BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

Artikel Pendidikan 23

MineScape Mine Planning and Design Software

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

Agar pelatihan efektif, buku petunjuk ini dibuat dengan asumsi sebagai berikut:

3.1 KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

BAB IV PEMODELAN DAN PENGHITUNGAN CADANGAN ENDAPAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Oleh : Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Surya Dharma 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 yang memiliki tujuan utama

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

ANALISIS KEMAJUAN PENAMBANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN PRISMOIDAL DI KALIMANTAN TIMUR

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

Tambang Terbuka (013)

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA DI BLOK SELATAN PT. DIZAMATRA POWERINDO LAHAT SUMATERA SELATAN

Sebuah contoh akan membantu menjelaskan konsep sebenarnya mengenai sebuah surface.

MEMULAI MINESCAPE. A. Membuat Project Minescape Click icon bar exceed, kemudian click icon bar minescape.

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

Metode Tambang Batubara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh. Narendra Saputra 2) Dr.Ir.Eddy Winarno, S.Si., MT, Ir. R. Hariyanto, MT 1) Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta 2)

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN MINEABLE COAL RESERVE PADA PIT JUPITER AREA SEAM 16 PT. ENERGI CAHAYA INDUSTRITAMA, BUKUAN SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR

ESTIMASI CADANGAN BATUBARA DENGAN SOFTWARE TAMBANG PADA PIT DE DISITE BEBATU PT. PIPIT MUTIARA JAYA KABUPATEN TANA TIDUNG, KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

1 Dasar-Dasar MineScape

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR

DAFTAR ISI. I.2. Lingkup Kegiatan I.3. Tujuan I.4. Manfaat I.5. Landasan Teori... 3

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif disamping minyak

PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

Studi Kualitas Batubara Secara Umum

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

APLIKASI SLIDE SOFTWARE UNTUK MENGANALISIS STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI DAERAH GUNUNG SUDO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMODELAN SEAM BATUBARA BLOK 13 BERDASARKAN DATA BAWAH PERMUKAAN PT. RIMAU ENERGY MINING PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN PIT PENAMBANGAN BATUBARA BLOK C PADA PT. INTIBUANA INDAH SELARAS KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB III TEORI DASAR. keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

By : Kohyar de Sonearth 2009

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KISI KISI PROFESIONAL dan PEDAGOGIK UKG TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN TAHUN 2015 PPPPTK BBL MEDAN

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu komoditas bahan tambang yang jumlahnya melimpah di Indonesia. Seiring dengan berkurangnya energi minyak dan gas bumi, batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif yang amat penting saat ini. Kegiatan eksplorasi dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan cadangan batubara sebagai salah satu sumber daya energi untuk kelangsungan hidup manusia, seperti produksi baja, semen dan pembangkit listrik, serta kegiatan lainnya. Dalam kegiatan eksplorasi ini diperlukan program terancana dan terpola sehingga menghasilkan temuan cadangan batubara yang bernilai ekonomis. Kegiatan ekplorasi tersebut melibatkan berbagai macam profesi, salah satu diantaranya ialah profesi survei dan pemetaan yang berperan memetakan areal cadangan batubara dan perhitungan volume cadangan batubara. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, perangkat lunak yang digunakan dalam dunia pertambangan pun beraneka ragam,namun tanpa merubah konsep perhitungan cadangan batubara. Prinsip perhitungan cadangan batubara sendiri menggunakan metode pendekatan dari kondisi yang sebenarnya di lapangan. Faktor yang dibutuhkan dalam perhitungan cadangan batubara diantaranya adalah titik bor, elevasi, kedalaman dan perhitungan variasi ketebalan, kandungan kalori, kandungan pengotor (parting), jenis, dan kualitas batu bara pada setiap seam batubara. Dalam penghitungan cadangan bahan tambang dituntut tingkat ketelitian yang tinggi sehingga cadangan dan produksi tambang dapat diperkirakan untuk memenuhi nilai ekonomisnya. Salah satu perangkat lunak yang dapat menghitung cadangan batubara adalah Minescape. Minescape merupakan perangkat lunak yang dirancang khusus untuk pertambangan. Perangkat lunak ini mampu memaksimalkan perolehan cadangan batubara mulai dari eksplorasi, perancangan tambang jangka pendek, perancangan tambang jangka panjang dan sampai penjadwalan produksi tambang. Minescape digunakan untuk penaksiran sumber daya maupun cadangan batubara serta memilih 1

daerah yang lebih menguntungkan untuk menghasilkan cadangan batubara yang ekonomis dan mempermudah pemodelan batubara. Selain itu, dengan perangkat lunak Minescape dapat memodelkan cadangan batubara dan memvisualkan arah kemenerusan batubara sesuai kondisi sebenarnya. Dalam proyek ini akan dibahas mengenai pembuatan model lapisan batubara dan hitungan cadangan batubara menggunakan perangkat lunak Minescape 4.118 dengan data masukan adalah data kontur topografi original, data lithology, data quality dan data survey. I.2 Cakupan Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka cakupan penyusunan proyek ini adalah : 1. Pemodelan seam batubara dengan menggunakan data kontur topografi original, lithology, quality dan survey yang diperoleh dari PT. Multi Prima Universal. 2. Perhitungan volume cadangan batubara dan nilai stripping ratio menggunakan perangkat lunak Minescape 4.118. 3. Design bench atau ramp pada final wall tidak diperhitungakan. I.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dari proyek ini adalah : 1. Memodelkan seam batubara di lokasi proyek menggunakan perangkat lunak Minescape 4.1.8. 2. Menghitung cadangan batubara menggunakan perangkat lunak Minescape 4.118. I.4 Manfaat Dari proyek ini dihasilkan sebuah pemodelan penambangan ( seam batubara ) dan perhitungan volume cadangan batubara menggunakan perangkat lunak Minescape 4.118, sehingga dapat memberikan gambaran bagi perusahaan tambang dalam merencanakan kegiatan penambangan terutama jika akan menggunakan perangkat lunak sejenis.

I.5 Landasan Teori 1.5.1 Batubara Batubara adalah batuan sedimen organik yang berasal dari tumbuhan, yang sejak pengendapannya terkena proses fisik dan kimia sehingga mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon (Stach et.al 1975). Unsur-unsur pembentuk batubara utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara ini terbentuk dari endapan sisa tumbuhan dan fosil pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tergolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batubara miosen. Sebaliknya, endapan batu bara eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan (Sukandarrumidi 1995). Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda beda sesuai dengan zamannya dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan perubahan yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam). Gambar I.1. Proses Terbentuknya Batubara (Sekitan 2004)

Pada Gambar I.1 dapat dilihat proses terbentuknya batubara yang terdiri dari banyak lapisan hal ini dikarenakan proses pembentukanya selama berjuta-juta tahun yang mengalami proses fisik dan kimia, kandungan pembentuk batubara adalah hydrogen, oksigen dan karbon. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan tersier yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Kalimantan dan Sumatra). Pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong batubara usia muda (sekitar 20 juta tahun yang lalu). Potensi batubara di Indonesia sangat berlimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatra, dan sebagian kecil lainnya dapat ditemukan di pulau lain, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Pulau Papua, dan Sulawesi. 1.5.2 Kualitas Batubara Untuk mengetahui mutu dan kualitas batubara, perlu dilakukan beberapa analisa mutu batubara. Jenis analisa yang umum dilakukan adalah analisa proksimat dan analisa ultimat. Analisa proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan sebagainya. Analisa proksimat sering dipakai dalam menentukan indikasi bagaimana batubara yang digunakan dalam proses industri (Sukandarrumidi 1995). Analisis ini meliputi : 1. Kandungan air ( Moisture Content) Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air total (total moisture) 2. Analisa Kadar Abu ( ash content) Abu dari batubara adalah salah satu residu anorganik yang sukar terbakar yang tertimbun ketika batubara terkubur. Pada kegiatan industri, kualitas batubara sangat dipengaruhi oleh kandungan abu. Abu yang dihasilkan pada saat pembakaran batubara dapat berupa fly ash maupun bottom ash. Titik leleh abu dipengaruhi oleh kandungan Na20 dalam abu.

3. Kandungan zat terbang (volatile Matter Content) Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kualitas batubara yang akan diproduksi. Makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya. Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat terbang yang lebih rendah akan mempersulit proses pembakaran. 4. Karbon tertambat (Fixed Carbon) Kandungan karbon tertambat dari batubara adalah karbon yang didapatkan dalam material yang tertimbun setelah zat terbang dipisahkan. Kandungan karbon tertambat digunakan sebagai indeks dari hasil pematangan dari karbonisasi batubara atau sebagai indeks dari rank batubara dan parameter dalam klasifikasi batubara. 5. Kandungan belerang ( Sulphur Content) Belerang dapat terjadi dalam batubara dengan beberapa cara, yakni: 1. Belerang organik dimana belerang diketahui sebagai campuran hidrokarbon dari substansi batubara 2. Belerang sabagai mineral sulfide dan pirit pada bagian organic 6. Nilai kalor (Calorific Value ) Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran dari unsur-unsur pembentuk batubara. 1.5.3 Perhitungan volume cadangan batubara Perhitungan cadangan batubara atau coal adalah perhitungan pada batubara yang telah diketahui ketebalan masing-masing seam batubara, luasan batubara beserta berat jenisnya. Menurut Wood, dkk (1983) persamaan perhitungan cadangan batubara atau coal dapat dilihat pada rumus I.1. Tonnase batubara atau coal = A x B x C. (I.1) Dimana A = Ketebalan rata-rata batubara (m) B = Berat jenis batubara (ton / m3) C = Luas daerah terhitung (m2)

I.5.4. Lapisan tanah pengotor atau penutup Lapisan tanah pengotor atau penutup dalam batubara terdiri dari lapisan penyisip dalam satu seam batubara (parting), lapisan penutup (overburden), dan lapisan pembatas antar-seam (interburden). Parting adalah bagian nonbatubara (pengotor) yang membagi atau menyisip di dalam satu seam batubara yang bisa saja merupakan tanah, sandstone, atau limestone, sedangkan overburden (OB) adalah lapisan tanah dan batuan yang ada di atas seam batubara sampai pada permukaan struktur topografi (permukaan tanah). Selain overburden dikenal juga istilah interburden (IB), yaitu lapisan tanah penutup yang ada di antara dua seam batubara (Andaru 2010). Pada Minescape lapisan pengotor atau penutup tersebut diidentifikasikan sebagai overburden, interburden dan parting. Gabungan tiga pengotor tersebut disebut waste. Persamaan atau ekspresi matematika dari penghitungan waste di perangkat lunak Minescape dapat dilihat pada rumus I.2 (I.2) Waste = rangeoverburden + rangeinterburden + rangeparting Dimana,Rangeoverburden = penjumlahan volume OB dari semua seam (m3) Rangeinterburden = penjumlahan volume IB dari semua seam (m3) Rangeparting = penjumlahan parting dari semua lapisan (m3) I.5.4 Stripping ratio atau nisbah pengupasan Nisbah pengupasan atau stripping ratio adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan metode tambang terbuka. Nisbah pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin kecil nisbah pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Semakin besar nisbah pengupasannya, berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara, apabila semakin banyak overburden yang harus digali maka semakin besar pula biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan batubara. Permasalahan tersebut diatasi perusahaan dengan cara menentukan batasan atau

titik batas tertentu untuk nilai dari nisbah pengupasan sehingga nantinya perusahaan dapat memperkirakan apakah apabila dilakukan penggalian dapat menguntungkan atau tidak. Ekspresi matematika untuk perhitungan stripping ratio di perangkat lunak Minescape dapat dilihat pada rumus I.3 SR = Coal.. (I.3) Waste Dimana, SR = Stripping ratio Coal = tonnase batubara (ton) Waste = lapisan pengotor atau penutup (m3) Perolehan volume batubara didapat dari rumus I.1, sementara waste didapat dari penjumlahan volume interburden dan overburden. Nilai stripping ratio sangat berpengaruh dalam menentukan apakah suatu deposit batubara layak untuk ditambang (mineable) atau tidak. Dalam kasus tertentu nilai stripping ratio dapat dimanipulasi dengan memperluas atau mempersempit cakupan daerah pertambangan atau memanipulasi batas akhir penambangan (final wall) ( Simamora, J. 2012 ). I.5.5 Final wall Final wall adalah batas akhir dari suatu daerah pertambangan. Final wall didesain membentuk bench (berundak-undak) untuk menghindari longsoran material pada batas daerah penambangan. Batas final wall dibuat dengan memperhatikan nilai stripping ratio yang ingin diperoleh (Andaru 2010). Dengan mendesain final wall maka dapat didesain areal pertambangan dengan nilai SR tertentu serta dapat pula mendesain agar nilai stripping ratio suatu daerah pertambangan dinaikkan atau diturunkan. Desain final wall dan hubungannya dengan nilai SR dapat dilihat pada gambar I.2.

Gambar I.2. Hubungan stripping ratio dan final wall (Andaru 2010) 1.5.6 Seam atau lapisan batubara Arti sederhana dari seam adalah lapisan batubara di bawah permukaan tanah. Batubara di bawah permukaan tanah terdiri dari beberapa lapisan yang membentuk suatu tebalan dengan sekat tanah (interburden) sebagai pembatas tiap lapisan. Lingkungan pengendapan batubara merupakan salah satu kendali utama yang mempengaruhi pola sebaran, ketebalan, kemenerusan, kondisi roof dan floor, dan kandungan sulfur pada lapisan batubara (Horne,dkk. 1978). Melalui model pengendapan juga dapat ditentukan lapisan batubara ekonomis yang ditandai oleh sebarannya yang luas, tebal, serta kandungan abu dan sulfur rendah. Artinya, ada hubungan genetik antara geometri lapisan batubara dan lingkungan pengendapannya (Rahmani dan Flores 1984) yang dicerminkan oleh proses-proses geologi, yaitu: 1. Proses geologi yang berlangsung bersamaan dengan pembentukan batubara, meliputi perbedaan kecepatan sedimentasi dan bentuk morfologi dasar pada cekungan, pola struktur yang sudah terbentuk sebelumnya, dan kondisi lingkungan saat batubara terbentuk. 2. Proses geologi yang berlangsung setelah lapisan batubara terbentuk, meliputi adanya sesar, erosi oleh proses - proses yang terjadi di permukaan, atau terobosan batuan beku (intrusi). Lapisan batubara sering kali terdiri dari beberapa seam yang saling menumpuk dan disebut multyseam dan lapisan tunggal disebut dengan single seam.

Lapisan paling muda menurut waktu geologi terletak pada elevasi paling atas. Masing masing seam memiliki ciri ciri dan kualitas tersendiri. Bahkan dalam seam yang sama bisa saja memiliki nilai kalori, jenis, pengotor, dan kualitas yang bervariasi. Lapisan batubara dapat dilihat pada gambar I.3. Tanda panah pada gambar I.3 menunjukkan seam batubara. Gambar I.3 Seam batubara (sumber: http://roxar.wordpress.com/2008/12/10/coalfundamental-for-fundamentalist/) 1.5.7 Model roof dan floor Dalam dunia pertambangan, suatu struktur lapisan (seam) terdiri dari seam roof dan seam floor. Roof adalah struktur penampang permukaan atas dari suatu jenis deposit tambang, misalnya batubara. Floor adalah struktur penampang permukaan bawah dari suatu deposit tambang, misalnya batubara. Suatu roof dan floor yang hanya dibatasi oleh batubara dan parting-nya disebut sebagai satu seam (Andaru 2010). Lapisan batubara yang mempunyai tebalan tanpa lapisan pengotor (parting) disebut net coal thickness. Lapisan batubara yang mempunyai tebalan termasuk parting disebut gross coal thickness, dan lapisan batubara yang mempunyai tebalan lapisan batubara yang dapat ditambang disebut mineable thickness. Pemodelan roof dan floor seam batubara didapat dari input data lithology yang sangat penting pada tahap eksplorasi karena sangat membantu dalam usaha menentukan besarnya cadangan batubara dan untuk hal hal berikut:

1. Evaluasi pada setiap tahap eksplorasi, 2. Perencanaan pengembangan atau perluasan daerah eksplorasi, 3. Sebaran kualitas dan sekaligus kuantitas, 4. Keputusan mendirikan usaha pertambangan, dan 5. Rencana penambangan. Akan tetapi dalam software Minescape pemodelan roof dan floor tidak dibuat secara manual, namun sudah langsung terbuat setelah pembuatan skema pada Minescape dilakukan. Selanjutnya pada tahap penambangan, karakteristik geometri lapisan batubara akan menjadi salah satu dasar didalam penentuan (Kuncoro 2009) : 1. Perencanaan produksi dan umur tambang karena berkait dengan cadangan batubara, 2. Sistem penambangan yang akan diterapkan. 3. Pemilihan tata letak tambang, 4. Penerapan teknologi penambangan, 5. Proses pengolahan, 6. Penumpukan batubara, dan 7. Pemasaran batubara. 1.5.8 Klasifikasi Metode Penambangan Secara umum dikenal dua metode penambangan batubara, yaitu cara tambang dalam dan cara tambang terbuka. Metode penambangan yang akan digunakan sangat tergantung pada (Sukandarrumidi 1995) : 1. Keadaan geologi dan topografi daerah, antara lain lapisan penutup, struktur geologi, keadaan lapisan batubara dan bentuk lapisan batubara. 2. Biaya penambangan 3. Batuan yang dapat diambil (coal recovery) 4. Pengotoran hasil pprodeukdi oleh batuan sekitar. Menurut Hutton dan Jones (1995) teknik penambangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Ketebalan lapisan penutup (overburden) dan sifat batuan penutup 2. Ketebalan, bentuk dan struktur dari batubara

3. Faktor ekonomi dan faktor lingkungan 1.5.9 Metode Penambangan Terbuka (Open Cut Mining) Metode tambang terbuka dilakukan dengan cara membuka lapisan penutup batubara. Kedalaman batubara yang didapat diambil oleh metode ini adalah 150 m (Hutton dan Jones 1995). Beberapa kelebihan tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah relatif lebih aman, sederhana, mudah pengawasannya dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih kecil dari pada metode penambangan dalam atau bawah tanah. Penambangan dibuat berdasarkan data hasil eksplorasi detil endapan batubara di daerah penelitian. Kegiatan penambangan dengan cara open pit terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu pembersihan lahan yang sekaligus dilakukan pengupasan dan pemindahan tanah pucuk, operasi ini dilakukan pada lokasi dimana tambang akan dibuka yang kemudian diikuti dengan penggalian dan pemindahan lapisan penutup berupa overburden dan interburden yang dilakukan dengan menggunakan backhoe dibantu dengan bulldozer. Untuk material lemah sampai sedang langsung dilakukan penggalian dan pemuatan ke dump truck, dan bila ditemukan material keras, terlebih dahulu diberaikan dengan bulldozer. Metode ini dibagi menjadi tiga tipe dasar (Hutton dan Jones 1995), yaitu sistem jenjang tunggal (single bench), jenjang majemuk (multiple bench) dan pengupasan (strip) 1. Sistem jenjang tunggal (single bench) Sistem ini hanya digunakan untuk mengambil batubara yang memiliki kedalaman yang dangkal yaitu maksimal 20 meter dari permukaan. Gambar I.4 Sistem jenjang tunggal (sumber : Hutton dan Jones 1995)

2. Sistem Jenjang Majemuk (Multiple bench) Sistem ini dapat digunakan pada berbagai ketebalan dan kedalaman batubara. Sistem jenjang majemuk biasa digunakan pada eksploitasi batubara karena secara umum multiple bench digunakan pada lapisan batubara lebih dari 10 meter. Gambar I.5 Sistem jenjang majemuk (sumber : Hutton dan Jones 1995) 3. Sistem Pengupasan (strip) Sisten penambangan ini umum dilakukan dalam eksploitasi batubara. ketebalan batubara mulai dari 1 meter hingga 10 meter dan stripping ratio hingga 30:1 dapat ditambang dengan sistem ini. 1.5.10 Digital Terrain Model (DTM) Digital Terrain Model (DTM) merupakan suatu model pendekatan matematis dari data posisi planimetris dan vertikal untuk menyajikan keadaan permukaan bumi. Sumber data untuk pembuatan DTM meliputi data titik tinggi dan/atau garis kontur yang dapat diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan, konversi dari peta topografi, teknik fotogrametri, INSAR dan LIDAR (Cahyono 2009). Digital Terrain Model merupakan sistem informasi yang menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan informasi tentang permukaan..dtm menyediakan informasi mendetail yang merepresentasikan variasi permukaan topografi bumi, misalnya relief. Istilah DTM ini pertama kali diperkenalkan oleh Miller dan La Flame pada tahun 1958. Sejak itu istilah ini banyak digunakan dan dikembangkan dibidang surveying, geologi, geografi, sipil dan perencanaan serta disiplin ilmu kebumian lainnya (Manjari 2011). 1.5.11 Triangular Irregular Network ( TIN ) Menurut Djurjani (1994), TIN merupakan salah satu bentuk struktur data acak. Satuan dari struktur data ini adalah segitiga segitiga yang tak beraturan. TIN

ini dikembangkan mengingat data acak mempunyai keunggulan dalam hal menyesuaikan dengan bentuk permukaan tanah. TIN memodelkan permukaan relief sebagai pembatasan berbentuk segitiga. Dalam konteks pemodelan permukaan digital, TIN didefinisikan sebagai struktur data untuk menyajikan suatu permukaan seperti halnya permukaan bumi. Menurut Musdadi (2001), upaya pembentukan TIN bertujuan untuk membangun suatu bentukan yang merepresentasikan unit unit ilmiah untuk analisis bentukan lahan seperti kelerengan (slope), puncak (peak), punggung bukit (ridge) dan lain-lain. Garis kontur dapat dijadikan sebagai sumber data bagi pembangunan TIN. Dari model yang dihasilkan dapat dilakukan analisis dan klasifikasi sehingga hasil yang diperoleh adalah struktur data geometris berbentuk segitiga tak beraturan. I.5.12 Penentuan Luas Penentuan luas yang dimaksud adalah luas yang dihitung dalam peta, yang merupakan gambaran permukaan bumi. Menurut Basuki (2006) luas suatu bidang tanah dapat ditentukan dengan cara ketersediaan data yang digunakan, antara lain : 1.5.12.1 Penentuan luas secara numeris. Pada penentuan luas dengan cara numeris dapat dilakukand dengan dua cara, yaitu : a. Dengan memakai koordinat, apabila titik-titik batas tanah diketahui koordinatnya. Misal bidang tanah pada Gambar dibatasi oleh titik A,B,C,D yang diketahui koordinatnya: A (X1,Y1), B(X2,Y2), C(X3,Y3), D (X4,Y4) Y B C A D A1 B1 D1 C1 X Gambar I.6 Penentuan luas secara numeris dengan koordinat (Basuki 2006)

Luas ABCD = (Luas trapesium A1ABB1) + (luas trapesium B1BCC1)- (luas trapesium D1DCC1) (luas trapesium A1ADD1) Luas ABCD = 0.5 (X2 - X1) (Y2 - Y1) + 0.5 (X3 - X2) (Y3 Y2) 0.5 (X3 X4) (Y3 + Y4) 0.5 (X4 X1) (Y4 Y1) Dapat disimpulkan 2 Luas ABCD = (Xn Xn-1) (Yn Yn-1) = diproyeksikan terhadap sumbu x 2 luas ABCD = (Yn Yn-1) (Xn Xn-1) = diproyeksikan terhadap sumbu y Kedua rumus tersebut disederhanakan menjadi : 2 Luas ABCD = Xn ( Yn-1 Yn+1 ) (I.4) 2 Luas ABCD = Yn ( Xn-1 Yn-1 ). (I.5) b. Dengan ukuran dari batas tanah, jika batas-batas tanah diukur langsung (disebut juga angka-angka ukur) 1.5.12.2 Penentuan luas cara grafis. Cara ini dilakukan apabila gambar tanah hanya diketahui skalanya saja tanpa dukungan data lain seperti angka ukut dan lainlain, serta batas tanah berupa garis lurus. Untuk itu diperlukan piranti pengukur jarak dalam gambar seperti mistar, jangka tusuk dan sebagainya. 1.5.12.3 Penentuan luas secara grafis mekanis. Cara ini dipakai apabila batasbatas gambar tanah dibatasi oleh garis-garis non linear (tidak lurus), yaitu berupa garis-garis lengkung atau curva. Cara ini menggunakan peralatan yang disebut planimeter. 1.5.13 Metode Perhitungan Volume Batubara 1.5.13.1 Metode cut and fill. Prinsip perhitungan volume batubara menggunakan metode cut and fill adalah menghitung luasan dua penampang serta jarak antara penampang atas dan penampang bawah tersebut. Dengan mengetahui data penampang atas dan penampang bawah, maka dapat dihitung luas masing masing penampang. Perhitungan volume DTM dilakukan dengan terlebih dahulu mencari luasan pada DTM tersebut dalam bidang horizontal. DTM didefinisikan sebagai hasil penjumlahan volume dari prisma yang dibentuk masing-masing TIN

(Usman 2004). Visualisasi penghitungan volume dengan metode cut and fill dapat dilihat pada Gambar I.7. Gambar I.7. Metode cut and fill (Ale 2008) Gambar I.7 menunjukan TIN yang dibentuk pada permukaan atas dan permukaan bawah dihubungkan sehingga membentuk sejumlah prisma segitiga yang kemudian volume setiap prisma dijumlahkanuntuk mengetahui volume cut and fill. Volume total dari suatu area dihitung dari penjumlahan volume semua prisma. Volume prisma dihitung dengan mengalikan permukaan proyeksi (Ai) dengan jarak antara pusat massa dari dua segitiga yaitu desain surface dan base surface (di). Rumus penghitungan volume dengan prism method dapat dilihat pada rumus I.5.(Ale, 2008) Vi= Ai.di... ( I.6) Keterangan : Vi :Volume prisma Ai : Luas bidang permukaan proyeksi di : Jarak antara pusat massa dua segitiga surface desain dan base desain.

1.5.13.2 Rumus tampang rata-rata (mean area). Dalam rumus ini volume didapat dengan mengalikan luas rata-rata dati tampang awal dan akhit. Apabila tampang-tampang seperti yang disajikan pada Gambar I.8 A1, A2, A3, A4 dan jarak antar tampang A1 ke A4 adalah D, dengan n adalah jumlah penampang, maka: Volume = ( A1 + A2 + A3 + A4 ) X D ( I.7 ) n A1 A2 A3 D A4 Gambar I.8 Penentuan volume dengan Mean area (Irvine 1995) Keterangan gambar :,,,.., : Luas tampang ke-1 sampai ke-n D : Jarak antar tampang awal dan tampang akhir V : Volume mean area 1.5.13.3 Rumus dua tampang (end area). Metode ini digunakan untuk perhitungan volume yang telah diketahui luas dari dua tampang dan jarak antara kedua tampang tersebut. Misalnya dan adalah luas tampang atas dan bawah yang berjarak D, maka rumus perhitungan volumenya dinyatakan dengan persamaan: Volume = D. A1 + A2..(I.8) 2

A2 D A2 Gambar I.9 Penentuan volume dengan End area (Irvine 1995) Rumus tersebut benar jika sepanjang tampang tengah antara A1 dan A2 merupakan rata-rata dari keduanya. Apabila tampang-tampang yang diperoleh sangat banyak dan jarak-jarak antar penampang bervariasi missal D1, D2, D3 dan seterusnya, maka : Volume = D1(A1 + A2) + D2(A2 + A3) + D3 (A3 + A4) +.. ( I.9) 2 2 2 Apabila D1, D2, D3 jaraknya sama yaitu : D, maka V = D. {A1 + An + A2 + A3 An-1}....(I.10) 2 Keterangan gambar : : Luas tampang ke-1 dan ke-2 D : Jarak antar masing-masing tampang V : Volume end area

1.5.13.4 Metode Prismoida. Metode ini adalah metode yang paling baik di antara metode-metode yang lain (Basuki 2006). Prismoida adalah suatu benda padat yang dibatasi dua bidang sejajar pada bagian atas dan bawah serta dibatasi beberapa bidang di sekelilingnya (Sosrodarsono 1983) adalah sebuah bangun yang bidang sisisisinya berupa bidang datar, sedangkan bidang alas dan atasnya sejajar. Bentuk rumus prismoida sesuai dengan Gambar I.10 adalah : Volume = V =. (A1 + 4AM + A2). (I.11) A1 h 2 Am h 2 A2 Gambar I.10. Penentuan volume dengan metode prismoida (Sosrodarsono 1983) Keterangan gambar : A1 dan A2 : Luas tampang atas dan bawah D : Jarak antara A1 dan A2 M : Luas penampang tengah Prismoida adalah benda padat yang mempunyai dua permukaan datar yang sejajar, bentuknya teratur dan tidak teratur, yang dapat dihubungkan dengan permukaan baik datar maupun melengkung, yang padanya dapat ditarik garis lurus dari salah satu ujung yang sejajar ke ujung sejajar lainnya (Irvine, 1995). 1.5.14 Minescape Minescape merupakan piranti lunak (software) yang diperuntukkan untuk pengolahan data geologi, pertambangan, serta perencanaan tambang. Minesscape menyediakan berbagai fitur yang sangat berguna dalam proses pengolahan dan analisa data data tambang. Minescape dikembangkan untuk memenuhi berbagai tuntutan dalam industri pertambangan dan digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan

pertambangan di Indonesia. Minescape juga merupakan rangkaian solusi terintegrasi yang dirancang untuk operasi pertambangan menggunakan sistem open cut dan underground dan merupakan software mining system terpadu yang dirancang khusus untuk pertambangan. Minescape mampu meningkatkan semua aspek informasi teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan tambang jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke penjadwalan produksi tambang dan juga memiliki fungsi pemodelan geologi dan desain tambang yang luas, misalnya pembuatan final wall, perencanaan jalan, analisa progres tambang, perencanaan kegiatan eksploitasi bahan tambang, perhitungan cadangan sumberdaya batubara, pemodelan batubara dan masih banyak lagi. Sehingga menjadikannya solusi pertambangan terkemuka di Indonesia. Software Minescape terdiri dari beberapa fitur yang memiliki fungsi pemodelan geologi dan desain tambang. Fitur-fitur yang dimiliki seperti: 1. Stratmodel. Minescape Stratmodel menyediakan lingkungan kerja yang canggih dimana deposit stratigrafi dimodelkan untuk mewakili geologi setempat. 2. Block Model. Digunakan untuk sebuah pengenalan unsur-unsur geologi melalui pemuatan bentuk-bentuk yang ditafsirkan secara fisik atau interpolasi menggunakan kumpulan-kumpulan material dan/atau zona, diikuti oleh serangkaian algoritma. 3. Plot and viewer memiliki kemampuan penanganan patahan yang baik dan mampu membuat model patahan pada deposit secara vertikal, normal, dan bolak-balik, serta menyediakan pemodelan kualitas deposit stratigrafi. 4. Drill & Blast memungkinkan ahli rancang ledakan memperoleh lingkungan CAD 3D yang interaktif dimana ledakan optimal dapat dengan cepat direncanakan, dan lubang-lubangnya diproyeksikan ke permukaan. 5. Open Cut merupakan tool untuk membuat dan mengeksplorasi pilihan desain untuk perencanaan tambang open pit. Fitur-fitur tersebut saling terintegrasi satu sama lain tanpa menimbulkan kesulitan, sehingga dalam menyelesaikan suatu keadaan dalam dunia pertambangan akan sangat mudah dan dapat disesuaikan dengan keperluan yang bersifat khusus.

Pada software Minescape penyimpanan data tersimpan dalam bentuk folder - folder yang pemanggilan datanya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Selain itu Minescape dapat menampilkan objek data secara tiga dimensi dan dapat dirotasikan mudah sehingga data dapat dilihat dari berbagai sudut. I.5.14.1. Tipe data. Format data dan file yang digunakan dalam perangkat lunak Minescape 4.118 adalah: 1. DXF format menggunakan ekstensi file.dxf 2. AS2482 dan ASCII menggunakan ekstensi file.txt,.csv,.prn,.xls 3. Surpac menggunakan ekstensi file.str,.dtm. 4. Triangle atau DTM menggunakan ekstensi file.tri,.edg,.vrt 5. Tabel Files menggunakan ekstensi file.tab,.tmp Perangkat lunak ini juga mampu mengimport dari format file lain seperti : M2 Blocks, Load, M2 Limit, M2 Culture, M2 Fault Plots, Vulcan, Moss-Genio, Surpac, Microlynk, dan Features, sehingga software Minescape dapat terintegrasi dengan mengolah beberapa informasi dari software pertambangan yang lain dengan mudah. Data-data tersebut disimpan dalam proyek yang telah dibuat dengan folder penyimpanan yang berbeda. I.5.14.2. Penggambaran dan pengeditan. Minescape memiliki beberapa tool yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan penggambaran dan pengeditan. Beberapa tool yang digunakan dalam proses penggambaran dan pengeditan pada Minescape 4.118, yaitu : 1. Page merupakan menu yang digunakan untuk membuka produk dan mencetak. 2. Edit merupakan menu yang digunakan untuk editing, ploting, dan convert 3. View merupakan menu yang mengatur tentang tampilan yang ada pada Minescape. 4. Draw merupakan menu yang digunakan untuk penggambaran titik dan garis. 5. Settings merupakan menu yang digunakan untuk mengatur dalam pengambaran maupun editing.

6. Model merupakan menu yang digunakan untuk pembentukan DTM 7. Graphics merupakan menu yang digunakan dalam pembentukan kontur. I.5.14.3. Fasilitas pembentukan permukaan digital. Pada perangkat lunak minecsape pembentukan permuakaan digital menggunakan metode triangular irregular network (TIN) yang membentik model 3D yang solid. Tool yang digunakan dalam pembentukan model digital ada pada menu Triangles : 1. Data memiliki fungsi untuk membuat triangle dari data ASCII. 2. Design memiliki fungsi untuk membuat triangle dari data design. 3. Table memiliki fungsi untuk membuat data dari table.