BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

PENYAKIT JANTUNG CORONER

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. tersendiri bagi kesehatan jantung (Suharjo, 2009). Salah satunya adalah IMA

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal. Pasien PJK memiliki risiko mengalami rawat inap kembali akibat berulangnya serangan jantung. Semakin pasien PJK memiliki perilaku mengabaikan dan tidak dapat mengendalikan faktor risiko, maka semakin besar kemungkinan pasien mengalami serangan jantung berulang (Santoso, 2001). Penyakit jantung koroner yang disebut juga penyakit arteri koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan pada arteri koroner karena proses aterosklerosis. Pada proses tersebut terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut. Terjadinya infark dapat disebabkan beberapa faktor risiko, hal ini tergantung dari individu (Nurhidayat, 2011). PJK ini seringkali mematikan karena ketidaktahuan dan ketidakpatuhan pasien dan keluarga tentang pencegahan sekunder faktor risiko. Pasien kurang dapat memodifikasi faktor risiko yang dapat menimbulkan banyak kerugian sehingga belum dapat menekan kejadian PJK. Faktor risiko penyakit jantung seperti PJK meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Non-Modifiable) seperti riwayat keluarga, umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) yang memungkinkan dapat dicegah, diobati dan dikontrol seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok, gula darah tinggi (Diabetes Melitus), dislipidemia 1

2 (metabolisme lemak yang abnormal), kegemukan (obesitas), kurang aktivitas fisik, pola makan, konsumsi minuman beralkohol dan stres (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2011) dalam Indrawati (2012). Perhitungan WHO (World Health Organization) yang memperkirakan pada tahun 2020 mendatang, penyakit kardiovaskuler akan menyumbang sekitar 25% dari angka kematian di negara-negara berkembang setiap tahunnya. Berdasarkan laporan AHA (American Heart Association) tahun 2013 diperkirakan bahwa sekitar 83,6 juta penduduk Amerika dewasa menderita penyakit jantung dan kardiovaskular, dengan jumlah 7,6 juta orang mengalami serangan infark miokard (Utomo, 2013). The Health Survey of England mengatakan bahwa 3% penduduk dewasa telah mengalami infark miokard dalam 12 bulan terakhir, masing-masing sama dengan 1,4 juta dan 246.000 orang. PJK mmerupakan penyebab sekitar 3% perawatan di rumah sakit yaitu sebesar 284.292 perawatan dengan masa rawat selama 7 hari (Gray et al., 2002) dalam Indrawati (2012). Berdasarkan penelitian di Universitas Oxford tahun 2010 ditemukan bahwa prevalensi kekambuhan pasien PJK dan di rehospitalisasi sebanyak 40% (Indrawati, 2012). Data dari SKRTN (Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional) tahun 2010 tentang angka kematian akibat penyakit jantung koroner yaitu sebesar 26% (Kurniawan, 2013). Pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1,5%. Prevalensi PJK tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan di Jawa Timur memiliki prevalensi hanya sebesar 1,3%. Kemudian prevalensi PJK meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6% (Kemenkes RI, 2013). Angka kekambuhan untuk pasien PJK yang di

3 rehospitalisasi dan setelah menjalani operasi yaitu jika menggunakan balon sebesar 30%-50%, dengan menggunakan stent sebesar 15%-20% sedangkan jika menggunakan Drug Elluting Balloon (DEB) maka angka kekambuhannya hanya 1 digit sekitar 5% (Teguh, 2009). Berdasarkan data dari rekam medik Poli Jantung RSUD Dr. Harjono Ponorogo, pada tahun 2013 rata-rata kunjungan pasien PJK sebanyak 350 orang per bulan. Kunjungan pasien PJK yang sudah lama menderita PJK di Poli Jantung dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2014 tercatat sebanyak 3984 orang dan rata-rata kunjungan pasien PJK per bulan sebanyak 398 orang. Sedangkan untuk angka kekambuhan atau pasien PJK yang mengalami rehospitalisasi di tahun 2013 sebanyak 29 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang perilaku pencegahan sekunder yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 Desember 2014 di Poli Jantung RSUD Dr. Harjono Ponorogo dari 10 responden didapatkan hasil bahwa 4 responden berperilaku positif dan 6 responden berperilaku negatif. Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia. Pola hidup yang kurang aktivitas serta stresor psikososial juga ikut berperan dalam masalah pada jantung (Muttaqin, 2009). Kondisi psikososial dan budaya mempengaruhi apa yang dimakan, diminum dan dilakukan. Pola makan berlebih, konsumsi alkohol, intoleransi gula, lipid serum dan hipertensi merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup dan perilaku yang tidak sehat (Rosjidi, 2011). Perilaku merokok sangat berperan dalam memperburuk kondisi penyakit jantung koroner. Menurut penelitian Freideriki et al. (2008) dalam Indrawati (2012) didapatkan faktor risiko yang dominan adalah pria yang merokok dilanjutkan dengan hiperkolesterolemia. Pada perokok,

4 kandungan racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan HDL, peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Kondisi Diabetes Melitus juga. memiliki prevalensi aterosklerosis yang lebih tinggi. Dalam keadaan hiperglikemia dapat menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang dapat menyebabkan pembentukkan trombus. Kondisi hipertensi dan obesitas pun juga meningkatkan beban kerja jantung. Jika seseorang kurang melakukan aktivitas gerak fisik maka akan terjadi penumpukan kolesterol yang akan menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi kaku, tidak elastis, dan menyempit (Muttaqin, 2009). Namun jika pasien PJK tidak dapat berhenti merokok dan menghindari makanan berkolesterol, berkadar garam dan gula dalam konsentrasi tinggi akan memicu terjadinya serangan jantung berulang dan aterosklerosis yang parah meskipun pasien tersebut sudah pernah dirawat inap. Biasanya pasien PJK yang mengalami kekambuhan akan memiliki manifestasi klinis seperti angina pectoris (nyeri dada), keringat dingin, gemetaran dan terkadang sering mengalami sesak nafas dan sianosis. Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes RI telah membuat program khusus sebagai upaya pencegahan faktor-faktor risiko PJK tersebut di atas yang terdiri dari pencegahan primer dan sekunder (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2011) dalam Indrawati (2012). Pencegahan primer ditujukan untuk menurunkan angka kejadian pertama kali sedangkan pencegahan sekunder berfokus pada perubahan gaya hidup dan rehabilitasi pasca serangan jantung sehingga tidak terjadi serangan ulang atau rehospitalisasi. Pencegahan sekunder merupakan usaha seseorang

5 penderita penyakit jantung koroner agar terhindar dari berulangnya suatu serangan atau penyempitan (sumbatan) pembuluh darah koroner kembali. Jika sudah terkena PJK hal yang bisa dilakukan hanya mengurangi paparan dari faktor pemicu kekambuhan. Ada sejumlah faktor yang harus dilakukan, yaitu mengontrol kadar lemak darah kolesterol (total kolesterol aman adalah 155 175 mg/dl; LDL (Low Density Lipoprotein)/ kolesterol jahat <100 mg/dl, menjaga tekanan darah agar terkontrol (130/80 mmhg pada non-diabetes dan 120/70 mmhg pada pasien diabetes), berhenti merokok, menghindari makanan berlemak, mencukupkan konsumsi sayur dan buah-buahan, berolahraga teratur, mengurangi berat badan, dan mengurangi stres dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyehatkan seperti membaca buku maupun berwisata alam (Pohan, 2008). Kurangnya disiplin dalam menerapkan pola hidup sehat, kelalaian mengkonsumsi obat dan ketidakmampuan pasien PJK menerapkan strategi pencegahan sekunder menjadi faktor prediktor berulangnya kembali pasien terkena serangan jantung. Menurut Gallo et al. (2004) dalam Indrawati (2012), perasaan optimis dan kontrol emosi yang positif dapat mendorong pasien dalam melakukan gaya hidup yang sehat. Pasien cenderung menghindari rokok, makan makanan yang sehat, berolahraga dan memiliki koping positif dalam menghadapi masalah terutama PJK. Oleh karena itu, pasien PJK diharapkan memiliki pengetahuan, sikap yang positif dan perilaku yang baik dalam melakukan pengendalian faktor yang menyebabkan kekambuhan penyakit. Motivasi dan dukungan keluarga juga dibutuhkan untuk meningkatkan kedisiplinan pasien dalam menerapkan pola hidup sehat dan kepatuhan pasien pada saat pengobatan agar angka kematian PJK menurun.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku pencegahan sekunder pasien penyakit jantung koroner di Poli Jantung RSUD Dr. Harjono Ponorogo?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencegahan sekunder pasien penyakit jantung koroner di Poli Jantung RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dan memberikan masukan positif untuk pengembangan ilmu keperawatan serta menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang Perilaku Pencegahan Sekunder Pasien Penyakit Jantung Koroner. Diharapkan juga dapat membantu menurunkan angka kejadian dari PJK yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi responden Penelitian ini bagi pasien dapat berguna untuk menambah wawasan dan sumber informasi tentang perilaku pencegahan sekunder PJK agar tidak terjadi rawat inap ulang.

7 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan bahan kajian penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang penyakit kardiovaskular. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk melihat lebih lanjut. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan Mamat Supriyono tahun 2008 yang berjudul Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia <45 Tahun. Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan kasus kontrol. Jumlah sampel 80 kasus dan 80 kontrol. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel, desain penelitian, tempat dan responden yang diteliti. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Indrawati pada tahun 2012 yang meneliti tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kemampuan pasien PJK melakukan pencegahan sekunder faktor risiko di RSPAD Dr. Gatot Soebroto Jakarta. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah responden pasien PJK dan sudah menjalani coroner angiography dan data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Perbedaan dari penelitian ini adalah dari variabel dan tempat penelitian.

8 3. Penelitian yang dilakukan oleh A. Khalim Khambali pada tahun 2012 yang meneliti tentang hubungan pengetahuan pasien penyakit jantung koroner dengan upaya pencegahan terjadinya serangan jantung di poli jantung RSUD Dr. Hardjono S. Ponorogo. Desain penelitian ini adalah korelasi. Perbedaan penelitian ini membahas tentang hubungan pengetahuan pasien PJK dan desain penelitian yang digunakan yaitu korelasi sedangkan desain penelitian yang akan saya lakukan yaitu deskriptif.