PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN Nomor : 4 Tahun Tentang

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 08/SK/SA/ 2004 TENTANG KODE ETIK SENAT AKADEMIK SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5/KEP/DPRD/2006 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN SENAT MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 005 TAHUN 2015

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KOTA BATU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

Transkripsi:

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana dalam kedudukannya selaku penyelenggara Pemerintahan Daerah, dipandang perlu menetapkan Kode Etik yang berisi norma atau aturan yang wajib dipatuhi oleh setiap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana selama menjalankan tugasnya; b. bahwa sesuai dengan Pasal 399 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, DPRD kabupaten/kota menyusun kode etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD kabupaten/kota; c. bahwa sesuai dengan hasil Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana tanggal 25 September 2014, diputuskan untuk menyusun Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2.Undang-Undang

2 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indenesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568); 6. Peraturan Pemeritah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416); sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712); 7. Peraturan Pemeritah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rayat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104); 8. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana; MEMUTUSKAN :

3 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana. 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 3. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 4. Anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 5. Pimpinan Komisi adalah Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Komisi DPRD Kabupaten Jembrana. 6. Pimpinan Fraksi adalah Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris Fraksi DPRD Kabupaten Jembrana. 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah APBD Kabupaten Jembrana. 8. Kode Etik adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap Anggota DPRD selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD. 9. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana beserta segenap jajarannya. 10. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana dan DPRD Kabupaten Jembrana. 11. Rapat adalah semua jenis rapat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan DPRD tentang Tata Tertib. 12. Perjalanan Dinas adalah perjalanan Pimpinan dan/atau Anggota DPRD Kabupaten Jembrana ke luar wilayah Kabupaten Jembrana dalam Provinsi Bali, ke luar wilayah Provinsi Bali, dan perajalanan dinas ke luar negeri. 13. Pakaian Resmi Anggota DPRD terdiri dari Pakaian Sipil Harian, Pakaian Sipil Resmi, Pakaian Sipil Lengkap, Pakaian Dinas Harian, Pakaian Adat dan Pakaian Bebas Rapi. 14. Rahasia

4 14. Rahasia DPRD adalah suatu hal yang berkaitan dengan tugas DPRD yang menurut sifat dan bentuknya belum dapat diinformasikan kepada pihak lain, sebelum dinyatakan sifat kerahasiaannya dicabut oleh Pimpinan DPRD melalui Rapat Paripurna DPRD. 15. Badan Kehormatan adalah Alat Kelengkapan DPRD yang bertugas untuk menjaga disiplin dan/atau kepatuhan terhadap moral, kode etik, dan/atau peraturan DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD. 16. Sanksi Administrasi adalah bentuk sanksi tertulis yang ditetapkan Pimpinan DPRD setelah mendapatkan rekomendasi Badan Kehormatan. 17. Rehabilitasi adalah pernyataan pemulihan nama baik Anggota DPRD yang tidak terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik, yang disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD. BAB II TUJUAN Pasal 2 Kode Etik DPRD bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas Anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang serta haknya sebagai Anggota DPRD. BAB III KEPRIBADIAN, SIKAP, DAN PRILAKU Kepribadian Pasal 3 Anggota DPRD wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Peraturan Tata Tertib DPRD dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab. Sikap dan Perilaku Pasal 4 Sikap dan prilaku Anggota DPRD : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. mempertahankan keutuhan Negara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c. menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia; d. memiliki integritas yang tinggi dan jujur; e. menegakkan kebenaran dan keadilan; f. memperjuangkan

5 f. memperjuangkan aspirasi masyarakat tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, asal usul, golongan dan jenis kelamin; g. mengutamakan pelaksanaan tugas dan kewajiban Anggota DPRD daripada kegiatan lain di luar tugas dan kewajiban DPRD; dan h. menaati ketentuan megenai kewajiban dan larangan bagi Anggota DPRD sebagaimana diatur dalam Tata Tertib, Kode Etik dan peraturan perundang-undangan lainnya. BAB IV TATA KERJA DAN ETIKA RAPAT Tata Kerja Pasal 5 Tata Kerja Anggota DPRD : a. menunjukkan profesionalisme sebagai Anggota DPRD; b. melaksanakan tugas dan kewajiban demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat; c. berupaya meningkatkan kualitas dan kinerja; d. mengikuti seluruh agenda kerja DPRD kecuali berhalangan atas izin dari pimpinan fraksi dan/atau pimpinan rapat; e. bersikap sopan dan santun serta senantiasa menjaga ketertiban pada setiap rapat DPRD; f. menjaga rahasia termasuk hasil rapat yang disepakati untuk dirahasiakan sampai dinyatakan terbuka untuk umum; Pasal 6 Tata cara perjalanan dinas Anggota DPRD : a. memperoleh ijin tertulis dari Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Bali untuk perjalanan dinas ke luar negeri, baik atas beban APBD maupun pihak lain; b. melaksanakan perjalanan dinas atas ijin tertulis dan/atau penugasan dari Ketua DPRD dan dapat dikuasakan kepada Wakil Ketua DPRD apabila Ketua DPRD tidak berada ditempat karena alasan dinas, ijin atau sakit; dan c. tidak membawa anggota keluarga dalam perjalanan dinas kecuali atas alasan tertentu dan seizin Pimpinan DPRD. Etika Rapat Pasal 7 (1) Setiap Anggota DPRD wajib menghadiri secara fisik rapatrapat DPRD yang menjadi kewajibannya dengan mengunakan pakaian resmi, dan tepat waktu, sesuai dengan undangan. (2) Ketidakhadiran Anggota DPRD dalam rapat-rapat, wajib diberitahukan kepada pimpinan fraksi dan/atau pimpinan rapat. (3) Selama

6 (3) Selama mengikuti rapat, Anggota DPRD tidak diperkenankan: a. membaca surat kabar atau bahan bacaan lain, kecuali hal yang dibaca berkaitan langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam rapat; b. memotong pembicaraan Anggota DPRD yang sedang menyampaikan pendapatnya dan/atau memberikan komentar yang kurang sopan, kecuali interupsi kepada pimpinan rapat yang dapat dilakukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD; c. meninggalkan ruang rapat tanpa alasan yang jelas sebelum rapat dinyatakan selesai, kecuali ada hal-hal yang sangat mendesak atas izin pimpinan rapat; d. mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan ketentuan pada undangan rapat; e. merokok selama rapat berlangsung; dan f. menghidupkan handphone selama rapat berlangsung dengan nada dering. BAB V BENTUK HUBUNGAN ANGGOTA DPRD Bentuk Hubungan Anggota DPRD Pasal 8 Bentuk hubungan yang dilakukan Anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewajiban serta haknya, meliputi : a. hubungan antar Anggota DPRD; b. hubungan antar penyelenggara pemerintahan daerah; dan d. hubungan Anggota DPRD dengan masyarakat. Hubungan Antar Anggota DPRD Pasal 9 (1) Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antar sesama Anggota DPRD. (2) Saling mempercayai, menghormati, menghargai, membantu dan membangun saling pengertian antar sesama Anggota DPRD. (3) Menjaga keharmonisan hubungan antar sesama Anggota DPRD. (4) Mempertahankan keutuhan lembaga DPRD. Bagian Ketiga Hubungan Antar Penyelenggara Pemerintahan Daerah Pasal 10 (1) Anggota DPRD memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan sesama Anggota DPRD dan merupakan mitra kerja penyelenggara Pemerintahan Daerah. (2) Anggota

7 (2) Anggota DPRD wajib bersikap kritis, adil, profesional dan proporsional dalam melakukan hubungan kerja dengan penyelenggara Pemerintahan Daerah. (3) Anggota DPRD tidak diperkenankan secara langsung ataupun tidak langsung meminjam atau menggunakan fasilitas maupun materi tertentu dari penyelenggara Pemerintahan Daerah di luar tugas-tugas DPRD, kecuali telah mendapat rekomendasi dari Pimpinan DPRD melalui pimpinan fraksi. Bagian Keempat Hubungan Anggota DPRD dengan Masyarakat Pasal 11 Hubungan antara DPRD dengan masyarakat dilaksanakan untuk : a. melakukan hubungan kemitraan agar terjalin komunikasi secara sehat dan terbuka; dan b. menampung aspirasi masyarakat untuk dijabarkan dan diperjuangkan dalam program kegiatan DPRD dan program pembangunan Daerah. BAB VI ETIKA PENYAMPAIAN PENDAPAT, TANGGAPAN, JAWABAN, DAN SANGGAHAN Etika Penyampaian Pendapat Pasal 12 (1) Dalam menjalankan tugasnya Anggota DPRD bebas dan bertanggung jawab menyampaikan pendapat secara tertulis dan/atau lisan. (2) Setiap pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara lugas, jelas dan mudah dipahami. (3) Pendapat disampaikan dengan memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun, dan kepatutan sebagai wakil rakyat. Etika Pemberian Tanggapan, Jawaban, dan Sanggahan Pasal 13 (1) Tanggapan, jawaban, dan sanggahan dapat diberikan secara tertulis dan/atau lisan. (2) Setiap tanggapan, jawaban, dan sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rapat. BAB VII

8 BAB VII KETENTUAN PERJALANAN DINAS Pasal 14 (1) Dalam hal melakukan perjalanan dinas Anggota DPRD mendapatkan biaya perjalanan dinas yang bersumber dari APBD sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Anggota DPRD tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas-tugas DPRD. (3) Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang harus sepengetahuan dan persetujuan Pimpinan DPRD. (4) Anggota DPRD tidak diperkenankan membawa anggota keluarga atau orang lain dalam perjalanan dinas kecuali atas alasan tertentu dan seizin Pimpinan DPRD. BAB VIII KEWAJIBAN ANGGOTA DPRD Pasal 15 Anggota DPRD memiliki kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati Peraturan Perundangundangan; c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republlik Indonesia; d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; g. menaati Tata Tertib dan Kode Etik; h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; i. menyerap dan menampung aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan j. memberikan pertangungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. BAB IX LARANGAN DAN SANKSI Larangan Pasal 16 (1) Anggota DPRD dilarang merangkap jabatan sebagai : a. pejabat Negara atau pejabat daerah lainnya; b. hakim pada badan peradilan; atau c. pegawai

9 c. Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia, pegawai pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD. (2) Anggota DPRD dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungan dengan tugas, wewenang dan hak sebagai Anggota DPRD. (3) Anggota DPRD dilarang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, serta dilarang menerima gratifikasi. Sanksi Pasal 17 (1) Anggota DPRD yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan. (2) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai Anggota DPRD. (3) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai Anggota DPRD. (4) Anggota DPRD yang tidak dapat melaksanakan tugasnya secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota DPRD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dikenai sanksi pemberhentian sebagai Anggota DPRD. (5) Anggota DPRD yang tidak menghadiri Rapat Paripurna dan/atau Rapat Alat Kelengkapan DPRD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah dikenai sanksi pemberhentian sebagai Anggota DPRD. (6) DPRD menetapkan sanksi atau rehabilitasi terhadap anggota yang dilaporkan setelah mendengar pertimbangan dan penilaian dari Badan Kehormatan. (7) Sanksi yang diberikan dapat berupa tegoran lisan atau tegoran tertulis sampai dengan diberhentikan sebagai Anggota DPRD sesuai dengan peraturan perundangundangan. (8) Sanksi berupa tegoran lisan atau tegoran tertulis disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Anggota DPRD yang bersangkutan dan disampaikan kepada pimpinan fraksi dan pimpinan partai politik yang bersangkutan secara tertulis. (9) Sanksi berupa pemberhentian sebagai Anggota DPRD diproses sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 18

10 Pasal 18 (1) Badan Kehormatan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diberhentikan sebagai Badan Kehormatan oleh Rapat Paripurna DPRD. (2) Ketua/Wakil Ketua/Anggota Badan Kehormatan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi terhadap pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat dan/atau pemilih dapat dilaksanakan oleh 4 (empat) Anggota Badan Kehormatan lainnya. Pasal 19 Setiap orang, kelompok atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada Badan Kehormatan dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat Anggota DPRD yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. BAB X KONFLIK KEPENTINGAN DAN PERANGKAPAN JABATAN Konflik Kepentingan Pasal 20 (1) Anggota DPRD yang sedang terlibat dalam masalah di lembaga peradilan dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi jalannya peradilan. (2) Anggota DPRD dilarang menyalahgunakan jabatannya untuk memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hal usaha. Perangkapan Jabatan Pasal 21 Anggota DPRD dilarang melakukan perangkapan jabatan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1). BAB XI KERAHASIAAN Pasal 22 (1) Anggota DPRD tidak diperkenankan menyampaikan pemberitaan dan/atau menyalahgunakan sesuatu yang sifatnya rahasia untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. (2) Anggota DPRD wajib menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya sampai batas waktu yang telah ditentukan, atau sampai masalah tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum. BAB XII

11 BAB XII PENGADUAN, PELAPORAN, PEMBELAAN, DAN REHABILITASI Pengaduan, Pelaporan, dan Pembelaan Pasal 23 Pengaduan dan pelaporan terhadap dugaan adanya pelanggaran Kode Etik DPRD diproses sesuai dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. Pasal 24 Anggota DPRD dapat melakukan pembelaan terhadap permasalahan pelanggaran Kode Etik DPRD yang dihadapi dengan cara : a. pembelaan secara tertulis dan/atau lisan; b. pembelaan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Badan Kehormatan dengan tembusan Pimpinan DPRD, pimpinan fraksi, dan Pimpinan Komisi; c. pembelaan secara lisan dapat disampaikan secara langsung dalam rapat Badan Kehormatan. Rehabilitasi Pasal 25 (1) Rehabilitasi dilaksanakan apabila Anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik ternyata tidak terbukti. (2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD. BAB XIII PERUBAHAN KODE ETIK Pasal 26 (1) Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang Anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) Fraksi dapat mengajukan usul perubahan terhadap Kode Etik DPRD. (2) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan yang disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD, dengan daftar nama dan tanda tangan para pengusul serta nama fraksinya. (3) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Badan Musyawarah untuk dijadwalkan pembahasannya. (4) Pimpinan DPRD mengajukan usul perubahan tersebut dalam Rapat Paripurna untuk diambil keputusan. BAB XIV

12 BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Pada saat Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun 2010 tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 28 Peraturan DPRD ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan DPRD ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Jembrana. Ditetapkan di Negara pada tanggal 6 Oktober 2014 KETUA DPRD KABUPATEN JEMBRANA, I KETUT SUGIASA Diundangkan di Negara pada tanggal Oktober 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, GEDE GUNADNYA BERITA DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2014 NOMOR 606 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIS DPRD KABUPATEN JEMBRANA TTD DRS. I MADE WISARJITA, M. SI NIP 19580710 197903 1 010