BAB V PENUTUP. A. Simpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I Tinjauan Umum Etika

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

Tinjauan Umum Etika Profesi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

Pendahuluan. Dedi Mahardi 1

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

I Pendahuluan. Proses Usaha. Doa. Peluang

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

KODE ETIK PSIKOLOGI SANTI E. PURNAMASARI, M.SI., PSIKOLOG. Page 1

BAB V PENUTUP. d. klaim komprehensibilitas (comprehensibility). Dalam masyarakat tentunya seperti hubungan-hubungan yang telah

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

PENTINGNYA ETIKA PROFESI

A. Identitas Program Studi

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses terencana untuk menyiapkan anak didik

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

A. Identitas Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional ini menjiwai dan dijabarkan dalam semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Nilai-nilai akhlak yang ditemukan dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001)

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dinilai tidak baik. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

Pengertian etika = moralitas

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran Kiai Ṣāliḥ. Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini ialah bahwa pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar menekankan kepada subjek belajar agar selalu memiliki kesiapan, kemandirian, kesungguhan, tanggung jawab, serta selalu melatih diri untuk berpikir secara objektif, rasional, kritis, dan strategis dalam rangka mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan sejati. Terdapat tiga hal yang dapat diungkapkan untuk mendukung kesimpulan tersebut; 1. Kritik Kiai Ṣāliḥ Darat terhadap tradisi belajar masyarakat Jawa abad 19 Respons Kiai Ṣāliḥ terhadap tradisi belajar di masyarakat menjadi titik awal konstruksi pemikirannya tentang etika belajar. Baginya, tradisi belajar yang terus tumbuh subur di masyarakat bukan berarti itu baik dan lepas dari kritik. Berdasarkan hasil studi terhadap karya Kiai Ṣāliḥ, tradisi belajar masyarakat Jawa ditandai dengan tradisi berkelana- yang terus tumbuh subur di masyarakat ternyata diwarnai dengan perilaku belajar yang tidak etis, serta norma-norma yang irasional. Studi kritis Kiai Ṣāliḥ terhadap perilaku belajar masyarakat Jawa menghasilkan beberapa nilai dan norma yang dianggapnya sangat tidak masuk akal. Secara nilai, basis yang mendasari perilaku belajar umumnya berdasarkan motif duniawi, dalam arti bukan motif karena Allah. Secara norma, perilaku belajar terjadi antara lain disebabkan (a) berdasarkan perintah hawa, (b) mengeruk keuntungan materi tanpa pertimbangan logis, dan (c) mengunggulkan sikap sosial (fardhu kifayah) tanpa dibarengi dengan introspeksi dan evaluasi diri yang berkaitan dengan kebutuhan dan kewajiban utamanya (fardhu ain). 264

265 Menariknya, meski telah melakukan kritik secara tajam pada perilaku belajar masyarakat, Kiai Ṣāliḥ juga menampilkan kritik afirmatifnya terhadap sebagian perilaku dan norma belajar yang dianggapnya tidak etis dan irasional. Ini dilakukan sebagai upaya untuk menarik hati masyarakat, sehingga pada gilirannya Kiai Ṣāliḥ dapat memainkan peran penting untuk mengontrol dan mengubah serta menekan laju tradisi belajar yang banyak menyimpang. Bagi Kiai Ṣāliḥ, perubahan tidak dapat terjadi secara otomatis meskipun telah dilakukan kritik secara tajam, juga telah memberikan pandangan ideal tentang belajar. Untuk mengubah keadaan, harus disertai dengan strategi bagaimana mampu mengubah itu menjadi yang seharusnya. Salah satunya adalah dengan tetap melakukan afirmasi terhadap sebagian perilaku belajar yang tidak etis, meskipun sesungguhnya afirmasi tersebut sifatnya hanya tentatif. 2. Pandangan Kiai Ṣāliḥ Darat tentang belajar Rasionalitas belajar menjadi titik tekan Kiai Ṣāliḥ dalam otokritiknya terhadap tradisi belajar yang telah berkembang lama di masyarakat. Perilaku belajar yang bermotif duniawi menunjukkan bahwa kegiatan belajar sudah menggunakan logika yang tidak sehat dan objektif sebagai dasar tindakannya. Bertolak dari hal itu, Kiai Ṣāliḥ menawarkan pandangannya tentang kegiatan belajar yang ideal, tentunya lebih logis dan objektif, serta bermanfaat untuk umat manusia. Hasil studi menunjukkan, secara lebih realistis, melihat cara pandang masyarakat awam yang hedonis, Kiai Ṣāliḥ mencoba menggeser paradigma masyarakat untuk lebih tinggi lagi dalam mencari kenikmatan atau kebahagiaan, bukan lagi mencari sesuatu yang sifatnya temporal. Ini terlihat dari berbagai sumber utama Islam al-quran dan hadis yang digunakan. Dalam hal mana, semua sumber yang digunakan lebih dominan berbicara reward. Berpijak pada sumber ini, Kiai Ṣāliḥ mencoba membangun cara berpikir metodologis dalam upaya memahami makna reward tersebut. Berpikir dan bertindak untuk mendapatkan reward adalah langkah terbaik

266 dibanding hanya terpesona dengan janji-janji dalam teks normatif. Untuk mendapatkan berbagai reward tersebut, kegiatan belajar harus didasari niat dan tujuan belajar semata ikhlas karena Allah, bukan untuk yang lain. Sebab, untuk mendapatkan reward tersebut, seseorang harus memperoleh rida-nya. Kendati demikian, idealitas pandangan Kiai Ṣāliḥ ini mengalami polaritas, yang mana ada ideal bagi kalangan awam dan ada ideal yang semestinya. Dalam konteks niat misalnya, ikhlas semata karena Allah yang terdapat dalam niat diakui Kiai Ṣāliḥ bahwa tidak semua orang dapat melakukan hal ini. Niat belajar untuk mendapat reward sebagaimana dijanjikan dalam al-quran dan Hadis juga dikatakan Kiai Ṣāliḥ sebagai ikhlas dan ideal bagi seorang awam. Selain itu, dalam kegiatan belajar, ilmu yang dipelajari haruslah ilmu nafi yang berfungsi sebagai perangkat untuk memperoleh rida-nya. Dengan ilmu nafi, kualitas hidup yang sejalan dengan nilai dan norma agama akan terwujud. Sehingga memiliki peluang besar untuk memperoleh rida-nya. Untuk mendapatkan ilmu nafi, kegiatan belajar harus disertai dengan prinsip-prinsip moral dasar, yakni; kesulitan, bekerja keras, sabar, dan beradab kepada gurunya. Keempat prinsip ini menjadi pilar fundamental untuk mencapai kesuksesan belajar. Semuanya berporos pada niat dan tujuan belajar semata karena Allah. Tanpa dua poros ini, keempat prinsip tidak dapat terealisir dengan baik. Implikasinya, kegiatan belajar berjalan tanpa arah dan berpijak pada pemikiran yang irasional, sebab hanya mencari sesuatu yang sifatnya temporal. Karena itu, kesadaran untuk membangun niat belajar serta kesadaran dan kepemilikan tujuan belajar adalah subjek belajar yang menentukan. Keberhasilan dan kesuksesan belajarnya ditentukan oleh kesadaran dirinya. Niat dan tujuan belajar merupakan representasi dari kesadaran, kesiapan, kemandirian dan kesungguhan subjek belajar. Di sisi lain, penerjemahan serta pen-syarah-an kitab naẓam Hidāyat untuk disajikan kepada masyarakat awam, secara bersamaan juga menunjukkan bahwa Kiai Ṣāliḥ menawarkan model belajar yang ideal

267 kepada kalangan awam. Model belajar tersebut tergambar dalam kehidupan auliyā. Meski tidak menjelaskan secara eksplisit, namun hasil studi menunjukkan bahwa kegiatan belajar auliyā merupakan perwujudan penghambaan diri kepada Tuhan serta sebagai jalan untuk menempuh perjalanan kembali, kepada, dan menuju Tuhan. Interaksinya dengan makhluk lain aktivitas belajar- terjalin bukan disebabkan ikatan kepentingan, kebutuhan, maupun rasa ingin tahu sebagaimana manusia pada umumnya. Semua itu hanyalah konsekuensi logis dari interaksinya kepada Tuhan. 3. Etika belajar dalam perspektif Kiai Ṣāliḥ Darat Kegiatan belajar tidak hanya membutuhkan pegangan prinsip atau pedoman dasar, tetapi juga membutuhkan norma-norma konkret yang secara praktis dapat dijadikan rujukan subjek belajar. Tentu saja, semua norma yang dirumuskan Kiai Ṣāliḥ masih terikat dengan pandangan dasarnya tentang belajar. Semuanya bermuara pada pencapaian kebenaran, kenikmatan dan kebahagiaan sejati, yang memiliki dampak secara sosial maupun spiritual. Berdasarkan hasil studi, rumusan etika belajar (terapan) Kiai Ṣāliḥ secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu; etika personal dan etika sosial. Dalam etika personal, tercatat ada sembilan norma yang menjadi penekanan Kiai Ṣāliḥ, yaitu; kesiapan daya psikis, konsentrasi, komitmen, manajemen waktu, belajar sesuai kemampuan, belajar sesuai kebutuhan, belajar secara bertahap, memahami nilai ilmu yang dipelajari, dan memiliki tujuan belajar ideal. Semua norma ini didasarkan pada pertimbangan logis dan objektif, bukan pertimbangan yang dicampuri kepentingan subjektif. Sementara itu, etika sosial dalam belajar lebih ditekankan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, tertib, dan teratur sehingga menunjang keberhasilan belajar. Subjek belajar memiliki kewajiban untuk menciptakan hal itu karena keberhasilan belajar ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. Dalam etika sosial, terbagi lagi menjadi tiga

268 bagian, yaitu; kewajiban terhadap guru, kewajiban terhadap teman, dan kewajiban terhadap literatur. Kaitannya terhadap guru, subjek belajar harus menjaga sikapnya agar selalu rendah hati (dengan ragam variasinya), kritis dan selektif terhadap guru, selalu meniatkan untuk belajar kepada guru, dalam belajar kepada guru harus fokus dan terpusat pada satu rumpun keilmuan, mencari waktu luang guru, ketika bertemu dengan guru; ucapkan salam, menjunjung tinggi harkat dan martabat guru, menyikapi secara etis kemarahan guru, dan beberapa kewajiban untuk menjaga sikap dan perilakunya saat guru mengajar, seperti memperhatikan penjelasan guru secara seksama, duduk dengan menjaga sopan santun, mencatat penjelasan guru yang dianggap penting, tidak malu bertanya, menjaga cara bicara saat bertanya, tidak mengganggu guru saat sedang menjelaskan seperti berjalan di hadapannya, dan lain-lain. Sedangkan kewajiban terhadap teman antara lain tercermin melalui sikap saling menghormati, tidak menghina atau meremehkan temannya, tidak bertengkar dengan temannya, tetapi justru harus sayang kepada temannya, mampu menjaga sopan santun dengan temannya, serta memilih teman yang baik. Kaitannya dengan literatur, secara lahir, kewajiban subjek belajar adalah menjaga dan merawat buku agar tidak rusak. Secara maknawi, kewajiban subjek belajar adalah menjaga isi literatur untuk digunakan pada sesuatu yang semestinya, bukan untuk merusak alam maupun tatanan kehidupan yang sudah terjalin secara harmonis. B. Saran Berpijak dari hasil penelitian serta kesimpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut; a. Untuk Peneliti Selanjutnya Pertama, peneliti lain dapat menggunakan karya ini sebagai rujukan untuk mengkaji lebih dalam pemikiran Kiai Ṣāliḥ dalam bidang pendidikan

269 terutama bidang belajar dan pembelajaran, atau pemikiran tokoh lain yang relevan dengan kajian ini. Kedua, fokus penelitian yang terbatas pada bidang etika belajar, masih terdapat peluang bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji pemikiran Kiai Ṣāliḥ dalam bidang yang lain, terutama tentang konsep belajar Kiai Ṣāliḥ secara lebih utuh. Ketiga, orientasi penelitian yang masih bersifat teoritik, membuka peluang bagi peneliti lain untuk meneliti pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar dalam sudut pandang implementasi. Kajian terhadap sasaran etika belajar ditinjau dari sudut pandang biologis, psikologis, serta perkembangan spiritual anak, masih belum terjamah dalam penelitian ini. Keterbatasan waktu, tenaga, terutama pikiran dan wawasan pengetahuan, adalah faktor penulis untuk tidak masuk ke ranah tersebut. Keempat, bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih komprehensif dan hati-hati dalam meneliti pemikiran Kiai Ṣāliḥ. Sebab, pemikirannya belum terlalu sistematis. Sehingga harus sabar, teliti, dan cermat dalam membaca dan menganalisa pemikirannya. b. Untuk Lembaga Pendidikan Islam Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan lembaga pendidikan Islam untuk menanamkan nilai-nilai dan norma belajar. Lembaga Pendidikan Islam dapat mengelaborasi kembali nilai-nilai dan norma yang telah dihasilkan dari studi ini sebagai peraturan dan ketentuan yang harus dipenuhi para siswanya sebagai realisasi dari pendidikan nilai yang masih ramai diperbincangkan saat ini. c. Untuk Para Pelajar Kesadaran bahwa kunci keberhasilan berawal dari keputusan dirinya sendiri sudah seharusnya menempatkan siswa saat ini untuk lebih objektif dan rasional dalam bertindak. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma dalam kegiatan belajar merupakan bentuk kesadaran dirinya secara sungguh

270 untuk meraih kesuksesan belajar. Karena itu, norma-norma atau etika belajar yang dihasilkan dari studi ini secara praktis dapat diterapkan siswa dalam kegiatan belajarnya di sekolah. d. Untuk Para Guru Dari hasil studi ini, para guru dapat menggunakannya sebagai bahan pengajaran kepada para siswanya. Meski ada yang berpendapat bahwa karakter tidak dapat diajarkan tetapi harus diinternalisasikan, tetapi guru tetap memiliki kewajiban untuk menyampaikan atau menginformasikan kepada para siswanya tentang nilai dan norma yang baik. Tanpa informasi dari guru, siswa akan kebingungan dan kehilangan orientasi bagaimana dan seperti apa sikap dan perilaku yang baik. e. Untuk Pembaca Karya Kiai Ṣāliḥ Kepada pembaca karya tulis Kiai Ṣāliḥ diharapkan dengan kesungguhan, teliti dan hati-hati. Karena, ungkapan bahasanya yang tidak mudah ditangkap pengertiannya. Ini terjadi disebabkan karena bahasa kitab menggunakan bahasa campuran antara bahasa Jawa, Arab, dan bahasa lainnya. Bahkan, tidak jarang pula bahasa yang digunakan adalah kutipan ayat al-quran tanpa disebut bahwa itu ayat. Selain itu, dalam kitab juga hampir tidak ada tanda berhenti atau titik dan komanya, sehingga jika belum terbiasa akan kesulitan membacanya.