BAB I PENDAHULUAN. hlm. 21. hlm. 245.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendididkan Nasional Nomor 2 tahun 1989 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

íóñúýóúö Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ ãöäúßõãú æóçáøóðöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúÚöáúãó ÏóÑóÌóÇÊò. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman serta dapat berbuat sesuatu dengan apa yang telah dipelajarinya.

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sebab dengan belajar manusia akan memperoleh pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 1892, hlm.1

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran siswa, sebab tanpa ada pemahaman materi shalat fardhu

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nazili Saleh Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, Sabda Media,Yogyakarta, 2011, hlm. v.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Pengertian Belajar. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. 1 Belajar juga berarti usaha mengubah tingkah laku. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, watak dan penyesuaian diri. 2 Selain belajar dalam pendidikan ada istilah juga proses pengajaran. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dalam uraian terdahulu di tegaskan bahwa mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar. Kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu penting sekali bagi setiap guru memahami sebaikbaiknya tentang proses belajar siswa agar dia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa. 3 Ranah pendidikan mencakup tiga aspek menurut taksonomi bloom yaitu ranah kognisi, ranah psikomotor dan ranah afeksi 4.Kebanyakan para siswa itu kesulitan dalam melakukan pembelajaran yang sifatnya atau modelnya praktek atau ranah Psikomotor. Mereka harus bisa menguasai materi dengan baik akan tetapi dalam prakteknya mereka cukup kesulitan. Kesulitan awal yang mereka alami adalah ketepatan menirukan gerakan baik itu dengan lisan atau pembacaan atau dengan indra lainnya. Ranah psikomotor itu hlm. 21 hlm. 245. 1 Zainal Asril, Micro Teaching, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2013, hlm. 19 2 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar,PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 3 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara: Jakarta, 2010, hlm. 27 4 Sumiadi dan Asra, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima : Bandung, 2007 cet kedua, 1

2 membutuhkan gerakan yang terbimbing serta gerakan yang terbiasa 5.Artinya siswa tidak bisa instan dalam melakukan materi yang sifatnya praktek atau psikomotor.mereka membutuhkan latihan yang berulang- ulang agar bisa mendapat gerakan yang sempurna sesuai dengan penilaian yang di lakukan oleh Guru. Selain kesulitan dalam melakukan gerakan, mereka juga kesulitan dalam menghafal materi yang sifatnya wajib untuk di hafal.akan tetapi mereka semua tidak pernah putus asa dalam melakukannya.lambat laun sesuai dengan keinginan yang kuat mereka berhasil menguasai materi yang sifatnya praktek atau ranah psikomotor. Salah satu materi pembelajaran yang menerapkan ranah Psikomotor adalah fiqih. Fiqih adalah hukum-hukum syara yang bersifat praktis(amaliyah) yang di peroleh dari dalil-dalil yang rinci. Salah satu contohnya adalah hukum wajib sholat di ambil dari perintah Allah dalam ayat aqimu al-shalat (dirikanlah sholat). 6 Fiqih adalah ilmu yang sifatnya harus di amalkan karena dalam sehari hari kita menggunakan ilmu ini untuk beribadah dan muamalah. Fiqih harus di ajarkan dengan benar.pembelajaran yang di ajarkan jugaharus mampu memahamkan seorang siswa. Dalam ranah kognisi hampir seluruh siswa sudah mampu menguasai akan tetapi dalam ranah psikomotor sebagian siswa masih mengalami kesulitan. Ranah psikomotor adalah ranah yang bersifat pada aplikasi atau mempraktekkan secara langsung.pola belajar yang di gunakan harus mengacu pada psikomotor siswa.kesulitan siswa dalam pembelajaran harus di pecahkan dengan menggunakan pola pembelajaran yang lebih menekankan pada aplikasi atau praktek. 5 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta: Jakarta, 1999 cet pertama, hlm. 29 6 Falah Ahmad, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs-MA,Kudus,2009, hlm. 2

3 Pembelajaran harus kita sesuaikan dengan ranah tersebut dalam pemilihan model dan metode pembelajaran.metode pembelajaran yang menekankan ranah psikomotor adalah pola belajar stimulus-respon.pembelajaran ini sangat bermanfaat dalam kognisi maupun psikomotor.siswa langsung terlibat langsung dalam pembelajaran. Mengamati meniru serta mempraktekkan terhadap apa yang di lihat adalah hal yang mendasar dalam metode ini. Pembelajaran stimulus respon adalah pembelajaran yang menggunakan stimulus agar siswa mampu merespon pembelajaran tersebut. 7 Jika di telusuri secara mendalam, proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama yaitu, guru, isi atau materi pembelajaran dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode pembelajaran, media pembelajaran dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah di rencanakan sebelumnya. 8 Tujuan adalah hal yang penting dan harus di capai.tujuan memiliki nilai penting di dalam pembelajaran bahkan merupakan suatu hal yang harus di capai. Dalam Undang-Undang Dasar di kemukakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 9 hlm. 52 7 Sumiadi dan Asra, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima : Bandung, 2007 cet kedua, 8 Ibid, hlm. 3 9 Oemar Hamalik, Op.Cit, hlm. 82

4 Tujuan tersebut bisa tercapai jika sarana dan prasarana terpenuhi.seperti metode yang sesuai dengan pembelajaran. Dalam pembelajaran banyak metode yang bisa kita pilih dan kita gunakan, akan tetapi dalam pemilihan metode tersebut kita harus cermat supaya sesuai dengan yang di ajarkan. Pembelajaran stimulus respon sebenarnya sudah di jalankan dalam pembelajaran ilmu fiqih akan tetapi perlu penekanan yang kuat dalam melakukan praktek serta memerlukan pengulangan. Stimulus yang di gunakan untuk praktek pun hanya sedikit, dan cenderung dari anak didik sendiri sehingga respon dari anak didik kurang maksimal.pembelajaran di luar kelas pun kurang begitu dapat di maksimalkan. Pembelajaran terkadang bisa di lakukan di luar maupun di dalam kelas.pembelajaran di luar kelas adalah sebagai bentuk inovasi dan penyegaran siswa.mereka bisa mengamati, meniru dan menilai secara langsung kejadiankejadian yang terjadi di lingkungan sekitar yang berhubungan dengan ilmu fiqih. Pola Belajar stimulus respon sering di gunakan dalam mempraktekkan solat.mereka pergi ke mushola dan melakukan pembelajaran tersebut di mushola. Kelemahan yang terjadi adalah pola belajar ini hanya sering digunakan untuk mempraktekkan sholat padahal dalam ilmu fiqih banyak materi yanhg seharusnya bisa di terapkan menggunakan metode tersebut seperti zakat dan sebagainya. Penerapan dan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Aliyah NU Wahid Hasyim Salafiyah terbilang bagus khususnya dalam penerapan metode dan penguasaan materi siswa.pembiasaan serta konsistensi yang seharusnya di pertahankan.harapan merekapun masih terkendala tentang praktik ilmu fiqih seperti sholat jama ah saat waktu dhuhur. Oleh sebab itu pembelajaran stimulus-responbertujuan untuk membentuk pribadi siswa yang lebih baik khususnya dalam penerapan ilmu fiqih.pembelajaran ini juga ditujukan untuk merangsang siswa agar berfikir yang lebih efektif dan kreatif.pembelajaran psikomotor juga penting untuk di jalankan sebagai inovasi anak didik supaya bisa mengembangkan psikomotor dengan baik. Oleh sebab itu juga penulis mengangkat judulpengaruh Pola Belajar Stimulus

5 Response Learning Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus Tahun 2014/ 2015yang bertujuan siswa mampu menguasai psikomotorik mereka B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditetapkan tersebut, maka rumusan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pola belajar Stimulus Response Learning di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus Tahun 2014/ 2015? 2. Bagaimana kemampuan Psikomotorik siswa di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus Tahun 2014/ 2015? 3. apakah ada pengaruh yang signifikan antarapola Belajar Stimulus Response Learning Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus Tahun 2014/ 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pola belajar Stimulus Response Learningdi MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo KudusTahun 2014/ 2015. 2. Untuk mengetahuikemampuan Psikomotorik siswa di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus Tahun 2014/ 2015. 3. untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara pola belajar stimulus response learning terhadap kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo Kudus tahun 2014/ 2015.

6 D. Kegunaan Hasil Penelitian Setelah mengetahui masalah dan arah penelitian di atas, selanjutnya penelitian ini diharapkan agar bisa memberikan nilai guna bagi khazanah keilmuan. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat berguna terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam bidang studi Fiqih demi peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang. b. Sebagai saran dan masukan dalam kemampuan psikomotrorik siswa di lingkungan sekolah. c. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna terutama bagi diri penulis sendiri untuk dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan. d. Secara umum dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi tentang pengaruh pola belajar Stimulus Response Learning terhadap kemampuan psikomotorik siswa. b. Dengan diadakan penelitian ini, maka akan diketahui pengaruh antara pola belajar Stimulus Response Learning terhadap kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih.