BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan berdasarkan iman untuk mencintai Allah, takut kepadanya dan

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman kualitas hidup serta cara berpikir seseorang akan jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya pendidikan di negara itu. Pendidikan dalam pengertiannya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan zaman yang semakin maju serta pola pikir. manusia yang semakin berkembang banyak membawa dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Swt. dalam Alquran surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara mendasar, karena membawa kepada perubahan individu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

ا وا األهن األخالق هابقيت إى ذ بت أخالق ن ذ ب ا BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol dalam kehidupan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dicontohkan oleh Rasulullah SAW, karena dengan akhlak-nya yang mulia beliau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan (transfer of knowledge) kepada orang lain (murid), tepi lebih dari itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Graffindo

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Dalam ajaran Islam, pendidikan adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. Qur an dan hadis memiliki komitmen yang besar dan sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, bergaul, dan berkomunikasi, untuk keperluan semua itu manusia. memerlukan alat, dan alat yang efektif adalah bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah Swt. pada Q.S. al-mujadalah ayat 11, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk lainnya, oleh karena dia dibekali akal pikiran, dan ilmu. didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. school based management (SBM) telah melahirkan pemahaman perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Alquran dan pendidikan dalam islam adalah sesuatu yang tidak bisa

BAB V PEMBAHASAN. untuk bekerja demi tercapainya tujuan organisasi. (biographical), kemampuan (ability) kepribadian (personality) dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan untuk manusia, apalagi ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Alquran dan sunnah. 1 Tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah, cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, negara dan agama sehingga terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir. 2 Pendidikan Islam diharapkan dapat menghasilkan manusia yang selalu berupaya untuk menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak di dalam kehidupannya, karena akhlak merupakan aspek fundamental dalam kehidupan seseorang, masyarakat maupun suatu negara. Sehingga inti yang hakiki diutusnya Nabi Muhammad Saw. adalah pada pembinaan akhlak manusia. 3 Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw. إ م ن ا ب ع ث ت ل ت م م م ك ار م ا ل خ ل ق )رواه امحد( 1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 16. 2 Ibid., h. 3. 3 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 50. 1

2 Islam menuntut setiap pemeluknya untuk menjadikan Rasulullah Saw. sebagai contoh dalam segala aspek kehidupan, khususnya masalah akhlak, sehingga Allah memuji beliau dalam Alquran surah Al-Qalam ayat 4 و إ نمك ل ع ل ى خ ل ق ع ظ ي م Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah sebagai manusia utama dan keutamaan beliau adalah karena keluhuran akhlaknya. Oleh karena itu wajarlah kalau Allah Swt. memuji beliau dan kita sebagai umat Islam patut mencontoh dan mengikuti segala tingkah laku beliau dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad Saw. juga mengabarkan bahwa orang yang paling sempurna keimanannya diantara umatnya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebagaimana sabda beliau : ا ك م ل ال م ؤ م ن ي ا ي اا نا ح س ن ه م خ ل اقا )رواه امحد ) Oleh karena itu, seorang muslim harus berusaha untuk memiliki akhlak yang baik dan merujuk kepada Rasulullah Saw. baik itu ucapan, perbuatan, maupun kepribadian beliau dalam berakhlak. 4 Mengikuti dan mencintai Rasulullah dinilai Allah sama dengan mencintai dan mentaati-nya, dengan cara demikian beriman kepada Rasul akan menimbulkan akhlak yang mulia. Akhlak atau perangai adalah mutiara hidup dan kehidupan bagi manusia. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling sempurna. Dalam Islam sangat dianjurkan untuk berakhlak atau 4 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Cet ke-10, h. 24.

3 berbudi pekerti yang baik, sehingga Allah memberi petunjuk kepada manusia agar akhlak Nabi Muhammad Saw. dijadikan teladan yang baik di dalam kehidupan. Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam disamping aqidah dan syariah, karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Untuk itu diperlukan proses pendidikan, karena menurut pandangan Al-Gazali bahwa pendidikan mampu merubah perangai dan membina budi pekerti. 5 Pembinaan akhlak pada anak dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pembinaan akhlak harus dilakukan dengan pembiasaan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu yang diawasi oleh kedua orang tuanya. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui lembaga pendidikan dengan berbagai metode yang dilakukan, menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, sehingga dengan pembinaan ini membawa hasil berupa terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia sesuai dengan Alquran dan hadits Nabi Muhammad Saw. 6 Pembinaan akhlak pada sekolah umum terlihat hanya seputar teorinya saja dan sedikit praktek, tetapi pembinaan akhlak pada pondok pesantren sepertinya sangatlah kental dan lebih mendalam karena tersedianya banyak waktu dan sejak awal mereka masuk pondok pesantren, yang pertama ditanamkan kepada santriwati adalah masalah akhlak, kemudian akhlak mereka terus dibina dan dibimbing langsung oleh ustadz maupun ustadzah yang bersama-sama ikut andil 5 Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan Al-Gazali, (Jakarta: P3M, 1986), h. 68. 6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. ke-11, h. 157.

4 dalam membina akhlak santriwati, karena santriwati tinggal di lingkungan pondok pesantren sehingga ustadz dan ustadzah bisa mengawasi secara langsung mengenai akhlak mereka dalam kesehariannya, karena dengan akhlak yang baik akan membentuk generasi Islam yang lebih baik dengan didasari Alquran dan hadits Nabi Muhammad Saw. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia. Pesantren tumbuh dari kultur Indonesia yang bersifat indegenous dan karenanya ia tidaklah asing bagi masyarakat. Lembaga ini berfungsi sebagai sarana mendalami agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian. 7 Pesantren pada mulanya merupakan lembaga pendidikan Islam yang seluruh program pendidikannya mengajarkan ilmu-ilmu agama dengan menggunakan kitab-kitab klasik, kemudian sesuai dengan arus perkembangan zaman pesantren mengalami dinamika sehingga saat ini pesantren dibagi atas 2 jenis, yaitu salafiyah (tradisional) dan khalafiyah (modern). 8 Perkembangan pondok pesantren di Kalimantan Selatan cukup pesat. Pada tahun 2006/2007 jumlah pondok pesantren di Kalimantan Selatan berjumlah 234 buah. 9 Salah satunya pondok pesantren Al-Falah Landasan Ulin Kota Banjarbaru, yang merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di Kalimantan Selatan. Pondok pesantren Al-Falah didirikan pada tanggal 26 Juli 1975 M dan masih tetap berdiri sampai sekarang. 7 Husnul Yaqin, Sistem Pendidikan Pesantren Di Kalimantan Selatan, (Banjarmasin: Antasari Press, 2009), h. 1. 8 Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-1, h. 10. 9 Yaqin, Sistem Pendidikan..., op. cit., h.13.

5 Santriwati kelas 1 aliyah di pondok pesantren Al-Falah puteri adalah santriwati lulusan dari tingkat Mts Al-Falah puteri kemudian melanjutkan lagi ke tingkat aliyah. Kelas 1 aliyah merupakan masa perpindahan tingkat studi dari tsanawiyah menuju aliyah, barangkali dari perpindahan tersebut menjadikan tingkah laku santriwati berubah menjadi tidak baik karena mungkin dia merasa sudah berada ditingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan santriwati tingkat tadjhizi dan tsanawiyah, sehingga penulis tertarik untuk lebih menggali lagi bagaimana pembinaan akhlak yang diterapkan pada santriwati kelas 1 aliyah. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis terhadap pembinaan akhlak yang dilakukan ustadz/ustadzah terhadap santriwati kelas 1 aliyah sepertinya ustadz/ustadzah menggunakan berbagai macam metode dalam membina akhlak santriwati kelas 1 aliyah agar santriwati memiliki akhlak yang baik sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan latar belakang masalah inilah sehingga penulis tertarik mengambil judul PEMBINAAN AKHLAK SANTRIWATI KELAS 1 ALIYAH PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERI LANDASAN ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah penelitiannya adalah: Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak santriwati kelas 1 aliyah pondok pesantren Al-Falah puteri Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan?

6 C. Alasan Memilih Judul Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang penulis mengangkat judul diatas, yaitu: 1. Akhlak merupakan hal utama dalam Islam yang menjadi tolak ukur kesempurnaan iman seseorang. 2. Pada zaman sekarang sudah banyak terjadi kemerosotan akhlak, sehingga pembinaan akhlak sangat diperlukan bagi peserta didik. 3. Pembinaan akhlak sangat penting dalam rangka membentuk generasi muda yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. D. Tujuan Penelitian Melihat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak santriwati kelas 1 aliyah pondok pesantren Al-Falah puteri Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan. E. Signifikansi Penelitian Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi ilmiah dalam dunia pendidikan. 2. Sebagai bahan masukan bagi ustadz/ustadzah dan staf pondok pesantren Al-Falah puteri dalam rangka pembinaan akhlak santriwati kelas 1 aliyah pondok pesantren Al-Falah puteri Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan.

7 3. Untuk memperkaya bahan acuan atau khazanah ilmu pengetahuan Perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. F. Definisi Operasional 1. Pengertian Pembinaan Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 10 Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan guna membangun atau memperbaiki sesuatu yang telah ada, yang dilakukan secara baik dan efektif untuk mencapai suatu tujuan. Pembinaan yang dimaksudkan penulis adalah bagaimana ustadz/ustadzah pondok pesantren Al-Falah puteri dalam memberikan bimbingan dan arahan pada santriwati kelas 1 aliyah sehingga tercapai tujuan yang diinginkan berupa terbinanya akhlak yang baik pada santriwati kelas 1 pondok pesantren Al-Falah puteri. 2. Pengertian Akhlak Akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Baik dan buruk akhlak seseorang didasarkan pada Alquran dan hadits Nabi Saw. 11 10 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 134. 11 Ali Hamzah, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. ke-1, h. 141.

8 Menurut Imam Al-Gazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan, pikiran terlebih dahulu. 12 Klasifikasi akhlak terbagi menjadi tiga macam, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama dan akhlak kepada lingkungan. Akhlak yang dimaksudkan penulis disini yaitu lebih menekankan pada akhlak santriwati kelas 1 aliyah terhadap semua orang yang ada dilingkungan pondok pesantren Al-Falah puteri, baik itu ustadz/ustadzah maupun karyawan di pondok pesantren Al-Falah puteri. 3. Pengertian santri Santri adalah seorang pelajar sekolah agama yang bermukim di suatu tempat yang disebut pondok atau pesantren. Sebutan santri memiliki perbedaan yang substansial dengan sebutan siswa atau murid. Santri hanya berlaku bagi siswa yang belajar di pesantren dan objek kajian yang dipelajarinya adalah ilmu agama Islam, sedangkan murid atau siswa berlaku umum untuk semua peserta didik, yang secara khusus tidak belajar ilmu agama. 13 Santri terdiri dari dua kelompok: 1. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pondok pesantren. 2. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah sekitar pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. 14 12 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet. ke-5, h. 12-13. 13 Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebeni, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Cet. ke-1, h. 227. 14 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. ke-1, h. 158.

9 Santri yang dimaksudkan penulis disini adalah santri yang mukim/tinggal di pondok pesantren Al-Falah puteri. 4. Pengertian Pesantren Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri. Dengan begitu pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Santri atau murid mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (kiai) dan para guru (ulama atau ustadz). Pelajaran mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islam. 15 Pesantren secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu pesantren salafi dan pesantren khalafi. Pesantren salafi adalah pesantren yang masih terikat dengan tradisi lama pesantren yakni terkonsentrasi kepada kitab-kitab klasik, dan nonklasikal. Sedangkan pesantren khalafi adalah pesantren yang telah dimodernisasi baik dari segi kurikulum, metode pembelajaran dan manajemen. Pesantren khalafi ini lebih memberikan alternatif bagi peserta didiknya untuk mengembangkan diri. 16 Dalam penelitian ini penulis meneliti Pondok Pesantren Al-Falah Puteri yang tergolong sebagai pesantren salafi yang terus berkembang sampai sekarang. G. Tinjauan Pustaka 1. Melda rusanti ( NIM 0701218100) Jurusan pendidikan agama Islam yang telah menyelesaikan studinya pada tahun 2012, dalam skripsinya yang berjudul Pembinaan Akhlak Pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Ihya Ulumuddin Kecamatan Upau Kabupaten Tabalong. Dalam penelitiannya 15 Hidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. ke-2, h. 61. 16 Ibid., h. 25.

10 tersebut ia menyimpulkan bahwa pembinaan akhlak yang dilakukan guru yaitu berupa kegiatan pengawasan, bimbingan, keteladanan, nasehat, hukuman dan tata tertib. 2. Yuniati ( NIM : 0801219144) Jurusan pendidikan agama Islam yang telah menyelesaikan studinya tahun 2013, dalam skripsinya yang berjudul Pembinaan Akhlak di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islamiyah Alalak Tengah Kecamatan banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. Dalam penelitiannya tersebut ia menyimpulkan bahwa pembinaan akhlak dilakukan dengan keteladanan, pembiasaan, nasehat, hukuman dan hadiah dan pengawasan. Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islamiyah Alalak Tengah Kecamatan banjarmasin Utara Kota Banjarmasin adalah latar belakang pendidikan di Pondok Pesantren, kepribadian guru, adanya wibawa tuan guru, dan faktor lingkungan yang berupa pengawasan masyarakat. 3. Dalam jurnal karya Marzuki, Pembinaan Akhlak Mulia dalam Berhubungan Antar Sesama Manusia Dalam Persfektif Islam, Humanika, Vol 9, 2009, No 1. Dalam jurnal tersebut beliau mengatakan penerapan akhlak mulia dalam berhubungan antar sesama manusia tidak bisa dilepaskan dari kerangka aqidah dan syariah. Ketika orang melakukan hubungan dengan sesamanya, baik dengan dirinya sendiri, dengan keluarganya, maupun dengan masyarakatnya tetap harus didasari oleh

11 aqidah dan syariah yang benar, sehingga tercapai akhlak mulia yang sebenarnya. 4. Dalam buku karya Zamakhsari Dhofier yang berjudul Tradisi Pesantren studi tentang pandangan hidup kyai. Dalam buku tersebut dijelaskan secara terperinci mengenai ciri umum pesantren dan elemen-elemen sebuah pesantren yang meliputi: pondok, mesjid, pengajaran kitab-kitab Islam klasik santri dan adanya kyai. Menurut beliau elemen-elemen tersebut harus ada dalam sebuah pesantren. 17 Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya teliti yaitu saya hanya meneliti kelas 1 aliyah yang berjumlah 3 lokal, lokasi penelitiannya juga berbeda dengan penelitian terdahulu dan pembinaan dalam keseharian para santriwati tidak hanya pada saat jam sekolah tetapi diluar jam sekolah karena para santriwati beraktivitas di lingkungan pondok pesantren Al- Falah puteri. Sehingga, penelitian dalam skripsi ini akan menggambarkan tentang pembinaan akhlak santriwati kelas 1 aliyah pondok pesantren Al-Falah puteri Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan secara menyeluruh, apa adanya dan sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Adapun buku karya Zamakhsari Dhofier tersebut sebagai salah satu bahan rujukan dalam pembuatan skripsi ini. LP3ES, 1984). 17 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta:

12 H. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab, yang garis besarnya sebagai berikut : Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi operasional, kajian pustaka serta sistematika penulisan. Bab II Landasan teori yang berisi pengertian pembinaan akhlak, klasifikasi akhlak, baik dan buruk, dasar pembinaan akhlak, tujuan pembinaan akhlak, metode pembinaan akhlak, peran guru dalam memberikan pengawasan terhadap siswa, pengertian pesantren dan pola umum pesantren. Bab III Metode penelitian yang berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV Laporan hasil penelitian, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data serta analisa data. Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran