BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Manusia selalu berusaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

BAB III LANDASAN TEORI

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012, untuk lalu lintas dan angkutan jalan ratarata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

BABIII LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. umum. Angkutan umum adalah layanan jasa angkutan yang memiliki trayek,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR :SK.967/AJ.202/DRJD/2007 TENTANG

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR TARIF ANGKUTAN UMUM MINI BUS (SUPERBEN) DI KABUPATEN ROKAN HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Menurut Munawar (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Menurut Warpani (1990), menjelaskan bahwa perangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi pergerakan yang mengakibatkan perangkutan. Di dalam perangkutan terdapat 5 (lima) unsur pokok yaitu : 1. manusia yang membutuhkan perangkutan, 2. barang yang dibutuhkan, 3. kendaraan sebagai alat angkut, 4. jalan sebagai prasarana angkutan, dan 5. organisasi sebagai pengelola angkutan. 2.1.1 Pengertian Angkutan Umum Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, ada beberapa kriteria yang berkenan dengan angkutan umum. Kendaraan umum

11 adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung. Trayek adalah lintasan kendaraan untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal. Menurut Warpani (1990), angkutan umum penumpang adalah angkutan umum yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Angkutan umum penumpang bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, murah, cepat dan nyaman. Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Pemerintah dalam kaitan ini perlu ikut campur tangan dengan tujuan antara lain : a. menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat pengguna jasa angkutan umum, petugas pengelola angkutan dan pengusaha jasa angkutan, b. mengarahkan agar lingkungan tidak terlalu terganggu oleh kegiatan angkutan, c. menciptakan persaingan yang sehat, d. membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun daerah dengan meningkatkan pelayanan jasa angkutan, e. menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, dan

12 f. mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan. Menurut Warpani (1990), peranan angkutan umum penumpang amat dirasakan manfaatnya, hal ini disebabkan oleh meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tidak mungkin diikuti terus menerus dengan pembangunan jaringan jalan, oleh sebab itu hal tersebut mendorong pemerintah untuk menggalakkan penggunaan angkutan umum penumpang. Usaha untuk meningkatkan mutu angkutan umum penumpang dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk kebijaksanaan yang lebih mengistimewakan angkutan umum penumpang. Pembatasan atau larangan kendaraan pribadi dalam kawasan tertentu selama waktu tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong orang agar lebih mengutamakan penggunaan angkutan umum penumpang yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kelancaran lalu lintas. 2.1.2 Jenis angkutan umum Menurut Munawar (2005), penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek secara umum dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini. Ukuran kota Klasifikasi Trayek KotaRaya (>1.000.000 Penduduk) Tabel 2.1 Jenis angkutan Kota Besar (500.000-1.000.000 Penduduk) Kota sedang (100.000-500.000 Penduduk) Kota kecil (<100.000 Penduduk) Utama KA Bus besar (SD/DD) Bus besar Bus besar/sedang Bus besar Cabang Bus besar/seda ng Bus besar Bus sedang/kecil Bus kecil

13 Ranting Bus Bus kecil MPU MPU sedang/ke cil Langsung Bus besar Bus besar Bus sedang Bus sedang Berikut ini adalah beberapa jenis angkutan umum yang dilihat menurut jenis pelayanannya (Miro,1997:43) antara lain: 1. Tipe rute dan pelayanan trip : a. Angkutan lokal, desa, jarak pendek (short haul transit) b. Angkutan kota (city transit) c. Angkutan antarkota (regional transit) 2. Jadwal pemberhentian dan tipe operasi : a. Pelayanan lokal/ angkutan kota dan desa (local service) harus berhenti pada setiap tempat pemberhentian angkutan yang sudah ditentukan (halte). b. Pelayanan antar kota dalam propinsi (accelerated service), pemberhentian di minimumkan. c. Pelayanan jarak jauh (express service), dalam perjalanan harus non stop (patas) kecuali di tempat-tampat istirahat yang ditentukan. 3. Waktu pelayanan 4. Hirarki rute a. Reguler, setiap waktu 24 jam. b. Commuter (tetap, ulak-alik). c. Khusus atau irregular (sewa). a. Arteri (bus-bus besar atau bus-bus kota besar).

14 b. Kolektor (bus-bus sedang, mikrolet, metro mini). c. Lokal (ojek, becak, bemo). 2.1.3 Angkutan umum perdesaan Defenisi angkutan kota menurut Keputusan Menteri Nomor 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum, angkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota kabupaten dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. Pasal 21 ayat (2), mengatakan pelayanan angkutan perdesaan dapat diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak berjadwal; b. jadwal tetap diberlakukan apabila permintaan angkutan cukup tinggi; c. pelayanan angkutan bersifat lambat, berhenti pada setiap terminal, dengan waktu menunggu relatif cukup lama; d. terminal yang merupakan terminal asal pemberangkatan dan tujuan sekurang kurangnya terminal tipe C; e. dilayani dengan mobil bus kecil atau mobil penumpang umum. Pasal 21 ayat (3) mengatakan kendaraan yang digunakan untuk angkutan perdesaan harus dilengkapi dengan : a. nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan, dan belakang kendaraan;

15 b. papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui dengan dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan; c. jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan ANGKUTAN PERDESAAN ; d. jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard; e. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan; f. daftar tarif yang berlaku. 2.2. Tarif Angkutan umum Menurut Lidwina (2009), tarif angkutan umum adalah tarif yang dikenakan pada angkutan umum. Besarnya tarif ditentukan oleh beberapa aspek, antara lain: kepentingan konsumen pengguna, produsen atau operator pengguna jasa dan kemampuan/ kepentingan pemerintah. Tingkat tarif angkutan dipengaruhi juga oleh perubahan biaya operasi alat angkutan yang ditetapkan berdasarkan biaya operasi satu unit ( unit cost) dari jasa angkutan tersebut. Pengusaha angkutan selalu mengingikan agar jasa tarif ditetapkan tinggi, sedangkan konsumen menginginkan tarif yang rendah. Tarif dikatakan wajar selama masih berada dalam jangkauan daya beli pemakai jasa angkutan serta dapat menjamin penerimaan yang layak bagi pengusaha angkutan. Menurut Ngara (2010), tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga- harga untuk para pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur. Adapun jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

16 1. Tarif menurut trayek Tarif menurut trayek angkutan berdasarkan atas pemanfaatan operasional dari moda transportasi yang dioperasikan dengan perhitungan jarak yang dijalani oleh moda transportasi. 2. Tarif lokal Tarif lokal adalah tarif yang berlaku dalam satu daerah tertentu. 3. Tarif defensial Tarif defensial adalah tarif angkutan dimana terdapat perbedaan tinggi tarif menurut jarak, berat muatan, kecepatan atau sifat khusus dari muatan yang diangkut. 4. Tarif peti kemas (container) Tarif peti kemas adalah tarif yang diberlakukan untuk membawa kotak/box di atas truk berdasarkan ukuran kotak yang diangkut dari asal pengiriman ke tempat tujuan barang. 2.3. Biaya Operasi Kendaraan Biaya operasi kendaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa atau pengusaha angkutan untuk mengoperasikan armadanya. Perhitungan atas biaya yang dilakukan kegiatan produksi jasa angkutan, sesuai dengan SK Ditjen Perhubungan Darat No.678/AJ.206/DRJD/2002 dengan pendekatan sebagai berikut : 1. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok kegiatan a. Biaya produksi

17 Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan dalam proses produksi. b. Biaya organisasi Biaya organisasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi umum perusahaan c. Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatankegiatan pemasaran produksi jasa 2. Penggolongan biaya berdasarkan perubahan volume produksi jasa a. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun terjadi perubahan pada volume produksi jasa sampai tingkat tertentu. Biaya ini secara rutin harus dikeluarkan meskipun kendaraan yang bersangkkutan tidak beroperasi b. Biaya tidak tetap Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila terjadi perubahan pada volume produksi jasa 3. Penggolongan biaya berdasarkan hubungannya dengan produksi jasa yang dihasilkan. a. Biaya langsung Biaya langsung adalah biaya yang berkaitan dengan produk jasa yang dihasilkan, misalnya biaya penyusutan kendaraan, bahan

18 bakar, modal, gaji, servis, konsumsi oli, pajak kendaraan, dan biaya suku cadang. b. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk jasa yang dihasilkan misalnya akuntansi, administrasi kantor, dan sebagainya. 2.4. Metode Perkiraan Biaya Menurut Yanto (2008), menjelaskan pada prinsipnya terdapat dua metode pendekatan untuk menentukan biaya, walaupun pada prakteknya kedua pendekatan tersebut sering digabungkan pemakaiannya. Kedua metode tersebut antara lain: 1. Metode biaya statistik Metode biaya statistik adalah dengan menghubungkan biaya dengan pelayanan transportasi yang disediakan dan tidak memperhitungkan keperluan untuk mengembangkan suatu modal eksplisit dari sumbersumber tertentu yang dipakai. 2. Metode satuan Metode biaya satuan adalah metode yang memisahkan biaya menurut beberapa kategori, seperti biaya pegawai, biaya pemeliharaan, dan bahan bakar. Metode biaya satuan merupakan metode yang paling umum digunakan. Pendekatan dasar dari metode biaya satuan adalah pengembangan hubunganhubungan yang memungkinkan dilakukannya perkiraan jumlah dan jenis seluruh

19 faktor (Morlok, 1995). Pada metode ini biaya dipisahkan menurut beberapa kategori, seperti biaya tetap, dan biaya variabel. Dari kategori- kategori tersebut dipisahkan menjadi beberapa sub kategori, seperti biaya perawatan dan biaya bahan bakar. Sub kategori-sub kategori tersebut kemudian dipisahkan lagi menjadi beberapa variabel, seperti jarak tempuh kendaraan, dan waktu tempuh kendaraan. Keuntungan dari pendekatan metode biaya satuan memungkinkan kita untuk meneliti perubahan-perubahan yang terjadi dan memeriksa komponenkomponen biaya tertentu, sehingga setiap perubahan yang terjadi akan dapat diketahui dan diselesaikan selama harga dari jenis-jenis barang dapat diperkirakan atau ditentukan (Morlok, 1995). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode biaya satuan. 2.5. Hasil Penelitian yang Relevan Ada penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini, penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu Gunawan Agus Riyanto, dalam tesisnya Analisis Tarif Angkutan Perdesaan di Kabupaten Gunungkidul tahun 2005 menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan BOK dengan metode TRRL (Transport anf Road Research Laboratory) diperoleh nilai tarif angkutan perdesaan sebesar Rp 169 /km. Berdasarkan analisis ATP dan WTP diperoleh rata-rata ATP penumpang umum sebesar Rp 114,81/pnp-km dan rata-rata ATP pelajar/mahasiswa sebesar Rp 79,10/pnp-km, sedangkan rata-rata WTP penumpang umum sebesar Rp 186,57/pnp-km dan WTP pelajar/ mahasiswa sebesar Rp 91,17/pnp-km. Rata-rata tarif saat ini sebesar Rp 190,78/pnp-km untuk

20 penumpang umum dan Rp 120,69/pnp-km untuk pelajar/mahasiswa. Hal ini berarti tarif saat ini yang dibayarkan oleh penumpang masih lebih tinggi dari tarif berdasarkan perhitungan BOK, ATP dan WTP pengguna angkutan perdesaan. Mempertimbangkan aspek daya beli (ability to pay) dan kemauan membayar (willingness to pay) pengguna serta keuntungan yang wajar bagi operator maka tarif angkutan perdesaan penumpang per kilometer yang direkomendasikan adalah Rp 162,00/pnp-km untuk penumpang umum dan Rp 81,00/pnp-km untuk pelajar/mahasiswa.