarta (2000:265), ciri-ciri profesional adalah sebagai berikut: 1. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime), 2. Pilihan pekerjaan didasarkan kepada motivasi kuat, 3. Memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama, 4. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien, 5. Pekerjaan berorientasi kepada pelayanan, bukan untuk kepentingan pribadi, 6. Pelayanan didasarkan kepada kebutuhan objektif klien, 7. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien, 8. Menjadi anggota organisasi profesi, 9. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai ekspert dalam spesialisasinya, 30

10. Keahlian tersebut tidak boleh diadvertasikan untuk mencari klien. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Atau dapat dikatakan, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya tidak seperti yang ditentukan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran nama baik. Hal itu dapat terjadi bisa dikarenakan guru kurang profesional dalam menjalankan tugasnya. Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan. Diantara ketiga kompetensi tersebut terjalin secara terpadu dalam diri guru. Atau dapat dikatakan bahwa seorang guru yang terampil dalam mengajar sudah tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu pula melakukan social ajusment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik tingkah-laku guru. Adapun hal yang akan dibahas pada makalah ini hanyalah menyoroti salah satu jenis kompetensi saja, yaitu kompetensi profesional. Kriteria profesional guru menurut Oemar Hamalik (1980:56) adalah: 1. Fisik a. Sehat jasmani dan rohani. b. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. 2. Mental/kepribadian a. Berkepribadian/berjiwa Pancasila. b. Mampu menghayati GBHN. c. Mencintai bangsa dan sesama manusia serta rasa kasih sayang kepada anak didik. d. Berbudi pekerti yang luhur. e. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan sarana pendidikan yang ada secara maksimal. 31

f. Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar pada tugasnya. g. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. h. Bersikap terbuka, peka dan inovatif. i. Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. j. Taat akan disiplin. k. Memiliki sense of humor. 3. Keilmiahan/pengetahuan a. Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi pengajar yang demokratis. b. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkan dalam tugasnya sebagai pendidik/pengajar yang demokratis. c. Memahami, menguasai serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. d. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. e. Senang membaca buku-buku ilmiah. f. Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi. g. Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar. 4. Keterampilan a. Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. b. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior dan teknologi. c. Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP). d. Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. e. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. f. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. 32

Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru pada diri seseorang, tetapi unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang terencana dan sistematis terdiri dari pendidikan pre-service (SPG) dan inservice (P3D), serta berbagai program yang dikembangkan oleh IKIP dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru. Jabatan seorang guru itu merupakan jabatan profesi, maksudnya guru dapat melakukan fungsinya di sekolah. Atau dapat dikatakan bahwa terdapat suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah. Sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, yaitu apabila: 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerjasama dalam usaha mencapai tujuan pendidikan institusional/sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki kompetensi yang diperlukan. Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi, setiap kompetensi dapat dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi dan lebih khusus lagi. Oleh karena itu, dalam merumuskan jenis kompetensi guru profesional, maka dapat dilihat dari segi tanggung jawab guru, yakni sebagai berikut: 33

1. Tanggung jawab moral Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila serta bertanggung jawab mewariskan moral Pancasila dan nilainilai UUD 1945 pada generasi muda. Tanggung jawab ini, merupakan tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia. Dalam hubungan ini, maka setiap guru harus mampu menghayati moral Pancasila dan harus mampu mengamalkan Pancasila. Kemampuan menghayati berarti kemampuan untuk menerima, mengingat, memahami serta meresapkan ke dalam pribandinya sehingga moral Pancasila mendasari semua aspek kepribadiannya. Dengan demikian, moral Pancasila bukan saja sekedar menjadi pengetahuan, pemahaman dan kesadarannya, akan tetapi menjadi sikap dan nilai serta menjadi keterampilan psikomotorisnya. Kemampuan mengamalkan berarti guru mampu melaksanakan dan menerapkan moral Pancasila ke dalam masyarakat maupun kenegaraan. Baik dalam pendidikan maupun ke dalam kehidupan di luar bidang pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Tanggung jawab pendidikan di sekolah Guru bertanggung jawab melaksanakan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk: melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak dan jasmani siswa, mendiagnosa kesulitan belajar serta menilai kemajuan belajar para siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Agar dia mampu mengembangkan dan melaksanakan tanggung jawabnya ini. Maka, setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas tanggung jawab tersebut. Dia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik, memberikan 34

bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan sebagainya. Setiap kompetensi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut, misalnya kompetensi pelaksanaan cara-cara belajar yang baik. Bila diperinci lebih lanjut, maka setiap guru harus kompeten dalam memberikan petunjuk bagaimana membuat rencana belajar, kompeten memberikan petunjuk tentang bagaimana mempelajari buku bacaan dan cara membaca yang efisien, cara menghafal, cara menilai sendiri dan sebagainya. 3. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak dia adalah warga masyarakat dan di lain pihak dia bertanggung jawab untuk turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa dan turut bertanggung jawab menyukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan bertanggung jawab membangunan daerah yang lebih kecil ruang lingkupnya di mana ia tinggal. Melaksanakan tanggung jawab, turut serta memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, maka guru harus mengetahui atau memahami semua hal yang bertalian dengan kehidupan nasional. Misalnya tentang suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, normanorma, kebudayaan, kondisi lingkungan dan sebagainya. 4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan Guru selaku ilmuan bertanggung jawab untuk memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisnya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang penelitian, maka guru harus memiliki kompetensi tentang cara melaksanakan penelitian, seperti cara pembuatan desain penelitian, cara mengadakan sampling dan cara mengolah data dengan teknik statistik yang sesuai. Selanjutnya dia harus menyusun laporan hasil penelitian agar dapat disebarluaskan. Demikianlah, dari analisa tersebut kiranya kompetensi yang 35

harus dimiliki oleh setiap guru profesional sesungguhnya sangat luas jika ditinjau dalam kompetensi secara keseluruhan. 3.2 Upaya Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran dan Kompetensi Profesional Dikaitkan Dengan prestasi Belajar Siswa Peningkatan mutu pembelajaran dan peningkatan kompetensi profesional dapat dikembangkan bila guru mau terus belajar dan melatih diri sehingga prestasi belajar siswa pun meningkat. Beberapa langkah yang dikemukakan oleh Paul Suparno (2004:55), yaitu: 1. Berkaitan dengan ilmu Ilmu selalu berkembang, penemuan baru terus ada. Maka guru diharuskan untuk terus belajar bidang ilmunya. Guru tidak boleh puas dengan pengetahuannya, tetapi harus terus mengembangkannya. Di jaman ini guru bukan satu-satunya sumber informasi pengetahuan. Banyak sumber lain yang dapat digunakan oleh siswa seperti internet, CDROM, TV, buku-buku dan para ahli yang mereka jumpai di luar sekolah. Maka supaya guru tidak ketinggalan dari siswanya, mereka sungguh harus mau belajar. Untuk membantu agar guru selalu mau mengembangkan pengetahuannya, maka sekolah dapat menyediakan buku-buku dan sumber belajar yang diperlukan seperti perpustakaan, internet, CDROM. Yang tidak kalah penting adalah studi banding ke sekolah yang telah lebih maju. Sekolah pun kiranya juga perlu memberi dukungan kepada guru yang ingin mengikuti seminar dan lokakarya untuk meningkatkan pengetahuan pengetahuan mereka baik dalam bidang ilmu maupun pendidikan. Untuk guru yang telah mengajar beberapa waktu, bisa pula diberi kesemptan untuk studi lanjut demi menambah pengetahuan mereka. 36

2. Dalam bidang pembelajaran dan metodologi a. Metodologi Siswa akan dapat belajar dengan baik bila metodologi yang digunakan tepat dengan mereka, oleh karena itu guru harus mencari jalan metodologi mana yang tepat bagi siswa-siswanya. b. Teori inteligensi ganda Teori intelegensi ganda dikemukakan oleh Howard Gardener. Teori ini mengungkapkan bahwa manusia mempunyai sembilan intelegensi, yaitu linguistik, matematis-logis, ruang, kinestetikbadani, musikal, interpersonal, intrapersonal, lingkungan dan eksistensial. Kesemua intelegensi ini dapat dikembangkan oleh manusia, berarti guru pun dapat melatih semua intelegensia ini untuk dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga setiap siswa merasa disapa dan dikembangkan sesuai dengan intelegensi mereka. c. Berkaitan dengan siswa Guru pertama-tama perlu mengenal siswa dengan baik. Bagaimana sifat, karakter, perkembangan kognitif dan emosionalnya, apa kekuatan dan kelemahannya. Dengan mengenal siswa, maka guru dapat membantu siswa untuk belajar lebih baik. d. Komunikasi dengan siswa Komunikasi menjadi alat yang penting untuk dapat mengenal siswa lebih mendalam dan akhirnya dapat membantu siswa lebih tepat. Dengan komunikasi yang lebih baik, siswa akan senang mengungkapkan diri. Dengan komunikasi yang baik, nilai yang ingin disampaikan akan mudah diterima siswa. e. Kerjasama Peningkatan mutu mengajar dapat juga dikembangkan dengan membangun kerjasma dengan pihak lain yang dapat membantu meningkatkan kemampuan guru. Kerjasama antar guru sangat penting untuk memajukan kompetensi masing-masing guru. 37

Upaya meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Internal berhubungan dengan upaya yang dilakukan oleh individu itu sendiri, sedangkan eksternal dilakukan oleh pihak atau orang lain. Abin Syamsudin Makmun (1990:20) mengemukakan bahwa: Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui upaya siswa itu sendiri dan upaya oleh pihak lain. Upaya yang dilakukan individu, misalnya belajar dengan rajin, tekun, ulet dan memiliki motivasi yang tinggi untuk berhasil, sedangkan oleh orang lain, misalnya pemberian motivasi, manajemen pembelajaran yang baik, melengkapi fasilitas dan penataan lingkungan belajar yang menyenangkan. Sementara nana Sudjana (1992:90) mengemukakan bahwa: Upaya peningkatan prestasi belajar siswa yang paling penting adalah upaya yang berasal dari dalam diri siswa sendiri sebagai bentuk kesadaran untuk maju dan berhasil, namun demikian tidak menutup kemungkinan pula upaya dari luar diri siswa perlu dilakukan, misalnya pemberian motivasi yang dilakukan guru, selain melalui kelengkapan fasilitas, iklim pembelajaran yang kondusif, guru yang profesional dan manajemen pembelajaran yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya, upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemberian motivasi yang dilakukan guru Guru dalam melaksanakan tugas mengajar berfungsi sebagai motivator, artinya sebagai pemberi dorongan dan rangsangan kepada siswa agar belajar secara lebih baik. Motivasi tersebut dapat berbentuk pujian, hadiah atau ganjaran kepada siswa yang dinyatakan berhasil dalam belajar. Guru jangan membiarkan siswa untuk malas dan takut menghadapi suatu materi pelajaran, tetapi sebaliknya guru mengharuskan siswa antusias dalam menghadapi setiap materi pelajaran. 2. Melengkapi fasilitas belajar Melengkapi fasilitas belajar berhubungan dengan unsur penunjang dalam belajar yang perlu dimiliki oleh siswa. Fasilitas belajar tersebut dapat terjadi di sekolah atau di dalam keluarga. Fasilitas di sekolah, misalnya ruang baca beserta bukunya yang lengkap, media pembelajaran 38

dan alat peraga yang memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Selain itu, fasilitas untuk keterampilan atau untuk kegiatan ekstra-kulikuler perlu disediakan dalam rangka mendukung peningkatan prestasi belajar siswa. 3. Penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif Iklim pembelajaran berhubungan dengan situasi belajar yang dirasakan siswa sebagai akibat interaksi belajarnya dengan lingkungan kelasnya, baik guru maupun rekan kelasnya. Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, maka guru perlu melakukan sistem komunikasi dan interaksi dengan siswa yang harmonis dan menyenangkan. Guru jangan membuat takut siswa, tetapi sebaliknya siswa dan guru mengkondisikan diri sebagai orang yang saling menghormati, menghargai dan menyayangi. Namun demikian dalam batas-batas tertentu guru perlu menjaga wibawanya, sehingga dapat digugu dan ditiru oleh para siswanya. 4. Pengelolaan kelas yang efektif Melakukan pengelolaan kelas yang efektif juga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pengelolaan kelas yang dilakukan tersebut meliputi: perencanaan kurikulum, pengorganisasian PBM, pemanfaatan fasilitas dan sumber pembelajaran serta penataan fisik kelas. Kesemua aspek tersebut bila dilakukan oleh guru dengan cermat, maka akan menimbulkan kesiapan dan konsentrasi yang baik dari siswa untuk belajar, sehingga dengan keadaan demikian memungkinkan siswa lebih berprestasi dalam belajarnya. 5. Peningkatan profesional guru Peningkatan profesional guru juga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, artinya agar prestasi belajar siswa baik, maka jelas harus dilakukan oleh guru yang profesional. Peningkatan profesional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: upaya dari guru itu sendiri untuk maju, pembinaan dari kepala 39

sekolah melalui kegiatan supervisinya, aktivitas dalam organisasi profesi keguruan dan kegiatan-kegiatan lain dalam bentuk pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh guru. Jika guru telah memiliki kemampuan yang dapat diandalkan untuk melaksanakan tugas, maka secara otomatis guru akan dapat memotivasi belajar siswa, mengajar dengan baik, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif serta melakukan manajemen pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian jika semua kemampuan tersebut telah dilakukan guru, maka prestasi belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. 6. Manajemen pembelajaran yang lebih baik Manajemen pembelajaran berhubungan dengan bagaimana guru merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Jika setiap aspek tersebut dilaksanakan dengan baik oleh guru, maka jelas akan memberikan dampak terhadap prestasi belajar siswa. Dalam perencanaan, misalnya guru mampu memilih topic yang mudah dipahami siswa, dalam pelaksanaan guru mampu menyampaikan materi dengan baik dan dalam evaluasi mampu menilai prestasi belajar siswa sesuai yang diharapkan. 40