4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa semak rendah, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Kedelai berasal dari Cina dan berkembang ke berbagai negara seperti Amerika, Amerika Latin dan Asia (Departemen Pertanian, 2005). Suku papilionicae yang tumbuh di dunia mempunya 650 genera dan sekitar 17 000 spesies dimana kerabat dekat tanaman kedelai yang ditanam secara komersial di dunia diperkirakan adalah kerabat jenis kedelai liar G.soya, G. usuriensis atau Soja max. Dalam dunia tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Familia : Papilionaceae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merill Irwan (2006) menambahkan tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal. 2.2 Syarat Tumbuh Menurut Pitojo (2003), kondisi curah hujan yang ideal bagi pertanaman kedelai lebih dari 1500 mm/tahun dan curah hujan optimal antara 100-200 mm/bulan. Pertumbuhan terbaik diperoleh pada kisaran suhu antara 20 0 C-35 0 C. Suhu optimal berkisar antara 25 0 C-27 0 C, dengan kelembaban udara rata-rata 50%. Tanaman kedelai memerlukan intensitas cahaya penuh, dapat tumbuh dan
5 berproduksi dengan baik di daerah yang terkena sinar matahari selama dua belas jam sehari. Keadaan ph tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 5,5-6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman, tanah asam (ph tanah 4,6-5,5,) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi bakteri Rhizobium ke perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada tanah dengan nilai ph lebih dari 7, kedelai sering menampakkan gelaja klorosis karena kekurangan hara besi. Pada kondisi ph 3,5-4,5, pertumbuhan tanaman terhambat (tanaman tumbuh sangat kerdil) karena keracunan aluminium atau mangan. Untuk meningkatkan ph tanah dapat dilakukan penambahan kapur sehingga diperoleh kondisi ph tanah yang sesuai bagi pertanaman kedelai. 2.3 Budidaya Kedelai Menurut Irwan (2006), tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya spesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh karena itu, langkah-langkah utama yang harus diperhatikan dalam bertanam kedelai yaitu pemilihan benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan. Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang. Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi. Varietas yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai dipanen. Ukuran dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan permintaan pasar di
6 daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit dalam menjual hasilnya. Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas Tanggamus.Demikian pula bila kedelai ditanam di daerah banyak terdapat hama ulat grayak maka pemilihan varietas tahan ulat grayak amat menguntungkan, contohnya varietas Ijen. Selain itu, varietas yang ditanam tersebut harus sudah bersifat aditif dengan kondisi lahan yang akan ditanami sehingga tidak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan kering sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah, umumnya dilakukan pada musim kemarau. Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3 m - 10 m, yang panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami. Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 m 15 m, lebar antara 3 m 10 m, dan tinggi 20 cm 30 cm. Antara petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih. Apabila lahan yang digunakan termasuk tanah asam (memiliki ph <5,0), bersamaan dengan pengolahan tanah dilakukan pengapuran. Dosis pengapuran disesuaikan dengan ph lahan. Lahan sawah supra insus dianjurkan diberi kapur sebanyak 300 kg/ha. Kapur disebarkan merata, kemudian tanah dibalik sedalam 20 cm 30 cm dan disiram hingga cukup basah.
7 Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg 200 kg/ha, KCl 50 kg 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis pupuk dapat pula disesuaikan dengan anjuran petugas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) setempat. Pupuk disebar secara merata di lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam sedalam 5 cm. Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam 40 cm x 40 cm. Tanaman kedelai edamame dan koratame diberi pupuk dasar berupa Urea sebanyak 600 kg 800 kg, TSP 600 kg 800 kg, dan KCl 400 kg per hektar. Pupuk disebar merata pada lahan tanam. Untuk menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman benih diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran ke dalam lubang tanam. Suastika et al. (1997) menambahkan kedelai dapat dibudidayakan secara tunggal (monokultur) atau ditumpangsarikan (diselingi) dengan jagung. Secara tunggal (monokultur), benih ditanam secara tugal. Jarak tanam 20 cm x 40 cm. Jumlah benih 2-3 biji per lubang tanam. Benih yang sudah ditaruh di lubang tanam ditutup dengan tanah. Tumpangsari dengan jagung Jarak tanam jagung antar-barisan tanaman tidak boleh kurang dari 2 meter, sedangkan jarak tanam dalam barisan 40 cm. Selanjutnya Irwan (2206) menjelaskan untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman benih dengan ketebalan antara 3 cm 5 cm. Satu minggu setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh. Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan tanaman yang jauh berbeda. Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 20 hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 65 hari). Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase selama 15 30 menit. Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan. Pada saat tanaman berumur 20 30 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan
8 pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman. Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20 30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk yang digunakan berupa Urea sebanyak 50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah. Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg/ha. Untuk meningkatkan hasil produksi kedelai, dapat digunakan pula ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan PPC (Pupuk Pelengkap Cair). Dosis yang digunakan disesuaikan dengan dosis anjuran. 2.4 Jarak Tanam Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman (Herlina, 2011). Mayadewi (2007) menambahkan jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang kurang relatif karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Selanjutnya Mimbar (1986) dalam Eprim (2006) juga menjelaskan bahwa jarak tanam erat hubungannya dengan penyerapan cahaya matahari yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Pengaturan jarak tanam yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam tingkat kompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari antara tanaman dan gulma, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tanaman. Menurut Naibaho (2006), jarak tanam yang biasa digunakan dalam penanaman kedelai adalah 50 x 10 cm; 50 x 20 cm; 40 x 20 cm. Hasil penelitian dari Ali (2004) menunjukkan bahwa jarak tanam secara umum memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
9 kacang tanah dan berpengaruh nyata terhadap peubah produksi. Eprim (2006) juga melaporkan hasil penelitiannya bahwa perlakuan jarak tanam nyata mempengaruhi biomassa rhizoma alang-alang, jumlah polong isi dan polong hampa dan biomassa tajuk tanaman kedelai serta laju pertumbuhan relatif kedelai. Jarak tanam 30 cm x 20 cm menghasilkan biomassa rhizoma alang-alang terkecil, jarak tanam 40 cm x 15 menghasilkan jumlah polong isi tertinggi sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan biomassa tajuk kedelai terbesar pada 12 MST. 2.5 Pemupukan Pupuk majemuk adalah gabungan dai beberapa unsur pupuk tunggal seperti N, P, dan K. Pupuk NPK (Nitrophoska 15-15-15) adalah pupuk majemuk lengkap yang mengandung tiga unsur pupuk yaitu N, P, dan K. Nitrophoska mengandung 15% N, 15% K 2 O, dan 15% P 2 O 5 (Sitorus, 2008). Sebelumnya Sitorus (2004) menjelaskan bahwa unsur N, P, dan K di dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada panen, tercuci, menguap, dan erosi. Pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara-hara tersebut sekaligus adalah pupuk phonska (Fosfor Nitrogen Sulfur Kalium). Kandungan unsur haranya adalah 15% N (nitrogen), 15% P 2 O 5 (fosfat), dan 15% K 2 O (Kalium). Sutedjo (2010) menjelaskan fungsi nitrogen, fosfor, dan kalium. Fungsi nitrogen bagi tanaman yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau serta meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. Secara umum, fungsi dari fosor dalam tanaman yaitu dapat mempecepat akar semai, dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah serta dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Kalium dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, serta mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman. Sitorus (2004) menjelaskan manfaat pupuk phonska menurut PT. Petrokimia Gresik yaitu (1) menjadikan daun tanaman lebih hijau, segar dan banyak mengandung butir hijau daun yang penting bagi proses fotosintesis; (2) mempercepat pertumbuhan tanaman, jumlah anakan maksimum; (3) memacu pertumbuhan akar; (4) menjadikan batang lebih tegak, kuat dan mengurangi resiko
10 rebah; (5) meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman dan kekeringan; (6) memacu pembentukan bunga, mempercepat pemasakan biji sehingga panen lebih cepat; (7) menambah kandungan protein; (8) memperlancar proses pembentukan gula dan pati; (9) memperbesar jumlah buah/biji tiap tangkai; (10) memperbesar ukuran buah. Hasil dari penelitian Mulyadi (2012) pada tanaman kedelai, perlakuan pemberian pupuk NPK memperlihatkan jumlah dan berat kering bintil akar yang lebih tinggi. Tanaman yang dipupuk NPK memperlihatkan kandungan P total pada jaringan tanaman yang lebih tinggi. Menurut Sormin (1992), Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan kedelai dalam jumlah cukup besar. kedelai dapat membentuk bintil akar yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara. Bintil akar dapat dirangsang pembentukannya melalui penggunaan inokulan bintil akar. Hasil penelitian Wijaya (2011), pemberian pupuk majemuk dan kaptan dengan dosis 300 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Pengamatan pada peubah hasil dan komponen hasil lainnya tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata.