Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

WALIKOTA YOGYAKARTAALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTITT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

8. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri KEP.564/MEN/92 " 115 Tahun 1992 Ketenagakerjaan Daerah;

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT KOTA TEGAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 7 Tahun 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN (KUDR)

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP.201/MEN/2001 TENTANG KETERWAKILAN DALAM KELEMBAGAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL GALUH PAKUAN TELEVISI KABUPATEN PURWAKARTA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2009

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA PADANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

187 TAHUN 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

Transkripsi:

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEWAN PENGUPAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 98 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, telah ditetapkan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 93 Tahun 2004 tentang Pembentukan Dewan Pengupahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; b. bahwa dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, maka perlu menyesuaikan kembali organisasi dan tata kerja Dewan Pengupahan. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b serta dalam rangka meningkatkan koordinasi, integrasi dan keterpaduan dalam penyusunan kebijakan pengupahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, perlu menetapkan kembali Peraturan Gubernur tentang Organisasi dan Tata Kerja Dewan Pengupahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja; 2. Undang-Undang nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh 4. Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. beraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 7. Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan;

8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-201/MEN/2001 tentang Keterwakilan Dalam Kelembagaan Hubungan Industrial; 9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 10.Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEWAN PENGUPAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 4. Dinas Tenaga Kerja adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 5. Dewan Pengupahan adalah Dewan Pengupahan Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta yang selanjutnya disebut Depeprov; 6. Unsur Pemerintah adalah unsur aparat Pemerintah terkait yang duduk dalam Dewan Pengupahan Provinsi (Depeprov) mewakili Pemerintah; 7. Unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah unsur serikat pekerja/serikat buruh yang duduk daiam Depeprov mewakili serikat pekerja/serikat buruh berdasarkan hasil verifikasi; 8. Unsur pengusaha adalah unsur organisasi yang terdiri dari Apindo dan atau Kadin Daerah yang duduk dalam Depeprov mewakili organisasi pengusaha dan atau Kamar Dagang dan Industri Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 9. Unsur pakar dan perguruan tinggi adalah unsur yang duduk dalam Depeprov Jakarta mewakili Pakar dan Perguruan Tinggi; 10. Ketua adalah Ketua Dewan Pengupahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 11. Sidang dewan rapat koordinasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Depeprov yang melibatkan seluruh anggota dan atau pihak lain yang terkait.

BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Pasal 2 (1) Depeprov merupakan lembaga non struktural yang bersifat tripartit. (2) Depeprov dipimpin oleh seorang Ketua yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur. (3) Pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja Depeprov ditetapkan oleh Ketua dalam bentuk tata tertib. Pasal 3 (1) Depeprov mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan upah minimum provinsi (UMP), penetapan upah minimum sektoral (UMS), penerapan sistem pengupahan provinsi serta menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Depeprov mempunyai fungsi : a. pengumpulan bahan informasi, baik primer maupun skunder dalam rangka penetapan Upah Minimum Provinsi, penetapan Upah Minimum Sektoral, penerapan Sistem Pengupahan Provinsi dan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional; b. penyiapan bahan survey dan pelaksanaan survey lapangan dalam rangka penentuan Kebutuhan Hidup Minimum Pekerja (KHMP) atau Kebutuhan Hidup Layak Pekerja (KHMP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. menetapkan usulan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) kepada Gubernur sesuai ketentuan yang berlaku; d. melakukan pemantauan pelaksanaan Upah di Daerah dan sekitarnya. BAB III KEANGGOTAAN Pasal 4 (1) Keanggotaan Depeprov terdiri dari; a. Unsur Pemerintah; b. Unsur Organisasi Pengusaha; c. Unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh; d. Unsur Perguruan Tinggi; e. Unsur Pakar.

(2) Keseluruhan keanggotaan masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berjumlah gasal dengan komposisi: a. Unsur Pemerintah sebanyak 14 orang; b. Unsur Organisasi Pengusaha sebanyak 7 orang; c. Unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh sebanyak 7 orang; d. Unsur Perguruan Tinggi sesuai kebutuhan; e. Unsur Pakar sesuai kebutuhan. BAB IV ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi Pasal 5 Susunan organisasi Depeprov terdiri dari: a. Ketua, merangkap anggota: Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; b. Wakil Ketua, merangkap anggota : unsur Perguruan tinggi/pakar; c. Sekretaris, merangkap anggota : Kepala Subdinas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang membidangi masalah pengupahan; d. Anggota: 1. Unsur Pemerintah Daerah 2. Unsur Pengusaha 3. Unsur Serikat Pekerja/Buruh 4. Unsur Perguruan Tinggi 5. Unsur Pakar Bagian Kedua Ketua Pasal 6 Ketua mempunyai tugas : a. memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Depeprov sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. mengkoordinasikan para anggota Depeprov dalam melaksanakan tugas dan Kewenangannya. Bagian Ketiga Wakil Ketua Pasal 7 (1) Wakil Ketua mempunyai tugas ; a. membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. melaksanakan tugas lain yang diberikan Ketua; c. mewakili Ketua apabila berhalangan dalam melaksanakan tugasnya. (2) Wakil Ketua dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Ketua. (1) Sekretaris mempunyai tugas : Bagian Keempat Sekretaris Pasal 8 a. membantu Ketua dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berupa dukungan administratif, surat menyurat, kerumahtanggaan, keuangan, perlengkapan, dan penyusunan program; b. melaksanakan tugas lain yang diberikan Ketua; c. mewakili Ketua dan Wakil Ketua apabila berhalangan daiam melaksanakan tugasnya,

(2) Sekretaris dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Ketua. Bagian Kelima Anggota Pasal 9 Anggota mempunyai tugas: a. menyiapkan dan memberikan bahan masukan dalam rangka perumusan kebijakan umum Depeprov dan pengembangan sistem pengupahan nasional; b. merumuskan kebijakan umum Depeprov untuk saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan Upah Minimum Provinsi, penetapan Upah Minimum Sektoral Provinsi dan penerapan sistem pengupahan di tingkat Provinsi; c. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP), penetapan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP), penerapan sistem pengupahan di tingkat Provinsi dan oerumusan pengembangan sistem pengupahan nasional. BAB IV SEKRETARIAT Pasal 10 (1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Depeprov di bentuk Sekretariat yang berkedudukan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua. (3) Keanggotaannya Sekretariat ditetapkan dengan keputusan Gubernur (4) Sekretariat mempunyai tugas : a. menyiapkan penyelenggaraan rapat-rapat dan peninjauan, pembuatan surat, risalah dan catatan rapat Depeprov; b. menyiapkan bahan dan merumuskan rancangan produk Depeprov; c. memberikan dukungan staf dan administrasi kepada Depeprov.

BAB VI PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 11 Anggota Depeprov diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan. Pasal 12 Untuk dapat diangkat menjadi anggota Depeprov calon anggota harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia; b. Berpendidikan paling rendah lulus Strata 1 (S-1); c. Memiliki pengalaman atau pengetahuan bidang pengupahan dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Pasal 13 Anggota Depeprov diangkat untuk 1 kali masa jabatan selama 3 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pasal 14 (1) Calon anggota Depeprov dari unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diusulkan oleh Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi terkait kepada Gubernur. (2) Calon anggota Depeprov dari unsur serikat pekerja/serikat buruh ditunjuk oleh Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang memenuhi syarat keterwakilan untuk duduk dalam kelembagaan ketenagakerjaan yang bersifat tripartit. (3) Ketentuan mengenai keterwakilan unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Calon anggota Depeprov dari unsur organisasi pengusaha ditunjuk dan disepakati dari dan oleh organisasi pengusaha yang memenuhi syarat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Calon anggota Depeprov dari unsur Perguruan Tinggi dan Pakar ditunjuk oleh Gubernur.

Bagian Ketujuh Pemberhentian Pasal 15 Anggota Depeprov selain karena berakhirnya masa jabatan, dapat diberhentikan apabila yang bersangkutan : a. mengundurkan diri; atau b. selama 6 bulan berturut-turut tidak dapat menjalankan tugasnya; atau c. dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 16 Penggantian anggota Depeprov yang diberhentikan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diusulkan oleh Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kepada Gubernur setelah menerima usulan dari organisasi aiau instansi yang bersangkutan. Pasal 17 (1) Dalam hal anggota Depeprov mengundurkan diri atas permintaan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, permintaan disampaikan oleh anggota yang bersangkutan kepada Gubernur dengan tembusan kepada organisasi atau instansi yang mengusulkan. (2) Organisasi atau instansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mengusulkan penggantian anggota kepada Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan untuk diajukan kepada Gubernur. BAB VII TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN Pasal 18 Pengusulan keanggotaan Dewan Pengupahan Provinsi dilakukan dengan cara a. Membuat surat pengusulan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan lampiran : 1. daftar riwayat hidup sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Gubernur ini; 2. surat pernyataan yang menjelaskan akan mematuhi seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan ini; 3. lampiran lain yang bersifat mendukung.

b. Usulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disampaikan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; c. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengusulkan kepada Gubernur calon anggota Depeprov yang akan duduk dalam periode berikutnya secara kolektif untuk ditetapkan menjadi anggota Depeprov dan tidak kolektif untuk yang bersifat penggantian antar waktu; d. Gubernur menetapkan anggota Depeprov setelah melalui penelitian terhadap para calon anggota Depeprov sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII TATA KERJA Pasal 19 (1) Pembahasan rumusan saran dan pertimbangan di Depeprov dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: a Unsur Pemerintah dan/atau unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau unsur Organisasi Pengusaha dan/atau unsur Perguruan Tinggi/pakar menyiapkan bahan untuk dibahas dalam rapat Depeprov; b c hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dituangkan dalam bentuk pokok-pokok pikiran Depeprov; Pokok-pokok pikiran sebagaimana dimaksud dalam huruf b disampaikan kepada Pemerintah dalam bentuk rekomendasi sebagai saran dan pertimbangan dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan. (2) Depeprov mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan. Pasal 20 (1) Depeprov menyampaikan laporan semesteran dan tahunan mengenai pelaksanaan penyelenggaraan tugas dan fungsi Depeprov kepada Gubernur. (2) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Depeprov berkewajiban menyampaikan laporan akhir masa tugas mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. (3) Laporan akhir masa tugas dibuat dan disampaikan kepada Gubernur sebulan sebelum masa tugas berakhir. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 21 Pembiayaan yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Dapeprov sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 bersumber d a ri Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber dana lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 93 Tahun 2004 tentang Pembentukan Dewan Pengupahan Propinsi dicabut dan dinyatakan sudah tidak berlaku. Pasal 23 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 23 Mei 2005 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, SUTIYOSO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 9 Juni 2005 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, RITOLA TASMAYA NIP 140051657 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2005 NOMOR 52