Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD

dokumen-dokumen yang mirip
Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD

PELATIHAN ANALISA JARINGAN PERPIPAAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0 MODUL PELATIHAN OLEH: RACHMAD ARDHIANTO, S.T.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PANDUAN DASAR WATERCAD VERSI 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN...1

Persiapan Membuat Project di EPANET. Menggambar Jaringan. Input Data. Running Program Epanet. Interpretasi (Analisis) Data.

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

BAB V ANALISIS MODEL HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Distribusi Air Bersih, Jenis Pipa dan Kehilangan Energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara Menentukan Diameter Pipa

Studi Evaluasi dan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Unit Pakis Menggunakan Paket Program WaterCAD

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 5.1 Pengukuran Sumber Mata Air Pendeman 1

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

ANALISA SISTEM PEMIPAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN DAN KEBUTUHANNYA PADA TAHUN 2064 TUGAS AKHIR

BAB III. METODE PENELITIAN

(STUDI KASUS: Kota Dumai,Riau ) TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Teknik Sipil ANDI ADE PUTRA SIREGAR DISETUJUI OLEH: DOSEN PEMBIMBING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMENUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KENDAL

BAB IV METODE PENELITIAN

TUTORIAL BAGIAN 2 DARI 5 Ada bebarapa hal yg perlu diketahui dan difahami dengan baik agar baik dalam melakukan penggambaran jaringan,

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

Bab III Metodologi Penelitian

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR KOTA MALNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN SUGIHWARAS KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN SOFTWARE WATERCAD

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

STUDI EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK DESA PLANDIREJO KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR

EVALUASI JARINGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA LUBUK PAKAM TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA

BAB II STUDI PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PEDESAAN SISTEM GRAVITASI MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

EVALUASI PENGALIRAN AIR PADA JARINGAN PIPA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KOTA MENGWI KABUPATEN BADUNG

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM AIR BERSIH DESA BELANTIH DENGAN IMPLEMENTASI POMPA HIDRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

Aplikasi Software Watercad untuk Perencanaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Singosari

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

Aplikasi Software WaterCAD untuk Evaluasi dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih PDAM Unit Lawang

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA UNTUK PEMENUHAN AIR BERSIH KELURAHAN HANGA-HANGA KABUPATEN BANGGAI SULAWESI TENGAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

TUGAS AKHIR UG 1307 PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBZONA 105 DISTRIBUSI ZONA 1 PDAM KOTA SURABAYA

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det)

Aplikasi Software WaterCAD untuk Studi Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Unit Ngajum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

Panduan Praktikum 2012

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD

Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD

Persamaan Hidrolis Dalam Sistem Distribusi Dalam melakukan perencanaan jaringan sistem distribusi ada beberapa perumusan perhitungan hidrolis yang dijadikan acuan diantaranya adalah: A Persamaan Energi dalam Pipa Dalam aplikasi hidrolika, energi sering dinyatakan dalam energi per satuan berat atau dalam satuan panjang atau lebih umum disebut tekanan. Dalam hidrolika, energi ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: - Pressure Head - Elevation Head - Velocity Head p/γ (dimana p = N/m 2 ; γ= berat jenis N/m 3 ) z (ketinggian dari titik tertentu, m) V 2 /2g (V= kecepatan, m/dt) (g= percepatan gravitasi, m/dt 2 ) Selain ketiga bentuk energi di atas, ada energi yang mungkin dimasukkan dalam sistem seperti energi pompa. Persamaan keseimbangan hidrolis antara dua titik dalam aliran pipa dapat dinyatakan sebagai berikut : 2 p1 V1 z1 2g hp p2 z 2 2 V2 2g hl B dimana : hp hl Gradien Energi dan Hidrolis = head dari pompa (m) = kehilangan tekanan total (m) Pengertian dari gradien energi dan gradien hidrolis adalah sebagai berikut: Gradien hidrolis: Merupakan jumlah head pressure (p/γ) dan head elevasi, yang dinyatakan dalam tinggi kolom air dalam piezometer, digambarkan dalam garis HGL (Hydraulic Grade Line). Gradien energi: Merupakan penjumlahan gradien hidrolis dan head kecepatan (V 2 /2g), yang dinyatakan dalam tinggi kolom air dalam tabung pitot, digambarkan dalam garis EGL (Energy Grade Line). Pada kondisi tertentu EGL sama dengan HGL yaitu pada saat kecepatan aliran 0, seperti pada reservoir. Kedua pengertian di atas dapat digambarkan pada Gambar berikut: Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 1

Garis HGL dan EGL aliran dalam pipa (Sumber: Haestad Methods) C Perubahan Energi dalam Pipa Dalam sistem jaringan, prinsip keseimbangan hidrolis adalah bahwa aliran yang masuk harus sama dengan aliran keluar. Sedangkan keseimbangan energi dalam pipa dinyatakan bahwa besarnya kehilangan tekanan dalam pipa harus seimbang pada tiap-tiap titik, seperti yang digambarkan pada Gambar berikut: a 1 c b d 3 2 Perubahan energi dan aliran dalam pipa (Sumber: Haestad Methods) Pada Gambar di atas dapat diterangkan sebagai berikut bahwa jumlah debit air yang ada di pipa a sama dengan jumlah aliran yang masuk ke pipa percabangan b dan c. Demikian juga keseimbangan energi yang terjadi bahwa besarnya energi di titik 3 sama dengan besarnya energi di titik 1 dikurangi kehilangan tekanan yang terjadi selama di pipa b. Begitu pula harus sama dengan kehilangan tekanan di pipa c ditambah di pipa d. D Friksi Loses (Kehilangan Tekanan Utama) Friksi loses atau kehilangan tekanan karena gesekan pipa merupakan kehilangan tekanan utama yang terjadi pada sistem jaringan pipa karena kondisi pipa seperti diameter pipa, kekasaran pipa, panjang pipa yang dipengaruhi oleh debit aliran dan tekanan kerja awal dalam sistem. Beberapa persamaan yang digunakan untuk memperkirakan friksi loses ini antara lain: 1. Persamaan Hazen William Persamaan ini yang paling sering digunakan dalam analisa tekanan pipa dalam sistem distribusi air, persamaannya adalah sebagai berikut: Q kcar 0,63 S 0,54 Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 2

dimana: Q C = aliran air/debit dalam pipa (m 3 /dt) = koefisien kekasaran Hazen William (tanpa satuan) A = luas penampang pipa (m 2 ) R = diameter hidrolik pipa (m) A P luaspenampangpipa( m kelilingbasahpipa( m) 2 ) S = kemiringan/ friction slope (m/m) h f L headloss( m) panjang( m) k = konstanta (0,85) Nilai C untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut: Koefisien Kekasaran Hazen William Material Pipa No Material pipa Nilai C 1 Asbes Semen 2 Cast Iron Baru Umur 10 th Umur 20 th Umur 30 th Umur 40 th 3 Galvanized Iron 4 Steel Pipe Baru Lama 5 PVC Sumber: Haestad Methods 140 130 107-113 89-100 75-90 64-83 120 140-150 110 140-150 2. Persamaan Darcy Weisbach 2 LV h f f D2g dimana: hf f = headloss dalam pipa (m) = koefisien Darcy Weisbach (tanpa satuan) nilai koefisien f ini dapat ditentukan dengan persamaan Swamee dan Jain sebagai berikut : f 1.325 ln 5,74 k 3,7 D k 0,9 R e = tinggi kekasaran (m) 2 Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 3

D = diameter pipa (m) R e = bilangan Reynolds D = diameter pipa (m) = 4 R (jari-jari hidrolik) L = panjang pipa (m) V = kecepatan aliran dalam pipa (m/dt) g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt 2 ) Maka persamaan Darcy Weisbach di atas dapat dilambangkan menjadi : Q A R hf L 8g A f 8g RS f dimana: Q = aliran air/debit dalam pipa (m 3 /dt) A = luas penampang pipa (m 2 ) Nilai f untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut: Koefisien Kekasaran Darcy Weisbach Material Pipa No Material pipa Nilai f 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Commercial steel (enamel coated) Commercial steel (new) Galvanized iron Cast iron (new) Concrete (steel forms, smooth) Concrete (good joints, average) Concrete (rough, visible, form marks) Riveted steel (new) Corrugated metal Sumber: Haestad Methods 0,0048 0,045 0,15 0,26 0,18 0,36 0,60 0,9-9,0 45 3. Persamaan Manning Persamaan ini didasarkan pada persamaan Chezy sebagai berikut: 1 R C k n 6 dari persamaan di atas akan didapat persamaan Manning sebagai berikut : k Q n AR 2 S dimana : 3 1 2 Q = debit air (m 3 /dt) A = luas penampang pipa (m 2 ) k = konstanta (1) R = jari-jari hidrolis (m) n = kekasaran Manning S = kemiringan (m/m) Nilai k untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut: Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 4

Koefisien Kekasaran Manning Material Pipa No Material pipa 1 Steel (Baja) Lockbar and welded Riveted and spiral 2 Cast iron (Besi Tuang) Coated Uncoated 3 Wrought iron (Besi Tempa) Black Galvanized 4 Corrugated metal Subdrain Storm drain Sumber: Haestad Methods Nilai k Min Normal Maks 0,010 0,012 0,014 0,013 0,016 0,017 0,010 0,013 0,014 0,011 0,014 0,016 0,012 0,014 0,015 0,013 0,016 0,017 0,017 0,019 0,021 0,021 0,024 0,030 E Minor Loses Minor loses dalam pipa bertekanan disebabkan gerakan aliran air dalam pipa, seperti meningktanya turbulensi dapat menurunkan HGL pada sistem. Besarnya kehilangan tekanan ini tergantung pada bentuk fitting pada pipa, yang berpengaruh langsung pada garis aliran dalam pipa seperti terlihat pada Gambar di bawah. Gambar 2.18. Model Garis Aliran dalam Pipa (Sumber: Haestad Methods) Persamaan minor loses yang umum dipakai adalah sebagai berikut: 2 V h m k 2g dimana: h m V k = headloss minor (m) = kecepatan aliran (m/dt) = koefisien fitting, nilai k untuk tiap-tiap model dapat dilihat pada Tabel berikut: Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 5

Koefisien Beberapa Macam Fitting Material Pipa Fitting Nilai k Fitting Nilai k Pipa Masuk 0,03-0,05 90 o Smooth Bend Bellmouth 0,12-0,25 Bend radius/d = 4 0,16 0,18 Rounded 0,50 Bend radius/d = 2 0,19 0,25 Sharp Edged 0,80 Bend radius/d = 1 0,35 0,40 Projecting Bend Pipa Menyempit Tiba-Tiba Θ = 15 o 0,05 D 2 /D 1 = 0,80 0,18 Θ = 30 o 0,10 D 2 /D 1 = 0,50 0,37 Θ = 45 o 0,20 D 2 /D 1 = 0,20 0,49 Θ = 60 o 0,35 Pipa Menyempit Mengerucut Θ = 90 o 0,80 D 2 /D 1 = 0,80 0,05 Tee D 2 /D 1 = 0,50 0,07 Aliran Lurus 0,30 0,40 D 2 /D 1 = 0,20 0,08 Aliran Cabang 0,75 1,80 Pipa Melebar Tiba-Tiba Persimpangan D 2 /D 1 = 0,80 0,16 Aliran Lurus 0,50 D 2 /D 1 = 0,50 0,57 Aliran Cabang 0,75 D 2 /D 1 = 0,20 0,92 Pipa Melebar Mengerucut 45 o Wye D 2 /D 1 = 0,80 0,03 Aliran Lurus 0,30 D 2 /D 1 = 0,50 0,08 Aliran Cabang 0,50 D 2 /D 1 = 0,20 0,13 Sumber: Haestad Methods Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 6

Pemodelan dan Simulasi Jaringan Sistem Distribusi A Umum Simulasi sistem distribusi merupakan proses pemodelan perilaku sistem distribusi dengan pendekatan matematis untuk mendapatkan kondisi yang hampir sama pada kondisi sebenarnya. Dari proses simulasi dengan pemodelan sistem jaringan distribusi akan mempermudah kita dalam: 1. Memperkirakan respon sistem distribusi yang ada terhadap kondisi yang cukup luas. 2. Dapat dilakukan antisipasi terhadap kondisi-kondisi yang nantinya terjadi pada suatu sistem baik sistem yang telah ada maupun yang direncanakan. 3. Mempermudah kita dalam melakukan evaluasi dan pengembangan sistem jaringan 4. Mempermudah dalam pembuatan zona-zona pelayanan didasarkan pada kondisikondisi tertentu yang akan lebih mudah diperhitungkan dengan adanya model jaringan distribusi yang akan kita buat Sedangkan tujuan dari proses simulasi dengan pemodelan pada sistem distribusi antara lain: Sebagai rencana induk jangka panjang, termasuk pengembangan dan rehabilitasi Sebagai studi pengamanan kebakaran Pengontrolan kualitas air Manajemen Energi Desain Sistem Distribusi Membantu dalam operasional sistem distribusi termasuk untuk training operator, membantu mempercepat proses perbaikan Dalam pembuatan model dan simulasi ini beberapa parameter dapat kita simulasikan misalnya tekanan kerja, diameter pipa dan jenis pipa. B Proses Pembuatan Model Sistem Distribusi Dalam pembuatan model suatu sistem distribusi membutuhkan beberapa pentahapan sebelum model tersebut dapat dipakai untuk tujuan di atas. Pemodelan ini harus didahului beberapa tahap persiapan yang menunjang dalam pembuatan suatu model, seperti pengumpulan data, pemilihan program pemodelan, pengecekan data, kalibrasi data dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan agar pemodelan yang kita lakukan nantinya benar-benar akan mendekati kondisi sebenarnya dari suatu jaringan distribusi. Gambar di bawah ini merupakan skema tahapan yang harus dilalui dalam membuat suatu pemodelan sampai model tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam tujuan di atas. Keakurasian model sistem jaringan distribusi yang kita buat sangat tergantung dari data yang kita peroleh, semakin data yang kita peroleh semakin detail dan baik maka simulasi model yang kita buat akan semakin mendekati kondisi nyata dari sistem di lapangan. Untuk itu diperlukan database tentang jaringan distribusi secara lengkap akan sangat membantu dalam melakukan analisa dan evaluasi jaringan distribusi. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 7

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 8

Beberapa komponen yang perlu disiapkan sebelum melakukan pemodelan sistem distribusi antara lain: a. Peta dan data pipa jaringan distribusi zona atau sub zona yang akan dibuat model (panjang pipa, diameter pipa, dan jenis pipa) bahkan untuk hasil yang lebih detail ditambah dengan data tentang umur pipa dan kondisi pipa. Peta jaringan ini meliputi bentuk jaringan, bentuk hubungan pipa, aksesoris yang terpasang, letak tapping, letak dan kondisi valve atau katup (kondisi terbuka, tertutup atau terbuka berapa persen). Jika data yang terkumpul akurat dan mendekati kondisi lapangan maka model yang akan kita buat dan simulasikan akan mendekati kondisi nyata di lapangan. Dari peta ini harus dapat diketahui ketinggian atau kontur dari masing-masing titik dari model jaringan yang akan dibuat. b. Data tentang kebutuhan air, kebutuhan air ini harus dilakukan analisa untuk menentukan kelayakan jaringan terhadap debit air yang diperlukan oleh konsumen. Kebutuhan air yang harus didata meliputi kebutuhan air tiap-tiap titik tapping sesuai dengan daerah layanan, sehingga model yang dibuat nantinya dapat mewakili penyebaran kebutuhan air sesuai dengan jumlah pelanggan dan lokasi pelanggan. Analisa kebutuhan air ini meliputi: Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan eksisting. Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan perencanaan, yang terdiri dari eksisting dan kebutuhan air pelanggan baru. Data kebutuhan air ini harus meliputi kebutuhan air untuk domestik dari pelanggan rumah, non domestik (industri, niaga, komersial dan lain-lain) juga air yang hilang sebagai tingkat kebocoran. Selain itu juga perlu memperhatikan faktor kebutuhan air seperti faktor jam puncak, faktor hari maksimum dan sebagainya. c. Menentukan batasan - batasan hidrolis yang akan menjadi batasan dalam analisa kita, misalnya: Head loss maksimal yang diijinkan adalah 10 m/ 1.000 m Kecepatan minimum dalam pipa 0,3 m/dt Kecepatan maksimum dalam pipa 3,0 m/dt Tekanan maksimum dalam pipa 50 m Tekanan minimum dalam pipa 5 m Batasan batasan ini yang akan menjadi acuan kita dalam melakukan suatu evaluasi model jaringan yang kita buat. Jika dalam model yang kita buat nantinya banyak output data yang tidak masuk dalam kriteria ini, maka model yang kita buat harus dilakukan perbaikan-perbaikan dalam model dengan melakukan simulasi terhadap diameter pipa, pengoperasian valve dan sebagainya, sampai model kita sesuai dengan batasan yang kita buat. Adapun batasan-batasan yang kita buat tersebut harus sesuai dengan kriteria - kriteria yang ada misalnya dari batasan karakteristik pipa dan lain-lain. d. Mengumpulkan data pengukuran lapangan untuk data kalibrasi model terhadap sistem jaringan sebenarnya di lapangan, hal ini dilakukan jika kita mau melakukan evaluasi sistem jaringan dan diketahui bahwa model jaringan eksisting yang kita buat sama dengan model jaringan eksisting yang ada di lapangan. Nilai kalibrasi ini dapat menjadi acuan dalam melakukan evaluasi terhadap jaringan dan menentukan kondisi-kondisi apa yang menyebabkan model dan kondisi sebenarnya berbeda. Data kalibrasi yang dapat dibuat antara lain kecepatan atau tekanan, debit aliran yang masuk ke suatu sistem dan lain-lain. Misalnya jika kita melakukan kalibrasi terhadap tekanan, maka kita melakukan pengukuran tekanan pada titik-titik tertentu di lapangan dan hasilnya nantinya disesuaikan dengan nilai tekanan pada titik yang sama pada hasil simulasi. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 9

Beberapa program simulasi untuk sistem perpipaan distribusi ini telah banyak diantaranya Program LOOP yang merupakan program paling sederhana, EPANET maupun WaterCAD yang memberikan hasil simulasi lebih baik. Dalam sistem perencanaan jaringan distribusi, model dan simulasi ini merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapatkan sistem keseimbangan aliran dan tekanan dalam pipa terutama jika sistem jaringan yang kita rencanakan adalah sistem looping. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keseimbangan hidrolis akan sangat berpengaruh pada aliran air ke pelanggan. Beberapa komponen yang nantinya sebagai masukan atau input sistem distribusi, diantaranya adalah : a. Data Gambar ke dalam pemodelan jaringan Data gambar merupakan komponen data yang sangat penting untuk membentuk suatu jaringan distribusi. Dengan adanya data gambar ini akan mempermudah dalam memahami pola jaringan sistem distribusi yang akan dibuat modelnya. Untuk suatu sistem jaringan eksisting data gambar akan memuat antara lain: - Jalur pipa, model sambungan, material pipa, diameter pipa dan lain-lain - Lokasi beberapa elemen sistem seperti reservoir, tangki maupun valve - Data kontur tekanan daerah layanan - Elevasi tiap-tiap node - Informasi dasar seperti lokasi jalan, nama jalan, zona perencanaan, sungai, dan lain-lain - Serta beberapa fasilitas lainnya. - Beberapa jenis data gambar yang dipakai antara lain peta topografi, as-built drawing, peta dan gambar digital, data sistem informasi geografis dan lain-lain. b. Representasi Model Representasi model merupakan pengkajian terhadap data-data yang didapat terutama data gambar. Dengan melakukan evaluasi model gambar terhadap kondisi sesungguhnya serta memberikan identifikasi terhadap data gambar yang ada dengan pemberian nama (labelling) masing-masing komponen, seperti penamaan junction/node, pompa, pipa dan lain-lain, dimana penamaan itu akan mempermudah kita dalam melakukan identifikasi ulang dalam pemodelan. Sebagai contoh penamaan suatu junction/node dan pipa, seperti pada Gambar berikut No. Waste Distrik No. Pipa P405-01-17 No. Sub Zona Simbul node No. Waste Distrik No. Node N405-01-52 No. Sub Zona Simbul node Contoh Penamaan Junction dan Pipa Selanjutnya melakukan evaluasi terhadap data gambar terutama pada data topologinya, dimana data topologi ini sangat penting karena memuat data tentang sambung menyambungnya pipa, Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 10

bagaimana bentuk sambungannya, saling berhubungan, tak berhubungan atau cross over harus dicek dengan benar sehingga dalam pemodelan nantinya tidak terjadi kesalahan hubungan pipa. Sebagai contoh seperti pada Gambar berikut. BentukAwal KemungkinanBentukSambunganSebenarnya C D Reservoir Bentuk Sambung Menyambung Pipa Reservoir berfungsi node batas untuk kontrol awal gradien hidrolis suatu sistem distribusi sekaligus sebagai penyuplai air dengan kapasitas besar dan HGL yang besar pula. Nilai gradien hidrolis (HGL) pada reservoir dapat di tentukan dengan nilai konstan, dimana HGL ini diset untuk dapat melayani seluruh area pelayanan yang mengambil air dari suplai reservoir ini. Dalam pemodelan jaringan sistem distribusi, reservoir ini dapat berupa: Sumber air, clear well, IPAM, dapat juga berupa titik injeksi air/supplai air ke dalam sistem distribusi jika dalam pemodelan tersebut sistem mendapatkan air dari supplai pipa utama meskipun dalam kondisi sebenarnya di lapangan tidak ada reservoir, dengan ketinggian HGL tertentu. Dalam hal ini reservoir berfungsi sebagai titik acuan untuk mengontrol tekanan dalam sistem. Tangki Storage Dalam suatu pemodelan, storage tank ini juga berfungsi sebagai node batas, namun yang membedakan dengan reservoir adalah HGL yang terjadi dalam tangki ini berfluktuasi tergantung keluar masuknya air. Volume storage tank ini umumnya terbatas, sehingga pada kondisi tertentu tangki ini dapat berisi penuh dan dapat kosong sama sekali. Beberapa model tangki storage yang dapat ditemui di sistem distribusi antara lain: Tangki yang terdapat pada sistem dengan kondisi langsung tersambung pada sistem dengan permukaan yang bebas. Tangki storage yang berupa tangki tekan (hydropneumatic) tersambung dengan sistem distribusi, disini air akan mengalami peningkatan HGL karena adanya peningkatan tekanan dalam tangki. Elevated reservoir, dimana air masuk ke tangki storage dengan jalan pemompaan, yang selanjutnya air akan masuk ke sistem distribusi dengan cara gravitasi dengan HGL sesuai ketinggian elevated reservoir. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 11

E Junction atau Node Tangki Storage Elevated reservoir Junction merupakan representasi pertemuan/ penyambungan 2 atau lebih pipa (penyambungan umumnya dilakukan dengan adanya fitting), dengan komponen terpenting dalam junction adalah elevasi. Elevasi merupakan faktor yang menentukan dalam sistem pemodelan jaringan distribusi, karena sangat berpengaruh pada HGL yang terjadi pada model yang kita buat. Penentuan elevasi dalam suatu junction dapat dilihat pada Gambar berikut: Daerah Layanan Tinggi- D (110 m) Elevasi Hidrant -C (99,75 m) Muka Tanah -B (99 m) Service Line Pipa -A (98 m) Beberapa Penentuan Elevasi suatu Node Penentuan elevasi dapat dilakukan dengan memilih salah satu metode seperti pada Gambar di atas. Penentuan elevasi berdasarkan titik tengah pipa (A) akan sangat membantu dalam menentukan atau menghitung tekanan untuk suatu studi kebocoran Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 12

dengan memberikan hasil yang lebih tepat. Sedangkan penentuan dengan dasar elevasi muka tanah (B) akan lebih mudah, terutama jika dalam pemetaan elevasi. Penentuan elevasi dengan dasar A dan B ini yang sering dipakai dalam pemodelan sistem distribusi. Namun keduanya mempunyai kelemahan untuk menentukan area dengan tekanan kurang, karena model akan keliru dalam mengindikasikan ketersediaan tekanan untuk konsumen yang berada di daerah tinggi. Sehingga untuk kasus semacam ini perlu dilakukan pengecekan ulang terhadap elevasi, penentuan elevasi akan lebih tepat jika menggunakan dasar daerah layanan tertinggi (D). Namun untuk suatu pemodelan perlu menentukan salah satu acuan/ dasar penentuan elevasi, dengan melakukan beberapa kalibrasi sehingga nantinya tidak membingungkan dalam melakukan pemodelan dan analisa. Node ini umumnya mewakili titik tapping air dari sistem distribusi utama. Kebutuhan air nantinya akan ditunjukkan oleh node-node dalam model jaringan, sedangkan node-node itu saling dihubungkan dengan garis (representasi dari pipa). Dengan mengetahui jumlah pelanggan di setiap step area dalam waste district dan posisinya, dapat ditentukan letak/posisi tapping. Kebutuhan air diperoleh dari proyeksi sambungan pelanggan dan konsumsi per kapita sesuai dengan standart desain atau dari kriteria desain. Node dibuat dengan pedoman sebagai berikut: Setiap percabangan pipa Penggantian atau perubahan diameter Setiap terdapat tapping Node node ini juga dapat menggambarkan letak valve, aksesoris pipa Contoh Peletakan Juction/ node pada suatu wilayah pelayanan distribusi dapat dilihat pada Gambar berikut. RUMAH J-1 J-2 SEKOLAH DAERAH KOMERSIAL J-4 J-3 Batas Daerah LayananJunction Peletakan Junction/Node pada Area Pelayanan c. Pembentukan Tapping (Skelenization) Dalam membentuk model jaringan harus mengetahui, jumlah pelanggan di setiap Step Area dalam Waste District. Dengan mengetahui jumlah pelanggan dan posisinya, dapat ditentukan letak/posisi tapping. Cara menentukan tapping harus menghitung jumlah Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 13

pelanggan yang akan dilayani pada tapping tersebut. Untuk itu jalur jalur pipa dalam model harus disesuaikan dengan kondisi lapangan yang dapat diperkirakan kemungkinannya. Sistem Tapping Pelayanan Apabila terletak pada pipa dengan sambungan tee juga diambil setengahnya, begitu pula untuk sambungan pipa cross. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan dalam Gambar berikut: Gambar 2.26. Sistem Tapping untuk Sambungan Tee dan Pipa Bersilangan Garis arsir merupakan pembebanan tapping dengan diambil setengah jarak antar tapping. Dari area dalam gambar dapat ditentukan besar tapping, yaitu dari jumlah pelanggan yang ada pada area tersebut. Sebagai contoh dalam memodelkan pipa pelayanan di lapangan dengan model tapping dalam suatu waste district, dapat dilihat contoh pada Gambar berikut: Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 14

Jaringan Pipa Pelayanan pada Sistem Distribusi Gambar di atas merupakan kondisi lapangan dimana pipa pelayanan yang mengambil dari pipa sekunder/tersier, jika kita langsung membuat model seperti gambar di atas akan kesulitan sebab terlalu banyak pemodelan pengambilan air sekaligus kesulitan dalam memperkirakan kebutuhan air tiap titik. Sehingga dari di atas dibuat pembagian pelayanan dengan kaidah yang telah disebutkan pemodelan tapping seperti disebutkan sebelumnya. Kemungkinan pembagian area pelayanan adalah seperti Gambar berikut: 0.5 0.3 0.7 0.2 0.5 1.0 0.3 0.7 0.2 0.3 0.5 0.6 0.8 0.5 0.4 0.4 0.9 0.3 0.5 0.6 0.8 0.5 0.7 0.5 0.3 0.7 0.2 0.5 0.7 Pembagian Area Pelayanan pada Sistem Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 15

Distribusi untuk Pemodelan Setelah area pelayanan terbentuk maka dapat dibentuk model tapping tapping dalam Waste District seperti terlihat pada Gambar berikut: 4.8 4.8 6.3 Model Tapping pada Sistem Distribusi d. Pipa Untuk membuat model diperlukan informasi data yang akurat mengenai jaringan pipa yang telah ada, yaitu untuk jenis pipa, diameter, panjang pipa dan minor loses pada pipa. Untuk jenis pipa dapat dilihat dari angka kekasaran pipa (dalam persamaan Hazen William dinotasikan lambang C). Data diameter dan jenis pipa ini akan berpengaruh terhadap headloss yang terjadi sepanjang pipa tersebut. Sedangkan data mengenai panjang pipa yang menghubungkan antar node berpengaruh terhadap headloss yang terjadi dalam pipa. Sedangkan data minor loses merupakan data koefisien kehilangan tekanan akibat aksesoris pipa dan lain-lain. Kehilangan tekanan minor akibat belokan, percabangan, sambungan dan lain-lain (aksesoris) dalam hal simulasi umumnya tidak dihitung secara detail, bahkan untuk beberapa kehilangan tekanan di aksesoris diabaikan karena hf-nya terlalu kecil. e. Pompa Data ini memperlihatkan kebutuhan daya pompa agar sistem distribusi dapat berjalan dengan baik. Data yang dimasukkan pada titik ini akan berpengaruh pada semua tekanan pada semua node yang ada pada sistem jaringan distribusi. Data yang masuk dimasukkan berupa head pompa, efisiensi pompa, serta daya pompa. f. Valve Data masukan untuk elemen ini berupa jenis valve/katup, besarnya bukaan valve (status valve). Data masukan tersebut akan berpengaruh terhadap sistem hidrolis dalam Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 16

sistem distribusi. Pengontrolan valve ini disesuaikan dengan kondisi lapangan. Peletakan valve juga disesuaikan dengan letaknya di lapangan. g. Pengontrolan/Perintah Pengontrolan Pengontrolan ini merupakan perintah yang kita berikan pada elemen-elemen dalam pemodelan jaringan sistem distribusi. Pengontrolan yang dilakukan didasarkan parameter yang terjadi pada sistem distribusi. Sebagai contoh kita akan memberikan perintah dalam pemodelan berupa mematikan pompa saat tekanan pada pipa mencapai 10 bar atau mematikan pompa ke tangki setelah level air pada tangki mencapai ketinggian tertentu dan pompa akan menyala lagi pada ketinggian tertentu. h. Tipe Simulasi Salah satu bagian mendasar dalam topologi jaringan yang telah diketahui untuk perbaikan dan evaluasi model tergantung pada tujuan. Ada dua tipe simulasi dasar yang sering digunakan, yaitu: - Steady State Simulation Perhitungan pemodelan dengan kondisi sistem tetap, baik itu aliran debit, tekanan, pengoperasian pompa maupun posisi valve. Dimana diasumsikan batasan kondisi dalam sistem tidak terjadi perubahan terhadap waktu. - Extended Period Simulation Perhitungan dalam model yang mempertimbangan perubahan dinamis dalam sistem pada jangka waktu tertentu. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 17

Tutorial Epanet 2.0 Pelatihan Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 0

Tutorial Epanet 2.0 Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis 1. Langkah 1: Membuat File Baru 1. Klik 2 kali icon Epanet. Icon ini bisa ditemukan di start menu >> Program >> Epanet 2.0 pada desktop. 2. Akan muncul bidang gambar (network map) dan dialog box browser di sebelah kanan. 3. Sebelum memulai sebuah model, pilih satuan kerja yang akan digunakan. Klik Project >> Analysis Options. Pilih satuan kerja LPS (liter per detik), maka data input pipa dalam mm, demand dalam liter per detik dan panjang pipa dalam meter. 4. Klik File > Save As. Untuk menyimpan dan memberi nama model yang akan dibuat. Pada dialog box, akan muncul nama file *Net. ubah nama file dengan ESP coba 1 kemudian simpan di folder yang anda inginkan. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 1

Tutorial Epanet 2.0 5. Klik Save. 2. Langkah 2: Membuat Layout Jaringan 1. Berbeda dengan WaterCad, penggambaran Epanet 2.0 tidak bisa dimulai dari pipa, tapi harus dimulai dari reservoir atau junction, baru dihubungkan dengan pipa. 2. Klik gambar reservoir bidang gambar. yang terdapat pada toolbar di atas, kemudian tempatkan pada 3. Klik gambar junction/node yang terdapat pada toolbar di atas, kemudian tempatkan pada bidang gambar seperti di bawah ini 4. Untuk memunculkan notasi pada bidang gambar, klik View>>option, pilih notation, kemudian checklist elemen yang ingin dimunculkan. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 2

Tutorial Epanet 2.0 5. Klik gambar pompa, kemudian klik pada reservoir dan junction 2. Dalam Epanet 2.0, pompa terbaca sebagai pipa sedangkan reservoir terbaca sebagai junction/node 6. Klik gambar pipa, kemudian hubungkan semua junction/node seperti gambar di bawah ini 7. klik save atau file>>save 3. Langkah 3: Melakukan Input Data Input data reservoir klik 2 kali pada elemen reservoir, anda akan melihat dialog box seperti di bawah Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 3

Tutorial Epanet 2.0 Masukkan angka 198 pada Total Head. Elevasi reservoir yang lebih tinggi dari pada pelayanan akan memberikan Energi/Head, sehingga sistem dapat berjalan secara gravitasi. Namun apabila posisi Head lebih rendah/sejajar dengan pelayanan, maka diperlukan pompa sebagai sumber energi. Input data pompa klik 2 kali pada elemen pompa, anda akan melihat dialog box seperti di bawah Input data yang harus dimasukkan adalah pump curve, untuk itu anda harus membuat pump curve terlebih dahulu, klik data pada dialog box browser, kemudian pilih curves. Klik tanda add seperti di bawah, akan muncul dialog box curve editor, masukkan data pompa Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 4

Tutorial Epanet 2.0 Masukkan Curve ID 1 ke dalam value pump 1, pada dialog box pompa. Input data Junction Klik 2 kali pada junction/node 2. Input data minimal yang harus diisikan pada junction adalah elevation dan Base Demand. Masukkan angka 198 pada elevation dan 0 pada base demand Perhatikan satuan yang anda gunakan. Masukkan data-data berikut pada tiap-tiap junction yang lain Label Elevation (m) Demand (L/s) J-3 200 0.13 J-4 199 0.3 J-5 200 0.7 J-6 199 0.6 Tutup dialog box junction Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 5

Tutorial Epanet 2.0 Input data Pipa Klik 2 kali pada salah satu elemen pipa, akan muncul dialog box Pipe Properties Input data minimal yang harus diisikan pada pipa adalah Diameter, Koevisien Hazen Williams dan Panjang pipa. Klik pada kolom isian Diameter untuk input data diameter pipa. Klik pada kolom isian Roughness untuk mengisi koefisien kekasaran pipa Klik kolom Length untuk input data panjang pipa. Input data berikut pada pipa yang telah anda buat. Label Diameter (mm) HazenWilliams C Length (m) P-2 75 120 200 P-3 75 120 500 P-4 75 120 400 P-5 75 120 500 P-6 75 120 400 Perhatikan satuan yang anda gunakan Untuk input data pada elemen yang sama, anda tidak perlu menutup dialog box, klik pada element berikutnya, kemudian lakukan input data pada dialog box yang sama. 4. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Steady State Analysis 9. Klik untuk melakukan perhitungan/calculation option 10. Apabila tidak terdapat masalah maka akan muncul tulisan Run Was Successfull, namun apabila terdapat masalah, maka akan muncul tulisan Run Was UnSuccessfull, untuk memperbaikinya, baca report kesalahan pada sistem. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 6

Tutorial Epanet 2.0 11. Untuk menganalisa hasil perhiutungan klik tanda tabel, pilih Network Nodes untuk menganalisa data output pada node (seperti pressure) dan pilih Network Links untuk menganalisa data output pada pipa (seperti Velocity). Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 7

Tutorial Epanet 2.0 Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Periode Simulation 1. Langkah 1: membuka model/file Epanet sebelumnya 5. 6. 7. 8. Klik open kemudian pilih file ESP Coba 1.NET. Setelah file sudah dibuka, klik File > Save As. kemudian ganti nama dengan ESP Coba 2. Klik OK. 2. Langkah 2: Membuat Pattern Demand 1. Untuk membuat pattern, klik pattern di dialog box browser. 2. Klik add. 3. Akan muncul pattern editor, dengan nomor pattern 1, isikan data berikut, jika benar maka anda akan memperoleh gambar seperti di bawah. Time from Start (hours) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Multiplier 0.25 0.37 0.45 0.64 1.15 1.4 1.75 1.5 1.42 1.38 1.27 1.2 1.4 Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 8

Tutorial Epanet 2.0 Time from Start (hours) 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Multiplier 1.17 1.18 1.22 1.31 1.5 1.25 0.98 0.62 0.45 0.37 0.25 4. Klik OK. 5. Tutup demand box 3. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Extended Periode Simulation 1. Klik Data pada dialog browser, kemudian, klik times, akan muncul dialog box time option, input data total duration dengan angka 24. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 9

Tutorial Epanet 2.0 2. Untuk melihat perubahan hidrolis tiap jam pada bidang gambar, menculkan terlebih dahulu nilai pressure pada tiap junction dengan cara klik view>>option>>pilih Notation dan checklist pada kotak Display Node values. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 10

Tutorial Epanet 2.0 3. Klik map pada Dialog box browser, kemudian pilih pressure pada isian Nodes. 4. Klik tanda play, untuk melihat perubahan hidrolis tiap jamnya. Untuk lebih memahami penggunaan Software Epanet 2.0, silahkan kerjakan latihan yang telah disediakan. Analisa Jaringan menggunakan software EPANET 2.0 dan Pengenalan Aplikasi perangkat lunak WATERCAD 11