LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
KEBAHAGIAAN PADA PEREMPUAN. Miwa Patnani, M.Si., Psi Fakultas Psikologi Universitas YARSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

SUBJECTIVE WELL-BEING DAN REGULASI DIRI REMAJA PELAKU TINDAK KEKERSAN (Studi pada anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

LAMPIRAN. Lampiran 1. Copy lembar permohonan surat pengantar menuju RS Paru Surabaya

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

Case Processing Summary. Besarnya jumlah Kredit * Persyaratan yang di tetapkan Crosstabulation

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

LAMPIRAN I : KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL. sedang melakukan penelitian mengenai kondisi para dokter muda selama bertugas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

Mewujudkan Kebahagiaan di Masa Lansia dengan Citra Diri Positif *

PEDOMAN PENGAMATAN PERAWAT HUBUNGAN PELAKSANAAN EDUKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT NYERI PASIEN PASCA TINDAKAN NASOLARINGOSCOPY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

49

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Individu yang merasakan kesejahteraan

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

Daftar Riwayat Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

Lampiran 1. Kuesioner. 4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 5. Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda/Duda

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen Akademis Pada Anak Usia Dini

Universitas Sumatera Utara

PERMOHONAN MENJADI ASISTEN PENELITIAN

BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN. 1. Person Organizational Fit berpengaruh Signifikan terhadap Kepuasan

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ABDI DALEM KERATON KASEPUHAN CIREBON SKRIPSI. Oleh: Yuni Rohmawati

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

LAMPIRAN A. A-1 Skala Stres Kerja Karyawan. A-2 Skala Kecerdasan Emosi

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

LAMPIRAN A. Uji Coba dan Hasil Uji Coba. 7. Tabulasi Skor Uji Coba Skala Psychological Well Being. 8. Tabulasi Skor Uji Coba Skala Religiusitas

Crosstabulation Jenis Kelamin dengan Kelengkapan Laporan Operasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

PERAN MINAT DALAM BIDANG KERJA SOCIAL SERVICE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM K3 DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI TAHUN 20011

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA Oleh : Mohamad Iksan NIS : 151095156 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG 2015

KATA PENGANTAR Alhamdulillah Rabbil aalamiin, segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah semata, karena hanya dengan rahmah, taufik dan hidayah-nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul : perilaku berhutang dengan perasaan senang pada mahasiswa Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman khususnya di program studi psikologi yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. Penulis berusaha sekuat tenaga dan pikiran dengan harapan hasil yang sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pembaca agar kekurangan dan kesalahan dapat diperbaiki demi kesempurnaan penelitian ini. Demikian uraian singkat ini, besar harapan agar penelitian ini bermanfaat bagi kajian ilmu psikologi untuk menambah wawasan dan pengetahuan baik secara teoritis maupun praktis. Malang, Desember 2015 Peneliti

Daftar Isi Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Abstrak Bab I Pendahuluan dan Kajian Teori Bab II Metode Penelitian Bab III Hasil dan Diskusi Bab IV Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka

Abstrak Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dengan pendekatan media teknologi yakni melalui media facebook. Bentuk pelaksanaanya dengan menyebarkan angket lewat pesan di fitur media facebook. Analisis penelitian ini menggunakan analisis crosstab. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa psikologi dari tingkat pendidikan S1 dan S2 di UGM Yogyakarta Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 46,7% laki-laki dan 26,7 yang setuju, 20% laki-laki dan 13,3% perempuan yang sangat setuju, 20% laki-laki dan 46,7% perempuan tidak setuju, 13,3% laki-laki dan 13,3 perempuan sangat tidak setuju. Sehingga bisa dijelaskan perbedaannya bahwa karakter perasaan senang mahasiswa psikologi laki-laki lebih tinggi daripada mahasiswa perempuan ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang. Sebaliknya, mahasiswa perempuan masih lebih tinggi perasaan tidak senang daripada mahasiswa laki-laki ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang. Kata Kunci: Perilaku berhutang, perasaan senang, mahasiswa

A. BAB I Pendahuluan Hutang adalah proses bagaimana perilaku meminjam dan mengembalikan uang dengan adanya perjanjian antara kedua pihak atau lebih, bisa dengan antar seseorang, bahkan dengan instansi terkait sepeti bank atau yang lainnya. Sterbkov (2005) yang mengartikan perilaku berhutang sebagai tindakan individu atau rumah tangga pada proses di mana uang dipinjam dengan harapan akan dibayar di kemudian hari. Penelitian Strebkov (2005) juga menunjukkan umur, pendidikan, pendapatan, sert a jenis pekerjaan mempunyai hubungan dengan kecendrungan berhutang seseorang. Gaya hidup, kepribadian, sikap, nilai, dukungan sosial merupakan faktor psikologis yang berkontribusi pada perilaku berhutang seseorang. Adapun penelitian Watson (1998) menunjukk an individu yang mempunyai nilai materialism yang tinggi mempunyai sikap yang lebih positif terhadap hutang. Terlilitnya seseorang pada hutang, berdampak pada kesehatan mental. Hutang kartu kredit berhubungan dengan tingkat kecemasan. Kesulitan finansial membuat orang menjadi cemas dan stres (Drentea, 2000 & Ross, Cleland,& Macleod, 2006). Perilaku berhutang tersebut terkadang juga bisa membuat keadaan seseorang menjadi senang atau bahagia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebahagiaan menjadi satu hal yang ingin diraih oleh semua orang, baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Jika ditanya tentang tujuan hidupnya, kebahagiaan mungkin akan menjadi jawaban bagi sebagian besar orang. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia untuk mencapai kondisi bahagia. Menurut Aristoteles (dalam Williams, K, Brian; Sawyer, C, Stacey & Wahlstrom, M, Carl., 2006), kebahagiaan merupakan bentuk kesempurnaan, sehingga banyak upaya yang dilakukan untuk mencapainya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh James (d alam Williams dkk, 2006) bahwa kebahagiaan

merupakan hal yang sangat penting sehingga upaya untuk mencapai kebahagiaan menjadi fokus perhatian dan tujuan dari manusia sepanjang waktu. Dengan demikian jelas bahwa setiap orang tampaknya ingin mencapai kebahagiaan dan akan berusaha melakukan upaya tertentu untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Schimmel (2009) menjelaskan bahwa kebahagiaan merupakan penilaian individu terhadap keseluruhan kualitas hidupnya. Menurut Schimmel (2009), kebahagiaan terkadang juga disebut sebagai kesejahteraan subyektif (subjective well being). Sementara menurut Diener & Ryan (2009), kebahagiaan mengacu kepada emosi yang bersifat positif, sedangkan subjective well being mencakup emosi yang positif maupun negatif. Namun demikian kedua istilah tersebut menunjukkan penilaian individu terhadap kualitas hidupnya. Selanjutnya Diener dkk (1999), menyatakan bahwa kebahagiaan ataupun kesejahteraan subyektif dapat dilihat dari adanya emosi yang menyenangkan, emosi yang tidak menyenangkan, kepuasan hidup secara umum, dan kepuasan pada ranah tertentu. Dari berbagai teori tentang kebahagiaan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan merupakan penilaian seseorang akan kualitas hidupnya yang ditandai dengan adanya emosi yang menyenangkan dan rasa puas dengan kehidupannya. Meskipun demikian, tingkat kebahagiaan pada kaum perempuan tampaknya perlu mendapatkan perhatian yang lebih mendalam. Mengapa demikian? Peran dan status perempuan tampaknya telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang penuh konflik dan masalah. Berbagai konflik dan masalah ini menyebabkan kehidupannya seorang perempuan rentan dengan stres. Donelson (1999) menjelaskan banyak penelitian yang menunjukkan kaum perempuan lebih sering mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh King (2008), bahwa perempuan memiliki kemungkinan hampir dua kali lipat dari laki-laki untuk mengalami depresi. Kondisi depresi dan gangguan kesehatan mental ini tentunya akan

menghalangi seorang perempuan untuk mencapai kebahagiaan. Mengingat rentannya kaum perempuan dengan stres yang dapat menyebabkan depresi, maka menjadi satu hal yang penting untuk memahami kebahagiaan pada kaum perempuan. Pemahaman ini, diharapkan dapat membantu upaya meningkatkan kebahagiaan kaum perempuan. Dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi, kaum perempuan diharapkan akan lebih optimal dalam menjalankan berbagai peran yang disandangnya sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan umat manusia. Ada banyak hal yang dapat membuat seseorang merasa bahagia. Hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan mungkin berbeda pada setiap orang. Satu hal yang dianggap sebagai sumber kebahagiaan bagi seorang individu, belum tentu menjadi sumber kebahagiaan bagi individu lain. Menurut Diener dan Ryan (2009), beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah: kecerdasan emosional, religiusitas, relasi sosial, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa individu akan merasa bahagia jika memiliki kecerdasan emosi yang baik, bersikap religius, memiliki hubungan sosial yang baik, dan memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memuaskan. Sebaliknya jika hal-hal tersebut tidak dimiliki oleh seorang individu, maka individu tersebut tidak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan tampaknya merupakan keinginan semua orang. Meskipun menjadi hal yang ingin dicapai semua orang, namun dalam kenyataannya pencapaian kebahagiaan bukanlah satu hal yang sederhana. Cukup banyak orang yang merasa tidak bahagia, sehingga berusaha untuk mencari cara bagaimana agar dapat merasakan kebahagiaan Sehingga perlu kita ketahui bahwa konsepsi mengenai hutang seringkali menjadi bahan yang negatif. Akan tetapi, di dalam perjalanan wawasan ilmu pengetahuan yang diperoleh masyarakat

dapat merubah konsepsi negative menjadi suatu hal yang positif terkait hutang semacam dari keadaan cemas menjadi keadaan bahagia atau senang, walaupun dengan sendirinya konsep positif tersebut belum tentu disadari oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mencoba melihat perilaku ataupun sikap seseorang terkait hutang dalam hubungannya dengan konsepsi yang positif seperti halnya factor psikologis yakni senang atau bahagia ketika seseorang tersebut melakukan proses perilaku berhutang Hipotesis; perilaku berhutang mahasiswa dapat diprediksi dengan perasaan senang. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1)apakah perilaku berhutang mahasiswa dapat diprediksi dengan perasaan senang?.. B. BAB II Metode Penelitian Metode penelitian kuantitatif. Dengan pendekatan media teknologi yakni melalui media facebook. Bentuk pelaksanaanya dengan menyebarkan angket lewat pesan di fitur media facebook. Analisis penelitian ini menggunakan analisis crosstab. Yogyakarta Subjek penelitian ini adalah mahasiswa psikologi dari tingkat pendidikan S1 dan S2 di UGM C. BAB III Hasil dan Diskusi

Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent sikap terhadap perilaku 30 100.0% 0.0% 30 100.0% berhutang * jenis kelamin sikap terhadap perilaku berhutang * jenis kelamin Crosstabulation jenis kelamin laki-laki perempuan Total sikap terhadap perilaku Setuju Count 9 6 15 berhutang % within sikap terhadap perilaku berhutang 60.0% 40.0% 100.0% % within jenis kelamin 60.0% 40.0% 50.0% % of Total 30.0% 20.0% 50.0% sangat setuju Count 1 0 1 % within sikap terhadap perilaku 100.0%.0% 100.0% berhutang % within jenis kelamin 6.7%.0% 3.3% % of Total 3.3%.0% 3.3% tidak setuju Count 3 9 12 % within sikap terhadap perilaku 25.0% 75.0% 100.0% berhutang % within jenis kelamin 20.0% 60.0% 40.0% % of Total 10.0% 30.0% 40.0% sangat tidak setuju Count 2 0 2

% within sikap terhadap perilaku 100.0%.0% 100.0% berhutang % within jenis kelamin 13.3%.0% 6.7% % of Total 6.7%.0% 6.7% Total Count 15 15 30 % within sikap terhadap perilaku 50.0% 50.0% 100.0% berhutang % within jenis kelamin 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0% Gambar 1. Sikap terhadap perilaku berhutang berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan gambar 1. Menyebutkan terdapat 60% laki-laki dan 40% perempuan yang setuju, 6,7% laki-laki dan 0% perempuan sangat setuju, 20% laki-laki dan 60% perempuan tidak setuju, 13,3% laki-laki dan 0% perempuan sangat tidak setuju dengan perilaku berhutang. Sehingga bisa dijelaskan perbedaannya bahwa mahasiswa psikologi yang laki-laki lebih tinggi capaiannya 60% daripada 40% mahasiswa perempuan yang setuju dengan perilaku berhutang. Sebaliknya, mahasiswa perempuan lebih tinggi (60%)tingkat tidak setuju nya daripada laki-laki (33%) terhadap perilaku berhutang. Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent perasaan senang * jenis 30 100.0% 0.0% 30 100.0% kelamin

Perasaan senang * jenis kelamin Crosstabulation jenis kelamin laki-laki perempuan Total perasaan senang Setuju Count 7 4 11 % within perasaan senang 63.6% 36.4% 100.0% % within jenis kelamin 46.7% 26.7% 36.7% % of Total 23.3% 13.3% 36.7% sangat setuju Count 3 2 5 % within perasaan senang 60.0% 40.0% 100.0% % within jenis kelamin 20.0% 13.3% 16.7% % of Total 10.0% 6.7% 16.7% tidak setuju Count 3 7 10 % within perasaan senang 30.0% 70.0% 100.0% % within jenis kelamin 20.0% 46.7% 33.3% % of Total 10.0% 23.3% 33.3% sangat tidak setuju Count 2 2 4 % within perasaan senang 50.0% 50.0% 100.0% % within jenis kelamin 13.3% 13.3% 13.3% % of Total 6.7% 6.7% 13.3% Total Count 15 15 30 % within perasaan senang 50.0% 50.0% 100.0% % within jenis kelamin 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Gambar 2. Perasaan senang mahasiswa ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan hasil gambar 2. Telah menyebutkan terdapat 46,7% laki-laki dan 26,7 yang setuju, 20% laki-laki dan 13,3% perempuan yang sangat setuju, 20% laki-laki dan 46,7% perempuan tidak setuju, 13,3% laki-laki dan 13,3 perempuan sangat tidak setuju. Sehingga bisa dijelaskan perbedaannya bahwa karakter perasaan senang mahasiswa psikologi laki-laki lebih tinggi daripada mahasiswa perempuan ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang. Sebaliknya, mahasiswa perempuan masih lebih tinggi perasaan tidak senang daripada mahasiswa laki-laki ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang.

Hasil penelitian ini senada dengan Penelitian Strebkov (2005) yang menunjukkan umur dan jenis pendidikan mempunyai hubungan dengan kecendrungan berhutang seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih tidak setuju daripada lakilaki dalam perilaku berhutang. Hal ini hampir sama dengan pernyataan King (2008), bahwa perempuan memiliki kemungkinan hampir dua kali lipat dari laki-laki untuk mengalami depresi. Kondisi depresi dan gangguan kesehatan mental ini tentunya akan menghalangi seorang perempuan untuk mencapai kebahagiaan. Baik laki-laki maupun perempuan, dalam penelitian menunjukkan bahwa mereka merasa senang atau bahagia ketika mendapatkan pinjaman. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh James (dalam Williams dkk, 2006) bahwa kebahagiaan menjadi fokus perhatian dan tujuan dari manusia sepanjang waktu. Dengan demikian jelas bahwa setiap orang tampaknya ingin mencapai kebahagiaan dan akan berusaha melakukan upaya tertentu untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam upaya perilaku berhutang inilah mahasiswa tersebut bisa mendapatkan kebahagiaan.

D. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pemaparan data, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mahasiswa psikologi UGM lebih setuju 53% daripada 47% tidak setuju terhadap perilaku berhutang. 2. Tingkat perasaan senang mahasiswa mencapai 54% ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang. 3. Berdasarkan jenis kelamin bahwa mahasiswa psikologi laki-laki lebih tinggi capaiannya 60% daripada 40% mahasiswa perempuan yang setuju dengan perilaku berhutang. Sebaliknya, mahasiswa perempuan lebih tinggi (60%)tingkat tidak setuju nya daripada laki -laki (33%) terhadap perilaku berhutang. 4. Berdasarkan jenis kelamin bahwa karakter perasaan senang mahasiswa psikologi laki-laki lebih tinggi daripada mahasiswa perempuan ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang. Sebaliknya, mahasiswa perempuan masih lebih tinggi perasaan tidak senang daripada mahasiswa laki-laki ketika berhasil mendapatkan pinjaman hutang. 5. Perilaku berhutang mahasiswa psikologi UGM dapat diprediksi dengan perasaan senang.

Daftar Pustaka Diener, Ed & Ryan, Katherine. 2009. Subjective Well Being: a General Overview. South AfricanJournal of Psychology. Vol 39 (4), pp 391-406 Diener, Ed et al. 1999. Subjective Well Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin.Vol 125 No 2. 276-302. Donelson, E, Frances. 1999. Woman s Experiences. A Psychological Perspective. California: Mayfield Publishing Company. Drentea, P. (2000). Age, debt and anxiety. Journal of Health and Social Behavior, 41, 437-450. King, A, Laura. 2008. The Science of Psychology. An Appreciative View. New York: The McGraw- Hill Companies, Inc. Ross, S., Cleland, J., & Macleod, M. J. (2006). Stress, debt and undergraduate medical student performance. Medical Education, 40: 584 589. Schimmel, J. 2009. Development as Happiness: The Subjective Perception of Happiness and UNDP s Analysis of Poverty, Wealth and Development. Journal of Happiness Studies Vol 10 Issue 1, p93-111, 19p. Strebkov, D. (2005). Household borrowing behavior in Russia. Problems of Economic Transition, 48, 22 48. Watson, J. J. (1998). Materialism and debt: A study of current attitudes and behaviors. Advances in Consumer Research 25, 203-207. Williams, K, Brian; Sawyer, C, Stacey & Wahlstrom, M, Carl. 2006. Marriages, Families & Intimate Relationship. A Practical Introduction. USA: Pearson Education, Inc.