BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Definisi Diabetes Melitus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Mellitus Type II

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN.

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend penyakit DM tipe 2 di

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diabetes Melitus a. Pengertian Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan adanyan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi sebagai pengendali kadar glukosa dalam darah dengan cara mengatur produksi dan penyimpanannya ( Smeltzer & Bare, 2001). PERKENI (2011), ADA (2012) dan Price & Wilson (2002) menyatakan DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. b. Klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes Asociation (ADA) tahun 2012 dan Soegono, (2008) menyatakan terdapat 4 klasifikasi DM yaitu : 1) DM tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus), tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga kekurangan insulin absolute. Umumnya penyakit berkembang 1

kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. Pada DM tipe ini biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan terapi insulin dari luar. 2) DM tipe 2 atau NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus), tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi insulin yang diproduksi kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. 3) DM dengan kehamilan atau diabetes gestasional DM ini merupakan suatu penyakit DM yang muncul pada saat hamil yang sebelumnya kadar glukosanya normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DM tipe ini adalah wanita yang hamil dengan umur dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan DM, infeksi yang berulang dan melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg. 4) DM tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi dan syndrome genetik lain yang berhubungan dengan DM. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon dan epinefrin bersifat anatgonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormon ini dapat mengakibatkan DM tipe ini. 2

c. Etiologi Diabetes Mellitus Price & Wilson (2006) menyebutkan genetik mempunyai peran penting terjadinya penyakit DM. Transmisi genetik paling kuat terdapat pada diabetik awitan dewasa muda yaitu subtipe penyakit diabetes yang diturunkan dengan pola autosomal dan membawa (carier) sekitar 90%. Pada pasien DM terjadi kelainan pengikatan insulin dengan reseptor akibat ketidak normalan reseptor insulin intrinsik. d. Manifestasi Klinis Smelzert & Bare ( 2001), Waspadji (2007) dan Tobing dkk (2008) menyatakan manifestasi klinis DM yang khas adalah trias DM yaitu poliuria adalah peningkatan jumlah frekuensi berkemih, polidipsi yaitu peningkatan rasa haus dan polipagia yaitu peningkatan selera makan. Gejala klinis DM yang lain yaitu terjadi hiperglikemia, ketoasidosis yang menimbulkan gejala nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi dan nafas bau keton, kelelahan dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien lama, kelainan kulit, kelainan genikologi, kesemutan, kelemahan tubuh, luka yang tidak sembuh-sembuh, impoten pada pria dan mata kabur. 3

e. Patofisiologi Insulin adalah hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang fungsi utama yaitu mengatur kadar gula dalam darah. Insulin diproduksi oleh sel beta pankreas dan disekresi saat terjadi pencernaan makanan untuk membantu proses penyerapan makanan. Insulin membawa serta memasukkan glukosa darah hasil dari proses penyerapan makanan ke dalam sel-sel atau organ seluruh tubuh untuk digunakan pada semua aktivitas sel. Pengaturan glukosa darah dilakukan bersama dengan hormon glukagon yang dihasilkan oleh sel alfa kelenjar pankreas (Goldstein, Bary & Wieland, 2008). DM tipe 2 merupakan masalah utama berhubungan dengan insulin. DM terjadi karena ada 2 permasalahan yaitu adanya retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Dalam keadaan normal insulin akan berikatan dengan reseptor khusus permukaan sel sehingga akan menjadi suatu rangkaian reaksi yang menyebabkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sel, sedangkan pada kasus retensi insulin terjadi penurunan reaksi intrasel sehingga insulin tidak efektif dalam menstimulasi metabolisme glukosa sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia). Jika glukosa dalam darah terus meningkat dan tidak terjadi metabolisme maka kebutuhan jaringan terhadap glukosa meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadi proses pemecahan lemak dan protein (glukoneogenesis) (Smeltzer & Bare, 2001). 4

f. Faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus Faktor yang mempengaruhi DM menurut Smeltzer & Bare (2001) dan Ehsan (2010) yaitu : 1) Usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun). Peningkatan umur sangat erat kaitannya dengan kejadian DM, lebih dari 50% penderita DM tipe 2 terjadi pada kelompok umur 60 tahun keatas (Goldstein, Bary & Wieland, 2008). Menurut PERKENI (2006) batasan umur beresiko DM tipe 2 di Indonesia yaitu 45 tahun keatas. Faktor resiko usia untuk penderita DM dapat terjadinya pada usia <45 tahun dan usia >45 tahun, DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor resiko umur. Usia > 45 tahun adalah kelompok usia yang beresiko menderita DM. DM merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia (Zahtamal, Chandra, Suyanto, & Restuastuti, 2007). 2) Obesitas ( pola makan) Makan secara berlebihan serta melebihi kadar kalori yang di butuhan tubuh memicu timbulnya penyakit DM tipe 2. Obesitas adalah suatu kelainan dalam penganturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh faktor biologi dan fisiologi yang terakumulasi di jaringan lemak yang tidak normal 5

di jaringan adipose dan dapat mengganggu kesehatan (Soegondo, 2007). Obesitas merupakan faktor resiko yang penting terjadinya penyakit DM. Orang obesitas masukan makanannya berlebihan sehingga kerja pankreas akan lebih keras untuk menormalkan kadar gula dalam darah akibat asupan makanan yang berlebihan, sehingga lama kelamaan sel beta pankreas tidak akan mengalami kelelahan dan tidak mamapu menghasilkan insulin secara maksimal untuk mengimbangi kelebihan kalori yang masuk. Sehingga kadar glukosa akan meningkat dalam darah (Waspadji, 2007). DM tipe 2 meningkat secara bermakna dan progresif sejalan dengan meningkatnya indeks massa tubuh dan lamanya menderita obesitas atau berat-badan lebih (Wannamethee, dkk dalam Anugrah, Hasbullah & Suarnianti, 2014). 3) Riwayat keluarga Seorang anak yang mempunyai keluarga dengan DMmempunyai resiko 3 kali lipat beresiko untuk menderita DM. Riwayat keluarga dengan DM memiliki resiko menderita DM sebesar 15%. Jika kedua orangtua memiliki DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75%. Resiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar10-30%dari pada ayah (Diabetes UK, 2010). Pada penelitian familia didapatkan 25-50% penderita DM mempunyai riwayat keluarga DM, sedangkan pada masyarakat 6

umum hanya dijumpai kurang dari 15%. Berbagai penelitian keluarga dengan DM mendapatkan prevalensi DM berkisar 10-30% dibandingkan pada non-diabetik yaitu 1-6 % (Fatmawati, 2010). Bustam (2007) dalam Tucunan dkk (2014) menyatakan faktor genetik akan menentukan individu yang suseptibel atau rentan terkena DM. Dalam masyarakat, kelompok resiko (high risk group) dengan riwayat keluarga DM merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. 4) Kelompok etnik Ras atau etnik adalah suku atau budaya setempat dimana suku atau budaya mempengaruhi faktor resiko penyakit DM berasal dari lingkungan (Masriadi, 2012 dalam Syamiyah, 2014). Golongan Hispanik di Amerika lebih besar kemungkinan terkena diabetes dibandingkan dengan golongan Afro Amerika. Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya, anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa, sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi, penelitian yang dilakukan oleh NHANES (National Health And Nutrition Examinations Surveys) dari 11.090 sampel, didapati 880 yang menderita diabetes dengan sampel ras kulit hitam dan 7

putih usia 20-70 tahun, wanita kulit hitam mempunyai 2 kali menderita diabetes dibandingkan dengan wanita kulit putih (Lipton, 1993). 5) Hipertensi Tekanan darah > 140/90 mmhg dapat menimbulkan resiko DM. Menurut Sunjaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami hipertensi mempunyai resiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami DM dibanding individu yang tidak hipertensi. Hipertensi pada DM diakibatkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, 2012 ). 6) Dislipedimia Deslipidemia adalah kedaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (trigliserida>250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien DM (Fatimah, 2015). Pada penderita DM dislipedemia 2-3x lebih tinggi dibanding penderita umum (Unger & Foster,1985). 7) Jenis kelamin Berdasarkan prevalensi, wanita dan pria mempunyai peluang yang sama terkena DM. Hanya saja, dari faktor resiko, wanita lebih beresiko mengidap DM karena secara fisik wanita memiliki 8

peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Selain itu pada wanita yang sedang hamil terjadi ketidakseimbangan hormonal, progesteron tinggi, sehingga meningkatkan sistem kerja tubuh untuk merangsang sel-sel berkembang (termasuk pada janin), tubuh akan memberikan sinyal lapar dan pada puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung asupan kalori dan menggunakannya secara total sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah saat kehamilan (Betteng, Pangemanan, Mayulu, 2014). Berdasarkan Riskesda 2007, prevalensi DM tipe 2 pada laki- laki sebesar 4,9% sedangkan pada perempuan 6,4%. Sedangkan menurut Irawan (2010) jumlah penderita DM pada wanita sebesar 54.33% dan laki-laki sebanyak 45,67%. 8) Tempat tinggal Faktor penyebab DM adalah berdasarkan tempat tinggal. Orang yang tinggal di daerah perkotaan akan berresiko terkena DM dibandingkan di daerah pedesaan (Thelin & Holmberg, 2014). Masyarakat di pedesaaan lebih banyak aktifitas dan konsumsi makanan yang baik dibandingkan didaerah perkotaan. Berdasarkan penelitian Lian Gu, et all (2012 ) menyatakan terdapat perbedaan prevalensi DM di daerah kota dan pedesaan. 9

g. Komplikasi DM Secara global komplikasi kronis DM dibagi dua yaitu komplikasi akut dan kronis (PERKENI, 2010) : 1) Komplikasi akut Komplikasi akut yaitu keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. a) Hipoglikemia Hipoglikemi adalah suatu keadaan kadar glukosa darah turun di bawah 50-60mg/dl. Keadaan tersebut terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makan yang sedikit dan aktivitas yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2002). b) Hiperglikemik, hiperosmolar dan komadiabetik (HHNK) Hiperglikemia yang berat mengakibatkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat, menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit sehingga terjadi perubahan tingkat kesadaran. 2) Komplikasi kronis Komplikasi kronis yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah kecil (komplikasi mikrovaskular) seperti pada ginjal dan retina mata dan komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar (komplikasi makrovaskular) seperti pada jantung, pembuluh 10

darah otak dan pembuluh darah tungkai bagian bawah (Waspadji, 2007 & PERKENI, 2010). a) Masalah pada mata (retinopati) Terjadi karena adanya perubahan pembuluh darah kecil ke retina. b) Penyakit jantung DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan hipertensi meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi. c) Gangguan fungsi ginjal (nefropati) Komplikasi nefropati pada DM dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sehingga memerlukan tindakan cuci darah atau transplantasi ginjal. Resiko untuk terjadinya gagal ginjal pada penderita DM tujuh kali lebih besar daripada bukan DM. Nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi diantara semua komplikasi DM. 2. Prevalensi a. Pengertian Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi suatu penyakit pada kurun waktu tertentu. Angka prevalensi 11

dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya penyakit (Dorland, 2002; Ridwan, 2011). b. Cara perhitungan prevalensi Menghitung prevalensi dilakukan dengan membagi pembilang dari angka adalah jumlah kasus yang ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah populasi total (Dorland, 2002; Ridwan, 2011). c. Faktor yang mempengaruhi Menurut Richard, et all (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi adalah: 1) Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi meningkat. 2) Durasi penyakit. 3) Intervensi dan perlakuan yang mempunyai efek pada prevalensi. 4) Jumlah populasi yang sehat. 12

B. Kerangka Teori Toleransi glukosa terganggu Kelainan ikatan insulin dengan reseptor. Menurunya jumlah produksi insulin Kerusakan sel b Manifestasi klinis 1. Poliuri 2. Polidipsi 3. Polipagi 4. Hipoglikemia 5 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi : 1. Akut a. Hiperglikemia b. Hipoglikemia 2. Kronik a. Makrovaskuler b. Mikrovaskuler Hiperinsuli ne Resistensi insulin Kompensasi toleransi glukosa normal Penumpukan lemak Faktor Faktor : 1. Usia 2. Obesitas 3. Hipertensi 4. Dislipedemia 5. Tempat tinggal 6. Riwayat keluarga 7. Kelompok etnik Gambar 2.1 Kerangka Teori Smeltzer & Bare (2001), Price & Wilson (2006), Waspadji( 2007) & PERKENI ( 2010). 13

C. Kerangka Konsep Faktor Faktor : 1. Usia 2. Jenis kelamin Kelompok 3. Hipertensi etnik 4. Kadar kolestrol 5. Tempat tinggal DM tipe 2 1. Obesitas 2. Stress 3. Riwayat keluarga 4. Kurang aktivitas 5. Kelompok etnik Keterangan: : Diteliti : Tidak Diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep Smeltzer & Bare (2001), Price & Wilson (2006), Waspadji( 2007) & PERKENI ( 2010). 14

D. Hipotesis 1. Kecenderungan penderita DM di RSUD Cilacap tahun 2009-2015 bervariasi. 2. Kecenderungan penderita DM berdasarkan faktor jenis kelamin wanita bervariasi. 3. Kecenderungan penderita DM berdasarkan faktor usia diatas dari 45 tahun bervariasi. 4. Kecenderungan penderita DM berdasarkan faktor kolesterol yang tinggi bervariasi. 5. Kecenderungan penderita DM berdasarkan faktor hipertensi bervariasi. 6. Kecenderungan penderita DM berdasarkan faktor tempat tinggal daerah perkotaan bervariasi. 15