KESANTUNAN DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI SMP NEGERI 21 BANDARLAMPUNG. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan tindak tutur dalam berkomunikasi

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Peneliti mengadakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengadakan akumulasi data dasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis.

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

METODE PENELITIAN. penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena alamiah

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA.

BAB III METODE PENELITIAN. yang hidup dan berguna bagi masyarakat maupun bagi peneliti itu sendiri

TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI ANTARMAHASISWA DI KANTIN FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG. Oleh

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

KESANTUNAN BERTUTUR DALAM PEMBELAJARAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR TRANSAKSI JUAL-BELI DI PASAR TRADISIONAL CENTRAL KOTABUMI DAN IMPLIKASINYA

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI SMA DAN IMPLIKASINYA. Oleh

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWAKELAS XI SMK DINAMIKA LAMPUNG UTARA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Abstract

TUTURAN BERTANYA SISWA PADA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI TK DAN PEMBELAJARAN NYA. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah

III. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

MODUS TINDAK TUTUR PADA MAHASISWA PRODI BATRASIA FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BERBICARA DI PERGURUAN TINGGI.

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali

Tindak Tutur Komisif di Pasar Tradisional Pasir Gintung Tanjungkarang dan Implikasinya. Oleh

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GADINGREJO. Oleh

III. METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

Tindak Tutur Persuasif Guru Penjasorkes dan Siswa di SMKN 4 Bandar Lampung. Oleh

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

PEMBELAJARAN MEMAHAMI TEKS PROSEDUR KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X. Oleh

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG. Oleh

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG. Oleh

: Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Kata Kunci: direktif, fungsi, bentuk, strategi, kesantunan, retorika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi karena tanpa adanya bahasa maka seseorang tidak

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

KEMAMPUAN MENYIMAK WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

PENDAYAGUNAAN KONTEKS DALAM TINDAK TUTUR ANAK TUJUH TAHUN DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN. Oleh

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

Transkripsi:

KESANTUNAN DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI SMP NEGERI 21 BANDARLAMPUNG Oleh Wini Arwila Nurlaksana Eko Rusminto Iqbal Hilal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail : winyarwila9@gmail.com Abstract The purpose of the study to describe politeness speak in learning interactions between teacher and students at Junior High School 21 Bandarlampung. This research method is descriptive qualitative. Sources are teacher and students. Politeness research study data is recalled by subjects in the study. The results of research conducted by the two forms, direct speech and indirect speech. Politeness in direct speech, speech that is directly at the target and argument. Politeness in indirect speech is asking, involving the others, stating the information, stating facts, complaining, rejecting, incompetence, and modality. Keywords: direct speech, inderct speech, politeness. Abstrak Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kesantunan bertutur dalam interaksi pembelajaran antara guru dan siswa di SMP Negeri 21 Bandarlampung. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber adalah guru dan siswa. Data kajian penelitian adalah kesantunan dalam bertutur oleh subjek penelitian. Hasil penelitian dilakukan dengan dua bentuk tuturan, yaitu tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. Kesantunan dalam tuturan langsung, yaitu tindak tutur langsung dengan argumentasi dan sasaran. Kesantunan dalam tuturan tidak langsung, yaitu bertanya, pelibatan orang lain, menyatakan informasi, menyatakan fakta, mengeluh, penolakan, ketidakmampuan, dan pengandaian. Kata kunci: kesantunan, tuturan langsung, tuturan tidak langsung. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 1

PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya selalu berinteraksi satu sama lain. Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting karena melalui bahasa, seseorang dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya. Komunikasi dan interaksi dapat terjadi dimana-mana, salah satunya dapat terjadi di sekolah. Saat di sekolah, siswa melakukan kegiatan di dalam kelas. Kegiataan di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung bukan hanya kegiatan satu arah dari guru ke siswa (teacher centered), melainkan timbal balik antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa (student centered). Kegiatan pembelajaran di kelas diharapkan kegiatan yang bersifat interaktif, yaitu adanya interaksi yang terus menerus antara guru dan para siswa dan antarsiswa yang satu dengan yang lainnya. Salah satu cara untuk berinteraksi adalah dengan percakapan. Percakapan merupakan hubungan yang paling mendasar antaranggota masyarakat. Untuk berpartisipasi dalam sebuah percakapan, seseorang dituntut untuk menguasai kaidah-kaidah dan mekanisme percakapan sehingga percakapan dapat berjalan lancar. Leech dalam Rusminto (2009:89) mengemukakan bahwa ada prinsip yang berfungsi membantu percakapan berjalan dengan baik karena para peserta tuturnya saling menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan yaitu prinsip sopan santun. Ketika seseorang bertutur tidak selalu menggunakan tuturan langsung dalam menyampaikan maksud tuturannya. Seseorang biasanya juga dapat menggunakan tuturan tidak langsung. Dalam hal ini untuk menunjang keberhasilan seseorang dapat memanfaatkan maksim-maksim dalam prinsip sopan santun. Dari berbagai macam jenis tuturan tersebut, peneliti akan menganalisis percakapan yang digunakan oleh para peserta tutur dalam hal ini yaitu guru dan siswa. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 21Bandarlampung. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit di Bandarlampung. Selain itu juga, sekolah ini memilki siswa-siswa yang heterogen dan dari lingkungan yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat kemampuan dan perkembangan berbahasa. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesantunan bertutur dalam interaksi pembelajaran antara guru dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. Kesantunan tersebut dilakukan dengan dua bentuk, yaitu tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. Tuturan langsung atau biasa disebut dengan kesantunan linguistik yakni tuturan yang mencerminkan kesesuaian antara tuturan dengan tindak yang diharapkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat dua klasifikasi kesantunan dalam tindak tutur langsung, yaitu tuturan langsung pada sasaran dan tuturan langsung dengan menggunakan argumentasi. Kesantunan dalam tindak tutur tidak langsung atau disebut juga kesantunan pragmatik merupakan tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk mengajukan permintaan dengan menggunakan bentuk tuturan yang makna performansinya berbeda dengan maksud ilokusinya. Kesantunan dalam Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 2

tuturan tidak langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan modus-modus yaitu tindak tutur tidak langsung dengan modus bertanya (TLMT), tindak tutur tidak langsung dengan modus pelibatan orang lain (TLMO), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan informasi (TLMI), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta (TLMF), tindak tutur tidak langsung dengan modus mengeluh (TLMK), tindak tutur tidak langsung dengan modus penolakan (TLMPo), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan ketidakmampuan (TLMTm), dan tindak tutur tidak langsung dengan modus pengandaian (TLMPe). Secara linguistik, kesantunan dalam tuturan juga ditentukan oleh ada atau tidaknya penanda kesantunan. Penanda kesantunan ini berfungsi untuk memperhalus atau mempersantun tuturan agar tuturan tuturan tersebut berhasil serta tidak menyinggung perasaan mitra tutur. Penanda kesantunan yang dimaksud dalam kajian ini yaitu penanda kesantunan tolong, penggunaan sapaan nak, serta penggunaan pronomina kita. Selain penggunaan penanda kesantunan, penutur juga memanfaatkan konteks sebagai wujud memperhalus tuturan demi menjaga kesantunan. Konteks tersebut yaitu konteks waktu, konteks peristiwa, konteks tempat, konteks cuaca, konteks orang sekitar. Di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang sedang digunakan pendidikan di Indonesia saat ini terdapat komponenkomponen pembelajaran yang berhubungan dengan kesantunan. Untuk pembelajaran bahasa Indonesia pada SMP kelas VIII terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dicapai siswa, yaitu keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Pada silabus KTSP SMP kelas VIII kita dapat temukan kompetensi yang membahas mengenai kesantunan dengan standar kompetensi mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. Kemudian indikator mampu menentukan mekanisme diskusi serta mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih mendalam untuk melakukan penelitian dengan judul Kesantunan Bertutur dalam Interaksi Pembelajaran antara Guru dan Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan prosedur penelitian deskriptif kualitatif, yang membuat gambaran secara jelas mengenai suatu hal atau fenomena dan sekaligus menerangkan hubungan, menentukan prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Hasan dalam Aminuddin (1990: 12) mengemukakan bahwa istilah penelitian kualitatif biasa digunakan untuk sejumlah strategi penelitian yang memunyai kesamaan karakteristik tertentu. Pemilihan metode dan pendekatan tersebut karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan bertutur dalam interaksi pembelajaran antara Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 3

guru dan siswa di SMP Negeri 21 Bandarlampung. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan antara guru dan siswa di SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Ajaran 2012/2013 pada saat interaksi pembelajaran sedang berlangsung. Dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini digunakan teknik yang dikemukakan oleh Mahsun (2005: 92-94) yakni: teknik simak bebas libat cakap, teknik catat dan teknik rekam. Dalam teknik simak bebas libat cakap, si peneliti datang ke tempat kegiatan yang akan diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti berada di suatu tempat dengan objek yang akan diteliti, yaitu di ruang kelas bersama guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.. Teknik kedua yang digunakan adalah teknik catat. Teknik ini merupakan teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan teknik simak dalam penelitian. Teknik ini digunakan agar hasil data yang diperoleh lebih akurat dan terorganisasi dengan baik karena dilakukan langsung di lapangan. Catatan lapangan berupa catatan deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung serta konteks yang melatarinya. Catatan reflektif adalah interpretasi/penafsiran peneliti terhadap tuuran tersebut. Penelitian dilakukan sampai peneliti memperoleh data yang cukup. Teknik yang terakhir yaitu menggunkan teknik rekam. Teknik ini digunakan sebagai penunjang catatan data yang berada di lapangan, karena peneliti tidak mampu mencatat semua data secara manual. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Teknik analisis heuristik merupakan proses berfikir seseorang untuk memaknai sebuah tuturan tidak langsung. Di dalam analisis heuristik sebuah tuturan tidak langsung diinterpretasikan berdasarkan berbagai kemungkinan/ dugaan sementara oleh mitra tutur, kemudian dugaan sementara itu disesuaikan dengan fakta-fakta pendukung yang berada di lapangan. Analisis heuristik berusaha mengidentifikasikan daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan datadata yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praanggapan/dugaan sementara. Menurut Leech (1983: 61) di dalam analisis heuristik, analisis berawal dari problema yang dilengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian mitra tutur merumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenarannya. Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia, berarti pengujian berhasil. Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interpretasi baku yang menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatik. Jika pengujian gagal karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia. Proses pengujian ini dapat berulangulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima. Mengacu teori di atas, maka data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menyimak dan mencatat semua data alamiah/ujaran spontan guru dan siswa saat interaksi pembelajaran sedang berlangsung termasuk mencatat konteks pada terjadinya pertuturan. 2. Data yang didapat langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif dan catatan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 4

reflektif juga menggunakan analisis heuristik, yakni analisis konteks. Analisis ini digunakan apabaila terdapat tuturan tidak langsung dan memiliki interpretasi makna. 3. Mengidentifikasi percakapan yang terjadi di kelas saat pembelajaran berlangsung yang mengandung bentuk kesantunan. 4. Mengklasifikasikan penandapenanda kesantunan. 5. Mengklasifikasikan data tuturan berdasarkan modus dan jenisnya. 6. Berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi data, dilakukan kegiatan penarikan kesimpulan sementara. 7. Memeriksa/mengecek kembali data yang sudah diperoleh (verifikasi). 8. Penarikan simpulan akhir. 9. Mendesripsikan implikasi kesantunan bertutur dalam interaksi guru dan siswa di kelas terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan yang digunakan dalam tuturan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. Kesantunan dalam tuturan langsung dilakukan dengan beberapa cara, yaitu tindak tutur langsung pada sasaran (LS) dan tindak tutur langsung dengan argumentasi (LA). Sebagai contoh tindak tutur langsung pada sasaran yang dituturkan oleh guru Kalian baca dahulu, baca dalam hati. Tolong dibaca halaman 18. 1,2,3,4,5, dan 6. Pada tuturan di atas sang guru menuturkan perintahnya dengan intonasi yang halus, dan menggunakan penanda kesantunan, yaitu dengan menambahkan kata tolong. Guru tetap berusaha memerhatikan dan menjaga tuturannya, meskipun mitra tuturnya dalam segi jarak sosial lebih rendah. G : Sudah dapat nak? Risky : Sudah bu, alur, protagonis dan antagonis. G : Yasudah dicatat. Risky : Tidak usah ya bu? G : Harus dicatat nak, supaya selalu hafal. Risky : kan sudah hafal,bu? Tuturan tersebut merupakan contoh tuturan langsung dengan menggunakan argumentasi. Tuturan ini disampaikan secara langsung, akan tetapi tidak mengurangi tingkat kesantunan dalam tuturan. Kesantunan dalam tuturan ini terlihat pada penggunaan pernyataan-pernyataan yang disampaikan setelah tuturan meminta untuk meyakinkan mitra tutur agar memenuhi dan memaklumi permintaan siswa kepada sang guru. Tuturan langsung dengan menggunakan argumentasi lebih santun dibandingkan dengan tuturan langsung pada sasaran. Meskipun menghadapi mitra tutur yang berbeda usia, tetapi sang anak tetap menjaga kesantunan dengan menyatakan argumentasi setelah tuturan perintahnya agar tuturannya berhasil. Argumentasi yang digunakan anak bertujuan untuk mendukung keberhasilan tuturan anak sekaligus menjaga kesantunan. Sang anak berfikir bahwa jika tuturan yang diungkapkan dilakukan secara santun maka kemungkinan besar tuturan tersebut berhasil. Oleh karena itu, meskipun tuturan langsung, anak tetap mengusahakan menjaga kesantunan tuturannya. Selain menggunakan tindak tutur langsung, kesantunan dalam interaksi pembelajaran juga dapat dilakukan dengan menggunakan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur tidak Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 5

langsung dalam rangka mencapai kesantunan dilakukan dengan berbagai modus. Terdapat beberapa modus yang digunakan dalam tuturan tidak langsung yaitu tindak tutur tidak langsung dengan modus bertanya (TLMT), tindak tutur tidak langsung dengan modus pelibatan orang lain (TLMO), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan informasi (TLMI), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta (TLMF), tindak tutur tidak langsung dengan modus mengeluh (TLMK), tindak tutur tidak langsung dengan modus penolakan (TLMPo), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan ketidakmampuan (TLMTm), dan tindak tutur tidak langsung dengan modus pengandaian (TLMPe). Berikut salah satu contoh penggunaan tuturan tidak langsung dengan menggunakan modus pengandaian. Dita : Enak mungkin ya kalau pintunya dibuka Nur : Iya Dit, jadi hilang pasti panasnya. Bukain sih Dit! Dita : Nggak ah! Nanti kena marah pula sama bu Sutar.Tadi kan suruh tutup. Tuturan di atas digunakan untuk menyampaikan tuturan perintahnya. Agar terkesan santun, penutur menggunakan modus pengandaian. Dita menyatakan pengandaian kepada Nur dengan mengatakan Enak mungkin ya kalau pintunya dibuka? Dita berharap dengan tuturan tersebut, mitra tutur memahami bahwa maksud tuturan tersebut sebenarnya adalah memerintah Nur untuk membuka pintu. Sang anak menggunakan modus pengandaian dengan membayangkan pada saat cuaca yang panas akan hilang rasa panasnya jika membuka pintu kelas. Mitra tutur menyetujui pengandaian yang disampaikan Dita. Namun mitra tutur tidak berinisiatif untuk membukakan pintu. Oleh karena itu, kemudian Dita menuturkan secara langsung. Konteks yang didayagunakan oleh subjek penelitian agar tuturannya lebih santun adalah penggunaan konteks tempat, konteks waktu, konteks orang sekitar, konteks peristiwa, dan konteks cuaca. Selain itu, subjek penelitian juga menggunakan penanda kesantunan untuk membuat tuturannya lebih santun, yaitu dengan menggunakan penanda kesantunan tolong dan maaf, sapaan nak, dan pronomina kita. Berikut salah satu contoh kesantunan tindak tutur tidak langsung dengan penggunaan modus menyatakan keluhan serta pemanfaatan konteks waktu. G : Itu kenapa tidak mencatat? Rangga : Haduh bu, cape? Sebentar lagi kan istirahat juga. G : Cape apa nak? Cuma mencatat kok cape! Rangga : Hehehe.. Pada tuturan di atas sang anak menggunakan modus mengeluh pada tuturannya. Rangga bertutur Haduh bu cape,sebentar lagi juga kan istirahat bu agar mitra tutur memahami kondisinya dan membolehkan siswa tersebut untuk tidak mencatat dan mencatatnya nanti setelah istirahat. Meskipun begitu, siswa tetap menuturkannya dengan santun, siswa melihat mitra tutur (guru) dalam keadaan santai dan memanfaatkan konteks waktu yaitu jam istirahat yang akan berlangsung sebagai bahan pertimbangan agar tuturannya berhasil. G : Anak-anak, sudah jangan rebut ribut. M G : Iya,bu. : Masih ada yang ribut, malu dong dengan mbak-mbak nya. Percakapan di atas merupakan salah satu pemanfaatan konteks yang Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 6

dilakukan oleh sang guru. Pada tuturan di atas, guru menggunakan pengaruh kehadiran orang sekitar yaitu peneliti yang sedang mengamati proses pembelajaran mereka. Hal ini dilakukan guru, agar sang anak mau mendengarkan dan lebih memerhatikan guru. Dengan memanfaatkan kehadiran orang sekitar, guru berharap murid mau menuruti perkataan guru. SIMPULAN Berdasarkan penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan yang digunakan dalam tuturan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. 2. Kesantunan dalam tuturan langsung atau kesantunan linguistik dilakukan dengan beberapa cara, yaitu tindak tutur langsung pada sasaran (LS), tindak tutur langsung dengan argumentasi (LA). 3. Kesantunan dalam tindak tutur tidak langsung atau kesantunan pragmatik dilakukan dengan berbagai modus. Terdapat beberapa modus yang digunakan dalam tuturan tidak langsung yaitu tindak tutur tidak langsung dengan modus bertanya (TLMT), tindak tutur tidak langsung dengan modus pelibatan orang lain (TLMO), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan informasi (TLMI), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta (TLMF), tindak tutur tidak langsung dengan modus mengeluh (TLMK), tindak tutur tidak langsung dengan modus penolakan (TLMPo), tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan ketidakmampuan (TLMTm), dan tindak tutur tidak langsung dengan modus pengandaian (TLMPe). 4. Konteks yang didayagunakan oleh subjek penelitian agar tuturannya lebih santun adalah penggunaan konteks tempat, konteks waktu, konteks orang sekitar, konteks peristiwa, dan konteks cuaca. Selain itu, subjek penelitian juga menggunakan penanda kesantunan untuk membuat tuturannya lebih santun, yaitu dengan menggunakan penanda kesantunan tolong dan maaf, sapaan nak, dan pronomina kita. Penggunaan penanda kesantunan ini sangat membantu subjek penelitian untuk menbuat tuturannya menjadi lebih santun. SARAN Berdasarkan hasl penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Bagi guru bahasa Indonesia SMP, sebagai pendidik sekaligus pengajar hendaknya dapat memahami bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menuturkan tuturannya. Tuturan tersebut bisa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya memahami cara yang dilakukan anak adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membuat tuturan menjadi lebih santun. Selain itu, guru juga harus bertutur dengan tuturan yang santun agar dapat menjadi teladan bagi siswa. 2. Bagi peneliti yang tertarik di bidang kajian yang sama, perlu mengadakan penelitian mengenai kesantunan pada tuturan yang dilakukan anak pada jenjang di atasnya, yaitu anak SMA sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk membedakan kesantunan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 7

yang dilakukan anak Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh. Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatic. Alih Bahasa. M.D.D.Oka. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rusminto, Nurlaksana E. 2009. Analisis Wacana Bahasa Indonesia (Buku Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 8