HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup dan kebiasan makan remaja mempengaruhui baik asupan

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi ganda merupakan keadaan suatu populasi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

KUESIONER PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

Transkripsi:

1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi Diajukan oleh Nama : Inrya Mei Yufi NIM : J300060016 PROGRAM STUDI DIII GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok umur remaja menunjukan fase pertumbuhan yang pesat yang disebut adolescence growth spurth, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya (Sediaoetama,1999). Kelompok umur remaja 14-20 tahun termasuk golongan rawan gizi. Ada 3 alasan mengapa remaja dikatakan rawan gizi. Pertama, remaja mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan sehingga masukan energi dan zat gizi harus disesuaikan. Ketiga, adanya kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi. Remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan, tidak jarang berujung pada anorexia nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan diluar atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan media iklan tentang makanan ditelevisi (Arisman, 2004). Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat besi, kalium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut (Arisman, 2004). Kebiasaan makan remaja sangat berpengaruh terhadap status gizinya. Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan perhitungan IMT, sehingga konsumsi makanan berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh 1

2 cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau faktor sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas resiko dalam terjadinya berbagai penyakit ( Almatsier, 2001 ). Dalam hal ini, faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu tentang konsumsi pangan dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung yaitu tingkat pendapatan, pengetahuan gizi dan pendidikan. Keadaan konsumsi pangan dapat digunakan sebagai indikator pola pangan yang baik atau kurang baik dan merupakan keadaan gizi yang ditentukan secara langsung. Konsumsi pangan pada anak remaja perlu diperhatikan karena pada golongan remaja terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan aktifitas meningkat. Golongan ini umumnya mempunyai nafsu makan baik, sehingga sering mencari makanan tambahan atau jajan diluar waktu makan. Pada remaja putra biasanya memiliki perhatian yang sangat besar terhadap aktifitas olahraga, seperti sepak bola, basket dan mendaki gunung. Bila berbagai aktifitas tersebut tidak diimbangi dengan masukan zat gizi yang cukup maka tubuh akan menjadi kurus (Mangunkusumo, 2003). Pada remaja putri sering mengurangi makan karena takut gemuk, sehingga sering berakibat kurang gizi padahal remaja putri juga mengalami haid. Pada masa itulah kebutuhan zat besi meningkat karena pada saat haid sejumlah zat besi ikut terbuang. Remaja putri juga sering melakukan program diet untuk menjaga bentuk tubuhnya, bahkan diet yang dilakukan seringkali tanpa pengawasan ahli gizi, sehingga menyalahi kaidah ilmu gizi. Akibatnya pada remaja putri sering dijumpai kasus anemia gizi yang

3 disebabkan karena kekurangan Fe. Para remaja diharapkan dapat menjaga kondisi tubuhnya agar lebih baik ( Lisdiana, 1998 ). Remaja dalam menjaga kondisi tubuhnya agar lebih baik maka diperlukan pengetahuan tentang pengaturan menu seimbang. Adanya keinginan remaja yang mau mempelajari tentang pengaturan menu seimbang, maka akan meningkatkan pengetahuan remaja tentang pengaturan menu seimbang. Adanya pengetahuan yang lebih banyak tentang pangan, sehingga dapat menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makan adalah dari pengaruh sosial budaya. Sebagian orang lebih suka memilih menu makanan fast food yang kebanyakan memiliki susunan yang tidak seimbang, yakni berkalori tinggi namun miskin serat. Berdasarkan ilmu gizi, seseorang senantiasa diharapkan mengkonsumsi menu seimbang. Dengan mengkonsumsi menu seimbang maka akan mempengaruhi status gizi. Oleh karena itu, nilai gizi makanan perlu dijadikan pertimbangan dalam memilih dan mengkonsumsi makanan untuk mencapai status gizi normal ( Lisdiana, 1998 ). Dari hasil penelitian awal yang telah dilaksanakan oleh penulis kepada beberapa remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo ternyata masih ada remaja yang memiliki status gizi kurang, yaitu 21,95 % dan status gizi lebih yaitu 19,51 %, data ini didapat dari pengukuran berat badan dan tinggi badan. Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Hubungan Sikap Tentang Pengaturan Menu Seimbang Dengan Status Gizi Pada Remaja. Penulis ingin mengetahui hubungan dari sikap remaja tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizinya.

4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan sikap remaja tentang pengaturan menu seimbang di SMU Negeri 2 Sukoharjo b. Mengukur status gizi remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo c. Menganalisis hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi remaja di SMU 2 Sukoharjo D. Hipotesis Ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo. Ha : Ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo. Ho : Tidak ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja Untuk menambah pengetahuan remaja tentang pentingnya pengaturan gizi remaja terhadap status gizinya.

5 2. Bagi Sekolah Dapat memberikan informasi pada sekolah tentang sikap dengan status gizi remaja sehingga remaja dapat memperbaiki status gizinya. 3. Bagi Dinas Kesehatan Dapat memberikan masukan atau informasi tentang pengaturan menu seimbang guna peningkatan program gizi pada remaja melalui kegiatan UKS