PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KEDALEMAN WETAN

PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA KELAS V SDN TIRTOMOYO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN BAGI SISWA KELAS V SDN 1 BOJONGSARI TAHUN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE PERMAINAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD N 2 JATINEGORO TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN BOROWETAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA FLIP CHART DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE

PENERAPANMODEL KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK

Keywords: Pair Check, concrete media, fraction

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KARANGTANJUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Keywords: Concept Sentence, puzzle media, writing skills. menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Candiwulan.

Keywords: Make A Match model, Graphic Media, civic education learning

Keywords: learning, STAD, media charge cards, integers

Keywords: Open Ended Learning Models, Multimedia, Learning, Natural Science.

PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARDS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL ASSURE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 AMBALRESMI TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TEAM QUIZ DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD N 3 GUNUNGMUJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN MEDIA REALIA

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

warga dunia yang cinta damai. Oleh karena itu, banyak yang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan

PENGGUNAAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN IRINGAN MUSIK KLASIK DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA UNTUK SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DISERTAI MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN 2 WONOYOSO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN MIND MIND DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KEDUNGWINANGUN

PENGGUNAAN METODE MENDONGENG DENGAN MEDIA SCRABBLE DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS I SD NEGERI 2 KALIREJO TAHUN AJARAN 2014/2015

Keywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes

PENERAPAN MODELCIRC DENGAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA DALAM PENINGKATANKETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SDN CANDIWULAN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

PENGGUNAAN MODEL BAMBOO DANCING

PENERAPAN TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN AUDIO VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

PENERAPAN METODE STAD DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN STRATEGI GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWERS

Keywords: Quantum Teaching model, visual media, science, learning

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V

PENERAPAN TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA REAL OBJECT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN BAHAN BACAAN KORAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SDN PENEKET TAHUN AJARAN

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA REALIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS V SDN 2 BANJURPASAR TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension

Keyword: CIRC, Learning, Phoem

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KASEGERAN

Kata kunci: Talking Stick, Handout, IPS

PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 1 SIKAYU TAHUN 2015/2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KRACAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 3 DOROWATI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK) DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 ABEAN

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 1.1, hlm

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BOJONGSARI TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE GUIDED NOTE TAKING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD

PENERAPAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI GADUNGREJO

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENGGUNAAN METODE COURSE REVIEW HORAY

PENENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGGUNAAN MODEL RESOURCE BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 2 PEJAGOAN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNANAN METODE QIRA ATI DENGAN MEDIA PAPAN FLANEL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS III SD

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Keywords: Index Card Match, card number, Learning Mathematics

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TEAM QUIZ DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN 2 KRAKAL TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL CIRC DENGAN MEDIA ULAR TANGGA DALAM PENINGKATAN PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA SISWA KELAS V SDN 2 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2015/2016

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PENERAPAN METODE KUMON DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUTOSARI TAHUN AJARAN

Keywords: Scientific, Concrete Media, Mathematics

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Nova Silviani Nuryanti 1, Triyono 2, Tri Saptuti Susiani 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Panjer Kebumen Email cilphya@ymail.com 1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2. Dosen PGSD FKIP UNS Abstract: Application Of Cooperative Models STAD Type In Increase Fraction Learning In Fourth Grade Elementary School. This study aimed describe (1) describe the steps of cooperative models STAD type increase fraction learning in fourth grade students elementary school, (2) identify constraints and solutions in aplication of cooperative STAD type in fourth grade students elementary school. This study is a collaborative class classroom action research conducted in trhree cycles, each cycles consists of planning, acting, observing, reflecting. The result showed that (1) applied of cooperative models STAD type can be run according to the skenario, (2) the application of cooperative models STAD type can to incrase fraction learning in fourth grade students elementary school. In pre-action mastery percentage is 41,67%, after action performed in first cycle percentage increased to 87,5%, in second cycle percentage to 83,3% and in third cycle increased to 95,83%. Keywords: cooperative STAD type, fraction learning Abstrak: Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD dalam Peningkatan Pembelajaran Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) mendeskripsikan langkah-langkah model kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV sekolah dasar, (2) mengidentifikasi kendala dan solusi dalam penerapan model kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV sekolah dasar. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilaksanakan dalam tiga siklus masing-masing siklus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasilnya menunjukkan bahwa: (1) penerapan langkah-langkah pembelajaran STAD dapat berjalan sesuai skenario, (2) penerapan model STAD dapat meningkatkan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV sekolah dasar. Pada pratindakan persentase ketuntasan siswa mencapai 41,67%, setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 87,5%, pada siklus II menjadi 83,3% dan siklus III meningkat kembali menjadi 95,83%. Kata Kunci: kooperatif tipe STAD, Pembelajaran, Bilangan Pecahan PENDAHULUAN Matematika mempelajari tentang bilangan, geometri, pengukuran serta pengolahan data sering menggunakan media yang nyata agar siswa mendapat gambaran yang jelas tentang materi yang diajarkan. Serta dibutuhkan kecepatan dan ketepatan siswa dalam mengerjakan soal. Untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan siswa dalam mengerjakan Matematika digunakan pembelajaran secara berkelompok dengan pengaturan secara heterogen. Periode berfikir anak sekolah dasar menurut Piaget adalah sebagai berikut: periode sensori motor, periode pra operasional, periode operasional

konkret dan periode operasional formal. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, khususnya di SD Negeri Randegan, setiap guru senantiasa mengharapkan agar siswasiswanya dapat mencapai prestasi belajar sebaik mungkin. Hal ini dilakukan dengan cara pembelajaran berkelompok dengan pengaturan siswa secara heterogen. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV tentang materi yang sulit dipahami siswa yaitu pada materi bilangan pecahan. Hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam penyederhanaan pecahan, penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan. Pada materi penyederhanaan pecahan siswa kesulitan dalam mencari faktor pembagi pada penyebut dan pembilangnya. Sedangkan pada materi penjumlahan dan pengurangan, siswa mengalami kesulitan menyamakan penyebut pada bilangan pecahan tersebut. Pada pelaksanaan pembelajaran tentang materi penyederhanaan pecahan, penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan guru hanya menjelaskan konsep tanpa melibatkan siswa secara langsung serta kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya. Karakteristik siswa yang senang bergaul dengan teman sebaya dan bekerja sama sangat tepat bila dilakukan dengan pembelajaran secara berkelompok. Sesuai dengan hasil tes pada tahuntahun sebelumnya nilai rata-rata Matematika mendapatkan hasil yang rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 65,00. Dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain mata pelajaran Matematika perlu untuk ditingkatkan. Berdasarkan analisis nilai Matematika pada tahun-tahun sebelumnya disimpulkan bahwa kesulitan siswa meliputi penyederhanaan pecahan, penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan agar tes hasil belajar siswa mencapai kriteria yang ditentukan. Sesuai beberapa masalah tersebut, perlu adanya strategi yang tepat dalam pembelajaran Matematika. Salah satu diantaranya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di kelas IV tentunya mengutamakan peran siswa dalam pembelajaran serta mengurangi kedominanan guru. Selain itu, model yang dipilih harus mengutamakan kerjasama kelompok yang baik tanpa menghilangkan tanggung jawab kepada setiap individu. Model ini juga dapat menarik perhatian dan menambah semangat belajar. Salah satu model yang tepat digunakan adalah model kooperatif. Beberapa model kooperatif banyak digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran Matematika. Salah satu model kooperatif yang sesuai dengan kondisi siswa kelas IV adalah model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran ini secara harfiah dapat diartikan sebagai pembagian pencapaian tim siswa. STAD adalah salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang dikemukaan oleh Slavin. Model pembelajaran ini merupakan metode umum dalam mengatur kelas ketimbang metode komprehensif dalam mengajarkan mata pelajaran tertentu (Slavin, 2005: 13) Dengan menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) bertujuan siswa dapat memahami konsep materi pecahan dengan benar. Jika siswa tidak memahami konsep pecahan dengan benar, maka akan kesulitan dalam mendalami materi tersebut. Hal tersebut siswa perlu dilibatkan secara langsung dalam memahami konsep pecahan sehingga dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi bilangan pecahan. Penerapan model kooperatif tersebut mendorong siswa terlibat secara langsung secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat lebih mamahami konsep pecahan dan operasinya. Selain itu, siswa menjadi lebih percaya diri dalam pembelajaran karena lebih memahami materi tersebut dengan baik. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru kelas IV, model pembelajaran tersebut belum diterapkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan model pembelajaran tersebut dalam pelajaran Matematika materi bilangan pecahan di kelas IV.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang muncul yaitu 1) bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV semester II SD Negeri Randegan tahun ajaran 2012/2013?, 2) apakah kendala serta solusi untuk mengatasinya dalam penerapan model kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV semester II SD Negeri Randegan tahun ajaran 2012/2013? Tujuan penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatife tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV semester II SD Negeri Randegan tahun ajaran 2012/2013, 2) menguraikan kendala serta solusi untuk mengatasinya pada penerapan model kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV semester II SD Negeri Randegan tahun ajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Randegan Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Jumlah subjek penelitian 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2012 sampai dengan bulan Juni 2013 pada semester dua tahun ajaran 2012/2013. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen tes berupa lembar soal evaluasi hasil belajar siswa, sedangkan instrumen non tes terdiri dari lembar observasi, dokumen dan lembar kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data terhadap jalannya pelaksanaan kegiatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV SD dengan menerapkan model STAD sesuai dengan RPP dan skenario pembelajaran yang telah disusun. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam menentukan tindakan sesuai dengan kondisi siswa kelas IV SD, kemudian pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas. Observer dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang yaitu teman sejawat, guru kelas lain dan peneliti sendiri. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data pratindakan dan data tindakan yang berupa hasil penelitian. Data hasil penelitian berupa hasil observasi penerapan model kooperatif tipe STAD terhadap guru, hasil observasi penerapan model kooperatif tipe STAD terhadap siswa, dan hasil tes hasil belajar siswa. Analisis data dilakukan melalui analisis statistik deskriptif untuk membandingkan hasil antar siklus, dan analisis kualitatif berkaitan keaktifan dan antusias siswa serta kelebihan dan kekurangan guru dalam proses pembelajaran. Bentuk analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman (1984) yang meliputi 3 alur yaitu reduksi data/ data reduction, display data/ data display, dan kesimpulan/ verification (Sugiyono, 2010: 337). Untuk menguji dan memeriksa data digunakan teknik triangulasi. Sugiyono (2010: 330) mengungkapkan Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi penelitian ini yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber data. Triangulasi teknik peneliti membandingkan data observasi, kuesioner, tes, serta dokumen. Triangulasi sumber data, peneliti membandingkan data yang berasal dari sumber peneliti, teman sejawat guru kelas IV dan siswa kelas IV. Indikator kinerja penelitian yaitu 85% dengan aspek yang diukur langkah penerapan model STAD, proses belajar siswa dan kemampuan sisw dalam penguasaan materi bilangan pecahan. Prosedur penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif, yaitu penelitian yang melibatkan guru sebagai pelaksana tindakan kelas sedangkan peneliti sebagai perencana tindakan dan observer. guru dan peneliti saling bekerja sama (Padmono, 2012:43). Menurut Arikunto, dkk. (2008: 16) secara garis besar model terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan koordinasi dengan guru kelas untuk menentukan tindakan yang akan diambil sesuai kondisi siswa kelas IV, menyusun RPP dan skenario pembelajaran, sosiolisasi RPP dan skenario pembelajaran kepada guru kelas, mempersiapkan sarana prasarana pembeljaran dan mempersiapkan instrumen penelitian. Pada pelaksanaanya, tahapan ini selalu berhubungan dan berkelanjutan dalam prosesnya, serta mengalami perbaikanperbaikan sesuai dengan hasil observasi dan refleksi hingga memenuhi hasil atau tujuan yang diharapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan hasil belajar bilangan pecahan siswa kelas IV SD Negeri Randegan dengan menerapkan model kooeratif tipe STAD dilaksanakan dengan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Data rata-rata observasi yang diperoleh dari tiga orang observer terkait penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran bilangan pecahan oleh guru pada siklus I sampai III adalah sebagai berikut: Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata guru dalam mengajar dengan menerapkan langkah pembelajaran STAD pada siklus I mencapai 59,9 sedangkan pada siklus II mencapai 64,4 dan pada siklus III mencapai 67,8. Skor rata-rata guru dalam mengajar dengan menerapkan langkah pembelajaran STAD adalah 64,1 dengan kategori baik. Adapun hasil observasi penerapan model tersebut terhadap siswa pada siklus I sampai siklus III dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Observasi Guru dalam Mengajar Pada Siklus I, II dan III Langkah Pemb. STAD Ratarata Kategori Si. I Si. II Si. III 59,9 64,4 67,8 64,1 Baik Tabel 2. Hasil Observasi Siswa pada Siklus I, II dan III Langkah Pemb. STAD Ratarata Kategori Si. I Si. II Si. III 55,49 63,72 68,61 62,61 Baik Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata penerapan model STAD terhadap siswa pada siklus I mencapai 55,49, sedangkan pada siklus II mencapai 63,72 dan pada siklus III mencapai 68,61. Skor rata-rata penerapan model STAD terhadap siswa mencapai 62,61 dengan kategori baik. Sedangkan perolehan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pratindakan atau pretest, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai beikut: Tabel 3. Perolehan Hasil Belajar Bilangan Pecahan Hasil Belajar Bilangan Pecahan Tindakan Tuntas Belum Tuntas Frek. % Frek. % Pretest 10 41,6 14 58,33 Sik. I 21 87,5 3 12,5 Sik. II 20 83,3 4 16,67 Sik. III 23 95,83 1 4,17 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hasil belajar bilangan pecahan siswa kelas IV semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan pada kegiatan pratindakan atau pretest, siswa yang mencapai nilai hasil belajar KKM mencapai 41,6% atau sebanyak 10 siswa. Pada siklus I kektuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 87,5% atau sebanyak 21 siswa. Selanjutnya, pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 83,3% atau sebanyak 20 siswa. Sedangkan pada siklus III persentase siswa mencapai ketuntasan hasil belajar bilangan pecahan meningkat kembali menjadi 95,83% atau sebanyak 23 siswa. Adapun siswa yang belum tuntas atau nilai hasil belajarnya < KKM pada siklus III yaitu 4,17% atau sebanyak 1 siswa. Penerapan model kooperatif tipe STAD dilaksanakan sesuai dengan skenario dan selalu diperbaiki. Hal tersebut dilakukan

supaya adanya peningkatan pembelajaran pada setiap siklus. Menurut Rusman, proses pembelajaran yang dilaksanakan menggabungkan pembelajaran individual dengan pembelajaran kelompok yang saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi. Hal tersebut terlihat pada saat siswa melakukan diskusi mengerjakan LKS yang disiapkan guru. Rusman juga mengemukakan langkah STAD, yaitu: a) penyampaian tujuan dan motivasi, b) pembagian kelompok, c) presentasi dari guru, d) kegiatan belajar dalam tim (kerja tim), e) tes individual (kuis/evaluasi), f) penghargaan prestasi, dan g) kesimpulan (2012:215). Dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Model ini lebih memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Guru memberikan bahan ajar tanpa membedakan kemampuan individu. Para siswa mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu agar bisa berhasil dalam menjalani tes (2012: 214). Proses pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas siswa kelas IV SD yang masih berada pada tahap operasional konkret yang perkembangan berpikirnya dimulai dari yang konkret dan memiliki karakteristik tertentu. Hal tersebut didukung pendapat Piaget bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret (Heruman, 2008:1). Selain itu, Samatowa menyatakan pada anak usia 7 sampai 11 tahun atau 12 tahun termasuk dalam tahapan periode operasional konkret. Pada periode ini anak memiliki kemampuan mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Mulai mengkonservasikan pengetahuan tertentu, kemampuan berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat terikat (2006:9). Hal tersebut terlihat saat siswa mengerjakan tugas secara individu, bertanggung jawab terhadap kelompok dan berpikir kritis dan rasional saat diskusi kelompok. Aktivitas proses belajar siswa yang baik sesuai langkah-langkah dan karakteristik siswa dapat mempengaruhi tes hasil belajar siswa. Tindakan siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan berdasarkan data pra tindakan yang menunjukan siswa kelas IV SD Negeri Randegan mengalami kesulitan belajar bilangan pecahan. Hal tersebut menunjukkan harus dilakukan perbaikan dan peningkatan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Mulyasa, bahwa tujuan secara umum penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran (2011:89). Pada siklus I pertemuan 1 rerata tes hasil belajar siswa mencapai 76,67 sedangkan pada pertemuan 2 mencapai 81,48 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 91,67% pada pertemuan 1 sedangkan pada pertemuan 2 ketuntasan hasil belajar sama yaitu 91,67%. Meskipun data tersebut telah mencapai indikator kinerja yaitu 70 mencapai 85% tetapi masih banyak kendala sehingga dilakukan tindakan siklus II. Tindakan siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Data tes hasil belajar siswa pada siklus II mengalami penurunan dari siklus I. Pada siklus II pertemuan 1 rerata tes hasil belajar yaitu 75,62 dan pada pertemuan 2 mencapai 77,3 dengan persentase ketuntasan belajar siswa dari 87,5% menjadi 91,67%. Penurunan rerata hasil belajar ini dikarenakan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi yang lebih sulit dari sebelumnya. Meskipun mengalami penurunan, hasil tersebut telah dapat mencapai indikator kinerja ketuntasan siswa yang diharapkan yaitu 85%. Pada tindakan siklus II masih terdapat kendala dalam menerapkan model STAD dalam pembelajaran sehingga dilanjutkan tindakan siklus III sebagai pemantapan dan akhir proram penelitian. Tindakan siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Rerata tes hasil belajar

pada siklus III mengalami peningkatan yaitu dari 83,33 pada pertemuan 1 menjadi 85,65 pada pertemuan 2. Sedangkan dari persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 1 mencapai 91,67% dan pada pertemuan 2 menjadi 95,83%. Data tes hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa penerapan model STAD memberikan kontribusi pada tes hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari rerata tes hasil belajar pda siklus III pertemuan 2 mencapai 85,65 ( 70) dan ketuntasan belajar siswa 95,83% ( 85%). Berdasarkan uraian pembahasan tersebut, pembelajaran Matematika kelas IV SD telah sesuai dengan langkah model Student Teams Achievement Division (STAD). Hal ini dibuktikan dengan persentase langkah penerapan model STAD dan proses belajar siswa mencapai 85%. Selama proses pembelajaran melalui penerapan model STAD terdapat kendala, yaitu: (1) guru kurang maksimal dalam menerapkan langkah pembelajaran dengan model STAD, (2) guru kurang maksimal dalam menjelaskan materi pembelajaran, (3) siswa kurang antusias dalam belajar, dan (4) siswa kurang memahami materi. Dalam pelaksanaan tindakan sebagian besar siswa sudah mengikuti pelajaran dengan baik. hanya pada siklus II siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi. Secara umum, disimpulkan bahwa interaksi guru dan siswa kurang maksimal sehingga menyebabkan munculnya kendala tersebut. Hal ini belum mencapa hakikat pembelajaran sesuai UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang dirumuskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (2003). Penerapan model STAD sesuai dengan karakteristiknya dan dikemas dalam skenario pembelajaran yang tepat dan digunakan dalam pembelajaran Matematika dengan materi pecahan dengan tujuan peningkatan proses sesuai dengan ciri pembelajaran dan tujuan pembelajaran berupa pemahaman siswa yang ditunjukkan melalui tes hasil belajar siswa. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari proses yang ada dan tertuang dalam evaluasi yang dilakukan. Hal tersebut membuktikan betapa pentingnya proses belajar dalam pembelajaran yang dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Uraian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model STAD dengan media visual dalam pembelajaran sesuai skenario dan karakteristik siswa dapat memaksimalkan proses yang tercermin melalui tes hasil belajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran bilangan pecahan siswa kelas IV SD Negeri Randegan tahun ajaran 2012/2013, dapat disimpulkan bahwa: 1) langkah-langkah penerapan model tersebut, yaitu: a) guru menjelaskan tujuan dan motivasi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami siswa (penyampaian tujuan dan motivasi), b) guru membagi kelompok secara heterogen menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (pembagian kelompok). c) guru menjelaskan materi pelajaran dengan baik disertai dengan contoh-contoh dan menggunakan media yang telah disiapkan peneliti dengan maksimal (presentasi dari guru), d) guru meminta siswa untuk melakukan diskusi kelompok membahas LKS yang telah dibagikan dengan bekerjasama antar anggota kelompok (kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)), e) guru memberikan tes tertulis sebagai evaluasi akhir untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran serta memberikan penilaian pada hasi tes tersebut (tes individual (kuis/evaluasi)), f) guru kelas menyampaikan hasil diskusi dan kelompok terbaik serta memberikan penghargaan berupa benda terhadap kelompok (penghargaan prestasi), g) guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat, serta menyampaikan tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilakukan (kesimpulan). Dengan langkah-langkah tersebut pembelajaran meningkat dari proses dan hasil belajar siswa telah mencapai inidikator kinerja 85%. 2) kendala yang ditemuai pada penerapan langkah model tersebut, yaitu: a) guru kurang

maksimal dalam membagi kelompok secara heterogen saat pembagian kelompok berlangsung, b) guru kurang maksimal dalam menjelaskan materi pembelajaran, c) siswa kurang antusias dalam belajar, dan d) siswa kurang memahami materi. Solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut, yaitu: a) lebih maksimal dalam membagi kelompok secara heterogen saat pembagian kelompok berlangsung, b) guru lebih maksimal dalam menjelaskan materi pelajaran, c) guru memberikan reward berupa tanda bintang kepada siswa yang aktif dalam diskuis kelompok dan presentasi sebagai bentuk penghargaan supaya siswa lebih berantusias belajar, dan d) memberikan bimbingan pada siswa yang sulit memahami materi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model tersebut, peneliti memberikan saran kepada guru dalam penerapan model kooperatif tipe STAD, yaitu guru lebih maksimal dalam membagi kelompok secara heterogen saat pembagian kelompok berlangsung, guru lebih maksimal dalam menjelaskan materi pelajaran. Selain itu guru memberikan reward berupa tanda bintang kepada siswa yang aktif dalam diskuis kelompok dan presentasi sebagai bentuk penghargaan. Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Depdiknas. Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning (Cetakan Ke-15). Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2005). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (Cetakan Kedua). Jakarta: Sinar Grafika. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Padmono. H.Y. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Kebumen: FKIP UNS Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Cetakan Ke-5). Jakarta: Raja Grafindo Persada.