14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN BIOFISIK LAHAN UNTUK PENILAIAN KERENTANAN BANJIR DI DAS BENGAWAN SOLO HULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

Dra. Alif Noor Anna, M.Si. Fakultas Geografi UMS

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP TINGKAT KEKRITISAN AIR METEROLOGIS DI DAS BENGAWAN SOLO HULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan Potensi Limpasan Air Permukaan (Run Off) sebagai Sumber Energi di Bidang Sumber Daya Air di Sub DAS Penyangga Kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

KAJIAN KERAWANAN KEKERINGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO HULU TENGAH

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

NERACA SUMBER DAYA AIR WILAYAH DAN KEKRITISAN AIR METEOROLOGIS DAS BENGAWAN SOLO HULU

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

The Impact of Global Climate Change to the Balance of Water Resource in the Upper Bengawan Solo Watershed. Abstract

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

Resiko Banjir Kabupaten Gresik Berdasarkan Citra Satelit (Wiweka)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB III TINJAUAN WILAYAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN BERDASARKAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JLANTAH HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

Transkripsi:

Penyebab Banjir Indonesia: Iklim/curah hujan Gelobang pasang/rob Limpasan sungai OLEH: Alif Noor Anna Suharjo Yuli Priyana Rudiyanto Penyebab Utama Banjir di Surakarta: Iklim dengan curah hujan tinggi Alih Fungsi lahan Morfologi Sungai Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu Metode Penelitian Survei dengan analisis data skunder, berupa data potensi limpasan permukaan, data penggunaan lahan, dan data morfologi sungai Gambar 1. Peta Administrasi Daerah Penelitian 1

CH Debit 14/06/2013 Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Tahun 2004-2008 500 Didasarkan atas penentuan iklim dengan Schmidt dan Ferguson dari 5 stasiun, diperoleh bahwa daerah penelitian mempunyai iklim agak kering sampai sedang. 400 300 200 100 0 Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni CH Bulan Artinya daerah penelitian termasuk daerah yang mempunyai jumlah bulan hujannya kurang mencukupi bulan kering, sampai yang jumlah bulan hujannya setara dengan bulan kering Debit Sungai Bengawan Solo (Pengukuran di Jurug) 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 - Juli 08 Agustus 08 September 08 Oktober 08 November 08 Desember 08 Januari 09 Februari 09 Bulan Maret 09 April 09 Mei 09 Juni 09 Debit Peta Perubahan Penggunaan Lahan Terjadi Alih Fungsi Lahan di Daerah Penelitian Penggunaan Luas (m²) Lahan 1989 % 2002 % Selisih (m 2 ) Hutan 216.842.624,64 5,75 95.364.768,39 2,53-121.477.856.25 Kebun 385.804.095,54 10,22 1.011.058.458,59 26,79 +625.254.363.05 Lahan Kering 1.371.238.737,90 36,33 835.809.514,07 22,15-535.429.223.83 Permukiman 405.896.735,54 10,76 678.769.872,10 17,99 +272.873.136.56 Sawah 1.308.204.097,86 34,66 1.066.983.678,33 28,27-241.220.419.53 Daerah Berair 86.008.417,08 2,28 86.008.417,08 2,28 0 Jumlah 3.773.994.708,56 100 3.773.994.708,56 100 0 2

Luas (%) 14/06/2013 Grafik Penggunaan Lahan 1989 dan 2002 Peningkatan Debit Puncak Sungai 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Hutan Kebun Lahan Kering Permukiman Sawah Waduk/Daerah Berair 1989 2002 Penggunaan Lahan Perubahan Potensi Air Permukaan (Co) Paleomorfologi Sungai Bengawan Solo No Sub Sub DAS Cover 1989 Co (%) 1989 Cover 2002 Co (%) 2002 Selisih Co 1 Alang Unggahan 12,908 49,147 13,998 50,237 +1,090 2 Bambang 15,377 31,673 16,142 32,438 +0,765 3 Dengkeng 15,214 38,836 15,205 38,827-0,009 4 Jlantah Walikun Ds 15,468 44,211 14,996 43,739-0,472 5 Keduang 13,674 46,288 13,090 45,704-0,584 6 Mungkung 13,811 41,752 12,453 40,394-1,358 7 Pepe 13,957 37,463 12,845 36,351-1,112 8 Samin 15,867 43,936 15,055 43,124-0,812 9 Wiroko Temon 12,193 52,347 12,529 52,683 +0,336 10 Waduk/Daerah Berair 2,500 37,643 2,500 37,643 0 Sungai Bengawan Solo awalnya arah aliran mengalir ke arah selatan bermuara ke Samudra Indonesia. Akibat tenaga paleo tektonik dari Australia yang menunjam ke Pulau Jawa maka bagian pinggir (bagian Selatan Pulau Jawa) berangsur-angsur terangkat sehingga aliran air tidak dapat mengalir ke Selatan dan berbalik ke Utara yang lebih rendah. Bekas-bekas yang ditinggal sebagai bukti bahwa Sungai Bengawan Solo pernah mengalir ke Pantai Selatan Jawa yaitu morfologi sungai, struktur perlapisan sedimen, ukuran butir sedimen, dan asal sedimen terbentuk. Sumber: Hasil pengolahan data primer 3

Morfologi Sungai Bengawan Solo Masa Sekarang Penampang sungai yakni dasar sungai merupakan hasil morfologi masa sekarang. Hal ini disebabkan karena adanya penumpukan atau sedimentasi material-material yang terbawa oleh aliran air sungai. Hasil analisa kemencengan data ukuran butir (2010) didapatkan angka kemencengan positif. Hal ini berarti material tersebut merupakan hasil proses fluvial bukan marin. Arah aliran menuju ke Utara yaitu ke Pantai Utara Jawa yang lebih rendah Gambar 3. Profil Material Sedimen No No Sampel Skewness 1 1 + 0.0358 2 2 + 0.00585 3 3 + 0.00414 4 4 + 0.00578 5 5 + 2.0535 6 6 + 0.07147 7 7 + 0.0114 8 8 + 0.0883 Sumber: Analisa Data Ukuran Butir, 2010 Tabel Ketinggian Permukaan Sungai Bengawan Solo Titik Ketinggian Air (mdpal) Ketinggian Permukaan (mdpal) 1 118 128 2 118 128 3 118 128 4 118 125 5 117 124 6 109 116 7 107 116 8 106 116 9 106 116 10 105 115 11 114 116 12 108 121 13 103 108 14 105 110 15 103 114 16 103 106 17 95 102 18 94 100 19 96 107 20 83 105 21 85 108 Sumber: Cek Lapangan, 2010 Gambar 4. Peta Profil Melintang dan Sebaran Sampel Sungai Bengawan Solo 4

Pelurusan Sungai Bengawan Solo Pelurusan Sungai Bengawan Solo Hulu, menyebabkan laju air dan debit meningkat, yang menyebabkan erosi tebing dan sedimentasi Model Pengendalian Banjir Berdasarkan Parameter Utama Penyebab Banjir Model Pengendalian berdasarkan Parameter Curah Hujan Kolam Konservasi Areal Perlindungan Air Tanah Sumur Resapan River Side Polder Metode Biopori 5

Model Pengendalian berdasarkan Alih Fungsi Lahan Evaluasi Perda Kabupaten / Kota Program pembangunan infrastruktur jalan raya yang ada di wilayah Surakarta, Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Sukoharjo selama ini cenderung mengabaikan prinsip-prinsip lingkungan Model Pengendalian berdasarkan Morfologi Sungai Mengaktifkan Oxbow Re-vegetasi Bantaran dan Tebing Sungai Evaluasi RTRW/K UU No 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang Pasal 17, yakni Pemerintah harus mengupayakan agar luas area hutan di wilayah aliran Sungai Bengawan Solo mencapai angka 30% dari luas total seluruh DAS tersebut, namun pada kenyataannya berdasarkan penelitian yang dilakukan luas area hutan yang ada di kawasan Sungai Bengawan Solo tidak mencapai 30%, yakni hanya 2,53% dari luas total seluruh DAS Reboisasi dan Penghijauan Pada daeah hulu Program penghijauan dan reboisasi di daerah hulu penting karena setiap aktivitas yang dilakukan pada daerah hulu akan berdampak pada keseimbangan ekosistem wilayah hilir Model Pengendalian Banjir Terpadu Salah satu bentuk terpadu dalam penelitian adalah adanya bentuk kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Partisipasi masyarakat mempunyai arti penting dalam suksesnya suatu proyek atau kegiatan sumber daya air. Tingkatan partisipasi masyarakat akan berdampak secara signifikan terhadap laju konflik yang timbul akibat adanya proyek atau kegiatan Gambar 14. Peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan SDA Perubahan tata guna lahan dapat meningkatkan potensi air permukaan akibat luasan vegetasi di daerah penelitian berkurang. Hal ini juga didukung oleh penelitian Kodatie, dkk., (2005) yang menyatakan bahwa adanya perubahan tata guna lahan akan berdampak pada perubahan debitnya. Selain penggunaan lahan faktor kondisi morfologi sungai juga berpengaruh signifikan terhadap kejadian banjir di Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan Sungai Bengawan Solo Hulu yang telah mengalami pelurusan, menyebabkan laju air dan debit meningkat, yang menyebabkan erosi tebing dan sedimentasi.curah hujan yang jatuh di daerah penelitian umumnya pada bulan basah yang terjadi antara Bulan Oktober hingga April (musim penghujan). Debit aliran sungai pada musim kemarau umumnya menurun sesuai dengan distribusi curah hujan yang rendah (bulan kering) dan sebaliknya. Model pengendalian banjir yang dapat diterapkan di daerah penelitian berdasarkan parameter curah hujan meliputi: metode sumur resapan, metode river side polder, metode kolam konservasi, metode perlindungan areal airtanah, dan metode biopori; berdasarkan parameter tata guna lahan meliputi: evaluasi RTRW/RTRK, evaluasi Perda Lingkungan Hidup, pengadaan program penghijauan, dan reboisasi pada daerah hulu; berdasarkan parameter morfologi sungai meliputi: mengaktifkan oxbow, re-vegetasi daerah bantaran dan tebing sungai, dan melakukan pelebaran daerah bantaran sungai Adapun model pengendalian banjir terpadu yang harus dilakukan adalah dengan mengikutsertakan peran masyarakat dalam upaya pengelolaan sumber daya air. Hal ini dibutuhkan untuk memperkecil terjadinya konflik pengelolaan sumber daya air 6

Sekian dan terimakasih 7