PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA)

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

WALIKOTA PANGKALPINANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

MODUL VISI, MISI, TUGAS, DAN FUNGSI ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2015

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PENGAWASAN DI BIDANG KESEHATAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

Kepala Dinas mempunyai tugas :

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN TARGET. 14 Angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

KONDISI GEOGRAFIS 26% 69% Terdiri dari : - 11 Kecamatan - 9 Kelurahan Desa LUAS WILAYAH : ,96 KM2 JUMLAH PENDUDUK : 497.

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

MODUL KEDUDUKAN DAN STRUKTUR ORGANISASI

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

suplemen Informasi Jampersal

KATA PENGANTAR. Balikpapan, 8 Januari 2016 Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. Dr. Balerina JPP, MM NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA TASIKMALAYA,

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG

Transkripsi:

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA) Disampaikan pada : SEMILOKA REVISI PP 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN DAN NSPK YOGYAKARTA, 30 JUNI 2 JULI 2011 oleh : SEKRETARIS DITJEN BINA GIKIA

SISTIMATIKA 1. RESTRUTURISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2. KEBIJAKAN, SASARAN STRATEGIS, DAN KEGIATAN POKOK DITJEN BINA GIKIA 3. PEMBAGIAN URUSAN KESEHATAN BIDANG GIKIA 4. NSPK

1. RESTRUTURISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2. SASARAN STRATEGIS, KEBIJAKAN, DAN KEGIATAN POKOK DITJEN BINA GIKIA 3. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG GIKIA 4. NSPK

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TANGGAL : 19 Agustus 2010 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas Kelembagaan &Desentralisasi; 5. Staf Ahli Bid. Mediko Legal. INSPEKTORAT JENDERAL INSPEKTORAT STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN STAF AHLII SEKRETARIAT ITJEN MENTERI KESEHATAN BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL BIRO KEUANGAN DAN BARANG MILIK NEGARA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI BIRO UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN DIT DIREKTORAT SEKRETARIAT DITJEN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN DIREKTORAT DIT SEKRETARIAT DITJEN DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIT DIREKTORAT SEKRETARIAT DITJEN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIT DIREKTORAT SEKRETARIAT DITJEN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT SEKRETARIAT BADAN BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT SEKRETARIAT BADAN PUSAT DATA DAN INFORMASI PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI PUSAT PUSAT PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN DAN KRISIS KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK PUSAT PROMOSI KESEHATAN PUSAT INTELIGENSIA KESEHATAN PUSAT KESEHATAN HAJI

STRUKTUR ORGANISASI DITJEN BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU & ANAK DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Bina Gizi Direktorat Bina Kesehatan Ibu Direktorat Bina Kesehatan Anak Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer Direktorat Bina Kesehatan Kerja Dan Olahraga UPT: BKTM UPT: BKOM

KEDUDUKAN DAN TUGAS DITJEN GIKIA (Permenkes 1144/MENKES/PER/VIII/2010) 1. KEDUDUKAN, Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan dan dipimpin oleh Direktur Jenderal 2. TUGAS, merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak.

FUNGSI DITJEN GIKIA (Permenkes 1144/MENKES/PER/VIII/2010) 1. PERUMUSAN KEBIJAKAN di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 2. PELAKSANAAN KEBIJAKAN di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 3. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 4. PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; dan 5. PELAKSANAAN ADMINISTRASI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT BINA GIZI A. Tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina gizi. B. Fungsi 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; 2. pelaksanaan kegiatan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; 3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; 4. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; 5. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; 6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT BINA KESEHATAN IBU A. Tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina kesehatan ibu. B. Fungsi 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina kesehatan ibu hamil, bina kesehatan ibu bersalin dan nifas, bina kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, bina keluarga berencana, serta bina perlindungan kesehatan reproduksi; 2. pelaksanaan kegiatan di bidang bina kesehatan ibu hamil, bina kesehatan ibu bersalin dan nifas, bina kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, bina keluarga berencana, serta bina perlindungan kesehatan reproduksi; 3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kesehatan ibu hamil, bina kesehatan ibu bersalin dan nifas, bina kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, bina keluarga berencana, serta bina perlindungan kesehatan reproduksi; 4. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina kesehatan ibu hamil, bina kesehatan ibu bersalin dan nifas, bina kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, bina keluarga berencana, serta bina perlindungan kesehatan reproduksi; 5. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina kesehatan ibu hamil, bina kesehatan ibu bersalin dan nifas, bina kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, bina keluarga berencana, serta bina perlindungan kesehatan reproduksi; dan 6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT BINA KESEHATAN ANAK A. Tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang bina kesehatan anak B. Fungsi 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina kelangsungan hidup bayi, bina kelangsungan hidup anak balita dan pra sekolah, bina kewaspadaan penanganan balita berisiko, bina kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja, serta bina perlindungan kesehatan anak; 2. pelaksanaan kegiatan di bidang bina kelangsungan hidup bayi, bina kelangsungan hidup anak balita dan pra sekolah, bina kewaspadaan penanganan balita berisiko, bina kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja, serta bina perlindungan kesehatan anak; 3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kelangsungan hidup bayi, bina kelangsungan hidup anak balita dan pra sekolah, bina kewaspadaan penanganan balita berisiko, bina kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja, serta bina perlindungan kesehatan anak; 4. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina kelangsungan hidup bayi, bina kelangsungan hidup anak balita dan pra sekolah, bina kewaspadaan penanganan balita berisiko, bina kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja, serta bina perlindungan kesehatan anak; 5. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina kelangsungan hidup bayi, bina kelangsungan hidup anak balita dan pra sekolah, bina kewaspadaan penanganan balita berisiko, bina kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja, serta bina perlindungan kesehatan anak; dan 6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT TRADKOM A. Tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer. B. Fungsi 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina pelayanan kesehatan tradisional keterampilan, bina pelayanan kesehatan tradisional ramuan, bina pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer, bina penapisan dan kemitraan; 2. pelaksanaan kegiatan di bidang bina pelayanan kesehatan tradisional keterampilan, bina pelayanan kesehatan tradisional ramuan, bina pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer, bina penapisan dan kemitraan; 3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina pelayanan kesehatan tradisional keterampilan, bina pelayanan kesehatan tradisional ramuan, bina pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer, bina penapisan dan kemitraan; 4. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina pelayanan kesehatan tradisional keterampilan, bina pelayanan kesehatan tradisional ramuan, bina pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer, bina penapisan dan kemitraan; 5. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina pelayanan kesehatan tradisional keterampilan, bina pelayanan kesehatan tradisional ramuan, bina pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer, bina penapisan dan kemitraan; dan 6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT KESJA DAN OLAH RAGA A. Tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina kesehatan kerja dan olahraga. B. Fungsi 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina pelayanan kesehatan kerja, bina kapasitas kerja, bina lingkungan kerja, bina kemitraan kesehatan kerja, dan bina kesehatan perkotaan dan olahraga; 2. pelaksanaan kegiatan di bidang bina pelayanan kesehatan kerja, bina kapasitas kerja, bina lingkungan kerja, bina kemitraan kesehatan kerja, dan bina kesehatan perkotaan dan olahraga; 3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina pelayanan kesehatan kerja, bina kapasitas kerja, bina lingkungan kerja, bina kemitraan kesehatan kerja, dan bina kesehatan perkotaan dan olahraga; 4. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina pelayanan kesehatan kerja, bina kapasitas kerja, bina lingkungan kerja, bina kemitraan kesehatan kerja, dan bina kesehatan perkotaan dan olahraga; 5. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina pelayanan kesehatan kerja, bina kapasitas kerja, bina lingkungan kerja, bina kemitraan kesehatan kerja dan bina kesehatan perkotaan dan olahraga; dan 6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

MDG 2015 8 Tujuan RPJMN 2010 2014 PERPRES No: 5/2010 INDIKATOR MDG s 2015 Poverty & Hunger Maternal Health Menurunnya AKB menjadi 24 per 1000 KH 23 per 1000 KH EDUCATION Comm. Diseases Menurunnya AKI menjadi 118 per 100.000 kh 102 per 100.000 KH GENDER ENVIRONMENT Menurunnya prevalensi gizikurang pada anak balita menjadi 15%. 15% pada anak balita CHLD HEALTH PARTNERSHIP

1. RESTRUTURISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2. SASARAN STRATEGIS, KEBIJAKAN, DAN KEGIATAN POKOK DITJEN BINA GIKIA 3. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG GIKIA 4. NSPK

SASARAN STRATEGIS (1) N O INDIKATOR TARGET 2011 TARGET 2012 TARGET 2014 1 Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) 70% 75% 85% 2 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100% 100% 100% 3 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 67% 70% 80% 4 Persentase 6-59 bulan dpt kapsul vitamin A 78% 80% 90% 5 Persentase ibu hamil mendapat Fe 86% 90% 95% 6 Persentase RT yang mengonsumsi garam beryodium 77% 80% 90% 7 Persentase bulin ditolong nakes (cakupan Pn) 86% 88% 90% 8 Persentase bumil mendapat ANC (cakupan K1) 96% 9 Persentase bumil ANC 4 kali (cakupan K4) 88% 90% 95% 10 Persentase faskes yan KB sesuai standar 40% 75% 100% 15

SASARAN STRATEGIS (2) N O INDIKATOR TARGET 2011 TARGET 2012 TARGET 2014 11 Persentase bufas dapat pelayanan (cakupan KF) 86% 12 Persentase komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas yang ditangani (cakupan PK) 63% 13 Persentase PUS menjadi peserta KB aktif (CPR) 62% 14 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 86% 88% 90% 15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 85% 86% 90% 16 Cakupan Pelayanan Kesehatana Anak Balita 80% 81% 85% 17 Cakupan SD/MI melaksanakan Penjaringan Siswa Kelas 1. 90% 92% 95% 16

SASARAN STRATEGIS (3) N O INDIKATOR TARGET 2011 TARGET 2012 TARGET 2014 18 Persentase Kab/Kota yang memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksana PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) 60% 70% 90% 19 Persentase kab/kota yang memiliki 2 puskesmas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) 40% 60% 90% 20 Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan kerja di wilayah industri 384 480 672 21 Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan olahraga 176 208 240 17

SASARAN STRATEGIS (4) NO INDIKATOR TARGET 2011 TARGET 2012 TARGET 2014 22 Cakupan kab/kota yang menyelenggarakan program bina yankestrad 20% 30% 50% 23 Jumlah RS yang menyelenggarakan yankestrad yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer 36 46 70 18

KEBIJAKAN DITJEN BINA GIZI DAN KIA 1. Integrasi pelayanan gizi, KIA, kesehatan kerja & olahraga, serta kestradkom untuk menjamin tercapainya universal coverage program gizi dan KIA dengan pendekatan pelayanan perawatan secara terus menerus 2. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya/dana untuk menjamin pencapaian akses dan kualitas pelayanan kesehatan gizi dan KIA oleh masyarakat secara berkualitas dan berkeadilan 19

KEBIJAKAN DITJEN BINA GIZI DAN KIA (2) 3. Meningkatkan manajemen program pelayanan kesehatan dasar dan rujukan dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif guna mencapai cakupan semesta program gizi dan KIA berkualitas. 4. Meningkatkan pemberdayaan, pengetahuan dan perilaku keluarga dan masyarakat dalam lingkup terkait Gizi dan KIA 20

STRATEGI 1. Menerapkan pelayanan integratif dengan pendekatan pelayanan/perawatan yang terus menerus dalam pelayanan kesehatan yang berbasis: pelayanan/perawatan yang terus menerus sesuai dengan siklus kehidupan. pelayanan/perawatan yang terus menerus sesuai dengan alur yang ada, sesuai/meliputi tempat pelayanan dan rujukan 2. Menyelesaikan peraturan turunan UU 36/2009 dan Penyusunan NSPK 21

KEGIATAN POKOK (1) 1. Perbaikan status gizi masyarakat, melalui: a) Pendidikan gizi masyarakat terutama tentang ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI, Pemantauan Pertumbuhan dan Gizi Seimbang; b) Suplementasi gizi terutama kapsul vitamin A untuk anak 6-59 bulan dan ibu nifas, serta tablet Fe untuk inu hamil; c) Tatalaksana kasus gizi kurang dan gizi buruk melalui pemberian makanan tambahan pemulihan dan tatalaksana gizi buruk rawat 22

KEGIATAN POKOK (2) 2. Peningkatan kesehatan ibu dan reproduksi: a) Peningkatan pelayanan antenatal berkualitas dalam mendukung Jampersal b) Peningkatan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam mendukung Jampersal c) Penanganan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas di tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke tingkat lanjutan d) Pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dalam mendukung Jampersal e) Pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang responsif gender, termasuk pelayanan KB

KEGIATAN POKOK (3) 3. Upaya penurunan AKB & AK Balita, melalui: a) Peningkatan kualitas yankes bayi baru lahir b) Peningkatan Cakupan pelayanan kesehatan bayi dan balita 4. Upaya peningkatan kualitas hidup anak usia sekolah & remaja, melalui: a) Usaha Kesehatan Sekolah b) Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 5. Upaya peningkatan akses pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, melalui: a) Puskesmas mampu menangani korban kekerasan, membina anak cacat, panti &

KEGIATAN POKOK (4) 6. Peningkatan kesehatan kerja dan olahraga: a) Perluasan jangkauan kesehatan reproduksi di tempat kerja b) Peningkatan kapasitas SDM c) Pemberdayaan masyarakat pekerja dan komunitas olahraga d) Kemitraan e) Penguatan desentralisasi upaya kesehatan kerja dan olahraga

1. RESTRUTURISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2. SASARAN STRATEGIS, KEBIJAKAN, DAN KEGIATAN POKOK DITJEN BINA GIKIA 3. PEMBAGIAN URUSAN KESEHATAN BIDANG GIKIA 4. NSPK

PP 38 TAHUN 2007 1.Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. 2.Kesehatan adalah urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.

PP 38 TAHUN 2007 Pasal 4 ayat (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan teknis untuk masing-masing sub bidang atau sub sub bidang urusan pemerintahan diatur dengan peraturan menteri/kepala lembaga pemerintahan non departemen yang membidangi urusan pemerintahan yang bersangkutan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

PP 38 TAHUN 2007 SUBBIDANG SUB-SUB BIDANG 1 Upaya Kesehatan a Pencegahan dan pemberantasan Penyakit b Lingkungan Sehat c d Perbaikan Gizi Masyarakat Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Masyarakat 2 Pembiayaan Kesehatan a Pembiayaan Kesehatan Masyarakat 3 Sumber Daya Manusia Kesehatan a Peningkatan Jumlah, Mutu dan Penyebaran Tenaga Kesehatan

PP 38 TAHUN 2007 SUB BIDANG 4 Obat dan Perbekalan Kesehatan a SUB-SUB BIDANG Ketersediaan, Pemerataan, Mutu Obat dan Keterjangkauan Harga Obat Serta Perbekalan Kesehatan 5 Pemberdayaan Masyarakat a Pemberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat Berperilaku Hidup Sehat dan Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) 6 Manajemen Kesehatan a Kebijakan

UU NOMOR 36 TAHUN 2009 1. pelayanan kesehatan; 2. pelayanan kesehatan tradisional; 3. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit; 4. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan; 5. kesehatan reproduksi; 6. keluarga berencana; 7. kesehatan sekolah; 8. kesehatan olahraga; 9. pelayanan kesehatan pada bencana; 10. pelayanan darah; 11. kesehatan gigi dan mulut; 12. penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran; UPAYA KESEHATAN 13. kesehatan matra; 14. pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan; 15. pengamanan makanan dan minuman; 16. pengamanan zat adiktif; 17. bedah mayat. 18. Kesehatan ibu, bayi, anak, Remaja, lanjut usia, dan penyandang cacat 19. Gizi 20. Kesehatan Kerja 21. Kesehatan jiwa 22. Penyakit menular dan tidak menular 23. Kesehatan lingkungan

PERUBAHAN LAMPIRAN PP 38 TAHUN 2007 1. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER 2. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH, UPAYA KESEHATAN REMAJA, UPAYA KESEHATAN ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN 3. UPAYA KESEHATAN IBU 4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 5. UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA

Kewenangan: UPAYA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 1. Pembuatan kebijakan bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer 1. Koordinasi, pengelolaan, dan fasilitasi bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer 1. Penyelenggaraan dan fasilitasi bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER (1) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2. Pengelolaan Upaya Pelayanan Kesehatan Tradisional skala nasional 3. Pengelolaan upaya pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer skala nasional 2. Pengelolaan dan koordinasi Upaya Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Ramuan skala provinsi 3. Pengelolaan dan bimbingan upaya pelayanan kesehatan alternatif dan komplenter skala provinsi 2. Penyelenggaraan dan evaluasi upaya pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Ramuan skala kabupaten/kota 3. Penyelenggaraan dan evaluasi upaya Pelayanan Kesehatan Alternatif dan Komlplementer skala kabupaten/kota

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER (2) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 4. Pengelolaan, pemantauan, evaluasi, penapisan dan kemitraan pelayanan kesehatan tradisional skala nasional 5. Pengelolaan pemberdayaan dalam pemanfaatan TOGA dan pengobatan mandiri (selfcare) secara tradisional skala nasional 6. Membuat sistem pelaporan upaya pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan komplementer 4. Pengelolaan dan Bimbingan penapisan dan kemitraan pelayanan kesehatan tradisional skala provinsi 5. Pengelolaan dan Bimbingan dalam pemanfaatan TOGA dan pengobatan mandiri (selfcare)secara tradisonal skala provinsi 6. Bimbin gan dan fasilitasi sistem pelaporan upaya pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan komplementer 4. Identifikasi dan evaluasi pelayanan tradisional spesifik daerah dan kemitraan skala Kabupaten/Kota 5. Penyelenggaran d bimbingan dan evaluasi pemanfaatan TOGA dan pengobatan mandiri (selfcare)secara tradisional skala kabupaten/kota 6 Menyelenggarakan sistem pelaporan upaya pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan komplementer

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH, UPAYA KESEHATAN REMAJA, UPAYA KESEHATAN ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN Kewenangan: PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 1. Pembuatan kebijakan pelayanan kesehatan di bidang kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala nasional dan lintas provinsi 1. Pengelolaan dan fasilitasi di bidang kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala provinsi dan lintas kabupaten/kota 1. Pengelolaan dan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH, UPAYA KESEHATAN REMAJA, UPAYA KESEHATAN ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN (1) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2. Pembinaan manajemen kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan tentang perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi skala nasional dan lintas provinsi 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan sistem rujukan kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala nasional dan lintas provinsi 2. Pembinaan manajemen kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan tentang perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi skala provinsi dan lintas kabupaten/kota 3. Penyelenggaraan, fasilitasi dan Pembinaan sistem rujukan kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala provinsi dan lintas kabupaten/kota 2. Penyelenggaraan manajemen kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan tentang perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi sesuai standar. 3. Penyelenggaraan dan fasilitasi sistem rujukan kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala kabupaten/kota (fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, pemerintah dan swasta)

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH, UPAYA KESEHATAN REMAJA, UPAYA KESEHATAN ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN (2) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 4. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan sistem informasi kesehatan anak skala nasional dan lintas provinsi 4. Penyelenggaraan, fasilitasi, Pembinaan dan melaksanakan sistem informasi kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala provinsi dan lintas kabupaten/kota 4. Penyelenggaraan, fasilitasi dan melaksanakan sistem informasi kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala kabupaten/kota (fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, pemerintah dan swasta) 5. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan sistem surveilans kesehatan bayi dan anak skala nasional dan lintas provinsi 5. Pembinaan dan fasilitasi sistem surveilans kesehatan bayi dan anak skala provinsi dan lintaskabupaten/ kota 5. Penyelenggaraan surveilans kesehatan bayi dan anak skala kabupaten/ kota

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH, UPAYA KESEHATAN REMAJA, UPAYA KESEHATAN ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN (3) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 6. Koordinasi dan advokasi dukungan SDM/sarana/pra sarana/pembiayaan penyelenggaraan upaya kesehatan anak skala nasional dan lintas provinsi 6. Penyediaan dokter spesialis anak di seluruh rumah sakit provinsi dan kabupaten/kota dengan peringkat IPKM 100 besar terbawah 6. Penyediaan dokter spesialis anak di seluruh rumah sakit kabupaten/kota 7. Pemetaan ketersediaan dokter spesialis anak, dokter, bidan dan/atau perawat serta regulasi dan koordinasi penempatan dan mutasi lintas kabupaten/kota 7. Penyediaan dokter umum di seluruh puskesmas. 8. Penyediaan buffer stock obat essensial, vaksin dan alat kesehatan sesuai kebutuhan program kesehatan anak 8. Penyediaan bidan dan/atau perawat di seluruh puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, poskesdes.

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH, UPAYA KESEHATAN REMAJA, UPAYA KESEHATAN ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN (4) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 9. Koordinasi dan advokasi dukungan SDM/sarana/ pra sarana/ pembiayaan penyelenggaraan upaya kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala provinsi dan lintas kabupaten/kota 9. Penyediaan obat essensial, vaksin dan alat kesehatan sesuai kebutuhan program kesehatan anak 10. Penyediaan sarana, pra sarana, pembiayaan penyelenggaraan upaya kesehatan bayi dan anak, remaja, anak sekolah, dan anak yang membutuhkan perlindungan skala kabupaten/kota

Kewenangan: UPAYA KESEHATAN IBU PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 1. Pembuatan kebijakan pelayanan kesehatan di bidang kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala nasional dan lintas provinsi 1. Pengelolaan program, bimbingan, koordinasi, dan fasilitasi di bidang kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala provinsi dan lintas kabupaten/kota dalam provinsi 1. Penyelenggaraan dan fasilitasi pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan tingkat kabupaten/kota

UPAYA KESEHATAN IBU (1) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2. Pembinaan dan evaluasi manajemen kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi yang meliputi aspek perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi dalam skala nasional dan lintas provinsi 2. Pembinaan dan evaluasi manajemen program kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi yang meliputi aspek perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi skala provinsi dan lintas kabupaten/kota dalam provinsi 2. Penyelenggaraan manajemen kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam yang meliputi aspek perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi sesuai standar di tingkat kabupaten/kota.

UPAYA KESEHATAN IBU (2) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan sistem rujukan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi dalam skala nasional dan lintas provinsi 3. Pengelolaan, koordinasi dan pembinaan sistem rujukan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala provinsi dan lintas kabupaten/kota dalam provinsi 3. Penyelenggaraan sistem rujukan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala kabupaten/kota (fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, pemerintah dan swasta)

UPAYA KESEHATAN IBU (3) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 4. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan sistem informasi kesehatan ibu, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dalam skala nasional dan lintas provinsi 4. Pengelolaan, koordinasi dan pembinaan sistem informasi kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala provinsi dan lintas kabupaten/kota dalam provinsi 4. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala kabupaten/kota (fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, pemerintah dan swasta)

UPAYA KESEHATAN IBU (4) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 5. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan sistem surveilans kesehatan ibu, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana dalam skala nasional dan lintas provinsi 5. Pengelolaan, koordinasi dan pembinaan sistem surveilans kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala provinsi dan lintas kabupaten/kota dalam provinsi 5. Penyelenggaraan surveilans kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala kabupaten/ kota

PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 6. Koordinasi dan advokasi dukungan SDM, sarana dan pra sarana, serta pembiayaan penyelenggaraan upaya kesehatan ibu, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana dalam skala nasional dan lintas provinsi 6. Pemetaan dan penyediaan tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, dan bidan di seluruh rumah sakit tingkat provinsi UPAYA KESEHATAN IBU (4) 6. Penyediaan dokter spesialis anak di seluruh rumah sakit kabupaten/kota 7. Penyediaan buffer stock obat essensial program kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi dan alat kesehatan sesuai kebutuhan program kesehatan ibu dalam skala provinsi. 7. Pemetaan dan penyediaan tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan, dan perawat di seluruh rumah sakit kabupaten/kota.

PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 8. Koordinasi dan advokasi dukungan SDM, sarana dan pra sarana, serta pembiayaan penyelenggaraan upaya kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala provinsi dan lintas kabupaten/kota dalam provinsi UPAYA KESEHATAN IBU (5) 8. Pemetaan dan penyediaan tenaga dokter umum, bidan, dan perawat di seluruh Puskesmas di kabupaten/kota. 9. Pengelolaan Audit Maternal Perinatal tingkat provinsi 9. Pemetaan dan penyediaan tenaga bidan di desa bagi seluruh desa/kelurahan di kabupaten/kota, termasuk penyediaan rumah dinas atau tempat tinggal yang layak bagi bidan di desa.

UPAYA KESEHATAN IBU (6) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 10. Penyediaan buffer stock obat essensial program kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi dan alat kesehatan sesuai kebutuhan program kesehatan ibu dalam skala kabupaten/kota. 11. Penyediaan sarana, prasarana, serta pembiayaan penyelenggaraan upaya kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, kesehatan maternal dengan pencegahan komplikasi, pelayanan keluarga berencana, dan perlindungan kesehatan reproduksi dalam skala kabupaten/kota 12. Penyelenggaraan Audit Maternal Perinatal tingkat kabupaten/kota

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Kewenangan: PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 1. Penetapan kebijakan bidang gizi 1. Pengelolaan, koordinasi, fasilitasi dan evaluasi bidang gizi 1.Penyelenggaraan dan fasilitasi gizi skala kabupaten/kota 2. Pengelolaan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi survailans kewaspadaan gizi skala nasional 2. koordinasi, fasilitasi dan evaluasi survailans gizi skala provinsi 2.a.Penyelenggaraan penangulangan gizi buruk skala kabupaten/kota b.perbaikan gizi keluarga dan masyarakat

UPAYA PE PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT (1) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 3. Pengelolaan penanggulangan gizi buruk skala nasional 3. Pemantauan penanggulangan gizi buruk skala provinsi

Kewenangan: UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA (1) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 1. Penetapan kebijakan di bidang kesehatan kerja 1. Pengelolaan kesehatan kerja lintas batas 1. Menyelenggaraka n upaya kesehatan kerja 2. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang kesehatan kerja 2. Pengelolaan perizinan fasilitas kesehatan pemeriksaan CTKI 2. Menyelenggaraka n bimbingan, pengendalian kesehatan kerja

UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA (2) PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA 3. Bimbingan dan evaluasi di bidang kesehatan kerja 3. Pengelolaan rujukan pelayanan kesehatan kerja 3. Penyelenggaraan perizinan pelayanan kesehatan kerja 4. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan kerja 4. Peningkatan kapasitas SDM bidang kesehatan kerja 5. Melaksanakan kajian kesehatan kerja

1. RESTRUTURISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2. KEBIJAKAN DITJEN BINA GIKIA 3. PEMBAGIAN URUSAN KESEHATAN BIDANG GIKIA 4. NSPK

NSPK BERDASARKAN PASAL 4 PP 38 DI SUSUN : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Upaya Kesehatan Ibu Dan Kesehatan Reproduksi 2. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Upaya Kesehatan Anak 3. Peraturan Menteri Kesehatan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 4. Peraturan Menteri Kesehatan Upaya Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif Dan Komplementer 5. Peraturan Menteri Kesehatan Upaya Kesehatan Kerja Dan Oleh Raga

SEKIAN TERIMA KASIH