BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No. 32 tahun 2004 yang sekarang direvisi menjadi UU No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua undang undang tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. Kewenangan yang dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran. Ketentuan dalam undang undang No. 17 tahun 2003 pasal 36 ayat (1) tentang keuangan Negara, mengamanatkan penggunaan basis akrual dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja, yang berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) angka 13,14,15 dan 15 undang undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatandan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Berdasarkan penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003, asas pengelolaan keuangan Negara antara lain : 1
1. Akuntabilitas; 2. Profesionalitas; 3. Proporsionalitas; 4. Keterbukaan pengelolaan keuangan Negara; 5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Dalam rangka menciptakan tata kelola yang baik (good governance), pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan Negara, salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan kebijakan akuntansi pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang bertujuan untuk memberikan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukun dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. PP No. 71 Tahun 2010 merupakan revisi dari PP No. 24 tahun 2005 yang digunakan instansi publik sebagai acuan dan pedoman dalam kegiatan pengelolaan keuangannya. Terbitnya PP No. 71 Tahun 2010 ini merupakan pelaksanaan dari amanat Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 36 yang menyatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia adalah selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah undang-undang tersebut ditetapkan, artinya pada tahun 2008 seharusnya semua entitas pemerintahan sudah harus menerapkan akuntansi berbasis akrual. Namun kenyataannya, baru pada tahun 2010 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menerbitkan SAP berbasis akrual dan 2
diharapkan implementasinya secara penuh diseluruh entitas pemerintahan dapat terlaksana di tahun 2015 (Halim, 2012:27). Pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan komponen yang penting dalam menjalankan suatu organisasi. Melalui pencatatan dan pelaporan, akan tergambar jelas aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi. Pemerintahan sebagai organisasi publik juga memiliki kewajiban untuk melaporkan aktivitas yang terjadi di pemerintahan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan Keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan pemanfaatan teknologi informasi untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang efektif dan efisien. Dalam sistem Pemerintahan Daerah terdapat dua subsistem, yaitu Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Laporan keuangan SKPD merupakan sumber untuk menyusun laporan keuangan sebaik mungkin. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan otonomi seluas-luasnya dan secara proporsional kepada daerah yang diwujudkan dengan adanya pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi (accounting entity) pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk menyusun laporan keuangan yang akan disampaikan 3
kepada Gubernur / Bupati / Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Dinas Pendapatan Daerah atau yang dikenal dengan sebutan Dispenda adalah organisasi yang berada di bawah PEMKO MEDAN yang di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggungjawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah yang memiliki tanggungjawab dalam pemungutan pendapatan daerah melalui pengkoordinasian dan pemungutan pajak, retribusi, bagi hasil pajak, dana perimbangan, dan lain sebagainya. Sebagai pengguna anggaran, Dispenda juga harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 yang sekarang sudah direvisi menjadi Permendagri No. 64 tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ini didukung pula dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang kemudian direvisi dengan PP No. 71 Tahun 2010. Dari Uraian yang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis persiapan Pemerintah Kota Medan untuk menerapkan SAP berbasis akrual tentang pencatatan dan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh DISPENDA kota Medan yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul : Analisis Kesiapan Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Berbasis Akrual Pada Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan telah melakukan pencatatan akuntansi dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 64 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010? 2. Apakah Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan telah menyusun laporan keuangan dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 64 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010? 3. Apakah upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dalam mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui apakah Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan telah melakukan pencatatan akuntansi dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 64 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010? 2. Mengetahui apakah Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) 5
Kota Medan telah menyusun Laporan keuangan dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 64 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010? 3. Mengetahui sejauh mana Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Medan mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dalam penyusunan pelaporan keuangan. 1.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, penulis berharap terdapat manfaat bagi : 1. Peneliti Untuk menambah pengetahuan mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan pemerintah daerah khususnya pada DISPENDA 2. DISPENDA Sebagai bahan pertimbangan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan 3. Peneliti selanjutnya Sebagai referensi bagi peneliti lain yang sejenis. 6