II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis,

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. (BT), Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

LEMBAR WAWANCARA. 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. aman, damai dan tertib demi untuk pemantapan kepastian hukum dalam masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan melawan hukum atau delik, bagian lainnya adalah pelanggaran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kehidupan di dunia terdapat suatu nilai-nilai mengenai apa yang dianggap baik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tindak Pidana Pengeroyokan dan Perusakan. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) telah memuat pasal yang

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

TUGAS DAN FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PERANNYA SEBAGAI PENEGAK HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang memerlukan adanya suatu dorongan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Peranan seseorang dalam melakukan sesuatu merupakan sesuatu ukuran apakah kegiatan itu perlu dilakukan atau tidak sebab apabila sesuatu tersebut memerlukan peranan seseorang atau sekelompok orang untuk dilaksanakan, maka kegiatan dalam pelaksanaannya akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. WJS Poerwadarminta mengemukakan bahwa peranan adalah sesuatu yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 1 Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa : Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan role perfomance atau role playing. Kiranya dapat dipahami bahwa peranan yang ideal dan seharusnya datang dari pihak 9atau pihak-pihak) lain sedangkan peranan yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang seharusnya dilakukan berasal dari diri pribadi. Sudah tentu bahwa dalam kenyataannya, peranan-peranan tadi berfungsi apabila seseorang berhubungan dengan pihak lain (disebut role sector ) atau dengan beberapa pihak (role set). 2 Peranan penegak hukum dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1996. hlm. 491 2 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Bumi Aksara, Jakarta, 1983

1. Peranan yang ideal, adalah peranan yang seharusnya datang dari pihak (atau pihak -pihak lain) yang merupakan awal terhadap terlaksananya suatu aktivitas atau kegiatan sehingga yang lain tinggal mengikuti apa yang telah dilakukan oleh pihak pertama. 2. Peranan yang seharusnya, adalah peranan yang dianggap oleh diri sendiri yang sebenarnya dilakukan atau berasal dari diri pribadi yaitu seseorang yang semestinya melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan dia akan melakukannya sebelum orang lain melakukan terlebih dahulu. 3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri yaitu peranan-peranan yang mulai berfungsi apabila berhubungan dengan pihak lain atau peranan tersebut akan mulai dilaksanakan apabila sudah ada pihak-pihak tertentu yang melakukan aktivitas atau kegiatan. 4. Peranan yang sebenarnya dilakukan yaitu berhubungan erat dengan kewajiban seseorang dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tanpa ada perintah dia akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Pengertian lain tentang peranan adalah segala sesuatu yang memegang peranan penting terhadap pelaksanaan sesuatu kegiatan 3 Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah hal pokok terhadap adanya pelaksanaan suatu kegiatan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam rangka pencapaian suatu tujuan. B. Upaya Dalam Penanggulangan Kejahatan 3 Departemen pendidikan dan kebudayaan, 2004.Hlm 293

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Peradilan Pidana (SPP) atau disebut juga penanggulangan secara penal. Disamping itu penanggulangan lain dapat juga dilakukan dengan non sistem peradilan pidana atau disebut juga non penal. a. Sarana Penal Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi. b. Sarana Non Penal Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah dimaksukkan kedalamnya, sebab pemberian pidana juga dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana. 4 Penanggulangan sistem ini dilakukan kepada pelaku kejahatan dimana pelaku sekaligus adalah juga sebagai kejahatan. Jadi disini penanggulangan yang dilakukan disamping yang mengenakan sifat penderitaan bersifat deterrence, juga dilakukan penyuluhan dan pengarahan agar tidak melakukan tindak pencurian setelah ia lepas dari masa hukuman. Selain teori penggulangan kejahatan yang telah diuraikan diatas, supaya dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor, memberantas pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, baik dengan kekerasan maupun pemberatan adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 4 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 1996.hlm. 5

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahahan dan kekebalan terhadap pencurian. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan pencurian kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat keramaian oleh pihak keamanan, dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penurian kendaraan bermotor. b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas pencurian kendaraan berm otor melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penagak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri. 5 C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam Heni Siswanto, tindak pidana memiliki banyak definisi yang berbeda-beda, diantaranya yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu 6 : a) Keseluruhan tindakan atau kegiatan yang oleh Negara diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana apabila dilakukan. b) Keseluruhan tindakan yang menjadikan tindakan tersebut memenuhi syarat-syarat untuk menjatuhkan pidana. c) Keseluruhan ketentuan kegiatan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana. 5 R. Soesilo, Soerjono, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus, Politae, Bogor, 1984. hlm. 95 6 Heni Siswanto, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Jakarta, 1981. hlm. 102

Tindakan pidana adalah sebagian dari perbuatan yang diatur dalam hukum yang berlaku di suatu Negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk : a) Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi yang melanggar ketentuan tersebut. b) Menentukan kapan dan cara bagaimana kepada mereka yang telah melanggar laranganlarangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. c) Menentukan cara pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan bila ada orang yang telah disangka melanggar larangan tersebut. 7 Analisis dalam penyusunan skripsi ini adalah mengenai tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan, sehingga penulis memerlukan tinjauan pustaka mengenai tindak pidana pencuian dengan pemberatan, pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan yang dimaksudkan sebagai dasar acuan didalam melaksanakan pembahasan skripsi ini. b. Pencurian dengan pemberatan (Curat) berdasarkan Pasal 363 KUHP adalah perbuatan mengambil suatu barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya dengan maksud memiliki barang tersebut dengan melawan hukum disertai beberapa unsur yaitu : 1. Barang yang dicuri adalah hewan.(pasal 101) 2. Dilakukan pada saat terjadinya bencana alam, huru-hara, pemberontakan atau pada saat masa-masa perang. 3. Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih (Pasal 364) 4. Dilakukan pada saat malam hari di suatu rumah atau perkarangan yang tertutup yang ada rumahnya. 7 Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1987. hlm.19

5. Dilakukan dengan cara membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, printah palsu atau jabatan palsu (Pasal 35, 366, 486). 8 b. Pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dapat dikatakan sebagai pencurian dengan pemberatan dikarenakan memenuhi unsur-unsur Pasal 363 KUHP yaitu pada umumnya dialakukan lebih dari dua orang dan dengan cara membongkar, memecah atau menggunakan kunci palsu, namun sering disebut dengan pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dikarenakan yang sering menjadi objeknya adalah kendaraan bermotor. c. Pencurian dengan kekerasan adalah tindak pidana pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang lain, dengan maksud akan menyiapkan, atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan (terpergok) supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau barang yang dicuri itu tetap ada di tangannya. (Pasal 365 KUHP). 9 D. Tugas dan Kewenangan Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), menegakkan hukum, memberikan pengayoman pelayanan kepada masyarakat, kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam struktur negara berada langsung di bawah Presiden yang mana Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggung jawab langsung Kepada Presiden, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia diangkat langsung oleh Presiden dengan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).hlm. 98 9 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.hlm.32

Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tugas pokok yang telah diatur dalam Pasal 12 UU No. 2 Tahun 2002 yaitu 10 : 1. Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat 2. Menegakkan hukum 3. Sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan masyarakat. Tugas keamanan yang diemban oleh Kepolisian lebih mengutamakan pendekatan terhadap masyarakat, masyarakat sebagai objek kerja kepolisian memiliki arti penting di dalam proses pelaksanaan kerja dan tugas pokok Kepolisian, dikarenakan masyarakatlah yang menjadi tempat pelaskanaan kegiatan keseharian kepolisian sehingga Kepolisian harus menciptakan situasi berkehidupan yangf harmonis dengan masyarakat, agar masyarakat mau bekerjasama dengan Kepolisian dalam menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang baik. Kepolisian dalam fungsinya memang berfungsi sebagai ujung tombak dalam menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif, namun tanpa adanya dukungan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat hal tersebut sulit untuk dicapai, dalam tempo tujuh tahun yang lalu, pimpinan Kepolisian telah menyusun program kerja jangka panjang yang mana program kerja tersebut telah mulai di terapkan, pada tahun 2004 sampai dengan 2005 adalah masa-masa Kepolisian menciptakan kondisi agar masyarakat memberikan kepercayaan terhadap Kepolisian ( Trust building), kemudian pada tahun 2010 hingga saat ini Kepolisian memiliki Program kerja bekerjasama dengan masyarakat (Patrnership building) hal tersebut menunjukkan bahwa Kepolisian sangatlah menginginkan hubungan yang baik di dalam tugasnya. 10 Ibid. Hlm. 53

Pelaksanaan tugas pokok kepolisian dibagi dalam beberapa bagian di dalam tubuh organisasinya, yang mana bagian-bagian tersebut memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda, tugas-tugas dan fungsi kepolisian tersebut terbagi menjadi tiga yaitu 11 : 1. Tugas Preventive (Pencegahan), di emban oleh Fungsi Sabhara, lalulintas dan Intelejen) 2. Tugas Preemtive (Pendekatan masyarakat), diemban oleh fungsi Bimas. 3. Tugas Represive (Penegakan hukum) diemban oleg Fungsi Reskrim. Pelaksanaan tugas kesehariannya kepolisian lebih mengutamakan untuk melakukan tindakan Refresif dan Preventif. Tindakan kepolisian berupa tindakan prefentiv dapat kita lihat bersama di dalam keseharian kita, kegiatan Prefentiv yang sering kita lihat berupa kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patrol yang dilakukan oleh petugas Kepolisian, yang mana kegiatan tersebut berfungsi untuk mencegah terjadinya tindak pidana, pelanggaran hukum ringan, situasi kamtibmas yang tidak kondusif dan deteksi dini terhadap apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Tindakan Kepolisian berupa tindakan Preventif juga telah diterapkan dan kita sering lihat yaitu berupa kegiatanpenyuluhan, sambang desa dan patroli dialogis dengan masyarakat yang berfungsi untuk memberikan pencerahan dan pengetahuan kepada masyarakat agar mengetahui aturan-aturan hukum yang ada, serta menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat. Tindakan Represif yang dilakukan Kepolisian, merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh Kepolisian dikarenakan telah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran hukum, sehingga membutuhkan tindakan tegas dari kepolisian dalam terciptanya proses penegakan hukum yang adil. 11 Barda Nawawi Arief, 1996, Op.cit. Hlm.102

Sebenarnya tindakan Represive yang dilakukan oleh Kepolisian tidak perlu terjadi dan dilakukan apabila masyarakat telah taat dengan aturan hukum yang telah ada serta melakukan kerjasama yang baik dengan kepolisian, Kepolisian juga memiliki kewajiban membina masyarakat dalam rangka menciptakan situasi Kamtibmas yang tertib dan aman, kegiatan-kegiatan pembinaan yang telah dilakukan secara nyata oleh Kepolisian di masyarakat dibidang Kamtibmas seperti penyuluhan, pengecekan dan pengontrolan pelaksanaan ronda malam, anggota kepolisian yang bertugas berperan sebagai penyluh dan pengontrol pelaksanaannya sehingga diharapkan kondisi Kamtibmas yang tertib dan aman dapat terlaksana dan diwujudkan di kehidupan masyarakat. Masyarakat yang menjadi objek pembinaan anggota Kepolisian juga harus menyadari peranannya sebagai pelaksana kegiatan, agar proses kerjasama dapat berjalan dengan lancar, tidak hanya itu seharusnya seluruh lapisan masyarakat juga harus menyadari kewajibannya sebagai warga negara yang baik harus taat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Upaya dalam penanggulangan kejahatan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah, faktor Undang-Undang, faktor Penegak Hukum, faktor sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum, faktor masyarakat. 1. Faktor Undang-Undang Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Mengenai berlakunya Undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya adalah agar Undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Asas-asas tersebut antara lain :

a. Undang-undang tidak berlaku surut. b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula. c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan Undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatannya sama. d. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan Undang-undang yang berlaku terdahulu. e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. 2. Faktor Penegak Hukum Negara hukum yang hanya dikonstruksikan sebagai bangunan hukum perlu dijadikan lebih lengkap dan utuh, dalam hal perlu dijadikannya memiliki struktur politik pula. Hukum hanya merupakan sebuah teks mati jika tidak ada lembaga yang menegakkannya. Oleh karena itu, dibentuklah penegak hukum yang bertugaskan untuk menerapkan hukum. Dalam pelaksanaannya, hukum dapat dipaksakan daya berlakunya oleh aparatur negara untuk menciptakan masyarakat yang damai, tertib dan adil. Terhadap perilaku manusia, hukum menuntut manusia supaya melakukan perbuatan yang lahir, sehingga manusia terikat pada norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat negara. 3. Faktor Sarana dan Fasilitas Dalam Penegakkan Hukum Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor tidak lagi dilakukan perseorangan, melainkan melibatkan orang yang secara bersama-sama, bahkan merupakan satu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional

maupun internasional. Ada bebrapa kendala dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, salah satunya adalah keterbatasan dan operasional dalam melaksanakan penyidikan. 4. Faktor Masyarakat Upaya pembangunan tatanan hukum paling tidak didasarkan atas tiga alasan, pertama sebagai pelayan bagi masyarakat, karena hukum itu tidak berada pada kevakuman, maka hukum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya juga senantiasa berkembang. Kedua, sebagai alat pendorong kemajuan masyarakat. Ketiga, karena secara realistis di Indonesia saat ini fungsi hukum tidak bekerja efektif, sering dimanipulasi, bahkan jadi alat bagi penimbunan kekuasaan. Masyarakat merupakan poin penting dari penanggulangan pencurian kendaraan bermotor. Hukum mengikat bukan karena negara menghendakinya, melainkan karena merupakan perumusan dari kesadaran hukum masyarakat. 12 Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran hukum yang dimaksud berpangkal pada perasaan hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu, hal ini sesuai dengan pendapat Stammler yang menyatakan bahwa law clearly is volition sehingga penerapan hukum terindikasi dari kemauan masyarakat untuk melaksanakannya. Dapat dikatakan budaya hukum akan mempengaruhi penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap suatu peraturan hukum. Hal ini penting diperhatikan karena suatu peraturan hukum tanpa dukungan dari masyarakat, dapat berakibat tidak berwibawanya peraturan hukum tersebut. 12 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Bumi Aksara, Jakarta. 1983. hlm. 54

5. Faktor Kebudayaan Kebudayaan/sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah : a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman. b. Nilai jasmani/kebendaan dari nilai rohani/keakhlakan. c. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebauran/inovatisme.