BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

KEPEMIMPINAN BERBASIS SEKOLAH SATU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. sosiologis yang menekankan pada intuisi serta peranan dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas pendidikannya. Contohnya adalah Finlandia, negara dengan

PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN (Studi Situs SMP Negeri 1 Kedungtuban, Blora)

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup

Sistem Pendidikan Nasional

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 6 SEMARANG

BABI PENDAHULUAN. dipecabkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan keberadaannya dalam menyediakan komponen-komponen. input pendidikan. Proses pembelajaran yang bermutu terjadi jika

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

IMPLEMENTASI KELAS UNGGULAN (EXCELLENCE) AGAMA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMPN 2 Pamekasan) Suwantoro

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Iptek). Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

2016 HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN LAMA MENGAJAR GURU SEJARAH DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMA

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan penataan terhadap sistem

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Mengajar lebih daripada pekerjaan-pekerjaan lainnya, telah

Perencanaan Guru dan Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pendidikan nasional yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi untuk menghadapi tantangan. Dalam praktiknya, pendidikan yang harus mengacu pada kurikulum juga mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini memang ditujukan untuk dapat memperbaiki pendidikan itu sendiri. Menurut Sembiring (2009: 24), sistem pendidikan turut menentukan sukses tidaknya suatu negara, terutama dalam berpacu mengejar kemajuan negara-negara lain. Semua masyarakat, tak terkecuali, wajib berperan aktif membangun sistem pendidikan formal. Semua diperuntukkan demi membekali generasi muda dengan ilmu pengetahuan seluas mungkin yang nyata-nyata diperlukan seumur hidup. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab dari penyelenggara pendidikan, terutama kepala sekolah dan guru, namun juga membutuhkan dukungan dari pemerintah dan kerja sama dengan masyarakat. Pendidikan disepakati oleh banyak ahli memiliki peran yang besar dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan daya saing 1

2 yang tinggi. Menurut Maliki (2008: 272), lamanya mengenyam pendidikan dinilai memiliki banyak pengaruh terhadap pembentukan daya saing seseorang. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi peluang seseorang untuk meningkatkan kualitas daya saing mereka dan semakin rendah tingkat pendidikan akan semakin sulit menumbuhkan kemampuan dan daya saing seseorang. Belakangan minat terhadap pendidikan juga semakin meningkat. Bahkan masyarakat yang mulai menyadari pentingnya pendidikan. Bahkan fenomena pendidikan prasekolah pun semakin diminati. Pentingnya pendidikan disadari dapat meningkatkan kemajuan bangsa. Menurut Barizi (2009: 7), pendidikan adalah penentu bangsa menjadi maju, berkembang dan berkualitas karena dapat menjadikan bangsa yang berkualitas dan berakhlak karimah dan menekankan pentingnya sosok guru sebagai kunci dalam pendidikan. Dalam bidang pendidikan, guru harus dapat menjadi fasilitator yang melayani, membimbing, membina, dan meng-install dirinya sebagai konsultan akademik yang piawai mengusung siswa menuju gerbang keberhasilan. Guru selaku penyelenggara pendidikan mutlak untuk mempunyai kompetensi selaku tenaga pendidik profesional. Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dimulai dari guru selaku komponen pokok penyelenggara pembelajaran, baik dengan pelatihan, seminar maupun pendidikan.

3 Menurut Yamin (2008: 1-2), masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu memperlakukan pendidikan. Yang melakukan pendidikan ujung tombaknya adalah guru. Oleh sebab itu guru yang berkualitas akan melahirkan pendidikan yang berkualitas dan pada gilirannya akan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun tidak sedikit juga guru yang kompetensinya masih terbatas. Belum mampu mengembangkan pembelajaran secara aktif dan berpusat pada guru. Yang pasti, negara mempunyai kewajiban untuk terus mengembangkan kualitas dan kompetensi guru sebagai tenaga pendidik profesional, termasuk menyediakan fasilitas pendukung yang dibutuhkan. Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun, seperti bangsa Indonesia saat ini, merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap. Oleh karena pelaksanaan pendidikan tidak mungkin lepas dari faktor psikologis manusia, maka proses pendidikan perlu, bahkan wajib, berpegang pada petunjuk-petunjuk dari para ahli psikologi, terutama psikologi pendidikan dan perkembangan, termasuk psikologi agama. Tanpa petunjuk psikologi, proses kependidikan tidak mengena pada sasarannya secara tepat guna (Ihsan, 2010: 3-4). Terlebih pada lembaga pendidikan yang kekurangan fasilitas maupun memiliki keterbatasan sumber daya manusia. Faktor psikologis ini diharapkan mampu menjaga konsistensi kinerja.

4 Guru adalah praktisi dalam bidang pendidikan. Oleh karenanya guru merupakan sumber daya utama yang harus diperhatikan dalam sebuah lembaga pendidikan. Menurut Gomes (2003: 83), perencanaan SDM adalah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna menjamin bahwa organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan. Dalam Pasal 39 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan tenaga pendidik profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik Perguruan Tinggi. Dalam Pasal 10 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menciptakan proses belajar dan mengajar yang maksimal

5 (Utami: 2003: 1). Guru sebagai pelaksana pendidikan merupakan faktor kunci, sedangkan faktor-faktor lainnya hanyalah pendukung tugas semata. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabatan maupun program dalam jabatan. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat (Sahertian, 2000: 1). Dekade terakhir ini ditandai dengan gerakan-gerakan peningkatan mutu pendidikan. Usaha ini meliputi peningkatan mutu tenaga pengajar, misalnya guru SD diwajibkan memiliki paling tidak pendidikan D2, dosen Perguruan Tinggi minimal harus berpendidikan S2 dan Guru Besar harus memiliki gelar Doktor (Kholis, 2009: 141). Dimanapun di dunia ini, kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas gurunya, bukan besarnya dana pendidikan dan hebatnya fasilitas. Jika guru berkualitas baik, baik pula kualitas pendidikannya. Contohnya adalah Finlandia, negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia ini serius menjaga kualitas gurunya. Guru-guru di Finlandia boleh dikata adalah guru-guru kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka

6 tidaklah fantastis. Lulusan menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 diantara 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingannya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya, seperti Fakultas Hukum dan Kedokteran (Rizali, 2009: 66). Menurut Soedijarto (2008: 117), sekolah adalah lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri dan lain sebagainya. Sekolah merupakan organisasi pendidikan dimana kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas pokok di dalamnya. Mulyono (2009: 103-104) mengelompokkan sekolah menjadi lima berdasarkan mutu penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kepada warga sekolah, yaitu sekolah bermutu sangat rendah, sekolah bermutu rendah, sekolah bermutu sedang, sekolah bermutu atau maju dan sekolah unggul. Menurut Aqib (2009: 1), Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan, yakni bagian dari pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, yaitu program pendidikan enam tahun di Sekolah Dasar dan program pendidikan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Pertama. Dengan

7 demikian, Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar. Sebetulnya, kurikulum Sekolah Dasar sama dimana-mana dan sama sekali tidak terlalu padat. Ini semua dibutuhkan agar lulusan Sekolah Dasar bisa mengikuti pelajaran di SLTP. Menurut Drost (2006: 95-96) yang membebani anak-anak SD adalah yang disebut muatan lokal dan lebih-lebih penyalahgunaan muatan lokal. Muatan lokal bukan keterampilan dan bukan kerajinan tangan. Muatan lokal adalah bahan pengajaran yang diperlukan hingga para pelajar merasa kerasan di sekolah dan tidak dicabut dari lingkungan hidup sehari-hari. Untuk SD, pada dasarnya tidak ada kesulitan. Misalnya bahasa daerah, kesenian daerah dan komputer di kelas IV, V dan VI. Sejatinya, pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang mengarah kepada perubahan perilaku yang lebih baik. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya proses interaksi. Tugas utama guru adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perilaku siswa (Barizi, 2009: 90). Aqib, dkk (2008: 58-59) menjelaskan interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran. Proses interaksi ini merupakan proses interaksi belajar mengajar. Guru, siswa dan materi pelajaran adalah tiga unsur utama yang terlibat dalam proses ini.

8 Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas di atas, hanya menunjukkan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran (Sanjaya, 2008: 104). Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk paham tentang filosofis dari mengajar dan belajar itu sendiri. Pengaturan metode, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Manajemen di sekolah dasar tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas, tetapi menyiapkabn kondisi kelas dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik dan menciptakan iklim belajar yang menunjang (Rukmana, dkk, 2010: 103). Penyelenggaraan sistem pendidikan persekolahan berlangsung dalam sistem kegiatan belajar secara terjadwal yang dikenal dalam bentuk proses belajar mengajar (PBM). PBM menitikberatkan pada upaya agar materi pelajaran atau pendidikan dapat mudah diamati, diinternalisasi, dihayati, ditransfer dan dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Agar lebih

9 mudah diamati, biasanya memakai alat peraga berupa benda-benda konkret agar semua alat pennginderaan terlibat (Suhartono: 2009: 48). Menurut Yamin (2009: 203), sekolah merupakan tempat bagi anak didik untuk belajar dan mempelajari banyak hal. Sekolah adalah ruang aktualisasi diri untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembangkan minat serta bakat yang dikehendaki. Dengan kata lain, sekolah mampu memberikan warna baru bagi kehidupan anak ke depannya sebab di sana mereka ditempa untuk belajar berbicara, berpikir dan bertindak. Demikian halnya dengan yang terjadi di SD Negeri Kedungjenar, Blora dimana kualitas pembelajaran merupakan fokus yang harus ditingkatkan agar dapat tergolong dalam sekolah unggul, yaitu sekolah yang dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelayanan kepada warga sekolah melebihi standar nasional. Peran guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang bermutu tidak dapat disangkal lagi. Menurut Yamin, dkk (2009: 101), minat, bakat, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Guru pula yang memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar dituntut member kesempatan kepada setiap peserta didik untuk melakukan sesuatu

10 secara layak dan benar. Suasana belaajr yang diciptakan guru selayaknya memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif, baik itu dalam bentuk mengamati, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan serta melakukan sesuatu pemahaman tertentu yang perlu dikembangkan (Sobri, dkk, 2009: 115). Di lokasi penelitian, guru merupakan penanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di masing-masing kelas. Dengan tugas dan tanggung jawabnya tersebut, setiap guru menerapkan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Profesionalisme guru merupakan pendukung kegiatan pembelajaran yang berkualitas. Sesuai dengan uraian dari latar belakang penelitian di atas, maka penulis berminat untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran guru kelas berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora. B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah karakteristik pengelolaan pembelajaran guru kelas berbasis mutu. Selanjutnya, penulis membagi fokus penelitian tersebut menjadi tiga sub fokus. 1. Bagaimanakah pengelolaan penataan kelas berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora?

11 2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora? 3. Bagaimanakah hubungan interaksi pembelajaran guru dengan siswa berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik pembelajaran guru kelas berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora. Sesuai dengan subfokus penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan pengelolaan penataan kelas berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora. 2. Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora. 3. Mendeskripsikan hubungan interaksi pembelajaran guru dengan siswa berbasis mutu di SD Negeri Kedungjenar, Blora. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepala Sekolah dapat mengetahui karakteristik dari sumber daya tenaga kependidikan yang merupakan komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. 2. Bagi Guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam mengelola kegiatan pembelajaran..

12 3. Bagi Peserta Didik dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran secara aktif dan mencapai hasil pembelajaran secara menyenangkan dan bermakna. E. Daftar Istilah 1. Guru Guru adalah tenaga pendidik professional yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. 2. Siswa Siswa adalah peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. 3. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai tenaga pendidik professional dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan strategi pembelajaran yang telah disusun. 4. Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. 5. Berbasis Mutu Berbasis mutu adalah Suatu produk yang memiliki satandart kualitas yang telah ditentukan meliputi bahan, prosese produksi dan produk jadi.