BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

dokumen-dokumen yang mirip
Larangan Aktivitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Jawa Timur dalam Perspektif External Protection dan Internal Restriction Will Kymlicka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN

BAB IV UPAYA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DALAM MELINDUNGI AHMADIYAH DAN RESPONS AHMADIYAH TERHADAP PERLINDUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NO.188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PENGGUGAT dengan ini hendak mengajukan GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM terhadap:

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang didirikan oleh

EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG

SKB GAFATAR & SKB AHMADIYAH (TINJUAN TEOLOGIS ) Oleh: Prof. H. Abd. Rahman Mas ud, Ph.D Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

BAB I PENDAHULUAN. cukup hangat yang dihidangkan media massa ke hadapan khalayak, terutama berita seputar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS AHMADIYAH DI KABUPATEN PANDEGLANG

BAB III LATAR BELAKANG DIKELUARKANNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG DAN MENTERI DALAM NEGERI

Ahmadiyah selalu mencari kesempatan untuk bisa melakukan aktivitasnya.

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB IV RESPON MASYARAKAT GRESIK TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI DESA SIDOKUMPUL KEC. GRESIK-KAB. GERSIK

Polisi Biarkan Ahmadiyah Diserbu

SOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR

BAB IV ANALISIS HUKUM TATA NEGARA INDONESIA DAN FIQH SIYASAH TERHADAP SURAT KEPUTUSAN BERSAMA TENTANG JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 023/PUU-I/2003

BAB V KESIMPULAN. yang sering dilakukan adalah dengan kriminalisasi melalui instrumen hukum.

Agama Resmi dalam RUU PUB: Solusi konflik agama? Tobias Basuki

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama

BAB I PENDAHULUAN. publik dengan munculnya kasus-kasus kekerasan yang dapat dijumpai di

RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA SE-INDONESIA TAHUN 2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Perihal : Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT I]

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

RRANCANGA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

Kajian Teoritik Hukum dan HAM tentang Surat Edaran Kabaharkam Nomor B/194/I/2013/Baharkam, yang Melarang Satpam Berserikat

Bentuk Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul

BAB I PENDAHULUAN. Sunnah Allah, berarti menurut qudrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam ini,

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

BAB l PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Pasal 29 ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar 1945

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 99/PUU-X/2012 Tentang Hak-hak Petani Dalam Melakukan Kegiatan Pemuliaan Tanaman

BAB III PENUTUP. pengaturan dibidang perkawinan yang dirumuskan kedalam Undang-Undang

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FATWA MUI NOMOR

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

BAB I PENDAHULUAN. etnis, agama, dan kelompok dengan ideologi 1 masing-masing yang mungkin

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 4/PUU-V/2007

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XV/2017 Kewenangan Pemerintah dalam Menetapkan Aliran Kepercayaan Terlarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014.

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk

BAB V ANALISIS PERSPEKTIF JOHN RAWLS DAN UU NO. 1/PNPS/1965 BERDASARKAN IDE NALAR PUBLIK JOHN RAWLS

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

Maret Dipublikasi oleh: Desk KBB Komnas HAM dan HRWG. Pembaca Ahli: M. Imdadun Rahmat. Penulis: Jayadi Damanik

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

Pembaharuan.

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Seolah umat Islam itu jahat dan tidak ada baiknya sedikit pun terhadap mereka. Ini tidak fair.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

SURAT TERBUKA TENTANG PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP KOMUNITAS AHMADIYAH DI JAWA BARAT

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

Transkripsi:

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA A. SK Gubernur dalam Perlindungan Eksternal (External Protection) Surat Keputusan Gubernur No. 188/94/KPTS/013/2011 yang terbit pada 28 Februari 2011 merupakan salah satu upaya perlindungan pemerintah terhadap Ahmadiyah. 1 Surat Keputusan tersebut berupaya untuk melindungi kelompok minoritas Ahmadiyah di Jawa Timur dari serangan massa atau organisasi kemayarakatan yang kontra dengan Ahmadiyah. Dalam pasal yang tertera pada SK Gubernur tersebut, Pemerintah hendak membatasi segala kegiatan keagamaan Ahmadiyah yang mampu memicu gangguan ketertiban umum, diantaranya adalah memasang papan nama organisasi, menggunakan atribut Ahmadiyah, menyebarkan ajaran Ahmadiyah baik lisan, tulisan, maupun media elektronik. Dari beberapa organisasi kemasyarakatan yang menganggap bahwa Ahmadiyah merupakan ajaran yang sesat meminta kepada pemerintah untuk membubarkan aliran keagamaan yang dibawa dari Qadian, India. Di beberapa daerah, sering kali kelompok Ahmadiyah menjadi sasaran serangan dari kelompok Islam radikal dengan berbagai dalih, dari mulai produk hukum seperti SKB, SK, maupun 1 Serikat Pengajar Hak Asasi Manusia Seluruh Indonesia (SEPAHAM), Melindungi Korban Bukan Membela Pelaku, Kertas Posisi atas Dikeluarkannya Sejumlah Produk Hukum Daerah yang Melarang Aktivitas Jamaah Ahmadiyah Indonesia, Maret 2011. 65

66 perda-perda yang isinya tentang larangan terhadap aktivitas Ahmadiyah; sampai fatwa-fatwa yang terbit dari beberapa organisasi masyarakat seperti MUI pada tahun 1980 dan 2005. Peraturan-peraturan maupun fatwa yang diterbitkan untuk Ahmadiyah menjadi alat legitimasi bagi individu maupun kelompok radikal untuk menyerang kelompok minoritas Ahmadiyah. Idealnya, perlindungan eksternal adalah usaha pemerintah untuk mengupayakan suatu kelompok kecil agar tidak tertindas oleh kelompok lain yang lebih besar. Namun, dalam upaya perlindungan eksternal tidak harus menimbulkan ketidakadilan dari dampak perlindungan tersebut, baik untuk masyarakat dominan maupun minoritas. 2 Dalam praktek penerbitan SK Gubernur, pemerintah memang mengupayakan untuk memberi perlindungan Ahmadiyah terhadap kelompok yang secara langsung maupun tidak langsung berlawanan dengan minoritas Ahmadiyah. Namun, pasal-pasal yang terdapat dalam SK Gubernur mencerminkan pembatasan terhadap minoritas Ahmadiyah. Apalagi dalam proses pembuatannya, Ahmadiyah sama sekali tidak pernah diundang untuk audensi atau bahkan menjelaskan suatu hal yang diperkarakan, seperti ajaran sesat yang dimaksud oleh kelompok yang berlawanan dengan Ahmadiyah. Selain perkara SK Gubernur, yang menjadi dasar kelompok-kelompok Islam arus-utama dalam menyerang Ahmadiyah adalah fatwa MUI. MUI sebagaimana yang sudah penulis jelaskan di bab sebelumnya merupakan lembaga yang bersifat forum namun bukan merupakan federasi ormas-ormas atau kelembagaan Islam. MUI tidak 54. 2 Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural, terj. F. Budi Hardiman (Jakarta: LP3ES, 2011),

67 memiliki stelsel keanggotaan yang merupakan salah satu ciri dari organisasi kemasyarakatan seperti ketentuan yang disebutkan dalam UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Bahkan, MUI juga bukan merupakan badan hukum. 3 Fatwa dari status organisasi yang tidak mempunyai badan hukum tidak selayaknya dijadikan sebagai bahan acuan bagi masyarakat bahkan aparat untuk menindak suatu perkara. Jika, fatwa MUI dijadikan dasar rujukan pemerintah dalam menetapkan suatu hukum, maka seharusnya MUI juga mengundang setiap perwakilan dari semua kelompok untuk dapat merumuskan fatwa secara obyektif. Jika fatwa yang dikeluarkan adalah tentang akidah Ahmadiyah, seharusnya Ahmadiyah juga diberikan kesempatan untuk menjelaskan tentang tafsir yang tidak dimengerti oleh mayoritas anggota MUI. Dalam penerapan perlindungan eksternal tidak terlepas dengan hak-hak perwakilan khusus. Hak-hak inilah yang mampu menciptakan keseimbangan di dalam menentukan suatu hukum. Ahmadiyah perlu untuk diberikan ruang dalam keanggotaan MUI atau bahkan badan legislatif sehingga keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah tidak merugikan kelompok Ahmadiyah. MUI mempunyai landasan konstitusional yang berupa UUD 1945 Pasal 28 E Ayat (3) dan Pasal 28 F. 4 Landasan tersebut seharusnya juga dapat dijadikan dasar dari hak Ahmadiyah untuk berorganisasi dan berekspresi. Ahmadiyah juga berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, bahkan mengeluarkan pendapat. Namun, UUD Pasal 28 tersebut tampaknya hanya angan-angan untuk diterapkan dalam minoritas Ahmadiyah. 3 Majelis Ulama Indonesia, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi (Surabaya: Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, 2013), 25. 4 Ibid.

68 Perlindungan eksternal seharusnya bertujuan untuk menciptakan keadilan dan bahkan membantu kelompok-kelompok yang berbeda dengan mengurangi dominasi masyarakat terhadap minoritas. 5 SK Gubernur sebenarnya tidak layak disebut sebagai perlindungan karena dalam penerapannya Ahmadiyah bahkan menerima ketidakadilan dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan. Akan disebut sebagai perlindungan jika SK Gubernur mampu menciptakan keadilan dengan mengurangi kerentanan Ahmadiyah terhadap masyarakat luas. Adanya SK Gubernur bahkan menjadikan kelompok Ahmadiyah menjadi termarjinalkan baik dalam hubungan sosial maupun hukum, misalnya dalam sulitnya pengurusan perpanjangan izin bangunan aset milik Ahmadiyah. Selain itu, diskriminasi masyarakat luas terhadap Ahmadiyah semakin tajam ketika terbit SK Gubernur atau perda-perda tentang Ahmadiyah, misalnya adanya pelarangan salat Jumat terhadap warga jemaat Ahmadiyah di Surabaya. Ada tiga macam cara dalam menerapkan perlindungan eksternal sesuai dengan teori Kymlicka. Tiga macam hak tersebut adalah hak perwakilan khusus, hak atas pemerintahan sendiri, dan hak-hak polietnis. 6 Tiga macam hak tersebut tidak harus digunakan secara bersama dalam mewujudkan perlindungan eksternal. Ahmadiyah mungkin membutuhkan salah satu dari tiga hak yang ditawarkan tersebut dalam melindungi eksistensinya sebagai warga negara. Ahmadiyah memungkinkan untuk meminta hak-hak perwakilan khusus terhadap pemerintah dalam mewujudkan 5 Will Kymlicka and Rubio Marin, Liberalism and Minority Rights. An Interview, Ratio Juris, Vol. 12 No. 02, (Cowley Road: Blackwell Publishers Ltd, 1999), 137. 6 Daniel O niell, Multicultural Liberal and the Rushdie Affair: A Critique of Kymlicka, Taylor, and Walzer,The Review of Politics, Vol. 61. No. 02, (Notre Dame: Cambridge University Press, 1999), 225.

69 suatu hukum yang tidak diskriminatif. Tidak hanya dalam badan legislatif tentunya, Ahmadiyah dirasa perlu untuk masuk dalam keanggotaan MUI jika salah satu fungsi MUI menjadi dasar rujukan pembuatan hukum oleh pemerintah. Ahmadiyah juga perlu untuk meminta perlindungan terkait aset yang dimiliki seperti sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga-lembaga lain yang dimiliki. Selain perlindungan, adanya pengakuan negara terhadap kurikulum yang dibuat juga merupakan hal yang penting sebagai salah satu penerapan hak polietnis. Perlindungan tersebut bukan merupakan suatu hal yang mustahil karena hal itu memungkinkan diterapkan pada organisasi kemasyarakatan yang lain seperti NU dan Muhammadiyah. Tidak ada pengecualian terkait hak tersebut, karena posisi antara Ahmadiyah dengan ormas lain adalah setara. Perlindungan eksternal bertujuan untuk melindungi kelompok kecil terhadap keputusan-keputusan yang dibuat oleh kelompok lain yang lebih besar seperti fatwa MUI. Selain terlindungi dari dampak keputusan kelompok eksternal, Ahmadiyah juga berhak atas aturan-aturan dari pemerintah yang tidak diskriminatif bukan sebaliknya. Tujuan-tujuan ini tampaknya tidak tercermin dalam SK Gubernur No. 188/94/KPTS/013/2011 tentang Larangan Aktivitas Jamaah Ahmadiyah di Jawa Timur. Keputusan tersebut bahkan menjadikan Ahmadiyah semakin terintimidasi oleh kelompok lain bahkan oleh aparatur negara sendiri. Beberapa kasus diskriminatif terhadap Jemaat Ahmadiyah Jawa Timur dicatat oleh Center of Marginalized Communities (CMARs) Surabaya. Menurut catatan CMARs, sejak diberlakukannya SK Gubernur No. 188/94/KPTS/013/2011, telah terjadi tindak kekerasan diantaranya adalah pencopotan paksa papan nama masjid

70 An-Nur Bubutan I/2 Surabaya, intimidasi salat Jumat oleh aparat terhadap jemaat Ahmadiyah di Surabaya, pembubaran secara paksa pertemuan antara JAI se-jawa Timur dengan JAMAK di masjid An-Nashr Gedangan Sidoarjo, dan perlakuan diskriminatif terhadap salah seorang guru Taman Siswa Surabaya karena berlatar belakang Ahmadiyah. 7 Kasus-kasus tersebut menjadi bukti bahwa SK tersebut belum mampu untuk melindungi kelompok Ahmadiyah. Alih-alih melindungi, Ahmadiyah kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif oleh aparatur negara atupun kelompokkelompok masyarakat Islam dominan. B. Pembatasan Internal oleh Ahmadiyah terhadap Kelompoknya (Internal Restriction) Ahmadiyah dalam teori Kymlicka telah melakukan pembatasan internal terhadap anggotanya. Bentuk pembatasan tersebut adalah dengan perintah baiat kepada Imam Mahdi Mirza Ghulam Ahmad. Selain itu, Ahmadiyah juga membatasi kelompoknya untuk tidak menikah dengan kelompok non-ahmadiyah. Sikap eksklusifitas yang diterapkan oleh Ahmadiyah inilah yang disebut sebagai Kymlicka membatasi kebudayaan kelompok atas nama solidaritas kelompok. 8 Pembatasan internal yang dilakukan Ahmadiyah merupakan syarat keanggotaan yang diajukan oleh Ahmadiyah terhadap anggotanya. Namun, pembatasan tersebut tidak sampai menggunakan kebijakan pemerintah sehingga 7 Analisis Pelanggaran Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dampak Surat Keputusan Gubernur Nomor 188/94/KPTS/013/2011 tentang Pelarangan Aktivitas Ahmadiyah di Jawa Timur, Dokumen CMARs. 8 Will Kymlicka and Rubio Marin, Liberalism and Minority Rights. An Interview, Ratio Juris, Vol. 12, No. 02 (Cowley Road: Blackwell Publishers Ltd, 1999), 137.

71 melalaikan hak-hak individu dalam kelompok Ahmadiyah. Namun, karena loyalitas orang-orang Ahmadiyah terhadap organisasinya menjadikan kelompok ini selalu bertahan dan sedikit sekali memutuskan untuk keluar dari Ahmadiyah. Loyalitas yang dimiliki oleh kelompok Ahmadiyah bukan tanpa alasan. Mereka meyakini bahwa siapapun yang menghalangi jalan untuk melakukan misinya, maka Allah akan menyingkirkannya. 9 Pelarangan untuk menikah dengan orang non-ahmadiyah bukan berarti pengharaman atau bahkan menjadikan pernikahan yang tidak disahkan oleh negara, melainkan upaya tersebut bertujuan untuk melindungi kelompok Ahmadiyah sehingga mampu untuk membangun rumah tangga yang harmonis. 10 Pelarangan terkait berjamaah dengan non-ahmadiyah juga merupakan salah satu upaya untuk melindungi kelompoknya dari niat buruk orang yang membenci Ahmadiyah, misalnya dengan doa-doa keburukan untuk Ahmadiyah. Pembatasan internal oleh Ahmadiyah tidak mengabaikan hak-hak individu kelompok Ahmadiyah karena untuk masuk menjadi anggotanya Ahmadiyah diharuskan melakukan baiat. Baiat hanya untuk orang-orang yang benar-benar mau dan konsisten dalam mengamalkan segala kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya. Baiat juga diperuntukkan untuk orang yang sudah mencapai usia baligh sehingga tidak ada unsur paksaan untuk masuk ke dalam Jemaat tersebut. 11 9 Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da watul Amir (tnp: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989), 228. 10 Syamsir Ali, Madu Ahmadiyah untuk Para Penghujat, 47. 11 Basuki, Wawancara,Surabaya, 3 Juli 2015.